Anda di halaman 1dari 9

IDENTITAS

Nama : Mustika Sitanggang

Asal Sekolah : SMAN 8 Bandar Lampung


/ Instansi

Tema : Perjuangan

Judul : Pendidikan yang ku tunggu


PENDIDIKAN YANG KU TUNGGU

Sania adalah gadis berumur 16 tahun yang bekerja dengan berjualan kue basah yang ia
ambil dari seorang ibu rumah tangga yang memang mempekerjakannya. Maklum saja, Sania
sekarang hanya tinggal bersama kedua adik nya yang masih kecil, Anggia dan Oliv. Ayah
Sania baru saja meninggal setelah kelulusan Sania, sedangkan ibunya sudah
meninggalkannya sejak ia menduduki bangku sekolah dasar kelas 5. Kini keseharian Sania
hanyalah bekerja banting tulang untuk menghidupi adik-adiknya, dan ia memilih untuk tidak
melanjutkan pendidikannya kejenjang SMA. Padahal Sania merupakan lulusan terbaik di
SMP yang merupakan salah satu sekolah favorit di kotanya, dan sangat susah untuk menjadi
yang terbaik di sekolah itu karena saingan yang sangat banyak, tapi Sania mampu meraih
predikat terbaik itu.

Sore itu Sania baru saja selesai berjualan kue, lalu kedua adiknya menghampirinya dan
berkata kalau mereka lapar, Sania yang baru saja membereskan jualannya itu langsung
mengajak adiknya pergi membeli makanan menggunakan hasil uang jualannya tadi.

"Kalian mau makan apa?" Tanya Sania sembari menyusuri jalan setapak.

"Apa saja kak, yang penting enak" Jawab Oliv dengan semangat, disusul dengan senyum
yang diberikan Sania.

Sesampainya mereka di warung nasi goring, Sania langsung memesan 1 porsi nasi goreng
yang merupakan makanan kesukaan adik-adiknya itu.

"Berapa bang?" Tanya Sania kepada penjual nasi goring itu, sambil merogoh kantongnya
untuk mengambil uang.

"15 ribu saja neng" Jawab penjual nasi goreng.

"Oh iya bang, ini uangnya" Sania mengiyakan, sembari memberikan uang itu dan mengambil
pesanannya.

"Terimakasih bang, ayo kita pulang" Lanjut Sania kepada kedua adiknya.

Setelah mereka sampai dirumah, Sania langsung membagi 1 porsi nasi goreng itu menjadi 3
piring.
"Yeayy, akhirnya kita makan" Ucap Anggia yang sangat bersemangat, dan lagi-lagi Sania
menanggapi adiknya dengan tersenyum.

Setelah selesai makan, Sania menyuruh adik-adiknya untuk tidur karena hari sudah cukup
malam.

"Kalian langsung tidur ya" Ucap Sania

"Iyaa kak" Jawab Anggia dan Oliv dengan serentak

Saat kedua adiknya sudah tertidur pulas, Sania pergi ke suatu toko sembako yang baru saja
ingin tutup. Ya, Sania selalu bekerja disana hanya untuk membantu menyiapkan ataupun
membereskan toko yang sudah mau tutup, dari pekerjaan itu Sania mendapatkan uang yang
bisa menjadi penambah uang jualan kue Sania.

Keesokan harinya, baru saja Sania selesai berjualan Sania dihadapkan dengan kejadian
yang tidak mengenakan

*brukk

Seseorang menabrak Sania, dengan sangat kencang.

"Aduh, hati hati dong kalau jalan" Sania mengiringis kesakitan.

Tiba-tiba saja seorang gadis yang menabrak Sania itu memberikan sebuah dompet
kepadanya.

"Eh, ini punya siapa?" Teriak Sania kepada gadis yang hendak berlari itu, tetapi gadis itu
tidak menghiraukan Sania dan terus berlari meninggalkannya. Sania meneliti dompet
berwarna merah muda dengan motif bunga itu, dan melihat ada banyak sekali uang dan
beberapa kartu didalamnya, bahkan Sania sampai dibuat terdiam hanya dengan melihat isi
dompet tersebut. Tak lama segerombolan orang datang menghampiri Sania yang masih
terdiam itu.

"Hey pencuri, kembalikan dompet itu!" Teriak seseorang kepada sania. Sania terkejut
sekaligus bingung mendengarnya, gerombolan orang itu langsung memegang tangan Sania
dengan erat.

"Kenapa ini pak? Saya gatau apa-apa" Sania kebingungan.

"Kamu yang ambil dompetnya kan?" Tanya salah satu orang dalam gerombolan itu.
"Hah bukan pak, tadi ada orang yang memberikan dompet ini kepada saya" Jawab Sania
membela diri.

"Halah alasan, anak zaman sekarang sudah pada pintar berbohong" Ucap seorang lain dalam
gerombolan itu tidak percaya.

"Iya betul tuh, mencuri saja pintar apalagi berbohong pasti sudah biasa" Sahut yang lain.
Sania yang mendengar itu kesal dan terus mencoba melepaskan cengkraman orang-orang itu.
Sania dimasukan kedalam mobil dam dibawa ke kantor polisi, didalam sudah ada wanita tua
yang tengah duduk dan mungkin sedang menunggu kedatangan Sania.

"Ini dompet nya kan nek?"

"Anak ini yang mencurinya" Seseorang berbicara kepada wanita tua itu, lalu wanita yang
menggunakan dress selutut dengan warna baju yang sangat kalem itu berdiri dan datang
menghampiri Sania.

"Iya benar ini dompet saya" Jawab nenek itu lembut

"Tapi sepertinya bukan anak ini yang mengambilnya tadi" Lanjut nenek itu sambil
mengingat-ingat.

"Tuh kan, bukan saya pak" Ucap Sania meyakinkan para polisi dan warga-warga lainnya.

"Tadi saya cuma jalan biasa, tiba-tiba ada yang menabrak saya dan dia meninggalkan dompet
itu kepada saya" Lanjut Sania menjelaskan.

"Iya bukan anak ini kok bapak-bapak, saya sudah ingat" Wanita tua itu ikut meyakinkan
warga dan polisi di sana.

Karena dirasa masalah sudah selesai Sania diperbolehkan untuk pulang, tapi itu sudah
terlalu malam Sania khawatir dengan keadaan kedua adiknya, karena mereka belum makan.
Melihat kegelisahan Sania wanita tua itu berjalan menghampirinya.

"Kamu kenapa nak?" Tanya nenek penasaran.

"Eh tidak apa-apa nek, saya hanya khawatir sama keadaan adik-adik saya di rumah, mereka
belum pada makan" Jawab sania.

"Oh kalau begitu kamu ikut nenek saja, kita beli makanan. Setelah itu nenek anter kamu
pulang, biar adik-adikmu dan kamu juga bisa makan. Kamu mau?" wanita itu meyakinkan
Sania agar mau menerima ajakannya. Setelah berpikir sejenak akhirnya Sania mengiyakan
ajakan wanita tua itu, karena ia sudah sangat khawatir.

"Ya sudah nek, saya mau ikut" Jawab sania. Lalu mereka pergi membeli 3 porsi makanan dan
makanan itu sepertinya makanan mahal, tapi Sania tidak mau ambil pusing yang penting dia
mendapatkan makanan untuk kedua adiknya. Setelah membeli makanan, Sania diantar pulang
ke rumahnya.

"Aku pulang" Ucap Sania ketika sampai dirumah.

"Mari nek masuk dulu" Lanjut Sania kepada wanita itu lembut.

"Ah tidak, besok saja nenek kesini lagi ya" Jawab wanita itu lembut.

"Oh ya sudah nek, terimakasih ya untuk makanannya saya senang banget" Ucap Sania
dengan wajah senang.

"Iya, ya sudah nenek pulang dulu ya" Jawab nenek sembari melangkah pergi. Sania
tersenyum sembari melambaikan tangan kearah nenek yang ingin memasuki mobil
mewahnya itu. Setelah mobil itu menghilang dari pandangan matanya, Sania masuk kedalam
rumah dan bergegas memberikan makanan itu kepada Anggia dan Oliv, dan seperti biasa
setelah kedua adiknya tidur, Sania kembali pergi ketoko yang biasa dia datangi setiap malam
untuk membantu membereskan toko itu.

Keesokan paginya Sania melakukan kegiatannya seperti biasa, kadang Sania juga pergi ke
rumah-rumah untuk membantu pekerjaan rumah mereka, dan Sania akan mendapat imbalan
dari pekerjaan itu. Ini semua dilakukan demi kedua adiknya, karena jika tidak mencari kerja
sampingan uang untuk hidup mereka akan kurang. Semua ini adalah perjuangan Sania untuk
adik-adiknya yang sangat ia sayangi.

Keesokan harinya benar saja, nenek itu datang menghampiri rumah mereka dan berniat
mampir dirumahnya.

"Wah nenek beneran datang?" Sania kaget akan kedatangannya. Sania langsung saja
mempersilakan wanita tua itu masuk kedalam rumah.

"Nenek mau saya buatkan teh?" Tanya Sania

"Tidak perlu, nenek cuma sebentar disini, hanya ingin ngobrol sedikit sama kamu" Jawab
nenek memberitahu maksud kedatangannya.
"Memangnya nenek mau bicara apa?" Tanya Sania bingung.

"Nenek ingin kamu dan adik-adikmu tinggal dirumah nenek saja, disana kamu bisa bantu-
bantu nenek, nanti nenek akan kasih kamu gaji" Jawab nenek menjelaskan.

"Hah? Gimana ya nek, apa tidak apa-apa kalau kami bertiga tinggal dirumah nenek?" Sania
bingung karena ucapan nenek yang tidak masuk akal menurutnya.

"Iya, kalian boleh kok tinggal di rumah nenek" Nenek meyakinkan Sania.

"Kalau kamu mau, hari ini kamu bisa membereskan barang-barangmu ya. Besok kamu sudah
bisa mulai bekerja, gimana kamu mau kan?" Tanya nenek sambil menjelaskan.

"I-iya nek saya mau, nanti kami bereskan barang-barang kami" Jawab Sania terbata-bata
karena masih tidak percaya.

Setelah nenek berpamitan pergi, Sania benar-benar membereskan barang-barangnya untuk


pergi ke rumah wanita tua itu, Sania sebenarnya masih tidak enak hati untuk menerima
ajakan tersebut, tetapi jika ia tidak menerimanya ia tidak bisa mendapatkan uang tambahan,
yang dimana uang tersebut bisa saja dipakai untuk keperluannya dan kedua adiknya. Siang
harinya ketika Sania sudah berada di rumah besar itu Sania benar-benar kaget. Sangking
besarnya rumah itu Sania sampai berfikir mungkin satu desanya bisa hidup dan tinggal disana
tanpa kekurangan.

"Silakan masuk" Ucap seseorang menghancurkan khayalan Sania.

"Oh iya mba" Jawab Sania masih dengan keadaan kagetnya. Sania memasuki satu ruang
besar yang benar-benar mewah, ruangan itu adalah ruang tamu.

"Kamu sudah datang" wanita tua itu menghampiri Sania yang tengah terpanah itu.

"Eh iya nek, saya sudah siap bekerja untuk hari ini" Sania menjawab dengan sigap.

"Hahaha, iya nanti kita obrolin itu ya, sekarang kita cari kamar untuk kamu dan adik-adik
kamu dulu" wanita itu menjelaskan sambil terkekeh.

"Hehe iya nek" Jawab Sania. Mereka memasuki sebuah ruangan dan rupanya ruangan itu
adalah kamar yang akan ditempati oleh Sania, Sania benar-benar menyukai kamar itu.

"Kamu lihat-lihat saja dulu" wanita itu tersenyum karena tau kalau Sania menyukai kamar
itu.
"Oh iya nek" Jawab Sania gugup. Sania mengelilingi sudut-sudut kamar, melihat jendela,
disana juga banyak lukisan dengan nilai seni yang terkandung didalamnya. Setelah cukup
lama di ruangan itu, Sania keluar untuk menemui nenek yang sedang duduk di teras sambil
mencicipi tehnya.

"Eh sudah selesai lihat-lihatnya?" Tanya wanita itu kepada Sania yang muncul dihadapannya.

"Iya sudah nek, kira-kira kapan saya mulai bekerja ya?" Jawab Sania disertai pertanyaannya.

"Kamu ini seperti ingin sekali bekerja disini ya haha" wanita itu menggoda Sania yang sedari
tadi menanyakan pekerjaannya, dan Sania hanya membalas candaan itu dengan senyuman
manisnya.

"Kamu boleh bekerja mulai sekarang kok, tapi…" Nenek berhenti sejenak dan meneguk
tehnya kembali, karena hal itu Sania dibuat bingung serta khawatir, apakah ia membuat
kesalahan.

"Kamu sudah boleh bekerja di rumah ini mulai hari ini, kamu bisa membereskan rumah
memasak apapun itu yang kamu bisa, tapi kamu jemput dulu adik-adikmu di rumah, kasihan
mereka menunggu kamu terus" Lanjut nenek terkekeh. Sania yang mendengar itu langsung
lega

"oke siap nek, saya pergi jemput mereka dulu ya" Jawab Sania sambil melangkahkan kakinya
pergi.

Setelah sampai di rumahnya Sania mengajak kedua adiknya itu pergi,

"jadi kita pindah ke rumah yang besar kak?" Tanya Anggia, adiknya kepada Sania ketika
dalam perjalanan.

"Iya rumahnya bagus loh, tapi kalian jangan nakal ya disana nanti kena marah loh" Jawab
Sania sambil memberi nasihat.

"Siap kak" Jawab Oliv. Setelah beberapa menit berjalan dan sempat menaiki kendaraan
umum, Sania dan kedua adiknya sampai di rumah itu.

"Wahh rumahnya besar sekali" Adik Sania, Oliv kagum.

"Betul, ini seperti istana" Sahut Anggia. Sania hanya tersenyum kemudian mengajak mereka
masuk.
Ketika mereka baru saja masuk, wanita tua itu sudah menyambut kedatangan mereka dan
langsung mengajak mereka untuk makan siang.

"Eh kalian sudah datang, ayo kita makan siang dulu" Ajak wanita itu kepada mereka.

"Iya nek" Jawab Adik-adik Sania yang tengah terpaku, langsung mengiyakan. Mereka
melanjutkan perbincangan mereka sambil menikmati makan siang mereka. Dan kedua adik
Sania disuruh oleh Sania untuk tidur siang, Sania langsung pergi kedapur untuk mencuci
piring bekas makan mereka, wanita tua yang melihat itu sangat tersentuh dan tersenyum
melihatnya.

Hari demi hari Sania benar-benar bekerja dengan giat di rumah itu, sampai dia
mendapatkan gaji yang setara dengan apa yang sudah dia dan adik-adiknya lakukan di rumah
itu. Kadang jika ia tidak ada kerjaan pun dia tetap merapikan sesuatu, seperti melipat kembali
baju-baju yang berantakan, ataupun mengelap barang-barang yang sudah berdebu. Ia
memang sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah yang seperti itu, mungkin karena itulah
membereskan rumah sudah menjadi hobinya. Selain membereskan rumah Sania juga sangat
suka belajar, terbukti dengan penghargaan-penghargaan yang ia terima dari sekolahnya dulu.
Karena melihat Sania yang giat belajar meskipun tidak sekolah, wanita itu berniat
menyekolahkan Sania dan kedua adiknya agar mendapatkan pendidikan yang pantas. Tapi
tentu saja Sania tidak akan menerima dengan cuma-cuma, Sania sangat tidak enak hati, sudah
menumpang hidup diberi pekerjaan dan sekarang mau di sekolahkan juga. Itulah kata-kata
yang terus berputar-putar dikepala Sania, tapi karena paksaan terus-menerus dari wanita itu,
Sania akhirnya tetap menerima tawaran wanita tua itu yang ingin menyekolahkan nya.

Sania dan kedua adiknya benar-benar disekolahkan. Sania masuk ke jenjang SMA dan
salah satu adiknya, Oliv masuk kekelas 5 SD. Tapi tetap dengan apa yang sudah ia dapat
sekarang Sania tetap berjuang untuk kehidupan adik-adiknya, ia tidak hanya bekerja di rumah
wanita itu saja, dia juga berjualan di sekolahnya, karena tidak mungkin untuk uang
kepentingan sekolah seperti uang kas dan lainnya ia minta ke orang lain. Begitu juga dengan
uang jajan kedua adiknya, semua itu Sania yang berikan hasil kerja kerasnya. Sekarang
kehidupan Sania yang tadinya begitu kelam, berubah menjadi sangat berwarna.

Maka dari itulah jika kita dihadapkan dengan masalah, apapun masalahnya dan seberat
apapun itu, jangalah terus mengeluh, mengeluh boleh saja tapi tidak boleh berlebihan. Hidup
akan terus berjalan dan kita tidak boleh hanya diam dan mengeluh saja, karena itu tidak akan
mengubah apapun. Kita tidak tahu bagaimana kedepannya, apakah keburukan akan
menimpah kita atau malah kebahagiaan yang akan datang. Mau apapun itu yang datang yang
terpenting adalah percaya pada diri sendiri bahwa kita bisa menghadapi itu semua.

Anda mungkin juga menyukai