Anda di halaman 1dari 11

PWM

A. Dasar Teori PWM


PWM ( Pulse Width Modulation) adalah salah satu teknik modulasi dengan mengubah
lebar pulsa (duty cylce) dengan nilai amplitudo dan frekuensi yang tetap. Satu siklus pulsa
merupakan kondisi high kemudian berada di zona transisi ke kondisi low. Lebar pulsa PWM
berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi.
Duty Cycle merupakan representasi dari kondisi logika high dalam suatu periode sinyal
dan di nyatakan dalam bentuk (%) dengan range 0% sampai 100%, sebagai contoh jika sinyal
berada dalam kondisi high terus menerus artinya memiliki duty cycle sebesar 100%. Jika waktu
sinyal keadaan high sama dengan keadaan low maka sinyal mempunyai duty cycle sebesar 50%.
Aplikasi penggunaan PWM biasanya ditemui untuk pengaturan kecepatan motor dc,
pengaturan cerah/redup LED, dan pengendalian sudut pada motor servo. Contoh penggunaan
PWM pada pengaturan kecepatan motor dc semakin besar nilai duty cycle yang diberikan maka
akan berpengaruh terhadap cepatnya putaran motor. Apabila nilai duty cylce-nya kecil maka motor
akan bergerak lambat.
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PWM atau Pulse Width Modulation
ini. Kita coba melihat contoh dari sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontroler atau IC 555. Sinyal
yang dihasilkan oleh Mikrokontrol atau IC555 ini adalah sinyal pulsa yang umumnya berbentuk
gelombang segiempat. Gelombang yang dihasilkan ini akan tinggi atau rendah pada waktu
tertentu. Misalnya gelombang tinggi di 5V dan paling rendah di 0V. Durasi atau lamanya waktu
dimana sinyal tetap berada di posisi tinggi disebut dengan “ON Time” atau “Waktu ON”
sedangkan sinyal tetap berada di posisi rendah atau 0V disebut dengan “OFF Time” atau “Waktu
OFF”. Untuk sinyal PWM, kita perlu melihat dua parameter penting yang terkait dengannya yaitu
Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle) dan Frekuensi PWM (PWM Frequency).
B. Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle)
Seperti yang disebutkan diatas, Sinyal PWM akan tetap ON untuk waktu tertentu dan
kemudian terhenti atau OFF selama sisa periodenya. Yang membuat PWM ini istimewa dan lebih
bermanfaat adalah kita dapat menetapkan berapa lama kondisi ON harus bertahan dengan cara
mengendalikan siklus kerja atau Duty Cycle PWM.

Persentase waktu di mana sinyal PWM tetap pada kondisi TINGGI (ON Time) disebut
dengan “siklus kerja” atau “Duty Cycle”. Kondisi yang sinyalnya selalu dalam kondisi ON disebut
sebagai 100% Duty Cycle (Siklus Kerja 100%), sedangkan kondisi yang sinyalnya selalu dalam
kondisi OFF (mati) disebut dengan 0% Duty Cycle (Siklus Kerja 0%).
Rumus untuk menghitung siklus kerja atau duty cycle dapat ditunjukkan seperti persamaan di
bawah ini.

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)

Atau

Duty Cycle = tON / tTotal

Dimana :

tON = Waktu ON atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (high atau 1)
tOFF = Waktu OFF atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (low atau 0)
tTotal = Waktu satu siklus atau penjumlahan antara tON dengan tOFF atau disebut juga dengan
“periode satu gelombang”
Siklus Kerja = Waktu ON / (Waktu ON + Waktu OFF)

Gambar berikut ini mewakili sinyal PWM dengan siklus kerja 60%. Seperti yang kita lihat, dengan
mempertimbangkan seluruh periode waktu (ON time + OFF time), sinyal PWM hanya ON untuk
60% dari suatu periode waktu.

C. Frekuensi PWM
Frekuensi sinyal PWM menentukan seberapa cepat PWM menyelesaikan satu periode. Satu
Periode adalah waktu ON dan OFF penuh dari sinyal PWM seperti yang ditunjukkan pada gambar
di atas.
Berikut ini adalah Rumus untuk menghitung Frekuensi :

Frequency = 1 / Time Period

Keterangan : Time Periode atau Periode Waktu = Waktu ON + Waktu OFF

Biasanya sinyal PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroler akan sekitar 500 Hz, frekuensi tinggi
tersebut akan digunakan dalam perangkat switching yang berkecepatan tinggi seperti inverter atau
konverter. Namun tidak semua aplikasi membutuhkan frekuensi tinggi. Sebagai contoh, untuk
mengendalikan motor servo kita hanya perlu menghasilkan sinyal PWM dengan frekuensi 50Hz,
frekuensi sinyal PWM ini juga dapat dikendalikan oleh program untuk semua mikrokontroler.
D. Perbedaan antara Siklus kerja (Duty Cycle) dengan frekuensi sinyal PWM
Siklus kerja dan frekuensi sinyal PWM sering membingungkan. Seperti yang kita ketahui bahwa
sinyal PWM adalah gelombang persegi dengan waktu ON dan waktu OFF. Jumlah dari Waktu ON
(ON-Time) dan Waktu OFF (OFF-Time) ini disebut sebagai satu periode waktu. Kebalikan dari
satu periode waktu disebut frekuensi. Sementara jumlah waktu sinyal PWM harus tetap dalam satu
periode waktu ditentukan oleh siklus kerjaPWM.
Sederhananya, seberapa cepat sinyal PWM harus dihidupkan (ON) dan dimatikan (OFF)
ditentukan oleh frekuensi sinyal PWM dan kecepatan berapa lama sinyal PWM harus tetap ON
(hidup) ditentukan oleh siklus kerja sinyal PWM.
E. Cara menghitung tegangan output sinyal
Tegangan output sinyal PWM yang telah diubah menjadi analog akan menjadi persentase dari
siklus kerja (Duty Cycle). Misalnya jika tegangan operasi 5V maka sinyal PWM juga akan
memiliki 5V ketika tinggi. Apabila Duty Cycle atau siklus kerja adalah 100%, maka tegangan
output akan menjadi 5V. Sedangkan untuk siklus kerja 50% akan menjadi 2.5V. Demikian juga
apabila siklus kerja 60% maka Tegangan Output analognya akan menjadi 3V.

Rumus perhitungan tegangan output sinyal PWM ini dapat dilihat seperti persamaan dibawah ini
:
Vout = Duty Cycle x Vin
F. Contoh Kasus Perhitungan PWM
Desain PWM dengan siklus kerja 60% dengan frekuensi 50Hz dan Tegangan Input 5V.

Penyelesaiannya :

Diketahui :

Duty Cycle : 60%


Frequency : 50Hz
Vin : 5V

Mencari Time Period atau Periode Waktu :

Time Period = 1 / 50Hz


Time Period = 0,02 detik atau 20 milidetik

Mencari Waktu ON (ON-Time) dengan siklus kerja 60% (0,6)

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)


0,6 = tON / (tON + tOFF)
0,6 = tON / 20 milidetik
tON = 0,6 x 20 milidetik
tON = 12 milidetik

Mencari Waktu OFF (OFF-Time)


tOFF = ttotal – tON
tOFF = 20 – 12
tOFF = 8 milidetik
Mencari Tegangan Output

Vout = Duty Cycle x Vin


Vout = 60% x 5V
Vout = 3V

Hasil dari Perhitungan diatas dapat digambarkan menjadi seperti grafik dibawah ini :

APLIKASI IC 555 ASTABLE MULTIVIBRATOR

Rangkaian Astable Multivibrator

rangkaian ini paling sering digunakan sebagai osilator gelombang kotak / pembangkit pulsa,
terdapat perhitungan untuk nilai frekuensi output yang kita inginkan :
f = 1 / { ln (2) . (R1 + 2.R2) . C }
atau
karena nilai ln (2) ~ 0,7 sering juga dirumuskan sebagai berikut :

f = 1 / { 0,7 . (R1 + 2.R2) . C }

dengan keterangan sbb. :


f = frekuensi (Hz)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)

sebagai contoh :

jika kita memiliki rangkaian astable dengan komponen berikut : R1 = 10 KOhm, R2 = 2 KOhm
dan kapasitor (C) = 1 uF, maka nilai frekuensi outputnya adalah :

f = 1 / { 0,7 . (10000 + 2 . 2000) . 0,000001}

f = 102,04 Hz

jadi frekuensi output / gelombang output rangkaian adalah 102 Hz

seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa karakteristik dari IC 555 adalah sebagai berikut :

dalam perancangan yang biasa kita tentukan awal adalah ingin mencari berapa frekuensi output
yang akan kita cari :
T = 0,7 . (R1 + 2.R2) . C

sedangkan nilai frekuensi adalah

f=1/T
T=1/f

ketarangan :
T = periode gelombang (detik/sekon)
f = frekuensi (Hz)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)
nilai 0,7 dari ln (2).

dalam pengaplikasiannya selain nilai frekuensi yang kita cari masih ada parameter lain yang harus
kita perhatikan yaitu duty cycle.

apa itu ???

duty cycle ialah perbandingan pulsa high dan pulsa low pada satu gelombang. jika dalam suatu
rangkaian astable MV dikatakan memiliki frekuansi output 2 KHz dengan duty cycle 70% berarti
dalam sebuah periode gelombang output rangkaian 70% -nya adalah pada periode High

rumus duty cycle :


D = 1 - R2 / (R1 + 2.R2)
untuk periode high dan low

Th = D . T

R1 = {T / (0,7 . C)} – 2.R2

dan

Tl = T - Th

R2 = Tl / (0,7 . C)

keterangan :
D = Duty cycle (%)
T = periode (detik/sekon)
Th = periode pulsa High (detik/sekon)
Tl = periode pulsa Low (detik/sekon)
R1 dan R2 = resistor rangkaian (Ohm)
C = kapasitor rangkaian (Farad/F)
nilai 0,7 dari ln (2).

Contoh pengukuran frekuensi output


dalam pengukuran diatas diapat dilihat periode gelombang adalah 508,7 us

Gambar pengukuran duty cycle Th


dalam pengukuran diatas diapat dilihat periode gelombang pada saat pulsa high adalah 352,5 us

dutycycle = (352,5/508,7) x 100% = 69,92% atau kira-kira 70%

perlu diketahui untuk duty cycle minimum yang dapat dicapai oleh IC 555 adalah 50% jadi untuk
membuat rangkaian astable multivibrator dengan duty cycle kurang dari itu diperlukan rangkaian
tambahan yaitu rangkaian inverting atau pembalik baik dari gerbang NOT maupun transistor.....
kita akan bahas pada post-post mendatang

Kasus :
semisal kita akan membuat sebuah osilator gelombang kotak dengan fout = 20 KHz dengan duty
cycle = 60%, berikut adalah langkah-langkahnya :

tentunkan nilai kapasior (C) yang akan dipakai : misal 1 nF

(kita sebenarnya dapat memilih menentukan besar C atau R2 terlabih dahulu tetapi penulis
menyarankan menentukan C saja karena jika yang dihitung adalah C biasanya nilainya sulit dicari
di pasaran sedangkan R dapat menggunakan R variabel)

cari periode gelombang


T = 1/f = 1/20000 = 50 us
cari periode masing-masing keadaan
Th = D . T = 60% . 50 us = 30 us

Tl = T - Th = 50 - 30 = 20 us

hitung nilai R2

R2 = Tl / 0,7 . C
R2 = 0,00002 / 0,7 . 0,000000001
R2 = 2000 / 0,7
R2 = 28571 Ohm ~ 29K

hitung nilai R1

R1 = (T / 0,7 . C) - 2 . R2
R1 = (0,00005 / 0,7 . 0,000000001) - 2 . 28571
R1 = 71428 - 57142
R1 = 16986 Ohm ~ 17K

buat rangkaian :
Rangkaian Astable Multivibrator

Anda mungkin juga menyukai