Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI DIGITAL

LAPORAN PERCOBAAN PWM DEMODULATOR

Penyusun:
NAMA : KHOLILATUS SAADAH

NIM : 1731130040

KELAS : TT 2C

TEKNIK TELEKOMUNIKASI
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
Pulse Width Demodulator

I. Tujuan Kurikulum
1. Untuk memahami teori pengoperasian lebar pulsa demodulator.
2. Untuk memahami teori operasi PWM untuk PAM lebar pulsa demodulator.
3. Untuk merancang dan melaksanakan detektor produk lebar pulsa demodulator.

II. Teori Kurikulum


PWM adalah kepanjangan dari Pulse Width Modulation atau dalam bahasa Indonesia
dapat diterjemahkan menjadi Modulasi Lebar Pulsa. Jadi pada dasarnya, PWM adalah suatu
teknik modulasi yang mengubah lebar pulsa (pulse width) dengan nilai frekuensi dan amplitudo
yang tetap. PWM dapat dianggap sebagai kebalikan dari ADC (Analog to Digital Converter)
yang mengkonversi sinyal Analog ke Digital, PWM atau Pulse Width Modulation ini digunakan
menghasilkan sinyal analog dari perangkat Digital (contohnya dari Mikrokontroller).

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PWM atau Pulse Width Modulation
ini. Kita coba melihat contoh dari sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontroler atau IC 555.
Sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontrol atau IC555 ini adalah sinyal pulsa yang umumnya
berbentuk gelombang segiempat. Gelombang yang dihasilkan ini akan tinggi atau rendah pada
waktu tertentu. Misalnya gelombang tinggi di 5V dan paling rendah di 0V. Durasi atau lamanya
waktu dimana sinyal tetap berada di posisi tinggi disebut dengan “ON Time” atau “Waktu ON”
sedangkan sinyal tetap berada di posisi rendah atau 0V disebut dengan “OFF Time” atau
“Waktu OFF”. Untuk sinyal PWM, kita perlu melihat dua parameter penting yang terkait
dengannya yaitu Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle) dan Frekuensi PWM (PWM
Frequency).

Untuk membandingkannya terhadap tegangan DC, PWM memiliki 3 mode operasi


yaitu :

1. Inverted Mode
Pada mode inverted ini jika nilai sinyal lebih besar dari pada titik pembanding
(compare level) maka output akan di set high (5v) dan sebaliknya jika nilai sinyal
lebih kecil maka output akan di set low (0v) seperti pada gelombang A pada gambar
di atas.
2. Non Inverted Mode
Pada mode non inverted ini output akan bernilai high (5v) jika titik pembanding
(compare level) lebih besar dari pada nilai sinyal dan sebaliknya jika bernilai low
(0v) pada saat titik pembanding lebih kecil dari nilai sinyal seperti pada gelombang
B pada gambar di atas.
3. Toggle Mode
Pada mode toggle output akan beralih dari nilai high (5v) ke nilai low (0v) jika titik
pembanding sesuai dan sebaliknya beralih dari nilai low ke high.

Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle)

Seperti yang disebutkan diatas, Sinyal PWM akan tetap ON untuk waktu tertentu dan
kemudian terhenti atau OFF selama sisa periodenya. Yang membuat PWM ini istimewa dan
lebih bermanfaat adalah kita dapat menetapkan berapa lama kondisi ON harus bertahan dengan
cara mengendalikan siklus kerja atau Duty Cycle PWM.

Persentase waktu di mana sinyal PWM tetap pada kondisi TINGGI (ON Time) disebut
dengan “siklus kerja” atau “Duty Cycle”. Kondisi yang sinyalnya selalu dalam kondisi ON
disebut sebagai 100% Duty Cycle (Siklus Kerja 100%), sedangkan kondisi yang sinyalnya
selalu dalam kondisi OFF (mati) disebut dengan 0% Duty Cycle (Siklus Kerja 0%).

Rumus untuk menghitung siklus kerja atau duty cycle dapat ditunjukkan seperti
persamaan di bawah ini.

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)

Atau

Duty Cycle = tON / ttotal

Dimana :
tON = Waktu ON atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (high / 1)
tOFF = Waktu OFF atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (low / 0)
ttotal = Waktu satu siklus atau penjumlahan antara tON dengan tOFF atau disebut juga dengan
“periode satu gelombang”
Siklus Kerja = Waktu ON / (Waktu ON + Waktu OFF)

Gambar berikut ini mewakili sinyal PWM dengan siklus kerja 60%. Seperti yang kita
lihat, dengan mempertimbangkan seluruh periode waktu (ON time + OFF time), sinyal PWM
hanya ON untuk 60% dari suatu periode waktu.

Gambar 1 Sinyal PWM dengan siklus kerja 60%.

Frekuensi PWM (PWM Frequency)

Frekuensi sinyal PWM menentukan seberapa cepat PWM menyelesaikan satu periode.
Satu Periode adalah waktu ON dan OFF penuh dari sinyal PWM seperti yang ditunjukkan pada
gambar di atas.

Berikut ini adalah Rumus untuk menghitung Frekuensi :

Frequency = 1 / Time Period

Keterangan : Time Periode atau Periode Waktu = Waktu ON + Waktu OFF

Biasanya sinyal PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroler akan sekitar 500 Hz,
frekuensi tinggi tersebut akan digunakan dalam perangkat switching yang berkecepatan tinggi
seperti inverter atau konverter. Namun tidak semua aplikasi membutuhkan frekuensi tinggi.
Sebagai contoh, untuk mengendalikan motor servo kita hanya perlu menghasilkan sinyal PWM
dengan frekuensi 50Hz, frekuensi sinyal PWM ini juga dapat dikendalikan oleh program untuk
semua mikrokontroler.

Perbedaan antara Siklus Kerja (Duty Cycle) dengan Frekuensi sinyal PWM

Siklus kerja dan frekuensi sinyal PWM sering membingungkan. Seperti yang kita
ketahui bahwa sinyal PWM adalah gelombang persegi dengan waktu ON dan waktu OFF.
Jumlah dari Waktu ON (ON-Time) dan Waktu OFF (OFF-Time) ini disebut sebagai satu
periode waktu. Kebalikan dari satu periode waktu disebut frekuensi. Sementara jumlah waktu
sinyal PWM harus tetap dalam satu periode waktu ditentukan oleh siklus kerjaPWM.

Sederhananya, seberapa cepat sinyal PWM harus dihidupkan (ON) dan dimatikan
(OFF) ditentukan oleh frekuensi sinyal PWM dan kecepatan berapa lama sinyal PWM harus
tetap ON (hidup) ditentukan oleh siklus kerja sinyal PWM.

Cara menghitung tegangan output sinyal PWM

Tegangan output sinyal PWM yang telah diubah menjadi analog akan menjadi
persentase dari siklus kerja (Duty Cycle). Misalnya jika tegangan operasi 5V maka sinyal PWM
juga akan memiliki 5V ketika tinggi. Apabila Duty Cycle atau siklus kerja adalah 100%, maka
tegangan output akan menjadi 5V. Sedangkan untuk siklus kerja 50% akan menjadi 2.5V.
Demikian juga apabila siklus kerja 60% maka Tegangan Output analognya akan menjadi 3V.

Rumus perhitungan tegangan output sinyal PWM ini dapat dilihat seperti persamaan
dibawah ini :

Vout = Duty Cycle x Vin

Kita menggunakan osilator gelombang persegi dan monostable multivibrator untuk


menghasilkan sinyal PWM. sinyal termodulasi ini digunakan untuk mengirimkan data digital
dan analog. Amplitudo sinyal PWM mempertahankan konstan, tetapi lebar pulsa akan
divariasikan dengan amplitudo sinyal input audio.

(a) diagram rangkaian PWM untuk PPM.


(b) Bentuk gelombang PWM untuk PPM

Gambar 2 (a) Diagram circuit dan (b) gelombang PWM untuk PPM
Gambar 3 Blok diagram sinyal gelombang detektor produk PWM demodulator.

PWM sinyal termodulasi diinput melalui pin 1 dan pin 4. sinyal pembawa diinput
melalui pin 8 dan pin 10. Arus bias penguat ditentukan oleh resistor eksternal, yang biasanya
menghubungkan ke basis Q7 dan Q8 di adalah pin 5. Hal ini karena detektor memiliki dua
terminal output (pin 6 dan pin 12), sehingga kita dapat membiarkan salah satu terminal output
menjadi output dari detektor. Maka output yang lain dapat digunakan sebagai kontrol gain
otomatis (AGC).
Gambar 4 Circuit diagram PWM demodulator dengan menggunakan MC1496.

III. Percobaan Produk


Percobaan 1: PWM demodulator
1. Lihat gambar 4 atau mencari DCT4-1 pada GOTT modul DCT-6000-02.
2. Dalam percobaan ini, sinyal PWM termodulasi diproduksi oleh modulasi PWM pada
gambar 3-8. Pada saat ini, input sinyal amplitudo terminal audio 1,5 V dan frekuensi
input 700 Hz.
3. Pada gambar 3-8, output terminal astabil multivibrator (yaitu, pin 3 dari U1 LM555, uji
titik TP3) menghubungkan ke terminal masukan sinyal pembawa (Carrier I / P).
4. Pada gambar 3-8, terminal output monostable multivibrator (yaitu, pin 3 dari U2
LM555) menghubungkan ke terminal PWM sinyal input (PWM I / P).
5. Sesuaikan VR1 untuk meminimalkan distorsi sinyal output dari U1 (μA741).
6. Menyesuaikan VR2 dan VR3 sampai kita mendapatkan sinyal didemodulasi dengan
benar.
7. Dengan menggunakan osiloskop, amati pada sinyal input PWM, sinyal pembawa, sinyal
output U1 (uji titik TP1), keluaran U2 sinyal (uji titik TP2), sinyal output dari MC1496
pin 10 (uji titik TP3), sinyal output dari MC1496 pin 1 (uji titik TP4), sinyal output dari
MC1496 pin 12 (TP5 uji titik), sinyal input dari low-pass filter (uji titik TP6) dan sinyal
demodulasi PWM (Audio O / P). Akhirnya mencatat hasil yang diukur dalam tabel 4-1.
8. Lihat gambar 3-8, mengubah input frekuensi sinyal audio ke 500 Hz dan yang lainnya
tetap sama.
9. Ulangi langkah 5 hingga langkah 7 dan mencatat hasil yang diukur dalam tabel 4-2.

IV. Hasil Diukur


Tabel 4-1 Diukur hasil PWM demodulator. (Vm = 1,5 V, fm = 70OHz)
Test Poin Output Signal Bentuk gelombang Keterangan

CH1:
 Frekuensi: 691.7Hz
 Vpp: 1.52V
Operator Input  V/Div: 500mV
 Time/Div: 250µs
Sinyal Terminal

CH2 (TP1) :
 Frekuensi: 10.53kHz
 Vpp: 11.4V
 V/Div: 5V
TP1  Time/Div: 250µs

CH2 (TP2) :
 Frekuensi: 10.26kHz
 Vpp: 1.56V
TP2  V/Div: 500mV
 Time/Div: 250µs
Tabel 4-1 Diukur hasil PWM demodulator. (Terus) (Vm = 1,5 V, fm = 700 Hz)

CH2 (TP3) :
 Frekuensi: 10.39kHz
 Vpp: 1.90V
TP3  V/Div: 500mV
 Time/Div: 250µs

CH2 (TP4) :
 Frekuensi: 10.32kHz
 Vpp: 3V
 V/Div: 1V
TP4  Time/Div: 250µs

CH2 (TP5) :
 Frekuensi: 22.40kHz
 Vpp: 4.88V
TP5  V/Div: 2V
 Time/Div: 250µs

CH2 (TP6) :
 Frekuensi: 702.7kHz
 Vpp: 2.20V
TP6  V/Div: 1V
 Time/Div: 250µs
Tabel 4-1 Diukur hasil PWM demodulator. (Terus) (Vm = 1,5 V, fm = 700 Hz)

CH1(Data I/P Mod):


 Frekuensi: 698.3Hz
 Vpp: 1.52V
Audio O / P  V/Div: 1V
 Time/Div: 500µs
CH2(Data O/P Demod):
 Frekuensi: 700.3Hz
 Vpp: 1.68V
 V/Div: 1V
 Time/Div: 500µs

Tabel 4-2 Diukur hasil PWM demodulator. (Vm = 1,5 V, fm = 500 Hz)
Test Poin Output Signal Bentuk gelombang Keterangan

CH1:
 Frekuensi: 513.2Hz
Operator Input  Vpp: 1.88V
 V/Div: 1V
Sinyal Terminal  Time/Div: 250µs

CH2 (TP1) :
 Frekuensi: 10.99kHz
 Vpp: 10.2V
TP1  V/Div: 5V
 Time/Div: 250µs
Tabel 4-2 Diukur hasil PWM demodulator. (Vm = 1,5 V, fm = 500 Hz)

CH2 (TP2) :
 Frekuensi: 10.55kHz
 Vpp: 1.66V
TP2  V/Div: 500mV
 Time/Div: 250µs

CH2 (TP3) :
 Frekuensi: 11.15kHz
TP3  Vpp: 196mV
 V/Div: 100mV
 Time/Div: 50µs

CH2 (TP4) :
 Frekuensi: 5.578kHz
TP4  Vpp: 200mV
 V/Div: 100mV
 Time/Div: 50µs

CH2 (TP5) :
 Frekuensi: 11.18kHz
TP5  Vpp: 2.58V
 V/Div: 1V
 Time/Div: 50µs
Tabel 4-2 Diukur hasil PWM demodulator. (Vm = 1,5 V, fm = 500 Hz)

CH2 (TP6) :
 Frekuensi: 500.5Hz
 Vpp: 1.50V
TP6  V/Div: 500mV
 Time/Div: 500µs

CH1(Data I/P Mod):


 Frekuensi: 501.5Hz
 Vpp: 1.50V
Audio O / P  V/Div: 500V
 Time/Div: 500µs
CH2(Data O/P Demod):
 Frekuensi: 498.3Hz
 Vpp: 1.92V
 V/Div: 500mV
 Time/Div: 500µs
V. ANALISA PEMBAHASAN
1. Gelombang yang dihasilkan oleh TP2 dan TP4 cenderung sama yaitu padan saat gelombang max,
maka tinggi garis akan min, begitu juga sebaliknya.
2. gelombang yang dihasilkan oleh TP6 adalah gelombang sebelum difilter
sehingga permukaannya tidak rata.

VI. KESIMPULAN
Gelombang ynag dihasilkan oleh PWM demodulator (Pulse Width Demod
ulator) adalah hampir sama dengan gelombang input dan karena difilter
o l e h f i l t e r L P F m a k a gelombang yang dihasilkan permukaannya halus. fungsi dari VR1
untuk membuat bentuk gelombang menJadi sinus atau segitiga selain
i t u u n t u k m e n g a t u r r a p a t r e n g g a n g d a r i g e l o m b a n g d a r i F u n g s i V R 2 untuk
mengatur besar kecilnya amplitudo gelombang dan VR3 berfungsi memperhalus dan
menyamakan gelombang output dengan inputnya

Anda mungkin juga menyukai