Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

BAB 6 PENGUAT DASAR TRANSISTOR - PENGUAT BERTINGKAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. MUHAMMAD ASYRAF ABDULLAH (42219042)


2. RAFIQAH RAMADHANI (42219046)
3. RIZQY AMALIA (42219047)

1B / D4 TEKNOLOGI REKAYASA JARINGAN TELEKOMUNIKASI


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LANGKAH PERCOBAAN
A. Penguat dasar Transistor
a) Penguatan konfigurasi base bersama

Gambar 9.4

b) Penguatan konfigurasi emiter bersama

Gambar 9.5

1. Rakitlah rangkaian seperti pada gambar 9.5 di atas

2. Atur tegangan catu


daya 10V dan
hubungkan
rangkaian.
3. Ukur dengan kolektor, atur R2 hingga tegangan kolektor 5V (generator sinyal
pada kondisi off).

4. Pasang osiloskop, kanal 1 pada masukan dan kanal 2 pada keluaran.

5. H idupkan generator
sinyal aturlah
frekuensi pada 1K
dan amplitudo
hingga sinyal
msukan = 10
mVpp.
6. Baca dan catat penunjukan osiloskop untuk tegangan keluaran Vout = 1,2Vpp

7. Hitunglah
penguatan tegangan
penguat emiter
bersama.
Av = Vout /
Vin
=
1200mV/10mV
= 12mV
8. Perhatikan gambar sinyal antara masukan dan keluaran. Berapa beda fase antara
keduanya.
Beda Phasa = 180 derajat
9. Pindahkan gambar 2 osiloskop untuk mengukur untuk keluaran gelombang
sinyal Vs = Vpp.

10. Hitunglah arus


masukan, arus
keluaran dan
penguatan arus
penguat.
Linp = (Vs - Vinp) / Rs
= 10000-
10/100
= 99.9
Lout = Vout / RL
= 1200mV/100
= 12
Ai = Lout / Linp
= 12/99.9
= 0.12
11. Hitunglah resistansi masukan penguat.
Rin = Vinp / Linp
= 10mV/99.9
= 0.1
12. Pasangkan variabel resistor 47K pada keluaran, atur resistor tersebut sampai
diperoleh tegangan keluaran setengah dari tegangan arus.
Vout = Vout / 2
= 1200mV/2
= 600mV
13. Lepasakan variabel resistor dan ukur nilai resistansinya.
R1’ =
28.3kOhm

Resistansi keluaran sama nilainya dengan resistansi beban saat :


Vo’ = 28.3/ 2
Rout = 15 kOhm

c) Penguatan konfigurasi kolektor bersama


Gambar 9.6

1. Pasangkan osiloskop pada terminal masukan dan keluaran.

2. Hidupkan
generator sinyal,
atur frekuensi
sinyal pada 1Khz
dan amplitudo
sehingga
menunjuk pada 2
Vpp.
3. Baca dan catat tegangan keluarannya.

4. Hitung penguatan
tegangannya.
Vin

= 2 Vpp
Vout = 1.9 Vpp
5. Bandingkan sinyal masukan dan keluarannya berapakah beda phasanya.
Beda phasa = Sefasa
6. Ukur tegangan keluaran dari generator sinyal.
Vs = 2 Vpp
7. Hitunglah arus masukan, arus keluaran pada penguatan arusnya :
Linp = (Vs - Vinp) / Rs
= 10-2 /10
= 8/10
= 0.8
Lout = Vout / RL
= 1.9/10
= 0.19
Ai = Lout / Linp
= 0.19/0.8
= 0.237

8. Hitunglah resistansi penguat masukan.


Rin = Vinp / Linp
= 2/0.8
= 2.5
9. Atur amplitudo generator sinyal sampai tegangan keluaran Vout = 0,1 Vpp.
Pasang variabel resistor pada keluaran, aturlah sampai diperoleh :
Vout = Vout / 2
= 1.9/2
= 0.95
10. Lepaskan variabel Resistor dan ukur nilai resistansinya.
Rout = RL’ = 10kOhm.

B. Penguatan Bertingkat
a) Penguatan CE satu tingkat
1. Rakitlah rangkaian seperti
gambar 10.2.
2. Aturlah tegangan catu daya 12V hubungkan dengan rangkaian.

3. Pasang generator fungsi pada


masukan, atur pada frekuensi
1Khz dengan amplitude 50
mVpp.

4. Amati bentuk gelombang masukan dan keluaran. Berapakah beda fasanya.


Beda Fase = 45 derajat
5. Ukurkah tegangan masukan dan keluarnya.
Vin = 10mVpp
Vout = 11.5mVpp
6. Berapakah penguatan tegangannya
Av = 1.5 mVpp
7. Lepaskan kapasitor 470 μF pada emitor.
8. Ulangi pengukuran tegangan masukan dan keluarnya.
Vin = 10mVpp
Vout = 10.5mVpp
9. Berapakah penguatan tegangannya.
Av = 0.5mVpp
10. Pasang kembali kapasitor pada emitter, naikkan amlitudo generator fungsi sampai
tegangan keluaran mulai distorsi (terpotong).
11. Ukur tegangan masukan dan keluarnya serta hitung penguatannya.
Vin = 25mVpp
Vout = 30mVpp
Av = 5mVpp
12. Matikan semua peralatan yang diperlukan.
b) Penguatan RC dua tingkat
1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.3.
2. Atur tegangan catu daya 12V, hubungkan dengan rangkaian.

3. Pasang
generator
fungsi pada
masukan,
atur pada
frekuensi 1
KHz
dengan
amplitude
100 mVpp.
4. Ukurlah tegangan masukan, keluaran TR1, dan tegangan keluaran TR2.
Vin = 4.061V
Vout 1 = 8.573V
Vout 2 = 7.939V

5. Hitunglah penguatan dari TR1 dan TR2 dan penguat bertingkat.


Av 1 = 4V
Av 2 = 3V
Av = 7V
6. Dengan menggunakan multimeter ukurlah tegangan DC pada base emitter dan
kolektor emitter masing-masing transistor.
VCE 1 = -5.26V VCE 2 = 3.3V
VBE 1 = -11.5V VBE 2 = -5.62V
7. Gantilah R15K (pada base TR2) dengan R3K3.
8. Amati gambar keluaran dengan osiloskop, gambarkan.
9. Ulangi pengukuran seperti pada langkah 6.
VCE 1 =-5.2V VCE 2 =3.3V
VBE 1 = -11V VBE 2 = -5.2V
10. Kembalikan lagi R15K sehingga tegangan keluaran menjadi tidak distorsi.
11. Ukurlah frekuensi respon penguat dengan mengukur tegangan keluaran sebagai
fungsi dari frekuensi untuk tegangan masukan konstan. Isikan dalam tabel berikut

Frek (Hz) Vin Vout Av


10 10m Vpp 11m Vpp 1mVpp
30 12m Vpp 14m Vpp 2m Vpp
50 16m Vpp 17m Vpp 1m Vpp
100 19m Vpp 22m Vpp 3m Vpp
300 30m Vpp 33m Vpp 3m Vpp
500 50m Vpp 53m Vpp 3m Vpp
1K 80m Vpp 98m Vpp 18m Vpp
3K 100m Vpp 190m Vpp 90m Vpp
5K 300m Vpp 318m Vpp 18m Vpp
10K 600m Vpp 616m Vpp 16m Vpp
30K 900m Vpp 916m Vpp 16m Vpp
50K 1 Vpp 1.5 Vpp 0.5m Vpp
100K 5 Vpp 5.4 Vpp 0.4m Vpp
300K 6 Vpp 6,2 Vpp 0.2m Vpp
TUGAS DAN PERTANYAAAN

a) Penguat dasar Transistor


1. Pada percobaan penguat konfigurasi base bersama dan emitor bersama, dilakukan
pengaturan tegangan kolektor sebesar 5V (Vcc/2). Apa maksudnya !
 Untuk dapat melihat beberapa penguatan input tidak lebih besar dari input
masukan dan tidak merusak kolektor pada transistor.

2. Apa fungsi dari kapasitor 470 F pada penguatan konfigurasi basis bersama.
 Kapasitor 470F sebagai penyimpan arus dan tegangan.

3. Beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran pada konfigurasi emitter
bersama adalah 180. Jelaskan bagaimana ini bisa terjadi !
 Beda fasa terjadi pada kapasitor bukan transistor karena fungsi dari transistor
adalah memblok arus bias supaya yang keluar adalah sinyalnya atau dapat
dikatan arus AC diteruskan sedangkan arus DC diblok. Sehingga yang masuk
pada basis dari kapasitor berupa sinyal. Dan sinyal akan diolah transistor
sehingga keluaran akan berubah maka disinilah akan terjadi beda fase antara
masukan dengan keluaran.

4. Pada pengukuran resistansi keluaran, diperlukan resistor variable untuk


memperoleh tegangan keluaran berkurang menjadi setengahnya. Mengapa hal ini
bisa dipergunakan, teorema apa yang digunakan!
 Karena jatuh tegangan yag menyilangka pada potensiometer sama dengan
tegangan yang menyilang pada Rin, sehingga resistansinya sama.
 Teorema yang digunakan adalah teorema Thevenin.

5. Pada pengukuran resistansi keluaran untuk konfigurasi kolektor bersama,


tegangan masukan harus diturunkan menjadi 0,1 Vpp. Jelaskan dan jika tidak
terjadi apa yang terjadi!
 Pada pengukuran resistansi keluaran, tegangan harus diturunkan 0,1Vp agar
memperoleh sinyal yang lebih baik.

6. Dari hasil pengukuran, konfigurasi mana yang menghasilkan penguatan arus


paling besar ? apakah ini sesuai teori, jelaskan!
 Penguatan arus yang paling besar adalah konfigurasi kolektor bersama. Karena
penguatan arus kolektor hampir sama dengan emitor bersama yanng resistansi
masukan pada kolektor biasanya lebih besar dari tegangan resistansi beban dari
sinyal masukan sefasa dengan sinyal tegangan keluaran.
7. Adakah perbedaan antara resistansi masukan rangkaian penguat dengan resistansi
masukan transistor! jika ada jelaskan dan beri contoh salah satu perhitungannya.
 Ada, sebagai contohnya pada hasil akhir percobaan penguat konfigurasi base
bersama. Pada hasil percobaan nilai resistansi masukkan transistor sebesar 10k
sedangkan nilai resistansi penguat hanya sebesar 2ohm.

b) Penguatan bertingkat

1. Apabila hasil pengukuran tegangan pada penguat salah satu tingkat sesuai dengan
teori, beri penjelasan !
 Sesuai dengan teori penguatan bertingkat bahwa jika sinyal AC dipasang pada
masukan maka akan terjadi penguatan pada sinyal keluaran jika resisitor beban
dipasang. Dimana hal ini terjadi jika base transistor diberikan bias yang tepat.

2. Apa pengaruh kapasitor emitter (Ce) terhadap penguatan tegangannya !


 Dalam rangkaian Penguat (Amplifier) Common Emitter, kapasitor C1 dan Ce
digunakan sebagai Kapasitor Kopling untuk memisahkan sinyal AC dari
tegangan biasing DC. Ini memastikan bahwa kondisi bias yang diatur agar
rangkaian beroperasi dengan benar tidak terpengaruh oleh tahap amplifier
tambahan, karena kapasitor hanya akan melewati sinyal AC dan memblokir
komponen DC apa pun.
Sinyal AC output kemudian ditumpangkan pada biasing dari tahapan berikut.
Juga kapasitor bypass, Ce termasuk dalam rangkaian kaki Emitter. Kapasitor ini
secara efektif merupakan komponen rangkaian terbuka untuk kondisi biasing
DC, yang berarti bahwa arus dan tegangan biasing tidak terpengaruh oleh
penambahan kapasitor yang menjaga stabilitas titik-Q yang baik.
Namun, kapasitor bypass yang terhubung paralel ini secara efektif menjadi
hubung singkat ke resistor Emitter pada sinyal frekuensi tinggi karena
reaktansinya. Jadi hanya RL ditambah resistansi internal yang sangat kecil
bertindak sebagai transistor beban meningkatkan gain tegangan secara
maksimal. Umumnya, nilai Kapasitor Bypass, Ce dipilih untuk memberikan
reaktansi paling banyak, 1/10 nilai RE pada frekuensi sinyal operasi terendah.

3. Pada saat amplitude masukan dinaikkan, tegangan keluaran akan terpotong, jelaskan !
 Distorsi amplitudo terjadi karena penguatan yang berlebih (over drive) ini akan
menyebabkan sinyal ouput yang tepotong pada kedua sisi puncak gelombang
positif dan negatif. Distorsi amplitudo dengan terpotongnya kedua sisi puncak
gelombang negatif dan positif secara bersamaan ini disebut dengan istilah
“clipping distortion”. Clipping distortion pada suatu amplifier pada umumnya
disebabkan oleh : Seting faktor penguatan yang melebihi kapasitas tegangan
sumber amplifier, Sinyal input yang terlalu besar, sehingga melebihi kapasitas
tegangan sumber amplifier

4. Pada penguat RC 2 tingkat apakah terjadi perbedaan penguat antara TR1 dan TR2 !
 Terjadi pembeda penguat antara TR1 dan TR2, dimana output TR2 lebih besar
dari output TR1 kerena pada prinsip kerjanya sinyal yang masuk akan di
perkuat di TR1 dan output dari TR1 yang masuk ke TR2 akan diperkuat lagi
sehingga hasilnyanya lebih besar.

5. Pada saat resistansi base 15K diganti, gelombang keluaran menjadi cacat (distorsi),
mengapa ?
 Karena tegangan bias yang masuk pada saat resistansi base diganti 3.3kohm
sangat kecil.

6. Gambarkan grafik frekuensi respon dan tentukan batas-batas frekuensi cut offyta.
ANALISIS

1. Konfigurasi Kolektor bersama

Konfigurasi kolektor bersama memiliki sifat dan fungsi yang berlawanan dengancom
mon base. Kalua pada basis bersama menghasilkan penguatan tegangan tanpamemper
kuat arus, maka common collector ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan peng
uatan arus namun tidak menghasilkan penguatan tegagan. Ada kolektor bersama,input 
diumpankan ke basis transistor sedangkan outputnya diperoleh dari emitor.Sedangkan 
kolektornya digroundkan. Tegangan input pada basis hampir sama output pada
emitor. Konfigurasi kolektor bersama mepunyai impedansi input yang tinggi dan
mempunyai output yang rendah

2. Konfigurasi emitor bersama

Emitor bersama mengha silkan penguatan tegangan dan arus antara sinyal


outputnya. Kaki emitor di groundkan, sinyal input dimasukkan ke basis dan sinyal
outputnya diperoleh dari kaki kolektor. Pada Konfigurasi emitor bersama sinyal
output berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input. Stabilitas penguatan yang
rendah pada konfigurasi ini dapat terjadi osilasi karena umpan balik positif, sehingga
sering dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya. Pada percobaan ini
generator sinyal diatur dengan frekuensi 1kHz dan amplitude sehingga pada masukan
menjadi 10mVpp.
KESIMPULAN

1. Prinsip yang di pakai didalam transistor sebagai penguat yaitu arus kecil pada basis
dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui
transistor tersebut. Dari sini bisa kita lihat bahwa fungsi dari transistor adalah hanya
sebagai penguat ketika arus basis akan berubah. Perubahan arus kecil pada basis inilah
yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke
emitter.

2. Seperti telah dijelaskan pada materi sebelumnya bahwa transistor fungsi utamanya
sebagai penguat. Banyak cara yang dilakukan supaya transistor mampu menguatkan
sinyal input yang kecil menjadi output yang besar dengan tanpa terjadi
cacat (distorsi) baik bentuk maupun phasenya. Namun demikian kemampuan sebuah
transistor sangat terbatas sehingga keinginan untuk memperkuat setinggi mungkin tidak
terpenuhi. Oleh karena itu penguat disusun lebih dari satu penguat, yang sering disebut
penguat bertingkat atau cascade amplifier.

Tujuan utama dari penguat bertingkat adalah untuk mendapatkan penguatan daya yang besar
tanpa terjadi kecacatan pada outputnya. Susunan penguat bertingkat dapat berupa hubungan
antara masing-masing susunan penguat satu dengan yang lain, misalnya CB dengan CE; CE
dengan CC; CE dengan CE dan sebagainya disesuaikan tujuan dari penguat

Anda mungkin juga menyukai