Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI TEBU

DI DESA WONOKUSUMO KECAMATAN TAPEN


KABUPATEN BONDOWOSO

PROPOSAL SKRIPSI

CATATAN

1. Margin 4-4-3-3
2. Spasi 2
3. Blok merah : Hapus Oleh
4. Nama : Ahmad Fauzi
Blok Biru : komentar
5. Blok hijau : betulkan/isi yang benar
NIM : 1810301044
6. Blok kuning: sdh direvisi
7. Tidak ada paragraph before atau after antar alenea

Perhatikan pedoman penulisan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara Agraris yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian pada sektor pertanian. Sektor pertanian sendiri memiliki
beberapa sektor diantaranya, sektor tanaman pangan, sektor perikanan, sektor
peternakan, sektor kehutanan, dan sektor perkebunan. Sektor perkebunan adalah
salah satu sektor yang sangat penting karena hasil dari sektor perkebunan sangat
di butuhkan sebagai bahan baku industri. Salah satunya yaitu pada perkebunan
tebu yang hasilnya di butuhkan sebagai bahan baku pembuatan gula.
Tanaman perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pengusahaan berbagai komoditas tanaman ini mampu
mendatangkan devisa bagi negara, membuka lapangan kerja dan menjadi sumber
pendapatan penduduk, serta berkontribusi dalam upaya melestarikan lingkungan.
Budidaya perkebunan sudah merupakan kegiatan usaha yang hasilnya untuk
diekspor atau sebagai bahan baku industri.(Suwarto et al., 2014)
Tebu merupakan tanaman tahunan yang cocok dibudidayakan pada
wilayah tropis. Di Indonesia, batang tanaman tebu dimanfaatkan untuk industri
pengolahan gula. Tanaman tebu membutuhkan waktu untuk menghasilkan
produksi gula mencapai 11 - 12 bulan.(Zulfahri, 2019). Meskipun di beberapa
negara lain, pemanfaatn tebu sudah berkembang menjadi alternatif bahan baku
pembuatan bio-ethanol selain jagung dan singkong. Sentra penanaman tebu di
Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Timur (65,21%), Jawa Tengah (21,99%),
dan Lampung (5,13%). Usahatani tebu di Indonesia sebagian besar diusahakan
oleh rakyat, dengan kontribusi Perkebunan Rakyat dari tahun 1980 hingga 2013,
rata-rata mencapai 63,5%.(Nurjayanti, 2014).
Kondisi tebu di Indoensia Produksi tebu nasional pada tahun 2015 sebesar
2,4 juta ton dan tahun 2016 sebesar 2,2 juta ton. Penyumbang produksi tebu
terbesar berada pada Provinsi Jawa Timur dengan jumlah 1,2 juta ton pada tahun
2015 dan 1,05 juta ton pada tahun 2016 (Kementerian Pertanian RI, 2016).
Penurunan jumlah produksi tebu tersebut dapat disebabkan oleh kompleksnya
agribisnis tebu yang terdiri dari subsistem on farm dan off farm dimana kedua
subsistem ini saling berkaitan dan berkesinambungan sehingga membutuhkan
integrasi yang kuat diantara keduannya. Menurut (Wibowo, 2007), dua kondisi
penting yang dihadapi Jawa Timur dalam bidang on farm yaitu pertama,
pergeseran budidaya tebu di lahan tegalan sebagai akibat persaingan yang ketat
dengan komoditas padi dan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian
seperti pemukiman dan industri. Kedua, proporsi Ratoon Cane (tebu keprasan)
yang relatif tinggi dibanding tanaman Plant Cane (tebu pertama).
Dari data luas tanaman perkebunan yang ada di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2020, yang mempunyai areal terluas adalah perkebunan kelapa, yaitu
sebesar 251.929 ha dengan hasil produksi sebesar 259.819 ton. Diikuti oleh luas
areal perkebunan tebu 170.702 ha dengan produksi sebesar 925.950 ton. Dilihat
dalam data BPS diatas perkebunan tebu masih baik dalam melakukan produksi
dan menghasilkan produksi yang sangat banyak. Sedangkan untuk kondisi
perkrbunan tebu di bondowoso pada tahun 2020 dalam data BPS mencapai
6.294 ton.( BPS Jawa Timur, 2020)
Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten yang mempunyai
perkebunan tebu yang cukup luas, khususnya di Kecamatan Tapen, Kecamatan
tapen adalah kecamatan yang mempunyai luas lahan yang cukup luas dibanding
kecamatan lainya yang berada di Kabupaten Bondowoso, luas panen di
Kecamatan Tapen sendiri 1.604,78 ha, hasil produksi 99.127,32 ton dengan
produktivitas 61,77 ton/ha sedangkan pada kecamatan tapen sendiri Tapen luas
lahan sawah 32,635 ha dengan hasil produksi sebesar 2.888,950 ton. Sedangkan
pada lahan tegal 1.366,091 ha, dengan hasil prosuksi 99.676,987 ton. Dengan
rincian luas areal seluas 1.398,726 ha dan memiliki hasil produksi sebesar
102.565,93 ton. Dalam Kecamatan Tapen produksi tebu paling banyak di
hasilkan oleh Desa Wonokusumo dapat dilihat dari data BPS di bawah ini.(Data
BPS Bondowoso,2020).
Tabel 1. Data Lahan dan Produksi tebu Kec. Tapen Bondowoso

Masyarakat di kecamatan ini banyak yang memilih bertani sebagai petani


tebu, begitu juga dengan salah satu desa yang berada di Kebupaten Bondowoso
kecamatan Tapen yaitu Desa Wonokusumo, di Desa ini banyak juga petani yang
memilih bertani sebagai petani tebu, d Dilihat dari Data BPS diatas Berdasar
data BPS (thn…) di desa Wonokusumo memiliki hasil produksi terbanyak kedua
di Kecamatan Tapen. Warga Desawonokusumo memilih menjadi petani tebu ini
pengulangan pernytaaan y ketiga untuk memenuhi kebutuhanya, usahatani tebu
rakyat di Desa Wonokusumo khususnya dari sisi pendapatan terbilang masih
kurang, dikarenakan harga gula dipasaran sering mengalami penurunan dan
disamping itu, petani dalam berusahatani belum mendapat dukungan dari
pemerintah, sehingga pendapatan petani tebu ini masih terbilang rendah, maka
dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapatan
usahatani rakyat dengan judul penelitian Analisis Pendapatan Usaha tani Tebu di
Desa Wonokusumo kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso.
Kabupaten Bondowoso adalah salah satu Kabupaten yang mempunyai
perkebunan tebu yang cukup luas, khususnya di Kecamatan Tapen, Kecamatan
tapen adalah Kecamatan yang mempunyai luas lahan yang cukup luas dibanding
kecamatan lainya yang berada di Kabupaten Bondowoso dan banyak
masyarakat di kecamatan ini yang memilih bertani sebagai petani tebu rakyat,
begitu juga dengan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Bondowoso yaitu
Desa Wonokusumo, di Desa ini banyak juga petani yang memilih bertani
sebagai petani tebu rakyat untuk memenuhi kebutuhanya, usahatani tebu rakyat
di Desa Wonokusumo khususnya dari sisi pendapatan terbilang masih kurang,
dikarenakan harga gula dipasaran sering mengalami penurunan dan disamping
itu, petani dalam berusahatani belum mendapat dukungan dari pemerintah,
sehingga pendapatan petani tebu rakyat ini masih terbilang rendah, maka dari itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapatan usahatani
rakyat banyak kalimat dari elenea ini adalah pengulanagn cek dan perbaiki.
dengan judul penelitian ”Analisis Pendapatan Usaha tani Tebu di Desa
Wonokusumo kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso”
Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur biaya produksi usaha tani tebu di Desa Wonokusumo
Kecamatan tapen Kabupaten Bondowoso ?
2. Berapakah pendapatan usaha tani Desa Wonokusumo Kecamatan tapen
Kabupaten Bondowoso ?
3. Apakah usaha tani tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen
kabupaten Bondowoso menguntungkan ?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha tani tebu di
Desa wonokusumo Kecamatan tapen ?

1.2 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui struktur biaya produksi yang dikeluarkan pada usaha
tani tebu di Desa Wokokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso
2. Untuk mengetahui pendapatan petani tebu di Desa Wokokusumo
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso .
3. Untuk mengetahui usaha tani tebu menguntungkan di Desa Wokokusumo
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso.
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha tani
tebu di Desa Wokokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso.
BAB II
KAJIAN PUSTKA
2.1 Usaha Tani Tebu perhatikan teknik penulisan
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi,
pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk
menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya
meningkat. Adapun pengertian usahatani lainnya dapat dilihat dari masing-
masing pendapat sebagai berikut.Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien
untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. (Dita
Yuniar Saskia, Waridin, 2012).
Dalam kegiatan usahatani selalu diperlukan faktor-faktor produksi berupa
lahan, tenaga kerja, dan modal yang dikelola seefektif dan seefisien mungkin
sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Faktor produksi adalah semua
korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh
dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah
input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan
besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk
membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen
adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi
(input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau
faktor relationship.
Usahatani tebu adalah kegiatan penanaman, pemupukan sampai
pemanenan tanaman tebu untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
utama penerimaan usahatani tebu yang dilakukan oleh petani. Tebu adalah
salah satu komoditas strategis di Indonesia yang mempunyai peranan dalam
perekonomian nasional. Gula tebu atau gula pasir merupakan sumber kalori
yang relatif murah. Seiring dengan peningkatan penduduk sehingga
kebutuhan akan gula juga meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian,
peningkatan konsumsi gula nasional masih belum diimbangi dengan
peningkatan produksi gula dalam negeri (Sumarno et al., 2020).
Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan produksi tebu dapat
dilakukan dengan cara diantaranya menggunakan teknik budidaya tebu yang
tepat, penggunaan bibit unggul, melakukan perluasan area tanam tebu,
meningkatkan kualitas perusahaan gula yang sudah ada, dan memperbanyak
perusahaan gula baru (Purnamasari et al., 2018).

2.2 Biaya
Biaya dalam usaha budidaya tebu adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh petani tebu dalam kegiatan budidaya. Biaya tersebut meliputi biaya tetap
dan biaya variabel (biaya tidak tetap). Menurut (Hajar et al., 2019) biaya tetap
mempunyai nilai yang semakin turun dari tahun ke tahun. Penurunan nilai
tersebut disebut dengan penyusutan. Biaya tetap dalam usaha budidaya tebu
terdiri dari penyusutan alat, sewa lahan, pajak dan bunga modal. Sedangkan
untuk biaya tidak tetap terdiri dari biaya untuk pembelian pupuk, pembelian
pestisida dan tenaga kerja. biaya tenaga kerja yang meliputi kegiatan
pengairan, pemupukan, penyemprotan pestisida, dan panen (tebang angkut),
sistem kerja pada umumnya adalah sistem borong, (Ni Dewi Ambal Ikka,
2021).
Perhitungan seluruh biaya yang digunakan dalam usahatani sangat penting
untuk dilakukan, karena perhitungan biaya bertujuan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh petani dalam melalukan usahataninya
tersebut. Dimana hal ini yang nantinya dapat dijadikan penilaian petani
terhadap keputusan dan pengembangan usahataninya (Sari et al., 2018)
Beri Gambar biaya tetap dan biaya variabel
2.3 Pendapatan
Pendapatan adalah salah satu indikator keberhasilan dalam suatu usaha.
Sebuah usaha menguntungkan jika usahatani yang dijalankan memperoleh
penerimaan yang lebih besar dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan
(Farionita et al., 2018). Pendapatan secara umum sebagai hasil dari suatu
perusahaan. Hal itu diukur dalam suatu harga pertukaran yang berlaku.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam sekali periode (Endang Suhesti, 2018). pendapatan
petani dipengaruhi secara langsung oleh jumlah produksi, harga jual, luas
lahan dan biaya produksi (Triyanti, 2017).
Berdasarkan hal tersebut petani sangat mengharapkan hasil produksi tebu
yang maksimal dari setiap hasil panennya agar mendapatkan laba atau
keuntungan yang juga maksimal, Santoso & Wardani (2019) menyimpulkan
bahwa biaya produksi sangat mempengaruhi pendapatan petani. Jika dapat
menekan biaya produksi, maka pendapatan yang didapat petani akan semakin
banyak. Dengan hasil yang maksimal tersebut, petani dapat mengalokasikan
dananya untuk modal selanjutnya dan untuk biaya hidup sehari-hari.
Pendapatan tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan antara penerimaan
yang diperoleh petani dari hasil panen tebunya dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan petani, baik dalam proses produksi maupun dalam proses
mendistribusikan hasil panennya kepada pembeli. (Saskia dan Waridin, 2012)
Suhartati (2018) mejelaskan dalam penelitiannya bahwa pendapatan
usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya.
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Sedangkan menurut (Dita Yuniar Saskia, Waridin, 2012)
Pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan
total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana
semua input miliki keluarga diperhitungkan sebagai biaya produksi.
Banyak dari petani yang menyamakan pendapatan dengan keuntungan
yang diperoleh dari berusahatani, terutama petani-petani kecil. Padahal
pendapatan dan keuntungan adalah dua hal yang berbeda. Dalam usahatani
Pendapatan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya produksi
(biaya yang dibayarkan) sedangkan Keuntungan adalah total penerimaan
setelah dikurangi biaya produksi (biaya yang dibayarkan) dan biaya yang
diperhitungkan Sumber?
Sebagian petani masih beranggapan pendapatan yang diperoleh dari suatu
usahatani adalah suatu keuntungan baginya. Saya sering menemui di
lapangan obrolan beberapa petani sepeutar keuntungan usahataninya, rata-rata
dari mereka menjadikan pendapatan sama dengan keuntungan.
Perhitungan keuntungan suatu usahatani jelas berbeda dengan bisnis
lainnya. Dalam suatu usahatani kita mengdikenal adanya biaya dibayarkan
dan biaya diperhitungkan. Biaya dibayarkan adalah semua biaya yang
dikeluarkan selama proses usahatani sedangkan Biaya diperhitungkan adalah
semua biaya yang tidak dikeluarkan tapi dihitung secara ekonomi.
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang diperhitungkan.
Produktivitas hasil yang tinggi tidak menjamin bahwa petani akan
mendapatkan keuntungan yang tinggi pula dari usahataninya. Keuntungan
usahatani ditentukan oleh besarnya penerimaan (total revenue) dan biaya
(total cost), (Sari, et al. 2018).
Gambar fungsi keuntungan

2.4 Fungsi Produksi


Proses produksi harus bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan
tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal
dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari 3 (tiga) komponen,
yaitu: tanah, modal, dan tenaga kerja. Masing-masing faktor mempunyai
fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor
tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor
terdahulu, seperti tanah, modal, dan tenaga kerja. Bila hanya tersedia tanah,
modal, dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak akan
jalan karena tidak ada tenaga kerja.
Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor
lainnya seperti modal. Kalau tanah tersedia, tenaga kerja ada, tetapi tidak ada
modal, apa yang akan ditanam atau dipelihara. Bagaimana cara membeli
bibit, pupuk, dan lain-lainnya. Begitu juga kalau hanya ada modal dan tenaga
kerja tanpa tanah, jelas usaha tani tidak bisa dilakukan, di mana usaha akan
dilakukan atau di mana tanaman akan di tanam. Tampak bahwa ketiga faktor
produksi tersebut merupakan sesuatu yang mutlak harus tersedia, yang akan
lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun dapat dipenuhi. Adapun faktor-
faktor tersebut adalah produktivitas, biaya produksi, mekanisme pemasaran,
tempat pemasaran, dan teknik tanam tebu.

Gambar fungsi produksi


2.5 Penelitian Terdahulu
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran peneliti
Tebu merupakan tanaman tahunan yang cocok dibudidayakan pada
wilayah tropis. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman
perkebunan semusim yang tergolong dalam tanaman rumput-rumputan.
Tanaman tebu dapat dikatakan sebagai tanaman yang unik karena terdapat
kandungan zat gula pada batangnya. Karena termasuk tenaman semusim maka
tanaman tebu dapat dipanen setelah 10 atau 12 bulan.
Beberapa kajian yang membahas mengenai pendapatan usahatani tebu
menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi
pendapatan usahatani tebu. Bila dilihat dari kondisi daerah penelitian yang
merupakan salah satu daerah pengembangan usahatani tebu baru maka perlu
mencermati beberapa faktor yang mampu mempengaruhi pendapatan petani
tebu. Dalam penelitian ini terutama Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen
Bondowoso antara lain adalah jumlah produksi usahatani di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Bondowoso memiliki jumlah yang berbeda-
beda. harga usahatani yang merupakan salah satu faktor produksi dalam
bentuk dana maupun perlengkapan. Biaya produksi yang dinyatakan dalam
setiap rupiah yang dikeluarkan oleh setiap petani yang berbeda dalam
pengelolaannya. Maka dapat disusun kerangka pemikiran teoritis
dalampenelitian ini kurang lengkap

Jumlah produksi

Hasil Pendapatan
Harga petani tebu

Biaya produksi
3.2 Hipotesis
Bedasarkan kerangka pemikiran diatas dapat diajukan beberapa Hipotesis
yang akan diujikan kebenarannya sebagai berikut :
1. Diduga usahatani tebu di tani Desa Wonokusumo Kecamatan tapen
Kabupaten Bondowoso menghasilkan pendapatan yang sangat banyak.
2. Diduga usahatani tebu di tani Desa Wonokusumo Kecamatan tapen
Kabupaten Bondowoso menguntungkan..
3. Diduga usahatani tebu di tani Desa Wonokusumo Kecamatan tapen
Kabupaten Bondowoso layak diusahakan.
4. Diduga faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani tebu
yaitu : 1). Output, 2). Harga jual, 2). Biaya non tunai dan biaya tunai 3).
Produksi, 4). pemasaran
5. Diduga saluran pemasaran usahatani tebu di tani Desa Wonokusumo
Kecamatan tapen Kabupaten Bondowoso bekerjasama dengan baik.
Rumusan masalah – tujuan - tinjauan pustaka – hipotesis –
dan metodologi belum sejalan perbaiki
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian.
Metode yang digunakan dalam rencana penelitian iini adalah metode
deskriptif dan metode analisis.. metode deskriptif yaitu suatu metode dalam
meneliti staus kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupu suatu peristiiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah
untuk memmbuat deskripsi, gambaran, atau luskisan secara sistematis,
factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang di selidiki (Hanief, 2017)

4.2 Metode Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Monokusumo Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karna di
Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso merupakan
salah satu sentra tebu atau salah satu wilayah penghasil tebu rakyat di
Kabupaten Bondowoso.
4.3 Metode Pengumpulan Responden
Respnden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Monokusumo
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso ???????. Pengumpulan responden
dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh dalam penelitian ini semua
anggota populasi sebagai responden. Sampling jenuh adalah teknik
pengumpulan responden bila semua anggota populasi diguanakan sebagai
sempel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang
dari 100 orang.
4.4 Metode pengumpulan data
Data yang diganakan penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang
berhubungan dengan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan
dan wawancara langsung dengan responden yang bersangkutan. Data skunder
diperoleh dari kajian pustaka, BPS, serta penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini.
4.5 Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Biaya
total usahatani tebu adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel,
mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tebu selama satu
musim tanam dihitung dengan satuan rupiah dengan rumus sebagai berikut:
4.5.1 Total Biaya
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Total Cost (biaya total)
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variable Cost (biaya variabel)
4.5.2 Pendapatan
usahatani tebu merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dalam
satu musim tanam dengan biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani
tebu. Pendapatan = TR – TC
(Zulfahri, 2019)
Keterangan:
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
4.5.3 Keuntungan
usahatani ditinjau dari satu hal yaitu R/C ratio dengan rumus sebagai
berikut:
R-C ratio = R/C (Zulfahri, 2019)
Keterangan:
R = Revenue (penerimaan)
C = Cost (biaya)
Adapun kriteria keuntungan usaha untuk R/C ratio meliputi:
a. R-C ratio < 1, usahatani tebu tidak menguntungkan untuk diusahakan
b. R-C ratio = 1, usahatani mencapai kondisi titik impas
c. R-C ratio > 1, usahatani tebu layak untuk diusahaka
DAFTAR PUSTAKA belajar cara penulisan pustaka

Badan Pusat Statistik Profinsi Jawa Timur, 2021. PROVINSI JAWA TIMUR
DALAM ANGKA Jawa Timur Province In Figures 2021. Surabaya: Badan
Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso, 2020. KECAMATAN TAPEN DALAM
ANGKA 2020 Tapen Subdistrict In Figures 2020. Bondowoso: Badan Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso, 2020. KABUPATEN BONDOWOSO
DALAM ANGKA 2020 Bondowoso Subdistrict In Figures 2020. Bondowoso:
Badan Statistik
Suwarto, Yuke Octavianty, Silvia. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar
Swadaya.Bogor
Eka Dewi Nurjayanti, syaifun Naim.2014. Analisis Kelayakan Usahatani Tebu.
jurnal imu-ilmu pertanian
Emalia gustiana. 2017. Analisis pendapatan dan Distribusi pendapatan
Usahatani Tebu Rakyat di Kecamatan Bungamayang Kabupaten lampung
Utara. Skripsi. Jurusan Agribisnis Universitas Lampung
Susilowati, S.H., Tinaprilla, N. 2020. Analisis Efisiensi Usaha Tani Tebu Di Jawa
Timur. J Penelit Tanam Ind. 18(4):162. doi:10.21082/jlittri.v18n4.2012.162-
172
Hanief, Y.,N., Himawanto, W. 2017. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish.
Dita Yuniar saskia, waridin. 2012. Biaya Dan Pendapatan Usahatani Tebu
Menurut Status Kontrak (Studi Kasus di PT IGN Cepiring, Kab. Kendal.
Jurnal. Diponegoro jurnal of economic
Sari, ella mania. 2018. Analisis Keuntungan Dan Efisiensi Penggunaan Biaya
Usahatani Kopi Rakyat Robusta Di Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten
Bondowoso. Jurnal. Agribest Universitas Muhammaddiyyah Jember
Ika, Ni Dewi Ambal dkk. 2021. Studi Komparasi Usaha Budidaya Tebu
(Saccharum officinarum L.) Varietas Cening (Klon TK 386) dan Varietas
PS 864 di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Jurnal. Jurnal AGRINIKA. Maret-
2021. 5(1): 63-72
Santoso, Fajar Iman. 2019. Analisis Pendapatan Usahatani Tebu di Kecamatan
Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Jurnal.
Journal of Economics Research and Social Sciences Vol 3, No 2, 201
Zulfahri.2019. Analisis Pendapatan Usahatani Tebu Rakyat Di Desa
Massamaturu Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Skripsi. Universitas Muhammadiyyah Makasar.

Anda mungkin juga menyukai