Anda di halaman 1dari 8

PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM DI INDONESIA

SEBAGAI KOMODITAS ALTERNATIF UNTUK


PANGAN, PAKAN, DAN INDUSTRI

M.P. Sirappa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5,
Kotak Pos 1234, Makassar 90243

ABSTRAK
Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia
karena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakan
komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung,
namun kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulit
dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh beras
yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan
komparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgum
di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum
secara menyeluruh (holistik) yang mencakup empat dimensi, yaitu: 1) wilayah, (areal tanam), 2) ekonomi (nilai
keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial, (sikap dan persepsi produsen
terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku
industri makanan dan pakan).
Kata kunci: Sorgum, pangan, pakan ternak, industri, Indonesia

ABSTRACT
Prospect of sorghum development in Indonesian as alternative commodity for food, feed, and industrial uses

Sorghum (Sorghum bicolor) is a cereal which has a potential to be developed in Indonesia because it has wide
adaptation, especially in marginal land. Sorghum can be used as an alternative commodity for food, feed, and
industry. Its grains have high nutrition equivalent to corn, however, its high tanin content has limited its usage.
Husking of sorghum is also difficult, therefore, husking technology need to be improved such as by using rice
polisher combined with emery stone. Several major problems for developing sorghum are low comparative and
competitive advantage values, difficulties in postharvest handling, and low application of sorghum farming in
farmers level. To overcome these problems, a holictic management of sorghum production system are required,
i.e.: 1) region (sorghum areas), 2) economic (comparative and competitive advantages of sorghum than other
cereals), 3) social (behavior and perception of farmers to sorghum), and 4) industry (benefit and value of sorghum
as raw material for food and feed industry).
Keywords: Sorghum, foods, feeds, industry, Indonesia

S orgum (Sorghum bicolor L.)


merupakan salah satu jenis tanaman
serealia yang mempunyai potensi besar
(MSG), asam amino, dan industri minuman.
Dengan kata lain, sorgum merupakan
komoditas pengembang untuk diversifikasi
Menurut Beti et al. (1990), Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Horti-
kultura (1996) dan Direktorat Jenderal
untuk dikembangkan di Indonesia industri secara vertikal. Perkebunan (1996), sorgum merupakan
karena mempunyai daerah adaptasi yang Prospek penggunaan biji sorgum komoditas sumber karbohidrat yang
luas. Tanaman sorgum toleran terhadap yang terbesar adalah untuk pakan, yang cukup potensial karena kandungan kar-
kekeringan dan genangan air, dapat mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia- bohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100
berproduksi pada lahan marginal, serta Australia dan diperkirakan masih terjadi g bahan. Namun, masalah utama peng-
relatif tahan terhadap gangguan hama/ kekurangan sekitar 6,72 juta ton (Gowda gunaan biji sorgum sebagai bahan pangan
penyakit. Biji sorgum dapat digunakan dan Stenhouse 1993; Rao 1993 dalam maupun pakan adalah kandungan tanin
sebagai bahan pangan serta bahan baku Sumarno dan Karsono 1996). Kondisi ini yang cukup tinggi, mencapai 0,40−3,60%
industri pakan dan pangan seperti memberi peluang bagi Indonesia untuk (Rooney dan Sullines 1977). Sorgum juga
industri gula, monosodium glutamat mengekspor sorgum. merupakan tanaman penghasil pakan

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 133


hijauan sekitar 15−20 t/ha/tahun (Anonim disebabkan oleh perbedaan agroekologi tahun dengan total produksi 68,40 juta
1996), dan pada kondisi optimum dapat serta teknologi budi daya yang diterap- ton dan rata-rata produktivitas 1,30 t/ha
mencapai 30−45 t/ha/tahun (Wardhani kan oleh petani, terutama varietas dan (Tabel 2). Negara penghasil sorgum
1996). pupuk. Pengusahaan sorgum terbesar di utama adalah India, Cina, Nigeria, dan
Di negara-negara miskin di daerah Indonesia terdapat di Jawa Tengah, Amerika Serikat, sedangkan Indonesia
beriklim kering, umumnya sorgum di- disusul oleh Jawa Timur, DI Yogyakarta, termasuk negara yang masih ketinggalan,
usahakan sebagai tanaman pangan. serta NTB dan NTT. baik dalam penelitian, produksi, pengem-
Namun, di negara-negara maju yang Rata-rata produktivitas sorgum bangan, penggunaan, maupun ekspor
persediaan bahan pangannya berlimpah, tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu sorgum.
sorgum ditanam sebagai bahan pakan 3,60 t/ha, bahkan secara individu dapat Meskipun dalam jumlah yang ter-
karena kandungan gizinya cukup tinggi mencapai 7 t/ha (Sumarno dan Karsono batas, produksi sorgum Indonesia telah
(setara dengan jagung) serta sebagai 1996). Produktivitas yang tinggi ini dapat diekspor ke Singapura, Hongkong,
bahan baku industri. dicapai dengan menerapkan teknologi Taiwan, Malaysia, dan Jepang untuk
Untuk mengembangkan sorgum budi daya secara optimal, antara lain digunakan sebagai bahan baku pakan
diperlukan keterkaitan antara pemerintah, penggunaan varietas hibrida, pemupukan serta industri makanan dan minuman.
petani produsen, dan pabrik pakan ternak. secara optimal, dan pengairan. Sebaliknya Ekspor sorgum selama Pelita V mencapai
Dengan adanya keterkaitan tersebut, di beberapa negara produsen sorgum, 1.092.400 kg dengan nilai US$ 116.211,
produksi sorgum dapat ditampung oleh rata-rata produktivitas sorgum masih di sedangkan impor sorgum mencapai 4.615
industri pakan sehingga terdapat jaminan bawah 1 t/ha, yang disebabkan oleh kg atau US$ 3.988, sehingga masih terjadi
pasar bagi petani. pengaruh iklim yang kering, penggunaan net ekspor 1.087.785 kg atau perolehan
Tujuan dari penulisan ini adalah: 1) varietas lokal yang hasilnya rendah, nilai devisa US$ 112.233 (Tabel 3). Gowda
memberikan informasi mengenai prospek pemupukan minimal, dan penanaman dan Stenhouse (1993) dan Rao (1993)
pengembangan sorgum sebagai komodi- secara tumpang sari. dalam Sumarno dan Karsono (1996)
tas alternatif untuk pangan, pakan, dan Menurut Beti et al. (1990), luas areal menyatakan bahwa proyeksi penyediaan
bahan industri, dan 2) mengetahui sorgum dunia sekitar 50 juta hektar setiap sorgum untuk wilayah Asia-Australia
masalah/tantangan pengembangan sor-
gum serta pemecahannya.

Tabel 1. Rata-rata luas tanam dan produktivitas sorgum di beberapa daerah


POTENSI LAHAN DAN sentra sorgum di Indonesia*.
PRODUKSI SORGUM
Tempat/tahun Luas tanam Produksi Produktivitas
Areal yang berpotensi untuk pengem- (ha) (t) (t/ha)
bangan sorgum di Indonesia sangat luas, Jawa Tengah (1973−1983) 1 15.309 17.350 1,13
meliputi daerah beriklim kering atau Jawa Timur (1984−1988) 2 5.963 10.522 1,76
musim hujannya pendek serta tanah yang DI Yogyakarta (1974−1980) 3 1.813 670 0,37
Nusa Tenggara Barat (1993/94)4 30 54 1,80
kurang subur. Daerah penghasil sorgum Nusa Tenggara Timur (1993/94) 4 26 39 1,50
dengan pola pengusahaan tradisional
adalah Jawa Tengah (Purwodadi, Pati, *Data diolah (pembulatan).
Sumber: 1Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah TK I Jawa
Demak, Wonogiri), Daerah Istimewa Tengah dalam Beti et al. (1990).
Yogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo), 2
Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah TK I Jawa
Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Timur dalam Beti et al. (1990).
Tuban, Probolinggo), dan sebagian Nusa 3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan DI Yogyakarta dalam Beti et al. (1990).
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
4
Direktorat Jenderal Perkebunan (1996).
Di lahan tegal dan sawah tadah
hujan, sorgum ditanam sebagai tanaman Tabel 2. Negara produsen utama sorgum dunia.
sisipan atau tumpang sari dengan padi
gogo, kedelai, kacang tanah atau tem- Luas panen Produksi Produktivitas
Negara
bakau, sehingga luas tanaman sorgum (000 ha) (000 t) (t/ha)
yang sesungguhnya agak sulit diukur. India 15.781 11.583 0,73
Demikian juga di lahan sawah, sorgum Cina 8.570 11.175 1,30
sering ditanam secara monokultur pada Nigeria 6.000 3.720 0,62
Amerika Serikat 5.477 19.975 3,65
musim kemarau, namun sejak awal tahun Sudan 2.854 2.198 0,77
1980-an tanaman ini terdesak oleh tanam- Argentina 2.253 6.394 2,84
an lain, seperti jagung, kedelai, tebu, Meksiko 1.422 4.141 2,91
semangka, dan mentimun. Thailand 886 618 0,70
Rata-rata luas tanam dan produktivi- Indonesia 18 13 0,72
tas sorgum pada beberapa daerah sentra Jumlah 43.261 59.817 1,38
produksi sorgum di Indonesia cukup Sumber: Beti et al. (1990).
bervariasi (Tabel 1). Variasi tersebut

134 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003


lainnya, sehingga cukup potensial sebagai
Tabel 3. Ekspor-impor sorgum Indonesia selama Pelita V (1989− 1993). bahan pangan substitusi beras (Tabel 4).
Begitu pula kandungan asam aminonya
Ekspor Impor tidak kalah dengan bahan makanan
Tahun
Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$)
lainnya (Tabel 5).
Beberapa jenis makanan dari sorgum
1989 454.500 48.269 − − berdasarkan cara pengolahannya yaitu
1990 − − 225 1.430 (Vogel dan Graham 1979; Reddy et al.
1991 − − − −
1992 319.900 42.646 43 64
1995):
1993 318.000 25.296 4.347 2.494 • Makanan sejenis roti tanpa ragi, misal-
Jumlah 1.092.400 116.211 4.615 3.988 nya chapati, tortila.
• Makanan sejenis roti dengan ragi,
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1996).
misalnya injera, kisia, dosai.
• Makanan bentuk bubur kental, misalnya
to, tuwu, ugali, bagobe, sankati.
• Makanan bentuk bubur cair, misalnya
pada tahun 2000 mengalami defisit sekitar Testing Mill” atau “Satake Polisher Rice
ogi, ugi, ambili, edi.
6.716.000 ton. Machine” yang dilengkapi dengan silinder
Hingga kini, perkembangan produksi gurinda batu dengan permukaan yang • Makanan camilan, misalnya pop
sorgum nasional belum masuk dalam kasar. sorgum, tape sorgum, emping sorgum.
statistik pertanian, yang menunjukkan Kandungan nutrisi sorgum juga • Sorgum rebus, misalnya: urap sorgum,
bahwa komoditas tersebut belum men- cukup tinggi dibanding bahan pangan som.
dapat prioritas untuk dikembangkan.
Namun ditinjau dari daerah pengusahaan
yang cukup luas, rata-rata produktivitas
yang lebih tinggi dibanding negara
Tabel 4. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan
produsen utama sorgum, serta adanya
pangan lainnya.
defisit permintaan sorgum di beberapa
negara, sorgum mempunyai prospek yang Bahan Kalori Protein Lemak Karbo- Air Serat Ca P Fe
cukup cerah di Indonesia. pangan (kal) (g) (g) hidrat (g) (%) (%) (mg) (mg) (mg)

Sorgum 332 11 3,30 73 11,20 2,30 28 287 4,40


Beras 360 7 0,70 79 9,80 1 6 147 0,80
Jagung 361 9 4,50 72 13,50 2,70 9 380 4,60
PROSPEK SORGUM Kentang 83 2 0,10 19 − − 11 56 0,70
SEBAGAI BAHAN PANGAN, Ubi kayu 157 1,20 0,30 35 63 − 33 40 0,70
Ubi jalar 123 1,80 0,70 28 − − 30 49 0,70
PAKAN, DAN INDUSTRI Terigu 365 8,90 1,30 77 − − 16 106 1,20

Penggunaan sorgum sangat beragam, Sumber: Beti et al. (1990).


tetapi secara garis besar dapat digolong-
kan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai
bahan pangan, bahan pakan, dan bahan Tabel 5. Kandungan asam amino esensial sorgum dan bahan makanan
industri (Sumarno dan Karsono 1996). lainnya (mg/g protein).

Sorgum Kacang
Asam amino Jagung Beras Terigu Kedelai
tanah
Sorgum sebagai Bahan Pangan Lokal Hibrida
Lisin 21 21 30 37 34 64 35
Sorgum mempunyai potensi cukup besar Treonin 29 27 41 33 31 38 26
sebagai bahan pangan, namun pemanfa- Histidin 23 21 26 25 − 25 24
Leusin 139 147 146 72 89 78 64
atannya belum berkembang karena Isoleusin 44 45 42 43 49 45 34
pengupasan biji sorgum cukup sulit Valin 53 57 57 58 53 55 42
dilaksanakan. Di Indonesia, biji sorgum Fenilalanin 58 54 58 49 62 49 49
digunakan sebagai bahan makanan Asam aspartat 71 71 92 91 63 117 114
substitusi beras, namun karena kandung- Asam glutamat 227 222 229 222 378 187 183
Prolin 73 87 96 42 126 39 44
an taninnya cukup tinggi (0,40−3,60%), Alanin 90 95 92 48 44 43 39
hasil olahannya kurang enak. Menurut Arginin 35 32 49 79 56 72 111
Sudaryono (1996), masalah ini telah dapat Glisin 31 29 47 37 51 42 56
diatasi dengan memperbaiki teknologi Serin 35 33 56 33 36 51 48
pengolahan. Kulit biji dan lapisan testa Tirosin 46 42 52 25 39 31 39
dikikis dengan menggunakan mesin Sumber: Beti et al. (1990).
penyosoh beras merek “Satake Grain

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 135


• Makanan yang dikukus, misalnya
couscous, wowoto, juadah-sorgum. Tabel 6. Kandungan nutrisi biji sorgum dan bahan lainnya sebagai pakan
ternak.

Sorgum sebagai Pakan Ternak Komponen nutrisi Sorgum Jagung Ubi kayu

Penggunaan biji sorgum dalam ransum Kadar air (%) 12 11 12


Protein (%) 9,50 9 3
pakan ternak bersifat suplemen (sub- Serat kasar (%) 2,30 2,50 4
stitusi) terhadap jagung, karena nilai Ekstrak ethor (%) 2,50 4 0,69
nutrisinya tidak berbeda dengan jagung Abu (%) 2,30 2,20 0,50
(Tabel 6). Namun karena kandungan tanin Karbohidrat (%) 68 71 75
yang cukup tinggi (0,40−3,60%), biji Pati (%) 72 76 79
Energi metabolis
sorgum hanya digunakan dalam jumlah Unggas (kal/kg) 3.250 3.385 3.750
terbatas karena dapat mempengaruhi Sapi (MJ/kg) 13,40 14,20 14,50
fungsi asam amino dan protein (Rooney Kalsium (%) 0,11 0,02 0,25
dan Sullines 1977). Menurut Scott et al. Fosfor (%) 0,24 0,25 0,35
(1976) dalam Koentjoko (1996), kan- Metionin + sistin (%) 0,35 0,33 0,03
Lisin (%) 0,22 0,27 0,16
dungan tanin dalam ransum di atas 0,50%
dapat menekan pertumbuhan ayam, dan Sumber: Wright (1993).
apabila mencapai 2% akan menyebabkan
kematian (Rayudu et al. 1970).
Biji sorgum dapat diberikan langsung Tabel 7. Produksi telur dan bobot ayam broiler pada berbagai rasio biji
berupa biji atau diolah terlebih dulu dan sorgum dalam ransum.
dicampur dengan bahan-bahan lain Ransum (%)
dengan komposisi sebagai berikut: biji Produksi telur (%) Bobot ayam (g)
Sorgum Jagung
sorgum 55−60%, bungkil kedelai/kacang
tanah 20%, tepung ikan 2,50−20%, dan 0 45 96 −
vitamin-mineral 2−8% (Beti et al. 1990). 0 60 − 1.119
Penggunaan sorgum 30−60% dalam 0 100 83 1.035
15 SP 30 95 −
ransum tidak berpengaruh terhadap 15 SK 30 96 −
performa ayam. Menurut Beti et al. (1990) 15 SP 45 − 1.183
dan ICRISAT (1994) dalam Reddy et al. 15 SK 45 − 1.108
(1995), sorgum dapat mengganti seluruh 45 SP 0 95 −
jagung dalam ransum pakan ayam, itik, 45 SK 0 95 −
45 SP 15 − 1.153
kambing, babi, dan sapi tanpa menimbul- 45 SK 15 − 1.243
kan efek samping. Penggunaan biji sorgum 50 ICSV 112 50 83 1.010
dalam ransum dengan berbagai rasio tidak 50 ICSV 145 50 80 1.029
mempengaruhi produksi telur dan bobot 100 ICSV 112 0 82 1.032
ayam (Tabel 7). 100 ICSV 145 0 81 926
Ransum petani (komersial) 78 1.026
Limbah sorgum (daun dan batang
segar) dapat dimanfaatkan sebagai SP = sorgum putih; SK = sorgum kuning.
hijauan pakan ternak. Potensi daun Sumber: ICRISAT 1994 dalam Reddy et al. (1995).
sorgum manis sekitar 14−16% dari bobot
segar batang atau sekitar 3 t daun segar/
ha dari total produksi 20 t/ha. Soebarinoto
dan Hermanto (1996) melaporkan bahwa kualitas limbah untuk pakan ternak, tetapi drangi (1993) dalam Sumarno dan
setiap hektar tanaman sorgum dapat perlu didukung oleh nilai daya cerna dan Karsono (1996), biji sorgum dapat dibuat
menghasilkan jerami 2,62 + 0,53 t bahan komponen serat dari limbah tersebut gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa
kering. Konsumsi rata-rata setiap ekor sapi seperti yang disajikan dalam Tabel 9. sesuai dengan kandungan gula pada biji.
adalah 15 kg daun segar/hari (Direktorat Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Proses pengolahan gula dari biji sorgum
Jenderal Perkebunan 1996). Daun sorgum nutrisi jerami sorgum tidak kalah di- dapat dilihat pada Gambar 1.
tidak dapat diberikan secara langsung banding jerami jagung dan pucuk tebu. Gula sederhana yang diperoleh dari
kepada ternak, tetapi harus dilayukan biji sorgum selanjutnya dapat difermen-
dahulu sekitar 2−3 jam. tasi untuk menghasilkan alkohol. Menurut
Nutrisi daun sorgum setara dengan Somani dan Pandrangi (1993) dalam
rumput gajah dan pucuk tebu. Komposisi Sorgum sebagai Bahan Industri Sumarno dan Karsono (1996), setiap ton
kimia dari limbah sorgum dibandingkan biji sorgum dapat menghasilkan 384 l
dengan limbah pertanian lainnya disajikan Biji sorgum mengandung 65−71% pati alkohol. Alkohol umumnya dibuat dari
pada Tabel 8. Data komposisi kimia pada yang dapat dihidrolisis menjadi gula biji sorgum yang berkualitas rendah atau
tabel tersebut tidak cukup untuk menilai sederhana. Menurut Somani dan Pan- berjamur. Alkohol dapat juga dibuat dari

136 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003


dapat digunakan sebagai pengganti
Tabel 8. Komposisi nutrisi limbah sorgum dan bahan lainnya sebagai pakan dalam industri pati jagung karena adanya
ternak (% bahan kering). beberapa persamaan, namun ekstraksi
pati sorgum masih menjadi masalah. Peng-
Limbah Protein kasar Lemak Serat kasar Abu BETN ikatan pati pada sorgum berkisar antara
35−38%, sedangkan pada jagung 8−15%
Daun 1

Sorgum 7,82 2,60 28,94 11,43 40,57 (Caransa dan Bakker 1987).
Rumput gajah 6 1,08 34,25 11,79 46,84 Produk industri penting dari biji
Pucuk tebu 5,33 0,90 35,48 9,69 48,60 sorgum adalah bir. Selama dekade terakhir,
Ubi kayu 20,40 6 22,80 9,90 40,90 biji sorgum dapat menggantikan barley
Jerami 2
dalam pembuatan bir (Canalis dan Sierra
Sorgum 4,40 1,60 32,30 8,90 52,80
Padi 4,50 1,50 28,80 20 45,20 1976 dalam Reddy et al. 1995). Sifat kimia
Jagung 7,40 1,50 27,80 10,80 53,10 biji sorgum yang sangat penting dalam
Kacang tanah 11,10 1,80 29,90 18,70 38,20 pembuatan bir adalah aktivitas diastatik,
Kedelai 10,60 2,80 36,30 7,60 42,80 alfa-amino nitrogen, dan total nitrogen
Ubi jalar 11,30 2,50 24,90 14,50 46,80
yang dapat larut. Namun, konsentrasi
BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen. amilopektin yang tinggi dalam pati
Sumber: 1Direktorat Jenderal Perkebunan (1996); 2Poespodihardjo (1983). sorgum menyebabkan pati sangat sulit
dihidrolisis (Twagirumukiza 1983 dalam
Reddy et al. 1995). Gorinstein et al. (1980)
dalam Reddy et al. (1995) menyatakan
Tabel 9. Nilai daya cerna in vitro dan in vivo serta fraksi serat limbah sorgum bahwa aktivitas diastatik yang tinggi dapat
dan limbah pertanian lainnya. meningkatkan fraksi albumin-globulin
protein, di mana albumin dan alfa-amino
Komponen
Jerami Daun Pucuk protein digunakan untuk faktor rasa,
Sorgum Jagung Kacang tanah ubi kayu tebu stabilitas busa, dan kepekaan dingin dari
Bobot kering (%) 39,80 39,80 29,30 23,50 37,40 bir.
Fraksi serat
dinding sel (%) 81,80 79,50 69,40 62,40 86,50
Acid detergent PELUANG DAN TANTANGAN
Serat (%) 76 73,50 62 58,50 81,50
Hemiselulosa (%) 5,80 6 7,40 3,40 5 PENGEMBANGAN SORGUM
Lignin (%) 16 12,80 6,80 14,20 9,20
Silika (%) 4,40 20,40 1,90 1,60 4,60 Dalam upaya memenuhi kebutuhan
Daya cerna in vitro pangan, pakan, dan bahan industri yang
BKTIV (%) 39,40 32,70 67,30 54,30 39,40 terus meningkat, serta untuk meningkat-
BOTIV (%) 39,20 30,70 59,00 48,70 36,30
kan pendapatan petani di daerah beriklim
Daya cerna in vivo
TNT (%) 33 36,60 67,20 54,30 39,40 kering, pengembangan sorgum merupakan
Protein tercerna (%) 1 0,60 3,90 − 1,50 salah satu alternatif yang dapat dipilih.
ET (kkal/kg) 1.766 902 2.992 − 1.917 Di daerah-daerah yang sering mengalami
BKTIV = bahan kering tercerna in vitro; TNT = total nutrien tercerna. kekeringan atau mendapat genangan
BOTIV = bahan organik tercerna in vitro; ET = energi tercerna. banjir, tanaman sorgum masih dapat
Sumber: Hartadi et al. (1981) dalam Tangendjaja dan Gunawan (1988). diusahakan. Oleh karena itu, terdapat
peluang yang cukup besar untuk me-
ningkatkan produksi sorgum melalui
perluasan areal tanam.
Pengembangan sorgum juga ber-
nira sorgum yang terdapat dalam batang. menurunkan kandungan amilum sampai peran dalam meningkatkan ekspor non-
Komposisi nira sorgum manis ditunjukkan 50% dari kadar awal. migas, mengingat pemanfaatan sorgum
pada Tabel 10. Biji sorgum juga dapat dibuat pati di luar negeri cukup beragam. Menurut
Kualitas nira sorgum manis setara (starch) yang berwarna putih. Pati sorgum Direktorat Bina Usaha Tani dan Peng-
dengan nira tebu, kecuali kandungan digunakan dalam berbagai industri, seperti olahan Hasil Tanaman Pangan, volume
amilum dan asam akonitat yang relatif perekat, bahan pengental, dan aditif pada ekspor sorgum Indonesia ke Singapura,
tinggi. Kandungan amilum yang tinggi industri tekstil, sedangkan hasil samping Hongkong, Taiwan, dan Malaysia men-
tersebut merupakan salah satu masalah dari pembuatan pati dapat digunakan capai 1.092,40 ton atau senilai US$
dalam proses kristalisasi nira sorgum sebagai makanan ternak. Pati merupakan 116.211. Demikian juga di Thailand, pada
sehingga gula yang dihasilkan berbentuk bahan utama pada berbagai sistem peng- tahun 1979 ekspor sorgum dapat me-
cair. Untuk mengatasi masalah tersebut, olahan pangan, antara lain sebagai sum- nyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26
Pusat Penelitian Perkebunan Gula In- ber energi utama, serta berperan sebagai miliar) dari volume ekspor 170.000 ton ke
donesia (P3GI) telah merekayasa alat penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan
“Amylum Separator” yang mampu penampakan bahan pangan. Sorgum Timur Tengah (Detachet 1979 dalam Beti

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 137


sorgum dengan mesin penyosoh beras
Biji sorgum yang dilengkapi dengan silinder gurinda
▼ Mesin penyosoh
batu. Demikian juga jerami sorgum cukup
Tepung potensial sebagai pakan ternak, namun
kandungan serat, lignin dan silika yang
▼ Air
Bubur
tinggi serta kadar nitrogen yang rendah
merupakan kendala pemanfaatan jerami
▼ 80 oC, pH 6,50−6,80 sorgum untuk pakan. Masalah tersebut
Gelatinasi
Alfa amilase, 0,50 kg/t sorgum kering
dapat diatasi dengan meningkatkan
▼ 95−100oC, 1 jam kualitas jerami sorgum melalui suplemen
Pencairan urea atau amoniasi urea (Soebarinoto dan
60oC, pH 4, 60 jam Hermanto 1996).
▼ Amiloglukanase, 0,60 l/t sorgum kering Menurut Beti et al. (1990) dan
Sakarafikasi
Sudaryono (1996), tantangan pengem-
▼ bangan sorgum meliputi aspek teknologi
Pengepresan/penyaringan Pakan ternak budi daya dan pascapanen serta jaminan


▼ pasar dan permintaan. Walaupun tek-
Pemutihan nologi budi daya sorgum spesifik lokasi
▼ belum tersedia, teknologi budi daya
Pertukaran kation dan anion sorgum hampir sama dengan jagung,
Isomerase sehingga tantangan yang paling men-
dasar adalah penyediaan teknologi
pascapanen baik primer maupun sekunder
▼ ▼ ▼
Evaporasi Glukosa cair Kristal
serta jaminan pasar dan permintaan.
Secara umum, masalah utama dalam
▼ ▼
pengembangan sorgum adalah sebagai
Sirup fruktosa Dekstrosa monohidrat
berikut (Anonim 1996; Sudaryono 1996):
1) Nilai keunggulan komparatif dan
Gambar 1. Proses pembuatan gula dari biji sorgum (Somani dan Pandrangi 1993 kompetitif ekonomi sorgum relatif
dalam Sumarno dan Karsono 1996). rendah dibandingkan komoditas
serealia lain.
2) Pascapanen sorgum (peralatan dan
pengolahan) pada skala rumah tangga
masih sulit dilakukan.
3) Pangsa pasar sorgum belum kondusif,
Tabel 10. Perbandingan komposisi nira sorgum manis dan nira tebu.
baik di tingkat regional maupun
Komposisi Nira sorgum Nira tebu
nasional.
4) Penyebaran informasi serta pembinaan
Brix (%) 13,60 − 18,40 12 − 19 usaha tani sorgum di tingkat petani
Sukrosa (%) 10 − 14,40 9 − 17
Gula reduksi (%) 0,75 − 1,35 0,48 − 1,52
belum intensif.
Gula total (%) 11 − 16 10 − 18 5) Biji sorgum mudah rusak selama
Amilum (ppm) 209 − 1.764 1,50 − 95 penyimpanan.
Asam akonitat (%) 0,56 0,25 6) Ketersediaan varietas yang disenangi
Abu (%) 1,28 − 1,57 0,40 − 0,70 petani masih kurang.
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (1996). 7) Penyediaan benih belum memenuhi
lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu,
dan tempat).

et al. 1990; Direktorat Jenderal Tanaman dalam pengembangan sistem agribisnis


Pangan dan Hortikultura 1996). Dengan dan agroindustri. Sementara itu kesulitan DUKUNGAN TEKNOLOGI
demikian terdapat peluang untuk pengupasan biji sorgum diatasi dengan
meningkatkan ekspor sorgum ke luar pengadaan mesin penyosoh beras tipe
DAN KEBIJAKAN
negeri. “Satake Polisher Rice Machine”. OPERASIONAL
Tantangan dalam pengembangan Penyosohan dengan alat ini dapat
sorgum adalah harga sorgum di tingkat menghasilkan beras sorgum yang bersih Untuk menciptakan sistem agribisnis dan
petani yang rendah terutama pada saat dan tidak pahit. agroindustri sorgum, ketersediaan tek-
panen serta kesulitan dalam pengupasan Masalah penggunaan sorgum nologi mutlak diperlukan, yang meliputi
biji. Nilai sorgum yang rendah dapat sebagai bahan pakan adalah kandungan teknologi budi daya serta pascapanen/
diatasi apabila sorgum dapat diangkat tanin yang cukup tinggi. Namun masalah pengolahan (Anonim 1996). Teknologi
menjadi salah satu komoditas strategis ini dapat diatasi dengan menyosoh beras budi daya sorgum meliputi: 1) varietas

138 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003


unggul berdaya hasil tinggi, tahan industri gula dan maltose, dan ekspor). “Satake Grain Testing Mill” yang
kekeringan, genangan, dan ratun, rasa Contoh model keterkaitan institusi dalam dilengkapi dengan silinder gurinda batu
manis dengan rendemen gula tinggi dan pengembangan sorgum untuk industri dapat mengatasi masalah tersebut.
kadar amilum rendah, 2) teknologi budi pakan disajikan pada Gambar 2. Se- Masalah utama pengembangan
daya spesifik lokasi, 3) perlindungan lanjutnya menurut Sudaryono (1996), sorgum adalah nilai keunggulan kom-
tanaman secara terpadu, serta 4) peng- pengembangan sorgum perlu mem- paratif dan kompetitif sorgum yang
aturan saat tanam/pergiliran tanaman. perhatikan empat hal yaitu: 1) wilayah/ relatif rendah, penerapan teknologi
Teknologi tersebut diperoleh melalui tipologi lahan, (areal tanaman sorgum), 2) pascapanen yang masih sulit, biji mudah
penelitian yang meliputi a) penelitian sosial (sikap dan persepsi produsen rusak dalam penyimpanan, dan usaha
teknologi budi daya sorgum spesifik terhadap sorgum sebagai bagian dari tani sorgum di tingkat petani belum
lokasi, b) penelitian terapan, dan c) usaha taninya), 3) ekonomi (nilai ke- intensif. Untuk mengatasi masalah
penelitian terpadu dan terapan di lahan unggulan komparatif dan kompetitif tersebut diperlukan pengelolaan sistem
petani (on-farm research). sorgum terhadap komoditas lain), dan 4) produksi sorgum secara menyeluruh
Program pengembangan sorgum industri (nilai manfaat sorgum sebagai (holistik) melalui empat dimensi, yaitu:
mencakup: 1) evaluasi teknologi dan bahan baku industri). 1) wilayah (areal tanam sorgum), 2)
penyusunan paket teknologi, 2) penyebar- ekonomi (nilai keunggulan komparatif
an varietas unggul, 3) pengembangan dan kompetitif sorgum terhadap komo-
interaksi antara peneliti, penyuluh, ditas lain), 3) sosial (sikap dan persepsi
instansi terkait, dan petani dalam proses KESIMPULAN produsen terhadap sorgum sebagai bagian
alih teknologi, dan 4) pemantauan ber- dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai
sama antara peneliti, penyuluh, instansi Sorgum merupakan salah satu tanaman manfaat sorgum sebagai bahan baku
terkait, pengambil kebijakan, dan petani serealia yang cukup potensial untuk industri makanan dan pakan ternak).
pada penelitian di lahan petani. Dalam dikembangkan di Indonesia karena
pengembangan sorgum untuk industri mempunyai daya adaptasi lingkungan
diperlukan keterkaitan antara kebijakan yang cukup luas. Biji sorgum dapat diolah
DAFTAR PUSTAKA
pemerintah, petani produsen, dan industri menjadi berbagai jenis makanan, sebagai
mulai dari penelitian (perakitan teknologi), bahan pakan ternak, dan sebagai bahan Anonim. 1996. Rumusan Simposium Produksi
pengembangan (alih teknologi), produksi baku industri. Tanaman Sorgum untuk Pengembangan
(penyediaan sarana produksi), pelaksana- Biji sorgum mempunyai nilai gizi Agroindustri. Risalah Simposium Prospek
an agribisnis/agroindustri (pengumpulan, setara dengan jagung, namun kandungan Tanaman Sorgum untuk Pengembangan
penyimpanan, pemasaran, dan peng- taninnya tinggi dan biji sulit dikupas. Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi
Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-
olahan), dan penggunaan hasil (industri Perbaikan teknologi pengolahan dengan kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996, 6
makanan dan minuman, industri pakan, menggunakan penyosoh beras merek hlm.
Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990.
Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian
Tanaman Pangan, Malang. 25 hlm.
Caransa, A. and W.G.M. Bakker. 1987. Modern
Process for the Production of Sorghum
Kebijakan pemerintah
Starch. Starch/Strake 39(11): 381−385.
dalam industri pakan
Poespodihardjo, S. (Ed.). 1983. Inventarisasi
Limbah Pertanian (Inventory of Agricul-
▼ ▼
tural Wastes). Direktorat Bina Produksi
Program produksi Program pemanfaatan Peternakan/Fakultas Peternakan, Universitas
sorgum sorgum Gadjah Mada, Yogyakarta.
(Departemen Pertanian) (Departemen Perindustrian)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Hortikultura. 1996. Prospek sorgum sebagai
▼ ▼
bahan pangan dan industri pangan. Risalah
Daerah pengembangan Peraturan penggunaan Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk
sorgum sorgum Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari
dalam industri pakan 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-

1996: 2−5.

Kelembagaan Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum
Industri pakan ternak

pemasaran sorgum manis komoditi harapan di propinsi kawasan


timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek
▼ Tanaman Sorgum untuk Pengembangan
Peternak, Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi
pakan murah Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 6−
12.
Gambar 2. Model keterkaitan institusional pengembangan sorgum untuk industri Koentjoko. 1996. Sorgum untuk makanan ternak
pakan (Beti et al. 1990). unggas. Risalah Simposium Prospek Tanam-

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 139


an Sorgum untuk Pengembangan Agro- gum untuk Pengembangan Agroindustri, 17− Tangendjaja, B. dan Gunawan. 1988. Jagung dan
industri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus 18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai limbahnya untuk makanan ternak. Dalam
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
dan Umbi-umbian No. 4-1996: 213−216. Umbi-umbian No. 4-1996: 217−221. Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 349−378.
Reddy, B.V.S., J.W. Stenhouse, and H.F.W. Sudaryono. 1996. Prospek sorgum di Indonesia: Vogel, S. and M. Graham. 1979. Sorghum and
Rattunde. 1995. Sorghum Grain Quality Potensi, peluang dan tantangan pengem- Millet: Food Production and Use. Int. Dev.
Improvement for Food, Feed and Industrial bangan agribisnis. Risalah Simposium Res. Cent. Pub. IDRC, Canada.
Uses. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanam- Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengem-
an Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. bangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Wardhani, N.K. 1996. Sorghum vulgare suda-
4-1995: 39−52. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman nense sebagai alternatif penyediaan hijauan
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4- pakan. Risalah Simposium Prospek Tanaman
Rayudu, G.V.N., R. Cadirvel, P. Vohra, and F.H. Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri,
1996: 25−38.
Kratzer. 1970. Toxicity of tannic acid and 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai
its metabolits of chickens. Poultry Sci. 49. Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Rooney, L.W. and R.D. Sullines. 1977. The produksi sorgum di dunia dan penggunaan- Umbi-umbian No. 4-1996: 327−332.
Structure of Sorghum and Its Relation to nya. Risalah Simposium Prospek Tanaman
Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, Wright, A.F. 1993. Animal Feeds: Combining
Processing and Nutritional Value. Cereal
17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai the Best of Both Worlds. World Agriculture.
Quality Laboratory, Texas University, USA.
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Sterling Pub. Group PLC, Hongkong.
p. 91−109.
Umbi-umbian No. 4-1996: 13−24.
Soebarinoto dan Hermanto. 1996. Potensi jerami
sorgum sebagai pakan ternak ruminansia.
Risalah Simposium Prospek Tanaman Sor-

140 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

Anda mungkin juga menyukai