Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS EKONOMI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.

)
(STUDI KASUS: DESA TAMANSARI, KECAMATAN
PANGKALAN,
KABUPATEN KARAWANG)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Kuantitatif Bisnis


(AGB620404)
Dosen Pengampu: Dr. Ekalia Yusiana, S.P., M.Sc.

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Gilang Arlin W : (2010631200045)


Michelle Anggita Zahra : (2010631200051)
Syufa Lafifauzi : (2010631200084)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti mengandalkan

sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang

pembangunan. Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian

Indonesia, karena pertanian menyumbang sebagian besar keuangan

pemerintah. Hal ini kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang

potensial bagi produk-produk dalam negeri baik untuk barang produksi

maupun untuk barang konsumsi, terutama produk yang dihasilkan oleh sub

sektor tanaman pangan (Apriani et al., 2017).

Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian

memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan pangan nasional,

pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa,

serta menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong

pertumbuhan untuk industri hilir yang memberikan kontribusi cukup besar

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan tanaman pangan telah

terbukti secara empiris, baik dikala kondisi ekonomi normal maupun saat

menghadapi krisis, (Rejeki 2006).

Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia,

termasuk di Kabupaten Karawang. Desa Tamansari, yang terletak di

Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, dikenal sebagai salah satu

daerah yang menghasilkan jagung dengan potensi ekonomi yang signifikan.


Oleh karena itu, analisis ekonomi usahatani jagung di Desa Tamansari akan

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi ekonomi sektor

pertanian ini.

Kabupaten Karawang memiliki kondisi geografis dan iklim yang

mendukung pertanian, termasuk pertanian jagung. Jagung merupakan salah

satu komoditas utama yang dikembangkan di daerah ini, dan banyak petani di

Desa Tamansari yang menggantungkan mata pencahariannya pada usahatani

jagung. Oleh karena itu, analisis ekonomi usahatani jagung di desa ini akan

memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang potensi pertanian di

Kabupaten Karawang.

Dalam makalah ini, akan dilakukan analisis ekonomi usahatani jagung

di Desa Tamansari. Fokus akan diberikan pada aspek-aspek ekonomi seperti

biaya produksi, pendapatan petani, dan keuntungan usahatani jagung. Data-

data ini akan memberikan gambaran tentang kontribusi ekonomi usahatani

jagung terhadap kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi lokal.

Melalui analisis ekonomi usahatani jagung di Desa Tamansari,

diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang berguna bagi para

petani, pemerintah, dan pihak terkait lainnya untuk mengembangkan sektor

pertanian jagung yang berkelanjutan di Kabupaten Karawang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ada dapat

di identifikasi sebagai berikut:


1. Berapa besar rata-rata biaya produksi, penerimaan, pendapatan, dan

keuntungan usahatani pada jagung (Zea mays L.) di Desa Tamansari

Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang?

2. Berapa besar rata-rata R/C Ratio dan BEP dari pendapatan usahatani

jagung di Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Kabupaten

Karawang?

1.3 Tujuan

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka

tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar rata-rata biaya produksi, penerimaan,

pendapatan, dan keuntungan usahatani jagung di Desa Tamansari.

2. Untuk mengetahui besar rata-rata R/C Ratio dan BEP dari

pendapatan usahatani jagung di Desa Tamansari

1.4 Manfaat

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi ekonomi

usahatani jagung di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan,

Kabupaten Karawang.

2. Menyediakan informasi kepada petani jagung di Desa Tamansari

tentang biaya produksi, pendapatan, dan keuntungan usahatani jagung,

sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang lebih baik terkait

usahatani mereka.

3. Memberikan wawasan kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani jagung di Desa


Tamansari, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang mendukung

pengembangan pertanian jagung yang berkelanjutan.

4. Menjadi referensi bagi peneliti dan akademisi dalam melakukan studi

lebih lanjut tentang analisis ekonomi usahatani jagung di daerah lain.

5. Menghasilkan pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi lokal di

Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang.

1.5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman rumput rumputan

dan berbiji tunggal (monokotil). Jagung merupakan tanaman rumput kuat,

sedikit berumpun dengan batang kasar dan tingginya berkisar 0,6-3 m.

Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3 bulan

(Paeru dan Dewi., 2017). Secara umum sistematika klasifikasi dan sistematika

tanaman jagung sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.(Paeru dan Dewi., 2017)

Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe

akar, yaitu akar seminal, akar udara, dan akar adventif. Akar seminal tumbuh

dari radikula dan embrio, akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau

lebih buku terbawah dekat permukaan tanah sedangkan akar adventif disebut

juga akar tunjang. Perkembangan akar pada tanaman jagung bergantung pada

varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah (Riwandi et al. 2014). Batang
tanaman jagung tidak bercabang dan kaku. Bentuk batangnya silinder dan

terdiri atas beberapa ruas serta buku ruas. Adapun tingginya tergantung

varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 – 250 cm (Paeru dan

Dewi., 2017).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga

jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol,

muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik

tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki

primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen

pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian

pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan

menjadi bunga jantan (Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat.

Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-

butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan

cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet

jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike,

maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau

lebih (Subekti, N. A., Syafruddin, R., 2012).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak

pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding

yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10- 16 baris biji

yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau
perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji

jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar

yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan

kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75%

dari bobot biji yangmengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak,

dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri

atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Subekti, N. A.,

Syafruddin, R., 2012).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Usahatani Jagung

Menurut Wanda (2015), ilmu usahatani merupakan suatu ilmu

yang mempelajari bagaimana menentukan, mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan dalam menggunakan sumberdaya dengan efektif

dan efisien sehingga pendapatan yang diperoleh oleh petani lebih tinggi.

Menurut Soekartiwi (1995), ilmu usahatani membahas

bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Penggunaan input dapat

dikatakan efektif ketika petani dapat mengalokasikan input yang

mereka gunakan sebaik- baiknya, dikatakan efisien apabila output yang

mereka hasilkan lebih besar dari input yang mereka gunakan.


2.2.2 Teori Produksi

Produksi adalah salah satu aktivitas ekonomi yang

menghasilkan hasil akhir atau output dari suatu proses yang

membutuhkan beberapa masukan atau input. Sehingga kegiatan

produksi merupakan kombinasi antara beberapa masukan atau input

yang bisa disebut faktor-faktor produksi yang akan menghasilkan

keluaran atau output agar nilai guna barang atau jasa tersebut

bertambah. Dalam suatu proses produksi dibutuhkan input yang berupa

faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana agar kegiatanberjalan

dengan lancar. Sehingga, jika faktor produksi tidak ada, maka proses

produksi juga tidak akan berlangsung. Faktor-faktor produksi antara lain

adalah modal, tenaga kerja, keahlian atau kemampuan, dan tanah

(Damayanti., 2013).

2.2.3 Teori Biaya Produksi

Dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber daya

ekonomi yang diukur dalam mata uang yang telah terjadi atau mungkin

terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit, biaya adalah

grafik harga pokok barang yang dikorbankan untuk memperoleh

pendapatan.

Menurut Soekartiwi (2006), biaya produksi adalah keseluruhan

biaya yang harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor

produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya yang akan digunakan agar


produk-produk tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan

baik.

Biaya berdasarkan asal faktor-faktor produksi, dibedakan menjadi 2,

yaitu:

a. Biaya Tetap

Menurut Mulyadi (2009), biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya

tetap dalam volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Carter

(2009), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak

berubah ketika aktivitas bisnis meningkat dan menurun.

b. Biaya Variabel

Menurut Mulyadi (2009), biaya variabel adalah biaya yang

jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Sedangkan menurut Garrison (2006), biaya variabel (variable cost)

adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional terhadap

perubahan tingkat aktivitas.

2.2.4 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual produk. Dalam menghitung total

penerimaan usahatani perlu dipisahkan antara analisis parsial usahatani

dan analisis simultan usahatani. Jika sebidang lahan ditanami berbagai

macam tanaman, maka disebut analisis keseluruhan usahatani.

Sebaliknya, jika hanya satu tanaman yaitu jagung yang diteliti, maka
analisisnya disebut analisis parsial usahatani. Penerimaan total atau

pendapatan kotor ialah nilai produksi secara keseluruhan sebelum

dikurangi biaya produksi (Panjaitan., 2014).

Penerimaan adalah semua yang diterima petani atau pengusaha

dalam kaitannya dengan jumlah yang dilakukannya. Penerimaan

biasanya diperoleh dari jumlah produksi dikalikan harga produk

dipasarkan. Makin besar jumlah produksi, maka makin besar pula

penerimaan yang akan didapatkan (Yuliana, 2019), dapat dirumuskan

TR = P x Q
sebagai berikut:

Keterangan :

π : Profit (Keuntungan)

TR : Total Revenue (penerimaan)

P : Harga Produk

Q : Jumlah Produksi

2.2.5 Pendapatan Usahatani

Menurut Umar (2013) pendapatan adalah selisih antara

penerimaan total perusahaan dengan pengeluaran. Untuk menganalisis

pendapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan

pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu.


Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil

tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama

pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan, atau

tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya

Pd = TR - TVC
memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.

Analisa usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang

penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu

(Mutmainnah., 2018), dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Pd : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total Penerimaan)

TVC : Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)

2.2.6 Keuntungan Petani

Menurut Soekartiwi (2006) keuntungan merupakan pendapatan

yang diterima oleh seseorang dari penjualan produk barang atau jasa

yang dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan membiayai

produk barang maupun jasa. Keuntungan (π) merupakan selisih antara

penerimaan perusahaan dan biaya total, dapat dirumuskan sebagai

berikut:

π = TR - TC
Keterangan :

TR : Total revenue (Penerimaan)

TC : Total Cost (Total Biaya Variabel + Total Biaya Tetap)

2.2.7 Kelayakan Usahatani

Kelayakan usaha adalah penelitian yang menyangkut berbagai

aspek baikitu aspek sosial budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknis dan teknologi, sampai aspek keuangan, dimana itu semua

digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya

digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek bisnis

dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan (Ibrahim.,

2009).

Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan yang

mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan

dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut

dijalankan. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan untuk

menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan

manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan

dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar., 2012).

Kelayakan juga berarti bahwa bisnis yang sedang berjalan akan

memberikan keuntungan finansial dan non-finansial berdasarkan tujuan

yang diharapkan. Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari semua aspek,
setiap aspek dapat dikatakan layak untuk suatu standar nilai tertentu,

tetapi keputusan penilaian tidak dapat dilakukan hanya pada satu aspek

saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan pada

aspek saluran yang akan dinilai kemudian.

Analisis yang digunakan dalam menentukan kelayakan

usahatani adalah sebagai berikut:

2.2.7.1 Return Cost Ratio (R/C/Ratio)

CR/C adalah perbandingan antara penerimaan

penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi hingga menghasilkan produk. Usahatani akan

menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C

semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari

usaha tersebut (Mutmainnah., 2018), adapun rumus yang di

gunakan yaitu sebagai berikut:

𝑅 𝑇𝑅
=
𝐶 𝑇𝐶

Keterangan :

R/C : Return Cost Ratio

TR : Total Revenue (Penerimaan)

TC : Total Cost (Total Biaya)


2.2.7.2 Break Even Poin (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok

dimana total penerimaan sama dengan total biaya (Nurmalinaet

al., 2010). Nilai BEP menjadi nilai patokan jumlah minimum

hasil produksi suatu usaha dikatakan ekonomis. Nilai titik

impas berfungsi sebagai jumlah produk minimum yang harus

dihasilkan dan harga jual terendah produk. Rumus dari BEP

adalah sebagai berikut:

 BEP Produksi (Q) :

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (O) = 𝑇𝑅 𝑉𝐶

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠i 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠i

 BEP Harga (Rp) :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵i𝑎𝑦𝑎
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠i

 BEP penerimaan (Rp) :

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =
1 − 𝑉𝐶
𝑇𝑅
 Jika produksi > BEP Produksi (Q) maka usahatani jagung

layak untuk diusahakan.

 Jika Harga > BEP Harga (Rp) maka usahatani jagung layak

untuk diusahakan.

 Jika Penerimaan > BEP Penerimaan (RP) maka usahatani

jagung layak untuk diusahakan

2.3 Kerangka Pemikiran

Petani jagung adalah petani yang membudidayakan tanaman jagung,

mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan. Dalam hal ini,

petani melakukan usahatani dan investor yang menginvestasikan modalnya.

Petani juga merupakan karyawan dan dapat menjadi pemimpin dalam

menentukan keberhasilan usahatani yang dikelolanya. Setiap petani memiliki

karakteristik yang berbeda-beda dari segi produksi, pendapatan yang diterima

petani serta pendapatan keluarga petani (family income) (Wardana, 2018).

Teori yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani jagung adalah teori biaya produksi yang

mencakup semua pengeluaran petani mulai dari input produksi sampai

menghasilkan produksi. Setelah diketahui komponen biaya produksi yang

dikeluarkan maka dapat diketahui pendapatan petani dengan menghitung

pengurangan antara penerimaan petani dengan total biaya produksi petani


(Damanik, 2017). Pada operasionalisasi usahataninya, petani akan

memperoleh penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani. Penerimaan

atau pendapatan kotor tersebut bila dikurangi dengan biaya produksi dari

penggunaan faktor-faktor produksi yang dikeluarkan petani disebut dengan

pendapatan bersih atau keuntungan dari usahataninya (Yuliana, 2019).

Keuntungan petani juga dapat diketahui dari analisis kelayakan (R/C),

sehingga akan terlihat hasilnya apakah usahatani jagung di Desa Tamansari

Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang itu menguntungkan (layak) atau

tidak menguntungkan (tidak layak) untuk diusahakan.

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

bersifat kuantitatif yang dalam pembahasannya lebih mengutamakan tentang

biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi, penerimaan, pendapatan

dan keuntungan yang diperoleh serta kelayakan usahatani tanaman jagung di

Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang, yang dilihat dari

beberapa indikator yaitu: nilai R/C dan BEP.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan di Desa Tamansari, Kecamatan

Pangkalan, Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan.

Waktu penelitian dimulai dari Bulan Februari sampai dengan Bulan Maret

2022.
3.2 Metode Penarikan Daerah Sampel

Penelitian ini dilakukan di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan,

Kabupaten Karawang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara

Purposive (sengaja) karena di Desa Tamansari memiliki banyak petani jagung,

sehingga memudahkan peneliti untuk mencari sampel responden untuk diteliti

serta dengan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti.

3.3 Metode Penarikan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode

sensus sampling yaitu cara pengumpulan data yang mengambil seluruh

populasi untuk dijadikan sampel. Responden yang terlibat dalam penelitian ini

ditetapkan sebanyak 30 orang petani jagung.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari

sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti. Adapun,

sumber data primer adalah wawancara dengan subjek penelitian baik

secara observasi ataupun pengamatan langsung (Juliandi., 2014). Dalam

penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian

survey sehingga metode utama pengumpulan data dari responden


diakukan dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan

daftar pertanyaan atau kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap

responden yang diambil dari seluruh petani jagung di Desa Tamansari,

Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah terlebih dahulu dan

baru didapatkan oleh peneliti dari sumber yang lain sebagai tambahan

informasi. Beberapa sumber data sekunder adalah buku, jurnal,

publikasi pemerintah, serta situs atau sumber lain yang mendukung

(Juliandi., 2014). Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah kepustakaan, instansi terkait atau lembaga

pemerintah yang mempunyai kaitan dengan petani jagung.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menguji permasalahan pertama, dianalisis secara deskriptif

dengan cara menghitung rata-rata biaya total, penerimaan, pendapatan dan

keuntungan usahatani di daerah penelitian dengan metode perhitungan yaitu:

3.5.1 Biaya Total

TC = FC + VC

Keterangan :

TC : Total Cost (Biaya Total)

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

3.5.2 Penerimaan

TR = P x Q
Keterangan :

TR : Total Revenue (Penerimaan)

P : Harga Produk

Q : Jumlah Produksi

3.5.3 Pendapatan

Pd = TR - TVC

Keterangan :

Pd : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total Penerimaan)

TVC : Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)

3.5.4 Keuntungan
π = TR - TC

Keterangan :

π : Profit (Keuntungan)

TR : Total revenue (Penerimaan)

TC : Total Cost (Total Biaya Variabel + Total Biaya

Tetap
Untuk menganalisis permasalahan kedua dapat di uji dengan

menggunakan metode Kelayakan Usahatani, kriteria yang digunakan

yaitu R/C ratio, BEP Produksi, dan BEP harga.

3.5.5 Return Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan

(Revenue) dengan total biaya (Total Cost). Dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Keterangan :

R/C : Return Cost Ratio

TR : Total Revenue (Penerimaan)

TC : Total Cost (Total Biaya)

Indikatornya adalah sebagai berikut:

 Jika R/C > 1 maka usahatani jagung layak untuk diusahakan.

 Jika R/C < 1 maka usahatani jagung tidak layak untuk

diusahakan.

3.5.6 Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total

penerimaan sama dengan total biaya, BEP yang akan dihitung menjadi

2, yaitu:

 BEP Produksi (Q):

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (O) = 𝑇𝑅 𝑉𝐶

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠i 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠i
 BEP Harga (Rp):

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵i𝑎𝑦𝑎
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠i

 BEP Penerimaan (Rp):

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =
1 − 𝑉𝐶
𝑇𝑅

3.6 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian

dalam penelitian ini, maka diberikan defenisi dan batasan operasional sebagai

berikut:

3.6.1 Definisi Operasional

a. Petani jagung adalah orang yang melaksanakan dan

mengusahatanikan jagung di sebidang lahan pertanian.

b. Proses produksi adalah salah satu penunjang untuk dihasilkannya

jagung seperti benih, pupuk, tenaga kerja, lahan dan obat-obatan.

c. Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa yang

dilakukan oleh petani jagung.


d. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi berlangsung yang terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap (FC) terdiri dari biaya lahan dan alsintan,

biaya variabel (VC) yaitu biaya benih, biaya pupuk, biaya obat-

obatan, biaya tenaga kerja, dll.

e. Biaya total adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi usahatani jagung, biaya total merupakan penjumlahan

dari biaya tetap dengan biaya variabel.

f. Penerimaan merupakan perkalian antara yang dihasilkan dengan

harga jual.

g. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan usahatani

dengan total biaya yang dikeluarkan.

h. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan perusahaan dan

biaya total.

i. Return Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan

dengan total biaya per usahatani.

j. Break Even Point adalah titik dimana biaya produksi sama dengan

pendapatan, dimana usahatani tidak mengalami kerugian ataupun

keuntungan yang bisa juga disebut pendapatan dan biaya

seimbang.

k. Harga jual adalah harga yang dijualkan petani kepada pedagang.

3.6.2 Batasan Operasional


a. Penelitian dilakukan di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan,

Kabupaten Karawang.

b. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan usahatanijagung.

c. Kelayakan usahatani yang di uji adalah kelayakan usahatani dari

segi produksi, biaya usahatani, pendapatan dan keuntungan petani

jagung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah


Desa Tamansari terletak di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten
Karawang, Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah 1.570 ha. Jumlah
penduduk di Desa Tamansari sebanyak 5.252 orang. Desa Tamansari
berada pada ketinggian 67 m diatas permukaan laut, dengan rata-rata
curah hujan 3.212 mm/tahun dan memiliki suhu rata-rata 30° C.
Desa Tamansari memiliki jarak orbitasi 102 km dari Ibukota
Provinsi Jawa Barat yaitu Bandung, dan 38 km dari Kabupaten
Karawang, serta 4 km dari Kecamatan Pangkalan. Secara administratif
Desa Tamansari memiliki batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Desa Kutamaneuh
2. Sebelah Timur : Kecamatan Telukjambe Barat
3. Sebelah Barat : Kabupaten Bekasi
4. Sebelah Selatan : Desa Ciptasari

4.1.2 Keadaan Penduduk Penduduk


Desa Tamansari berjumah 5252 orang, terdiri dari 2575 orang
laki-laki dan 2677 orang perempuan, serta memiliki jumlah 1812 Kepala
Keluarga.

4.2 Karakteristik Responden


Responden adalah petani jagung yang dijadikan sebagai objek penelitian
dengan pertanyaan yang erat kaitannya dengan hasil penelitian, sehingga
dapat mengetahui secara jelas dari identitas responden, maka akan lebih
mudah untuk mengetahui penerimaan, pendapatan, keuntungan yang diterima
dari seorang responden serta nilai kelayakan dalam berusahatani jagung.
4.3 Analisis Ekonomi Usahatani Jagung
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
a. Hasil analisis dapat diketahui bahwa total rata-rata biaya produksi sebesar
Rp5.838.237/musim, kemudian didapatkan rata-rata penerimaan sebesar
Rp6.391.667/musim, sehingga rata-rata pendapatan yang didapatkan sebesar
Rp614.000/musim, dengan ratarata keuntungan yang didapatkan adalah
sebesar Rp553.426/musim, dalam rata-rata luas lahan sebesar 0,8333 ha.
Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di Desa Tamansari layak
untuk diusahakan.
b. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa nilai R/C sebesar 1,0947 > 1,
hal tersebut berarti usahatani jagung di Desa Tamansari, Kecamatan
Pangkalan, Kabupaten Karawang ini menguntungkan dan layak untuk
diusahakan. Sedangkan untuk Break Even Point (BEP) pada usahatani jagung
berdasarkan perhitungan menghasilkan nilai BEP Produksi sebesar 274,83
kg, dan untuk nilai BEP Harga sebesar Rp2.694,56/kg. Dalam hal ini berarti,
apabila petani responden di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan,
Kabupaten Karawang menghasilkan produksi jagung melebihi 274,83 kg
dengan harga jual Rp2.694,56/kg, dan menghasilkan BEP Penerimaan
sebesar Rp605.700. Maka usahatani jagung memiliki nilai lebih dari titik
impas, yaitu mendapatkan keuntungan dan layak untuk diusahakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai