Anda di halaman 1dari 19

BUDIDAYA TANAMAN SEREALIA

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Mata Kuliah Teknik Produksi Tanaman Serealia

Oleh
Ahmad Fauzi
NIM: 1810321044

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Jember, 2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM:
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SEREALIA

Yang disiapkan dan disusun oleh:


Ahmad Fauzi
NIM: 1810321044

Telah diperiksadan dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 03 Januari 2020

Susunan Tim Penilai,

Asisten I Asisten II

Nuril Indah Dina L. Raoul Albin Pratama


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan lahan kering yang potensial
dikembangkan di Indonesia. Sorgum dapat digunakan sebagai pangan, pakan, dan
bioenergi (bioetanol), mampu beradaptasi pada lahan marginal dan membutuhkan
air relatif lebih sedikit karena lebih toleran terhadap kekeringan dibanding
tanaman pangan lain (Deptan 1990). Keunggulan sorgum terletak pada daya
adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu
input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman
pangan lain. tanaman sorgum memiliki 71-118 g / kg protein kasar dengan
koefisien cerna kisaran 0,69-0,84. Oleh karena itu, sorgum berpotensi sumber
energi yang menarik untuk ternak dan industri unggas (Bryden et al., 2009).

Sorgum bukan merupakan tanaman asli Indonesia tapi berasal dari wilayah
sekitar sungai Niger di Afrika. Domestikasi sorgum dari Etiopia ke Mesir
dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Sekarang, sekitar 80
% areal pertanaman sorgum berada di wilayah Afrika dan Asia, namun produsen
sorgum dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina,
Mexico, Sudan dan Argentina.

Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa,


NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh
petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Budidaya,
penelitian dan pengembangan tanaman sorgum di Indonesia masih sangat terbatas,
bahkan secara umum produk sorgum belum begitu populer di mastarakat. Padahal
sorgum memiliki potensi besar untuk dapat dibudidayakan dan dikembangkan
secara komersial karena memiliki daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, perlu
input relatif lebih sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, serta lebih
toleran kondisi marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan masam). Dengan daya
adaptasi sorgum yang luas tersebut membuat sorgum berpeluang besar untuk
dikemangkan di Indonesia sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan lahan kosong,
yang kemungkinan berupa lahan marginal, lahan tidur, atau lahan non-produktif
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sorgum

Sorghum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu tanaman C4 yang


termasuk tanaman pangan penting ke 5 di dunia (1). Kelebihan Sorgum adalah
dapat tumbuh lebih baik daripada jagung dalam kondisi kering, selain itu sorgum
memiliki 71-118 g / kg protein kasar dengan koefisien cerna kisaran 0,69-0,84.
Oleh karena itu, sorgum berpotensi sumber energi yang menarik untuk ternak dan
industri unggas (Bryden et al., 2009). Diketahui pula bahwa Sorghum dapat
dipilih sebagai salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pangan, energi, dan
keperluan industri lainnya (Sirappa, 2003).

Tanaman sorgum mirip dengan jagung. Di Indonesia, biji sorgum dikenal


dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum, oncer
(Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum,degem, kumpay (Sunda), wataru hamu
garai, gandum (Minangkabau) (Perum Bulog, 2010). Sorgum merupakan
komoditas serelia yang belum banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padahal
nilai gizi sorgum tidak kalah dengan beras. Bahkan sorgum mengandung protein
(8-12 %) setara dengan terigu atau lebih tinggi dibandingkan dengan beras (6-10
%), dan kandungan lemaknya (2-6%) lebih tinggi dibandingkan dengan beras
(0,5-1,5 %) (Widowati et al. 2010). Selain itu tanaman sorgum lebih resisten
terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal panen relatif kecil.
Tanaman sorgum berfungsi sebagai bahan baku industri yang ragam kegunaannya
besar dan merupakan komoditas ekspor dunia (Sumarno dan Karsono, 1995).

2.2 Budidaya Sorgum

Di Indonesia budidaya tanaman sorgum masih rendah. Hal itu, dapat dilihat
dari jumlah varietas sorgum yang dikembangkan maupun yang ditanam.
Sedikitnya varietas yang ada di Indonesia dan masih rendahnya perkembangan
tanaman sorgum dapat disebabkan oleh rendahnya keragaman genetik dan
produktivitas dari tanaman tersebut. Lebih lanjut, budidaya untuk sorgum manis
di Indonesia masih belum berkembang. Hal itu terlihat dari sedikitnya varietas
sorgum manis yang dapat dibudidayakan oleh petani (Surya, 2007).

Salah satu aspek budidaya pada tanaman sorgum yang penting adalah waktu
penyiangan yang tepat. Karena pada awal pertumbuhan sorgum kurang dapat
bersaing dengan gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman pada saat
tanaman masih muda harus bersih dari gulma (Balai Informasi pertanian, 1990).

Upaya lain dalam peningkatan produksi sorgum adalah melalui pemanfaatan


sistem ratoon. Ratoon adalah salah satu cara untuk meningkatkan hasil per satuan
luas lahan dan per satuan waktu. Menurut Chauchan et al. (1985) beberapa
keuntungan dengan cara ini di antaranya adalah umurnya relatif lebih pendek,
kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan
dalam pengolahan tanah, penggunaan bibit, kemurnian genetik lebih terpelihara
dan hasil panen tidak berbeda jauh dengan tanaman utama. Di beberapa negara
telah mempraktekkannya pada skala komersial seperti USA, China, India, Jepang,
Thailand, dan Filipina.

2.3 Pemanfaatan Tanaman Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman pangan penting


kelima setelah padi, gandum, jagung, dan barley, dan menjadi makanan utama
lebih dari 750 juta orang di daerah tropis setengah kering di Afrika, Asia, dan
Amerika Latin (FSD 2003, Reddy et al. 2007). Prospek penggunaan biji sorgum
yang terbesar adalah untuk pakan, yang mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah
Asia-Australia dan diperkirakan masih terjadi kekurangan sekitar 6,72 juta ton
(Gowda dan Stenhouse 1993; Rao 1993 dalam Sumarno dan Karsono 1996).

Biji sorgum dapat diberikan langsung berupa biji atau diolah terlebih dulu
dan dicampur dengan bahan-bahan lain dengan komposisi sebagai berikut: biji
sorgum 55−60%, bungkil kedelai/kacang tanah 20%, tepung ikan 2,50−20%, dan
vitamin-mineral 2−8% (Beti et al. 1990). Penggunaan sorgum 30− 60% dalam
ransum tidak berpengaruh terhadap performa ayam. Menurut Beti et al. (1990)
dan ICRISAT (1994) dalam Reddy et al. (1995), sorgum dapat mengganti seluruh
jagung dalam ransum pakan ayam, itik, kambing, babi, dan sapi tanpa menimbul-
kan efek samping. Penggunaan biji sorgum dalam ransum dengan berbagai rasio
tidak mempengaruhi produksi telur dan bobot ayam. Di Afrika, biji sorgum
dikonsumsi dalam bentuk olahan roti, bubur, minuman, berondong, dan kripik
(Dicko et al. 2006a).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan pratikum serealia di lakukan setiap hari jum’at, pada pukul 15:15
s/d selesai. Bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah, Jember

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan yaitu :

 cangkul, sabit, gembor, ember, gayung, botol semprot, plastik, tali


raffia, gelas aqua, alat tulis dan penggaris. Bahan yang digunakan
yaitu biji sorghum, serabut kelapa, daun lamtoro, daun sengon, air
dan pupuk ZA.

Bahan yang di gunakan yaitu :

 yaitu biji sorghum, serabut kelapa, daun lamtoro, daun sengon, air
dan pupuk ZA.

3.3 Cara Kerja


 Pertama melakukan pembersihkan lahan / saritasi lahan.
 melakukan pengolahan lahan untuk mempermudah proses penanaman
 Setelah tanah diolah, membuat bedengan (2 bedengan,lebar 1 m dan
panjang 2,5 m)
 Lakukan penanaman (jarak antar tanaman 25 cm)
 Selanjutnya memberi pupuk ZA pada bedengan yang yang di lakukan
perlakuan dengan takaran 1 sendok.
 Lalu di siram pada setiap libang tanam
 Lakukan proses pemeliharaan. Meliputi penyiangan, penyulaman,
penyiraman dan pemupukan (menngunakan pupuk cair)
 Lakukan pengukuran terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman shorgum
setelah 1 minggu pengaplikasian pupuk cair
3.4 Gambar Cara Kerja ( Diagram Alur )

Persiapan Lahan

Melakukan saritasi lahan dan


membentuk guludan

Mengukur jarak tanam antar


lubang disetiap guludan

Memasukan biji sorgum pada


tiap lubang

Memberi pupuk pada


guludan yang di perlakukan

Menyiram semua guludan

Melakukan perawatan yaitu


saritasi dan penyiraman pada
tanaman sorgum

Melakukan pengukuran tinggi


dan menghitung banyak nya
daun setiap minggu
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Rata-Rata Tinggi dan Jumlah Daun Sebelum Aplikasi Pupuk
Cair
A. Mennggunakan Perlakuan

Tinggi Jumlah Daun Gambar


14 cm 6
12 cm 4
27.5 cm 7
27 cm 6
26 cm 6
17 cm 5
17 cm 5
14 cm 4
13 cm 4
20 cm 5
14 cm 5
13 cm 3
17 cm 5
13 cm 5
13 cm 3
20 cm 4
Rata2 = 17 cm Rata2 = 5

B. Tanpa Perlakuan

Tinggi Jumlah Daun Gambar


21 cm 6
27 cm 5
15 cm 6
13.5 cm 5
20.5 cm 5
15 cm 5
6.7 cm 5
17 cm 4
11 cm 4
4 cm 3
13 cm 4
8 cm 4
12 cm 4
15 cm 4
10 cm 4
18 cm 5
Rata2 = 14 cm Rata2 = 5

4.2 Tabel Rata-Rata Tinggi dan Jumlah Daun Setelah Aplikasi Pupuk
Cair

A. Menggunakan Perlakuan

Tinggi Jumlah Daun Gambar


15 cm 4
10 cm 6
38 cm 10
33 cm 10
32 cm 10
22 cm 8
19 cm 8
13 cm 7
18 cm 5
27.5 cm 6
19 cm 7
33 cm 4
19 cm 6
17.5 cm 5
4.5 cm 3
23 cm 5
Rata2 = 21 cm Rata2 = 6
B. Tanpa Perlakuan

Tinggi Jumlah Daun Gambar

22 cm 8

22 cm 9

26.5 cm 9

21 cm 5

19 cm 8

27.5 cm 7

11 cm 5

14 cm 6

26.5 cm 8

22 cm 5

18.5 cm 7

12 cm 7

15 cm 6

14.5 cm 7

11 cm 6

16 cm 7

Rata2 = 19 cm Rata2 = 7

BAB V

HASIL PEMBAHASAN

5.1 Budidaya Tanaman Sorgum


Produksi sorgum di Indonesia masih fluktuatif, keberadaannya kurang
mendapatkan perhatian dan pengembangan seperti halnya jagung dan beras,
tingkat penanaman sorgum belum mencapai jumlah yang stabil karena belum
adanya pemanfaatan untuk keperluan tertentu, tak mengherankan jika komoditas
yang serba guna ini lambat laun menghilang, padahal sorgum memiliki manfaat
sebagai sumber pangan dan bahan industri yang potensial untuk dikembngkan.
Hampir seluruh bagian dari tanaman sorgum mulai dari biji, tangkai, batang, daun
hingga akarnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Diantara olahan
makanan berbahan sorgum antara lain kecap sorgum, gula sorgum yang terbuat
dari nira sorgum yang banyak terdapat pada batang tanaman sorgum, nektar
sorgum, kue dan berbagai makanan ringan lainnya.

Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang telah lama dikenal
petani, di Jawa tanaman ini disebut cantel sering menjadi tanaman sela atau
tumpangsari dengan tanaman lainnya, meskipun ada pula yang
membudidayakannya sebagai komoditas pertanian yang utama terutama di
wilayah Indonesia bagian timur. Sekeluarga dengan tanaman serealia lain seperti
padi, jagung dan gandum, sorgum dapat tumbuh meskipun ditanam di tanah
kering yang kurang subur, relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan
dapat dipanen hingga 3 kali dalam sekali tanam dengan masa pemeliharaan yang
hampir sama dengan tanaman padi. Sorgum mirip dengan tanaman jagung
daunnya berbentuk lurus memanjang, bijinya bulat dengan ujung mengerucut
berukuran diameter sekitar 2 mm dan mempunyai satu tangkai buah dengan
beberapa cabang buah.

Sorgum memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di


wilayah Indonesia karena memiliki daerah adaptasi yang luas. Budidayanya
sorgum sendiri sebenarnya tidak terlalu sulit, bahkan di lahan marginal pun
sorgum dapat tumbuh dengan normal dan produktivitasnya tinggi. Budidaya
sendiri memiliki tujuan agar tetap lestari dan bisa memperoleh hasil yang
bermanfaat dan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Adapun langkah-langkah untuk Budidaya Tanaman Sorgum adalah sebagai


berikut :
 Varietas

Varietas sorgum sangat beragam, baik dari segi daya hasil, umur panen,
dan warna biji) maupun rasa dan kualitas bijinya. Umur panen sorgum berkisar

dari genjah (kurang dari 80 hari), sedang (80 – 100 hari), dan dalam (lebih 100
hari). Tinggi batang sorgum tergantung varietas berkisar dari pendek (< 100 cm),
sedang (100 – 150 cm), dan tinggi (>150 cm). Tinggi tanaman varietas lokal
mencapai 300 cm.

 Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya atau gulma tanaman


perdu yang dapat mengganggu pengolahan tanah. Pengolahan tanah dimaksdukan
untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi tanah dan mengendalikan
gulma

 Penanaman

Pada areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam


dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan varietas yang digunakan.

Penanaman sorgum dilakukan dengan cara membuat lubang tanam


sedalam 5 cm, masukkan 2-3 benih sorgum di dalamnya, kemudian tutup lubang
tanam dengan tanah. Jarak tanam antar lubang yaitu 20-25 cm.

Benih sorgum ini dapat diperoleh dari biji sorgum yang telah masak dan
telah di treatment terlebih dahulu atau membeli bibit yang dikeluarkan oleh dinas
pertanian di toko-toko pertanian yang menyediakannya.

 Pemupukan

Setelah biji sorgum dimasukkan ke dalam lubang, lalu ditutup


menggunakan tanah ringan dan diberi pupuk desekelilingnya. Pupuk yang
digunakan dapat berupa pupuk kompos, pupuk urea dan pupuk ZA. Dalam
praktikum ini kelopok kami menggunakan pupuk ZA yang di aplikasikan pada
salah satu bedengan saja. Selain pupuk ZA, terdapat pupuk lain yang digunakan
yaitu pupuk cair yang terbuat dari bahan organik
 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya tanaman sorgum meliputi


penyulaman, penyiraman atau pemberian air, penyiangan atau pembersihan gulma
dan pembubunan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan ini
bertujuan agar mempercepat proses pertumbuhan tanaman sorgum.

 Pemanenan

Sorgum dipanen saat telah masak atau tua dengan ciri-ciri kulit buah telah
berubah warna dari hijau menjadi hitam atau merah, dengan kulit buah sudah
pecah serta terlihat isinya. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian
tangkai sekitar 7-10 cm dan mengumpulkannya kedalam wadah yang disiapkan.

5.2 Perawatan Tanaman Sorgum

Selama pemeliharaan tanaman kegiatan yang perlu dilakukan adalah


sebagai berikut:

1. Pemberian air, dilakukan jika tanaman kekurangan air. Sebaliknya, kelebihan


air justru harus segera dibuang melalui saluran drainase. Sorgum termasuk
tanaman yang toleran kekeringan, namun pad periode tertentu memerlukan air
dalam jumlah yang cukup, yaitu pada saat tanaman berdaun empat (pertumbuhan
awal) dan periode pengisian biji sampai biji mulai mengeras.

2. Penyiangan gulma. Kompetisi tanaman sorgum dengan gulma dapat


menurunkan hasil dan kualitas biji, terutama pada awal musim hujan. Bahkan
keberadaan gulma dapat menurunkan hasil sorgum secara nyata. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil sorgum turun 10% jika penyiangan gulma tidak
dilakukan sampai tanaman sorgum berdaun tiga helai, bahkan dapat menurunkan
hasil lebih 20% jika tidak dilakukan penyiangan gulma selama 2 minggu pertama
pertumbuhan. Pada pertanaman musim kemarau, kompetisi gulma menurunkan
efisiensi dan hasil sorgum. Penyiangan dapat dilakukan secara manual
menggunakan sabit atau cangkul, dua kali selama pertumbuhan tanaman.
Penyiangan kedua bergantung pada keadaan gulma di lapangan.

3. Dalam kegiatan penyiangan terkadang dilakukan pula pembumbunan atau ipuk,


yakni menumpuk tanah pada akar tanaman yang longsor yang dikarenakan oleh
berbagai sebab baik itu akibat pengairan maupun air hujan.

Pada Praktikum kali ini dilakukan pengamatan sebelum dan sesudah


pengaplikasian pupuk cair. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa
hasil pengukuran sebelum pengaplikasian pupuk cair, tanaman sorgum yang
menggunakan perlakuan rata-rata lebih tinggi daripada yang tanpa perlakuan dan
untuk rata-rata jumlah daunnya sama baik yang perlakuan maupun tidak
perlakuan. Sedangkan hasil pengamatan setelah pengaplikasian pupuk cair
menunjukan bahwa tanaman sorgum yang menggunakan perlakuan rata-rata lebih
tinggi daripada tanaman yang tanpa perlakuan. Tetapi untuk jumlah daunnya rata-
rata lebih banyak tanaman yang tanpa perlakuan.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan yang baik


adalah tanaman yang menggunakan perlakuan (kontrol), dari pada tanaman yang
tanpa perlakuan (non kontrol). Dapat di lihat dari hasil rata-rata tinggi dan jumlah
daun pada tanam. Perbedaan pertumbuhan tanaman sorgum ini lebih jelas setelah
pengaplikasian pupuk cair yang dibuat dengan bahan dasar serabut kelapa, daun
lamtoro dan daun sengon. Dimana pengaplikasian pupuk cair ini bertujuan untuk
mempercepat proses pertumbuhan tanaman sorgum.
DAFTAR PUSTAKA

Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai
Penelitian Tanaman Pangan, Malang. 25 hlm

Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI
Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI Philippines.

Irwan W.,Wahyudin A., Susilawati R., dan T. Nurmala. Interaksi jarak tanam dan
jenis pupuk kandang terhadap komponen hasil dan kadar tepung sorghum
(Sorghum bicolor L. Moench) pada Inseptisol di Jatinangor. Jurnal Budidaya
Tanaman 4:128-136.

Sumarno dan S. Karsono. 1995. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan


Penggunaannya. Edisi Khusus Balitkabi 4: 13 – 24.William, C.N. and K.T.
Joseph. 1970. Climate, Soil and Crop Production in Humid Tropics. Oxford
University Press, Kuala Lumpur.

Suarni. 2012. ”Potensi Sorgum Sebagai Bahan Pangan Fungsional”. Balai


Penelitian Tanaman Serealia. VOL. 7 NO. 1

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan produksi sorgum di dunia dan


penggunaan-nya. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk
Pengembangan Agroindustri, 17− 18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 13−24.

Tarigan Dewi Hiasinta, dkk. 2013. Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorgum Bicolor (L.)
Moench). Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1

Tabri dan Zubachtirodin “Budi Daya Tanaman Sorgum”

Anda mungkin juga menyukai