Anda di halaman 1dari 12

NAMA : REZIKA RIDHOHATUL

KELAS : IX C6

NO URUT : 28

TEMAN YANG BAIK

Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah. Meskipun berbeda kelas,
tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya
persahabatan di antara mereka.

Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan seorang
siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung
seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina.

Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia
datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah
berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.

Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina
melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh
dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang tersisa.

Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja dengan
nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat anaknya. Hal ini
membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.

Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk
mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang dengan
nominal paling rendah.
Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk
membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.

“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini
menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.

Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan mengatakan
bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Beberapa teman Dini juga
ikut-ikutan melakukan hal itu.

Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu
bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah. Ia juga ikut tertawa
ketika orang-orang menertawakannya.

Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak kelas
terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali menyodorkan uang,
kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan memintanya memilih.

Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa, menertawakan
Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa sebenarnya yang sedang
membodohi siapa.

“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai mempermalukan
Rina.

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari awal,
maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu
yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya siapa yang
sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.
Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah
melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki yang
berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan penghasilan tak
terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap perbuatan pasti
ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa malu.

SI JADUK

aku, si Jaduk. Rusa bertanduk hebat. Selain tandukku yang hebat, rumah tempat tinggalku pun
tak hebat.

Rumahku adalah halaman Istana Presiden! Istana Bogor.

Bangunan putih itu sungguh megah. Diapit dua bangunan lain di sampingnya yang juga indah.

Hamparan rumput hijaunya sungguh terawat. Di tengahnya ada jalan mulus beraspal yang
dihiasi tiang-tiang lampu kuno.

Di halaman istana ini, terdapat juga pohon beringin dan kolam besar. Aku benar-benar nyaman
tinggal di sini. Selain aku, ada ratusan rusa lain yang tinggal di halaman istana megah ini.

Ada juga Shana,temanku yg agak cerewet


“Hei,Jaduk! Hari ini, hari Minggu. Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita. Ayo,
kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap dengan wortel di tangan
mereka memanggil kita!

“Huh, kau saja yang ke sana. Tandukku ini tak akan aku turunkan untuk mengambil makanan
dari anak-anak pendek itu!” kataku agak kesal.

“Ughh… kau selalu sombong! Kau hanya mau makanan yang diberikan oleh para tamu istana
ini!” kata Shana cemberut.

Aku diam saja tak peduli. Namun, Shana tidak pergi juga. la malah tampak girang dan berkata
lagi, “Oh iya, tadi aku dengar percakapan penjaga istana. Katanya, besok ada tamu penting yang
berkunjung ke kota ini. Katanya, mereka ingin melihat-lihat halaman istana ini juga. Kau pasti
suka mendengar berita ini…”

“Naaah, kalau tamu penting, aku baru suka! Kau sendiri saja yang bermain bersama anak-anak
dan wortelnya itu di pagar istana.

Aku ini si Jaduk. Aku rusa penghias istana. Tugasku menghibur tamu-tamu penting,” kataku
sambil menaikkan tandukku.

“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana kalau kau jadi
presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan aku.

Kini aku melamun sendiri sambil tersenyum. Aku membayangkan tamu-tamu penting yang
akan berkunjung ke kota ini besok. Kalau mereka datang untuk melihat-lihat halaman istana ini,
mereka pasti akan melihat aku juga. Mereka pasti akan berdecak kagum melihat keindahan dan
kehebatan tandukku ini,

“Hei,Jaduk! Hari ini, hari Minggu. Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita. Ayo,
kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap dengan wortel di tangan
mereka memanggil kita!
“Huh, kau saja yang ke sana. Tandukku ini tak akan aku turunkan untuk mengambil makanan
dari anak-anak pendek itu!” kataku agak kesal.

“Ughh… kau selalu sombong! Kau hanya mau makanan yang diberikan oleh para tamu istana
ini!” kata Shana cemberut.

Aku diam saja tak peduli. Namun, Shana tidak pergi juga. la malah tampak girang dan berkata
lagi, “Oh iya, tadi aku dengar percakapan penjaga istana. Katanya, besok ada tamu penting yang
berkunjung ke kota ini. Katanya, mereka ingin melihat-lihat halaman istana ini juga. Kau pasti
suka mendengar berita ini…”

“Naaah, kalau tamu penting, aku baru suka! Kau sendiri saja yang bermain bersama anak-anak
dan wortelnya itu di pagar istana.

Aku ini si Jaduk. Aku rusa penghias istana. Tugasku menghibur tamu-tamu penting,” kataku
sambil menaikkan tandukku.

“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana kalau kau jadi
presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan aku.

Kini aku melamun sendiri sambil tersenyum. Aku membayangkan tamu-tamu penting yang
akan berkunjung ke kota ini besok. Kalau mereka datang untuk melihat-lihat halaman istana ini,
mereka pasti akan melihat aku juga. Mereka pasti akan berdecak kagum melihat keindahan dan
kehebatan tandukku ini,

“Kau tidak marah?”tanya Shana lagi. “Aku marah. Tapi aku berusaha menahan marahku.
Sekarang, aku tak mau mendekati mereka lagi.”

“Ya sudahlah Kalau begitu, hari Minggu nanti, kau temani aku saja. Kita hibur anak-anak di
pinggir pagar istana. Mereka memang bukan tamu penting.Tapi, mereka anak-anak manis dan
sopan. Mereka akan memberikan wortel untukmu,” ajak Shana sabar.

Kupandangi mereka dari kejauhan. Kali ini, mataku tidak menghadap ke arah istana yang megah
itu. Melainkan ke jeruji pagar istana yang di baliknya dipenuhi anak-anak yang ceria.

Anak-anak manis itu . memberikan wortel dengan tulus untuk teman-temanku. Kulihat Shana
sudah berdiri di depan jerui pagar itu dengan mulut lahap mengunyah wortel.

Aku pun melangkahkan kaki mendekati pagar istana yang ramai. Siap menyantap wortel dan
bermain bersama mereka. “

• DIANALISIS STRUKTUR CERPEN

1. ABSTRAK

Aku, si Jadik. Rusa bertanduk hebat. Selain tandukku yang hebat, rumah tempat tinggalku pun
tak hebat.

2. ORIENTASI

Rumah adalah halaman istana presiden! Istana Bogor.

Bangunan putih itu sungguh megah. Diapit dua bangunan lain di sampingnya yang juga indah.

Hamparan rumput hijaunya sungguh terawat. Di tengahnya ada jalan mulus beraspal yang
dihiasi tiang-tiang lampu kuno.

Di halaman istana ini, terdapat juga pohon beringin dan kolam besar. Aku benar-benar nyaman
tinggal di sini. Selain aku, ada ratusan rusa lain yang tinggal di halaman istana megah ini.

Ada juga Shana,temanku yg agak cerewet


3. KOMPLIKASI

“Hei,Jaduk! Hari ini, hari Minggu. Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita. Ayo,
kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap dengan wortel di tangan
mereka memanggil kita!

“Huh, kau saja yang ke sana. Tandukku ini tak akan aku turunkan untuk mengambil makanan
dari anak-anak pendek itu!” kataku agak kesal.

“Ughh… kau selalu sombong! Kau hanya mau makanan yang diberikan oleh para tamu istana
ini!” kata Shana cemberut.

Aku diam saja tak peduli. Namun, Shana tidak pergi juga. la malah tampak girang dan berkata
lagi, “Oh iya, tadi aku dengar percakapan penjaga istana. Katanya, besok ada tamu penting yang
berkunjung ke kota ini. Katanya, mereka ingin melihat-lihat halaman istana ini juga. Kau pasti
suka mendengar berita ini…”

“Naaah, kalau tamu penting, aku baru suka! Kau sendiri saja yang bermain bersama anak-anak
dan wortelnya itu di pagar istana.

Aku ini si Jaduk. Aku rusa penghias istana. Tugasku menghibur tamu-tamu penting,” kataku
sambil menaikkan tandukku.

“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana kalau kau jadi
presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan aku.

Kini aku melamun sendiri sambil tersenyum. Aku membayangkan tamu-tamu penting yang
akan berkunjung ke kota ini besok. Kalau mereka datang untuk melihat-lihat halaman istana ini,
mereka pasti akan melihat aku juga. Mereka pasti akan berdecak kagum melihat keindahan dan
kehebatan tandukku ini,
4. EVALUASI

“Hei,Jaduk! Hari ini, hari Minggu. Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita. Ayo,
kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap dengan wortel di tangan
mereka memanggil kita!

“Huh, kau saja yang ke sana. Tandukku ini tak akan aku turunkan untuk mengambil makanan
dari anak-anak pendek itu!” kataku agak kesal.

“Ughh… kau selalu sombong! Kau hanya mau makanan yang diberikan oleh para tamu istana
ini!” kata Shana cemberut.

Aku diam saja tak peduli. Namun, Shana tidak pergi juga. la malah tampak girang dan berkata
lagi, “Oh iya, tadi aku dengar percakapan penjaga istana. Katanya, besok ada tamu penting yang
berkunjung ke kota ini. Katanya, mereka ingin melihat-lihat halaman istana ini juga. Kau pasti
suka mendengar berita ini…”

“Naaah, kalau tamu penting, aku baru suka! Kau sendiri saja yang bermain bersama anak-anak
dan wortelnya itu di pagar istana.

Aku ini si Jaduk. Aku rusa penghias istana. Tugasku menghibur tamu-tamu penting,” kataku
sambil menaikkan tandukku.

“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana kalau kau jadi
presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan aku.

Kini aku melamun sendiri sambil tersenyum. Aku membayangkan tamu-tamu penting yang
akan berkunjung ke kota ini besok. Kalau mereka datang untuk melihat-lihat halaman istana ini,
mereka pasti akan melihat aku juga. Mereka pasti akan berdecak kagum melihat keindahan dan
kehebatan tandukku ini,
5. RESOLUSI

“Kau tidak marah?”tanya Shana lagi. “Aku marah. Tapi aku berusaha menahan marahku.
Sekarang, aku tak mau mendekati mereka lagi.”

“Ya sudahlah Kalau begitu, hari Minggu nanti, kau temani aku saja. Kita hibur anak-anak di
pinggir pagar istana. Mereka memang bukan tamu penting.Tapi, mereka anak-anak manis dan
sopan. Mereka akan memberikan wortel untukmu,” ajak Shana sabar.

6. KODA/ENDING

Kupandangi mereka dari kejauhan. Kali ini, mataku tidak menghadap ke arah istana yang megah
itu. Melainkan ke jeruji pagar istana yang di baliknya dipenuhi anak-anak yang ceria.

Anak-anak manis itu . memberikan wortel dengan tulus untuk teman-temanku. Kulihat Shana
sudah berdiri di depan jerui pagar itu dengan mulut lahap mengunyah wortel.

Aku pun melangkahkan kaki mendekati pagar istana yang ramai. Siap menyantap wortel dan
bermain bersama mereka. “

KAIDAH KEBAHASAAN

-KATA SIFAT

“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana kalau kau jadi
presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan aku.

-KATA KETERANGAN

(a). latar waktu

di hari Minggu yg gelap.

(b). tempat
Istana presiden

(c). suasana

Yang gelap, meriah.

-KALIMAT LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG (a). kalimat langsung

“Kau tidak marah?”tanya Shana lagi. “Aku marah. Tapi aku berusaha menahan marahku.
Sekarang, aku tak mau mendekati mereka lagi.”

(b). kalimat tidak langsung

“Ya sudahlah Kalau begitu, hari Minggu nanti, kau temani aku saja. Kita hibur anak-anak di
pinggir pagar istana. Mereka memang bukan tamu penting.Tapi, mereka anak-anak manis dan
sopan. Mereka akan memberikan wortel untukmu,” ajak Shana sabar.

-GAYA BAHASA BERSIFAT KONOTASI

Anak-anak manis itu . memberikan wortel dengan tulus untuk teman-temanku. Kulihat Shana
sudah berdiri di depan jerui pagar itu dengan mulut lahap mengunyah wortel.

-MENGGUNAKAN GAYA BAHASA YANG BERSIFAT MEMBANDINGKAN

“Hei,Jaduk! Hari ini, hari Minggu. Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita. Ayo,
kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap dengan wortel di tangan
mereka memanggil kita!

Rajin Belajar

Ini merupakan hari senin yang sangat cerah. Sesudah melaksanakan upacara bendera, para
siswa memasuki kelas mereka masing-masing dan mendapatkan pelajaran dari guru mereka. Di
hari ini, ada beberapa pelajaran yang harus didapatkan oleh siswa, yaitu Bahasa Jawa, Bahasa
Indonesia, PPKN dan Matematika.

Mata pelajaran yang pertama adalah matematika. Bapak guru meminta kepada para murid
untuk mengerjakan halaman 5 dan halaman 6. Ketika para siswa tengah mengerjakan tugas
tersebut, suasana kelaspun menjadi sangat hening. Kemudian sesudah selesai, Bapak guru
memberikan pesan kepada para siswa untuk mempelajari materi pembagian dan perkalian
dengan soal cerita karena tes dadakan akan dilakukan sewaktu-waktu.

Pada siswa pun pulang setelah pembelajaran hari ini usai. Dwi, Rahma dan juga Tika pulang
dengan jalan kaki bersama karena sekolah mereka tidak jauh dari rumah.

“Nanti bermain di rumahku yuk habis makan siang. Aku punya boneka baru hasil olah-oleh ibuku
dari Bandung kemarin.” Pinta Rahma kepada dua temannya.

“Asyiikk.” Ungkap Dwi senang.

Bagaimana Tika, apakah kamu bisa ikutan?”

“Aku tidak usah ikut saja. Aku ingin belajar di rumah karena pesan dari Bapak guru tadi kan kita
harus belajar sendiri karena tas dadakan akan dilakukan sewaktu-waktu.” Jawab Tika dengan
wajah polos.

Setiba di rumah masing-masing. Tika langsung mengganti bajunya, kemudian makan siang,
sholat dan istirahat siang supaya nanti malam dia bisa belajar dengan baik dan konsentrasi.
Mengenai materi buku yang kurang memahamkan, sesekali ia bertanya kepada kakaknya.

Sementara Dwi dan juga Rahma asyik bermain hingga larut sehingga mereka pun tidak sempat
mendalami materi. Keesokan harinya merekapun berangkat bersamaan. Sesampainya di kelas,
ternyata Bapak guru benar-benar melakukan tes dadakan. Dwi dan Juga Rahma merasa
sangat kebingungan mengerjakan soal. Sehingga merekapun mendapat nilai jelek. Dan akhirnya
harus
mengulang tes susulan.

Berbeda dengan Toka. Ia memperoleh nilai paling baik di kelas karena sudah belajar dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang guru. Dan Bapak guru pun
meminta Dwi dan Rahma belajar kepada Tika.

“Wah, selamat yang Tika. Nilaimu maksimal. Besok-besok kita ikut belajar sama kamu ya.”

Anda mungkin juga menyukai