Anda di halaman 1dari 3

Pesan Dari Ibu

Pada siang hari yang cerah, tampak seorang pria berdiri di depan rumah Albina. Dia
yang saat itu sedang sendirian di rumah, melihat pria itu dari balik jendela. Sudah sekitar 10
menit pria itu mondar-mandir di depan rumahnya. Pria tersebut tampak gelisah dengan
tangan dimasukkan ke dalam saku dan sesekali menyeka keringat di keningnya.
Albina merasa aneh melihat tingkah laku pria tersebut. Pikiran Albina mulai tidak
tenang. Pria tersebut mondar-mandir dan sesekali menatap ke arah rumahnya. Dia berpikir
bahwa pria tersebut adalah seorang pencuri dan berniat buruk terhadapnya.
“Siapa pria itu? Apakah dia adalah teman abangku? Tapi kenapa dia tidak mengetuk
pintu dan masuk saja? Apakah dia punya masalah dengan abangku dan ingin balas
dendam?”, tanya Albina dalam hati.
Melihat pria tersebut berdiri di tiang listrik, hati Albina mulai tenang dan berpikir
mungkin pria itu sedang menunggu temannya.
“Lalu kenapa dia selalu menatap ke arah rumahku?”, pikiran Albina menjadi kacau
lagi.
Tak lama kemudian, pria tersebut berjalan mendekati pagar rumah. Jantungnya
semakin berdetak kencang, kakinya terasa lemas dan gemetaran. Albina tak sanggup lagi
melangkah untuk mengambil handphone yang ada di dalam kamar.
“Ya Tuhan, tolong jauhkan segala marabahaya dariku. Aku masih muda ya Tuhan”,
ucap Albina yang sedang ketakutan.
Albina terus memperhatikan pria yang berjalan mendekati pintu rumahnya tersebut.
Albina terus menatapnya dan merasa bahwa dia pernah bertemu dengan pria itu tapi tidak
ingat dimana. Lalu pria tersebut meletakkan sesuatu di depan pintu rumahnya dan setelah
itu pergi.
Melihat pria tersebut pergi, Albina pun merasa lega lalu pergi keluar untuk
memeriksa benda yang diletakkan di depan pintu rumah. Ternyata pria tersebut meletakkan
dompet Albina yang hilang. Albina pun ingat bahwa pria tersebut adalah orang yang
menabraknya saat di pasar dan saat itu pula dompetnya hilang.
Albina pun langsung memeriksa isi dompetnya dan ternyata uangnya tidak
berkurang sepeser pun. Albina tidak menyangka bahwa pria tersebut akan mengembalikan
dompetnya dengan isi yang utuh. Ketika memeriksa isi dompetnya, Albina menemukan
sepucuk surat yang berisi:
“Maaf sebelumnya karena aku telah mengambil dompetmu. Aku tepaksa
melakukannya karena pada saat itu aku sangat butuh duit karena ibuku sedang sakit dan
harus dibawa ke rumah sakit. Sedangkan aku hanyalah seorang penjual kue buatan adikku.
Dari hasil penjualan kue, tidak mungkin dapat membiayai perawatan ibuku. Waktu itu aku
telah mengikutimu mulai dari pasar dan di gang itu aku sengaja menabrakmu dan aku
langsung mengambil dompetmu. Tapi aku tidak jadi memakai uang yang ada di dalam
dompetmu, karena aku tidak membutuhkannya lagi sehingga aku mengembalikan dompet
ini. Tolong maafkan aku”.
Albina pun langsung menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Mereka
berpikiran sama. Mereka bingung kenapa pria tersebut tidak memakai uang yang ada di
dalam dompet Albina. Apakah ibunya sudah sembuh? Albina selalu bertanya-tanya.
Albina dan ibunya pun berniat mencari pria tersebut ke perempatan lampu merah
tempat biasanya anak jalanan. Namun sudah berbulan-bulan mencari, pria tersebut tetap
tidak ketemu.

***

Pada hari Sabtu, Albina kembali menemani ibunya untuk berbelanja ke pasar.
Setelah lelah mengelilingi pasar, mereka pun pergi ke rumah makan. Sambil menunggu
pesanan, tampak seorang bapak tergesa-gesa masuk ke rumah makan dan langsung
memesan makanan. Beberapa saat kemudian datang seorang pria masuk ke dalam rumah
makan dan menawarkan dagangan kue nya ke bapak tersebut.
“Om, beli kuenya om, masih hangat”, tawarnya kepada bapak itu tersebut.
“Tidak. Saya makan nasi saja”, tolaknya.
Pesanan pun datang. Bapak tersebut langsung melahap makanannya dengan terburu-
buru lalu dia pergi. Albina yang masih menyantap hidangan hanya memperhatikan bapak
tersebut dari dalam rumah makan. Saat keluar, pria tersebut kembali menawarkan
dagangannya kepada bapak tersebut. Namun bapak tersebut menolak kembali. Bapak
tersebut hanya memberikan uang kepada pria tersebut sebagai sedekah karena dia merasa
kenyang.
Namun pria tersebut memberikan uang pemberian bapak tersebut kepada pengemis
yang ada di dekatnya.
“Hey, kenapa kamu memberikan pemberian orang kepada orang lain? Uang itu saya
berikan kepada kamu”, ungkap bapak tersebut dengan sedikit marah.
“Maaf om. Ibu saya mengajarkan saya untuk mendapatkan uang dari usaha
berjualan atas jerih payah sendiri, bukan mengemis dan mencuri. Kue ini dibuat oleh ibu
dan adik saya sendiri. Tadi om bilang bahwa duit tersebut adalah sedekah, maka uangnya
saya berikan kepada pengemis itu”.
Bapak tersebut pun merasa takjub.
“Berapa banyak kue yang kamu punya? Saya akan bawa ke rumah buat oleh-oleh”,
kata bapak tersebut.
Bapak tersebut pun langsung membayar dan dengan senang hati pria tersbut pun
menerima uang pemberian bapak tersebut.
“Terima kasih, om. Adik saya pasti akan senang sekali karena hasil kerja kerasnya
dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami dan ibu saya pasti senang karena saya
menjalankan pesan darri ibu.”
Mendengar perkataan tersebut, Albina pun menoleh kea rah pria tersebut dan
ternyata dia adalah pria yang selama ini dicarinya. Dengan rasa gembira, Albina
menghampiri pria tersebut dan mengajak duduk bersama. Ibu Albina pun memesan
makanan untuk pria tersebut lalu menyantapnya dengan sangat lahap. Lalu Albina bertanya
kepada pria tersebut:
“Mengapa kamu tidak memakai uang yang ada di dompet itu?”, tanyanya.
“Tujuan saya mengambil dompet tersebut adalah untuk membawa ibu saya berobat.
Tapi saat sampai di rumah, ibu saya sudah sekarat dan meninggal. Mungkin ibu tidak mau
saya mengobatinya dengan duit hasil curian, sehingga ia memilih beristirahat dengan
tenang dan bertemu ayah di surge”, ungkapnya sambil menangis.
Albina dan ibunya pun terharu mendengar cerita pria tersebut. Ibu Albina pun
menawarkan pria tersebut dan adiknya untuk tinggal bersama. Namun pria tersebut
menolaknya. Lalu Ibu Albina mengusulkan supaya dia tinggal di panti asuhan. Pria tersebut
pun setuju. Lalu kami langsung ke rumahnya dan menjemput adiknya. Albina dan ibunya
berharap semoga mereka bisa hidup bahagia di panti asuhan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai