M.P. Sirappa
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5,
Kotak Pos 1234, Makassar 90243
ABSTRAK
Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia
karena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakan
komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung,
namun kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulit
dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh beras
yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan
komparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgum
di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum
secara menyeluruh (holistik) yang mencakup empat dimensi, yaitu: 1) wilayah, (areal tanam), 2) ekonomi (nilai
keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial, (sikap dan persepsi produsen
terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku
industri makanan dan pakan).
Kata kunci: Sorgum, pangan, pakan ternak, industri, Indonesia
ABSTRACT
Prospect of sorghum development in Indonesian as alternative commodity for food, feed, and industrial uses
Sorghum (Sorghum bicolor) is a cereal which has a potential to be developed in Indonesia because it has wide
adaptation, especially in marginal land. Sorghum can be used as an alternative commodity for food, feed, and
industry. Its grains have high nutrition equivalent to corn, however, its high tanin content has limited its usage.
Husking of sorghum is also difficult, therefore, husking technology need to be improved such as by using rice
polisher combined with emery stone. Several major problems for developing sorghum are low comparative and
competitive advantage values, difficulties in postharvest handling, and low application of sorghum farming in
farmers level. To overcome these problems, a holictic management of sorghum production system are required,
i.e.: 1) region (sorghum areas), 2) economic (comparative and competitive advantages of sorghum than other
cereals), 3) social (behavior and perception of farmers to sorghum), and 4) industry (benefit and value of sorghum
as raw material for food and feed industry).
Keywords: Sorghum, foods, feeds, industry, Indonesia
Sorgum Kacang
Asam amino Jagung Beras Terigu Kedelai
tanah
Sorgum sebagai Bahan Pangan Lokal Hibrida
Lisin 21 21 30 37 34 64 35
Sorgum mempunyai potensi cukup besar Treonin 29 27 41 33 31 38 26
sebagai bahan pangan, namun pemanfa- Histidin 23 21 26 25 − 25 24
Leusin 139 147 146 72 89 78 64
atannya belum berkembang karena Isoleusin 44 45 42 43 49 45 34
pengupasan biji sorgum cukup sulit Valin 53 57 57 58 53 55 42
dilaksanakan. Di Indonesia, biji sorgum Fenilalanin 58 54 58 49 62 49 49
digunakan sebagai bahan makanan Asam aspartat 71 71 92 91 63 117 114
substitusi beras, namun karena kandung- Asam glutamat 227 222 229 222 378 187 183
Prolin 73 87 96 42 126 39 44
an taninnya cukup tinggi (0,40−3,60%), Alanin 90 95 92 48 44 43 39
hasil olahannya kurang enak. Menurut Arginin 35 32 49 79 56 72 111
Sudaryono (1996), masalah ini telah dapat Glisin 31 29 47 37 51 42 56
diatasi dengan memperbaiki teknologi Serin 35 33 56 33 36 51 48
pengolahan. Kulit biji dan lapisan testa Tirosin 46 42 52 25 39 31 39
dikikis dengan menggunakan mesin Sumber: Beti et al. (1990).
penyosoh beras merek “Satake Grain
Sorgum sebagai Pakan Ternak Komponen nutrisi Sorgum Jagung Ubi kayu
Sorgum 7,82 2,60 28,94 11,43 40,57 (Caransa dan Bakker 1987).
Rumput gajah 6 1,08 34,25 11,79 46,84 Produk industri penting dari biji
Pucuk tebu 5,33 0,90 35,48 9,69 48,60 sorgum adalah bir. Selama dekade terakhir,
Ubi kayu 20,40 6 22,80 9,90 40,90 biji sorgum dapat menggantikan barley
Jerami 2
dalam pembuatan bir (Canalis dan Sierra
Sorgum 4,40 1,60 32,30 8,90 52,80
Padi 4,50 1,50 28,80 20 45,20 1976 dalam Reddy et al. 1995). Sifat kimia
Jagung 7,40 1,50 27,80 10,80 53,10 biji sorgum yang sangat penting dalam
Kacang tanah 11,10 1,80 29,90 18,70 38,20 pembuatan bir adalah aktivitas diastatik,
Kedelai 10,60 2,80 36,30 7,60 42,80 alfa-amino nitrogen, dan total nitrogen
Ubi jalar 11,30 2,50 24,90 14,50 46,80
yang dapat larut. Namun, konsentrasi
BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen. amilopektin yang tinggi dalam pati
Sumber: 1Direktorat Jenderal Perkebunan (1996); 2Poespodihardjo (1983). sorgum menyebabkan pati sangat sulit
dihidrolisis (Twagirumukiza 1983 dalam
Reddy et al. 1995). Gorinstein et al. (1980)
dalam Reddy et al. (1995) menyatakan
Tabel 9. Nilai daya cerna in vitro dan in vivo serta fraksi serat limbah sorgum bahwa aktivitas diastatik yang tinggi dapat
dan limbah pertanian lainnya. meningkatkan fraksi albumin-globulin
protein, di mana albumin dan alfa-amino
Komponen
Jerami Daun Pucuk protein digunakan untuk faktor rasa,
Sorgum Jagung Kacang tanah ubi kayu tebu stabilitas busa, dan kepekaan dingin dari
Bobot kering (%) 39,80 39,80 29,30 23,50 37,40 bir.
Fraksi serat
dinding sel (%) 81,80 79,50 69,40 62,40 86,50
Acid detergent PELUANG DAN TANTANGAN
Serat (%) 76 73,50 62 58,50 81,50
Hemiselulosa (%) 5,80 6 7,40 3,40 5 PENGEMBANGAN SORGUM
Lignin (%) 16 12,80 6,80 14,20 9,20
Silika (%) 4,40 20,40 1,90 1,60 4,60 Dalam upaya memenuhi kebutuhan
Daya cerna in vitro pangan, pakan, dan bahan industri yang
BKTIV (%) 39,40 32,70 67,30 54,30 39,40 terus meningkat, serta untuk meningkat-
BOTIV (%) 39,20 30,70 59,00 48,70 36,30
kan pendapatan petani di daerah beriklim
Daya cerna in vivo
TNT (%) 33 36,60 67,20 54,30 39,40 kering, pengembangan sorgum merupakan
Protein tercerna (%) 1 0,60 3,90 − 1,50 salah satu alternatif yang dapat dipilih.
ET (kkal/kg) 1.766 902 2.992 − 1.917 Di daerah-daerah yang sering mengalami
BKTIV = bahan kering tercerna in vitro; TNT = total nutrien tercerna. kekeringan atau mendapat genangan
BOTIV = bahan organik tercerna in vitro; ET = energi tercerna. banjir, tanaman sorgum masih dapat
Sumber: Hartadi et al. (1981) dalam Tangendjaja dan Gunawan (1988). diusahakan. Oleh karena itu, terdapat
peluang yang cukup besar untuk me-
ningkatkan produksi sorgum melalui
perluasan areal tanam.
Pengembangan sorgum juga ber-
nira sorgum yang terdapat dalam batang. menurunkan kandungan amilum sampai peran dalam meningkatkan ekspor non-
Komposisi nira sorgum manis ditunjukkan 50% dari kadar awal. migas, mengingat pemanfaatan sorgum
pada Tabel 10. Biji sorgum juga dapat dibuat pati di luar negeri cukup beragam. Menurut
Kualitas nira sorgum manis setara (starch) yang berwarna putih. Pati sorgum Direktorat Bina Usaha Tani dan Peng-
dengan nira tebu, kecuali kandungan digunakan dalam berbagai industri, seperti olahan Hasil Tanaman Pangan, volume
amilum dan asam akonitat yang relatif perekat, bahan pengental, dan aditif pada ekspor sorgum Indonesia ke Singapura,
tinggi. Kandungan amilum yang tinggi industri tekstil, sedangkan hasil samping Hongkong, Taiwan, dan Malaysia men-
tersebut merupakan salah satu masalah dari pembuatan pati dapat digunakan capai 1.092,40 ton atau senilai US$
dalam proses kristalisasi nira sorgum sebagai makanan ternak. Pati merupakan 116.211. Demikian juga di Thailand, pada
sehingga gula yang dihasilkan berbentuk bahan utama pada berbagai sistem peng- tahun 1979 ekspor sorgum dapat me-
cair. Untuk mengatasi masalah tersebut, olahan pangan, antara lain sebagai sum- nyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26
Pusat Penelitian Perkebunan Gula In- ber energi utama, serta berperan sebagai miliar) dari volume ekspor 170.000 ton ke
donesia (P3GI) telah merekayasa alat penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan
“Amylum Separator” yang mampu penampakan bahan pangan. Sorgum Timur Tengah (Detachet 1979 dalam Beti
▼
▼ pasar dan permintaan. Walaupun tek-
Pemutihan nologi budi daya sorgum spesifik lokasi
▼ belum tersedia, teknologi budi daya
Pertukaran kation dan anion sorgum hampir sama dengan jagung,
Isomerase sehingga tantangan yang paling men-
dasar adalah penyediaan teknologi
pascapanen baik primer maupun sekunder
▼ ▼ ▼
Evaporasi Glukosa cair Kristal
serta jaminan pasar dan permintaan.
Secara umum, masalah utama dalam
▼ ▼
pengembangan sorgum adalah sebagai
Sirup fruktosa Dekstrosa monohidrat
berikut (Anonim 1996; Sudaryono 1996):
1) Nilai keunggulan komparatif dan
Gambar 1. Proses pembuatan gula dari biji sorgum (Somani dan Pandrangi 1993 kompetitif ekonomi sorgum relatif
dalam Sumarno dan Karsono 1996). rendah dibandingkan komoditas
serealia lain.
2) Pascapanen sorgum (peralatan dan
pengolahan) pada skala rumah tangga
masih sulit dilakukan.
3) Pangsa pasar sorgum belum kondusif,
Tabel 10. Perbandingan komposisi nira sorgum manis dan nira tebu.
baik di tingkat regional maupun
Komposisi Nira sorgum Nira tebu
nasional.
4) Penyebaran informasi serta pembinaan
Brix (%) 13,60 − 18,40 12 − 19 usaha tani sorgum di tingkat petani
Sukrosa (%) 10 − 14,40 9 − 17
Gula reduksi (%) 0,75 − 1,35 0,48 − 1,52
belum intensif.
Gula total (%) 11 − 16 10 − 18 5) Biji sorgum mudah rusak selama
Amilum (ppm) 209 − 1.764 1,50 − 95 penyimpanan.
Asam akonitat (%) 0,56 0,25 6) Ketersediaan varietas yang disenangi
Abu (%) 1,28 − 1,57 0,40 − 0,70 petani masih kurang.
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (1996). 7) Penyediaan benih belum memenuhi
lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu,
dan tempat).