Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS MANAJEMEN USAHATANI

PERENCANAAN PENGGUNAAN SUMBERDAYA DALAM


USAHATANI DAN ANGGARAN PERKIRAAN TUNAI KOMODITAS
PADI SAWAH DI DESA KAJARHARJO KECAMATAN KALIBARU
PADA KELOMPOK TANI KENONGO MUKTI

Dosen Pengampu :
Sandryas Alief Kurniasanti, S.ST., M.M.
Teknisi :
Christine Ylia Iswani, S.ST

Disusun oleh :
Kelompok 3

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelaisaikan tugas yang berjudul “Analisis Manajemen
Usahatani Perencanaan Penggunaan Sumberdaya Dalam Usahatani Dan Anggaran Perkiraan
Tunai Komoditas Padi Sawah Di Desa Kajarharjo Kecamatan Kalibaru Pada Kelompok Tani
Kenongo Mukti” ini tepat pada waktunya.
Adapaun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Manajemen Usahatani. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menganalisa
suatu usaha tani di bidang Agribisnis sehingga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sandryas A.
Kurniasanti, S.ST., M.M. selaku Dosen Manajemen Usahatani yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini.

Banyuwangi, 30 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan
sebagainya (Shinta, 2011). Petani dalam usahataninya mengharapkan agar setiap rupiah yang
dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan yang sebanding Namun demikian rendahnya
pendapatan yang dihasilkan atau yang diterima petani sangat tergantung pada biaya produksi
selama kegiatan usahatani berlangsung dan jumlah produksi yang dihasilkan.
Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan
pokok sebagian besar rakat Indonesia Produksi padi terbesar di Indonesia berasal dari Jawa
Timur. Padi sawah merupakan jenis padi yang lebih banyak dibudidayakan dibanding jenis
padi ladang Yudono (2014) menjelaskan bahwa padi sawah adalah jenis padi yang
menghendaki lebih banyak air, tahan genangan bahkan pada saat munculnya anakan non-
produktif perlu digenangi sedalam sekitar 20 cm agar anakan tersebut tidak banyak muncul
Luas panen padi sawah di Jawa Timur pada tahun 2016 yaitu 2,1 Ha dengan hasil
produksi mencapai 12,9 juta Ton dan produktivitas sebesar 61 Kw/Ha, sedangkan padi ladang
memiliki luas panen 165.897 Ha dengan hasil produksi 730.106 Ton dan produktivitas
sebesar 44 Kw/Ha (BPS, 2017) Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten penghasil padi
sawah di Jawa Timur dengan luas panen padi sawah yang selalu meningkat dalam kurun
waktu lima tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Peningkatan
luas panen padi sawah dapat dilihat pada Tabel 1.1
1.1 Rumusan Masalah
1.

1.2 Tujuan
1. Menganalisis kelayakan aspek finansial usahatani padi sawah (Oryza sativa L.) pada
Kelompok Tani Kenongo Mukti.
2. Menganalisis kelayakan aspek non finansial usahatani padi sawah (Oryza sativa L.)
pada Kelompok Tani Kenongo Mukti berdasarkan aspek hukum,
aspek lingkungan, aspek pasar, aspek teknis serta aspek manajemen.
3. Menganalisis sensitivitas usahatani padi sawah (Oryza sativa L.) pada Kelompok Tani
Kenongo Mukti

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat bagi penulis Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengalaman dan
pengetahuan bagi penulis untuk menganalisis kasus yang terjadi secara nyata pada
masyarakat.
b. Manfaat bagi petani
1. Mampu menghitung kebutuhan input usahatani pada proses produksi padi sawah
2. Mampu mengetahui penerimaan dan keuntungan yang diperoleh dari usahatani padi
sawah.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Tanaman Pangan
Tanaman pangan merupakan kelompok tanaman semusim dengan kandungan gizi
terbesarnya adalah karbohidrat dan protein. Yudono, et al (2014) menjelaskan bahwa
beberapa jenis tanaman utama di Indonesia termasuk di dalamnya adalah tanaman pangan
berupa padi, jagung dan kedelai Daerah penghasil utama tanaman padi yaitu Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Bali Pertanian di Jawa biasanya lahannya subur, lebih intensif,
sekalanya lebih kecil, lebih dominan tanaman pangan dan tanaman semusim, sedangkan
pertanian di luar Jawa biasanya kurang subur, kurang intensif skalanya lebih besar, leboh
dominan perkebunan dan tanaman keras
Tanaman pangan di Indonesia anatara lain padi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang
hijau, singkong, ubi jalar, dan talas. Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada.
Hal ini disebabkan setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia,
sehingga ketersediaan pangan akan tetap terjaga. Namun, secara umum kebutuhan beberapa
jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari peoduksi dalam negeri sehingga harus
diimpor setiap tahunnya (Purwono dan Purnawati, 2007)
Sunarminto (2014), menjelaskan perluasan areal dan peningkatan hasil persatuan luas
merupakan cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan hasil produksi pangan khususnya
padi yang saat ini memiliki berbagai macam varietas yang dapat membantu memecahkan
segala masalahkesehatan masyarakat. Salah satu permasalahan tanaman pangan adalah
ketidakseimbangan permintaan dengan hasil produksi. Purwono dan Purnamawati (2007)
menjelaskan bahwa tanaman pangan seperti jagung, kedelai, kacang tanah dan tepung tapioka
bahkan beras juga harus diimpor, sehingga jelas sekali peluang pasar terhadap tanaman
pangan tidak akan pernah mati. Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan terus meningkat,
sehingga tanaman pangan memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan khususnya di
Pulau Jawa. Selain perluasan areal tanam danpeningkatan hasil produksi, perbaikan
manajemen dalam usahatani tanaman pangan juga diharapkan mampu meningkatkan
motivasi petani dalam berusahatani tanaman pangan.
2.1.2 Usahatani
Shinta(2011) menjelaskan bahwa ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan
efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan dana yang mereka miliki (yang
dikuasai) sebaikbaiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) Keberlangsungan suatu
usahatani sangat ditentukan oleh pengelolaan usahatani yang dilakukan oleh petani sebagai
manajer Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk merencanakan,
mengorganisir, menggerakkan, dan melakukan evaluasi terhadap pemanfaatan faktor-faktor
produksi dengan sebaik-baiknya agar mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana
yang diharapkan (Suratiyah, 2008).
Firdaus (2012) menjelaskan bahwa usahatani adalah organisasi dari alam (lahan),
tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian Berdasarkan
lapangan usahanya, usahatani termasuk ke dalam badan usaha pertanian yaitu badan usaha
yang bergerak di bidang pengolahan tanah. Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif
pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal (Shinta, 2011) Sumber daya
tersebut berupa lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Usahatani dapat diklasifikasikan
berdasarkan pola usahatani dan tipe usahatani Berdasarkan tipe, usahatani dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1. Usahatani padi
2. Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)
Yudono, et al. (2014) menjelaskan bahwa proses produksi tanaman dan hewan yang
dikelola oleh petani dapat berlangsung apabila terdapat lahan yang luas. Lahan tersebut
dinamakan usahatani. Usahatani dapat diusahakan di lahan yang sangat sempit (pot, atap),
lahan sempit (pertanian rakyat) dan lahan yang besar (perusahaan besar). Usahatani dapat
dilaksanakan pada berbagai bentuk penguasaan lahan seperti lahan sendiri (milik), lahan
sewa, lahan gadai, lahan sakap, dll. Kegiatan usahatani dengan sistem manajemen yang baik
dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas terhadap penggunaan input usahatani sehingga
mampu memberikan hasil yang maksimal 2.2.1 Aspek-Aspek Finansial
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui apakah usahatani yang diusahakan
layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam tingkat efisiensi
(Shinta, 2011) Nitisemito dan Burhan (2004) menjelaskan bahwa pengertian studi kelayakan
pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang
kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan Studi kelayakan harus
dapat memutuskanapakah suatu gagasan usaha perlu diteruskan atau tidak, sehingga perlu
pula dipertimbangkan aspek finansial atau keuangan (Mobasser et al 2012) Untuk mengukur
kelayakan finansial, tingkat harga yang digunakan adalah harga private yaitu harga riil yang
dibayarkan oleh petani Pasaribu (2012) menjelaskan aspek finansial merupakan hal-hal yang
menyangkut masalah keuangan yang diinvestasikan dalam proyek terutama dalam hal rasio
antara pengeluaran dan penerimaan. Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah proyek
menjamin dananya dalam kurun waktu tertentu, apakah proyek akan mampu mengembalikan
dana investasi yang ditanamkan dalam proyek tersebut. Kelayakan finansial dapat dianalisis
menggunakan beberapa kriteria yaitu
a. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Pasaribu (2012) menyatakan bahwa Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah untuk
mengetahui besarnya manfaat serta analisis yang digunakan untuk mengetahui perbandingan
penerimaan dan biaya produk yang digunakan. Suatu proyek dapat dikatakan layak jika B/C
ratio 1 maka proyek dapat dilakukan karena dapat menghasilkan keuntungan, sedangkan jika
tidak layak jika B/C ratio < 1 maka proyek tidak da pat dilakukan karena dapat menimbulkan
kerugian terhadap perusahaan di masa yang akan datang. B/C ratio digunakan untuk
mengetahui manfaat dan biaya yang dihasilkan oleh usaha
b. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Cost Ratio (R/C ratio) adalah suatu pengujian analisis kelayakan dengan
perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan Kriteria yang
digunakan dalam analisis ini adalah apabila nilai R/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan
untung dan layak untuk diusahakan, karena besarnya pendapatan lebih besar dari besarnya
biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya (Asnidar dan Asrida, 2017) Shinta (2011)
menyatakan bahwa suatu usahatani yang akan dilaksanakan dinilai dapat memberikan
keuntungan atau layak diterima dapat diketahui dengan pendekatan R/C ratio R/C ratio
merupakan singkatan Revere Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara
total penerimaan dan total biaya.
c. Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) adalah analisis yang mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan Analisis BEP bertujuan untuk
mengetahui besarnya pendapatan pada saat titik balik modal, yaitu ketika usahatani tidak
mendapatkan keuntungan dan kerugian Perhitungan BEP ada 2 cara, yakni:
1. Atas dasar penjualan dalam unit, yakni BEP dapat dihitung berdasarkan jumlah produk
minimal yang harus dijual, sehingga usahatani berada dalam titik balik modal.
2 Atas dasar harga, yakni BEP harga digunakan sebagai salah satu acuan penentuan batas
aman penurunan harga yang masih memberikan keuntungan bagi usahatani.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 sumber daya dalam usaha tani


3.1.1Umur
Sridianto (2016) menyatakan bahwa tingkat umur merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas petani yang berada pada umur produktif
yang memiliki kondisi yang optimal dalam melakukan kegiatan produksi. Umur adalah salah
satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi belajar dan minat seseorang terhadap Umur
mempengaruhi tingkat kematangan emosional petani dan akan menentukan kesiapan untuk
belajar (Satriani, et.al., 2013). Dalam kelompok tani kenongo mukti ini memiliki rata - rata
umur berkisar antara 23-51 tahun.
3.1.2 Pengalaman Usahatani
Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan produksi dalam pertanian. Pengalaman usahatani yang dimaksud
adalah kemampuan petani dalam mengolah lahan pertaian baik dari teknik bercocok tanam,
penggunaan pupuk yang tepat maupun kemampuan dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi selama proses produksi (Sridianto, 2016) Pengalaman petani dalam berusahatani
dipengaruhi oleh umur petani. Selain itu kepemilikan lahan juga menjadi faktor lama
pengalaman petani dalam berusahatani Petani yang sebelumnya tidak memiliki lahan dan
tidak memiliki modal untuk berusahatani hanya menjadi buruh dalam beberapa kegiatan
usahatani petani lain. dalam kelompok tani kenongo mukti ini memiliki pengalaman dalam
usaha tani yang cukup memadai yaitu rata rata 3-10tahun.
3.1.3 Luas Lahan
Luas lahan sawah yang dimiliki petani di kelompok tani Kenongo Mukti terdiri dari
beberapa luasan yaitu 2.500 m², 5.000 m², 7.500 m², 10.000 m² dan 20.000 m². 3.2. anggaran
yang diperlukan dalam kelompok tani kenongo mukti.
3.2.1 penerimaan usahatani
Besarnya penerimaan usahatani dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi yang
dihasilkan petani dan harga jual yang sesuai maka semakin besar pula penerimaan yang
diperoleh Penerimaan usahatani padi sawah di kelompok tani Kenongo Mukti dalam satu kali
panen dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa penerimaan usahatani diperoleh dari Jumlah produksi gabah
dan harga gabah. Total produksi didapati dari luas lahan, serangan hama pengganggu
tanaman dan penggunaan pupuk.
3.2.2 Total Produksi
Produksi gabah diperoleh dari hasil setelah tanaman padi siap dipanen yaitu dengan masa 110
hari Petani di kelompok tani Kenongo Mukti selalu menjual hasil produksinya dan tidak
dikonsumsi sendiri Produksi gabah yang dihasilkan tergantung dengan luasan yang dimiliki
petani. Total produksi yang dihasilkan kelompok tani Kenongo Mukti adalah sebesar 114.600
Kg. Sedangkan hasil produktivitas padi per Ha berkisar antara 2-6 ton. Hasil produktivitas
padi per Ha dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.2.3 Harga Gabah
Harga adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam menentukan penerimaan
usahatani Harga jual gabah yang diperoleh petani berkisar antara Rp 4.500-Rp 5.000
sehingga diperoleh harga sebesar Rp 4.580. Perbedaan harga ini dipengaruhi oleh
ketersediaan gabah yang melimpah akibat adanya panen raya sehingga harga jual gabah
menjadi menurun
3.2.4 Total Penerimaan
Penerimaan merupakan nilai total produk usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang
dijual maupun yang tidak dijual (Siregar, 2009) Penerimaan yang diperoleh petani adalah
hasil perkalian antara total produksi Gabah (Rp/kg) dengan harga jual (Rp). Total penerimaan
merupakan penerimaan hasil produksi yang langsung dijual disebabkan petani di kelompok
tani Kenongo Mukti selalu menjual hasil gabah dan tidak dikonsumsi sendiri. Total produksi
gabah yang dijual sebesar 114.600 kg dan rata-rata harga jual gabah sebesar Rp 4.580. Total
penerimaan kelompok tani Kenongo Mukti adalah sebesar Rp 524.880.000.
3.2.4 Total Biaya
Total biaya di kelompok tani Kenongo Mukti dalam sekali panen dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Total biaya usahatani padi sawah kelompok tani Kenongo Mukti dalam sekali
panen tabel Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh setiap
petani anggota kelompok tani Kenongo Mukti berbeda-beda. Total biaya yang dikeluarkan
usahatani padi sawah kelompok tani Kenongo Mukti adalah sebesar Rp 151.188.000. Biaya
yang dikeluarkan dibagi menjadi 2 yaitu Biaya Tidak Tetap (VariableCost) dan Biaya Tetap
(Fixed Cost). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani yang tidak
mempengaruhi hasil atau output produksi (Shinta, 2011). Biaya tidak tetap yaitu biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Shinta, 2011). Biaya tetap terdiri
dari biaya irigasi dan biaya penyusutan peralatan pertanian. Sedangkan biaya tidak tetap
terdiri dari biaya sarana (benih, pupuk, pestisida) dan biaya tenaga kerja.
3.2.5 Biaya Sarana Pertanian
Biaya sarana pertanian terdiri dari biaya benih, pupuk dan pestisida. Biaya benih
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih padi sawah Jumlah pupuk dan pestisida
yang digunakan setiap petani berbeda-beda sesuai kebutuhan di lahan dan serangan OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) dan juga iklim yang ada di daerah tersebut
a. Benih
Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam meningkatkan
produktifitas suatu tanaman (Siata, 2016) Viarietas benih padi yang digunakan oleh petani
khususnya petani kelompok tani Kenongo Mukti adalah varietas Kalimasada Kuantitas benih
yang dibutuhkan oleh petani menyesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki. Pada umumnya
petani dengan luasan 2 Hektar membutuhkan 40 kg benih Sedangkan harga benih berkisar
antara Rp 45.000 per kilogram Perhitungan untuk biaya benih adalah kebutuhan benih 2
Hektar 40 kg dikalikan dengan Rp 45.000/Ha, sehingga biaya benih yang dikeluarkan adalah
Rp 1.800 000 Total biaya benih yang dikeluarkan oleh kelompok tani Kenongo Mukti dalam
sekali panen adalah sebesar Rp 13.140.000. Rincian biaya yang dikeluarkan untuk benih padi
dalam sekali panen dapat dilihat pada Lampiran 5.
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan pada padi sawah terdiri dari pupuk organik dan pupuk
anorgani Pupuk organik yang digunakan petani adalah menggunakan pupuk kandang atau
pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan
biasanya adalah Urea, TSP, KCI, Phonska, dan NPK Penggunaan pupuk pada umumnya
petani menyesuaikan dengan kebutuhan pupuk yang ada disawah Harga setiap jenis pupuk
berbeda-beda, untuk pupuk kandang petani membeli dalam ukuran sak. Harga pupuk
kandang Rp 300 /kg 2 hektar sawah membutuhkan 1.000 kg pupuk kandang, sehingga biaya
pupuk kandang adalah Rp 300 000, sedangkan untuk pupuk anorganik, pupuk urea seharga
Rp 90.000/ 50 kg, pupuk TSP seharga Rp 100.000/ 50 kg, pupuk KCl seharga Rp 350.000/ 50
kg, pupuk Phonska seharga Rp 115.000/ 50 kg, dan pupuk NPK lanjutan tani Kenongo
Mukti dalam sekali panen adalah Rp 27.065.000.
c. Pestisida
Pestisida secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu bahan yang digunakan untuk
pengendalian populasi jasad hidup yang dianggap sebagai hama dalam arti yang merugikan
kepentingan manusia (Rahayuningsih, 2009). Rahayuningsih (2009) menjelaskan bahwa
berbagai uji coba penggunaan pestisida pada tanaman padi menunjukkan bahwa pestisida
dapat melindungi tanaman dari serangan OPT dan selanjutnya tanaman dapat tumbuh dengan
baik sehingga mampu memberikan hasil yang lebih tinggi daripada tanaman tanpa aplikasi
pestisida. Jenis pestisida yang digunakan dalam usahatani padi kelompok tani Kenongo
Mukti dibagi menjadi tiga jenis yaitu fungisida, insektisida dan herbisida. Jenis, merek dan
kuantitas pestisida untuk usahatani padi sawah sangat beragam sehingga biaya yang
dikeluarkan petani berbeda-beda. Biaya penggunaan pestisida oleh kelompok tani Kenongo
Mukti sebagai berikut: Biaya Pestisida
Biaya Fungisida + Biaya Insektisida + Biaya Herbisida
Rp 7 875.000 +Rp 3.594.000+ Rp 970,000=Rp 12.439.000
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa jumlah biaya tenaga kerja usahatani padi sawah
kelompok tani Kenongo Mukti Biaya tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu biaya Tenaga
Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Jumlah biaya
tenaga kerja TKLK adalah sebesar Rp 77.840 000 dan biaya tenaga kerja TKDK adalah
sebesar Rp 13.320.000. Total baya tenaga kerja usahatani padi sawah kelompok tani
Kenongo Mukti di Desa Kajaharjo adalah sebesar Rp 91.160.000 Berikut penjelasan
mengenai biaya tenaga kerja untuk setiap proses budidaya padi sawah.
a. Penyemaian
Penyemaian adalah kegiatan awal yang dilakukan dalam usahatani padi sawah.
Tenaga kerja dalam penyemaian benih dilakukan oleh laki-laki dari TKDK dan TKLK.
Waktu penyemaian yang dilakukan petani adalah 1 hari. Mayoritas petani tenaga kerja untuk
penyemaian berasal dari TKDK. Upah yang diberikan untuk kegiatan ini adalah Rp 40.000
per hari. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan hanya 1 orang Total biaya untuk penyemaian
dalam sekali panen adalah sebesar Rp 1.000.000 Rincian biaya untuk penyemaian dapat
dilihat di lampiran pada Tabel 4:4
b. Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Pengolahan tanah secara mekanis adalah pengolahan tanah menggunakan mesin
Pengolahan tanah ini bertujuan untuk membalikkan tanah, membersihkan tanah dari sisa hasil
panen seperti jerami dan meratakan tanah agar sat penanaman dapat dilakukan dengan baik.
Mesin pengolahan tanah biasa disebut bajak atau singkal. Mesin yang sering digunakan
dalam pengolahan tanah biasanya adalah hand tractor. Petani di kelompok tani Kenongo
Mukti tidak memiliki mesin pengolah tanah milik sendiri, sehingga untuk kegiatan
pengolahan tanah memerlukan tenaga kerja lain atau membutuhkan operator mesin sendiri.
Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pengolahan tanah otomatis akan lebih banyak
dalam sekali panen
Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pengolahan tanah secara mekanis
disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani Sistem upah untuk pengolahan tanah
menggunakan sistem harian. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pengolahan tanah
bervariasi antara 2-7 hari Upah yang dikcharkan menyesuaikan luas lahan. Untuk luas lahan 2
hektar atau 20.000 m sebesar Rp 1.800.000 Sedangkan untuk luas lahan sebesar 1 hektar atau
10.000 m² mengeluarkan biaya besar Rp 1.200.000 Total buaya untuk tenaga k pengolahan
tanah mekanis yang dikeluarkan dalam sekali panen di kolompok tan Kenengo Mukti sebesar
Rp 25 200.000 Rincian biaya dalam sekali panen und pengolahan tanah secara tekanis dapat
dilihat di lampiran pada Tabel 4.5 c. Pengolahan Tanah Manual
Pengolahan tanah secara manual dilakukan setelah pengolahan tanah secara mekanis
selesai. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja laki-lak Pengolahan tanah secara manual
dilakukan menggunakan cangkul pada pinggira lahan Kegiatan ini berfungsi untuk
menambah atau meninggikan pembatas lahan (galengan) Kegiatan in berfungsi agar bagian
pinggiran lahan tempat tanam padi tidak terkikis setiap kali dilakukan pengolahan tanah
secara mekanis

Pengolahan tanah secara manual dapat diselesaikan dalam waktu 25 har tergantung
kuantitas tenaga kerja yang digunakan yaitu 1-4 orang Kuantitas tenaga kerja juga
dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga serta luas lahan.
Biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 40 000 hari Biaya total yang dikeluarkan oleh
kelompok tani Kenongo Mukti untuk pengolahan tanah secara manual sebesar Rp 6.680 000
Rincian biaya dalam sekali panen untuk pengolahan tanah manual dapat dilihat di lampiran
pada Tabel 4.6
d. Pengedaran Bibit
Pengedaran bibit merupakan tahap selanjutnya setelah pengolahan tanah secara
manual Kegiatan ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pencabutan bibit di tempat penyemaian,
pengangkutan bibit ke lahan tanam dan pengedaran bibit pada lahan tanam. Seluruh kegiatan
dalam pengedaran bibit dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki dengan jumlah tenaga kerja 1
orang
Kegiatan pertama adalah mencabut bibit yang ada di tempat penyemaian Kegiatan ini
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bibit atau memutus akar bibit yang ada
didalam tanah. Bibit yang telah dicabut kemudian dibersihkan dari tanah atau lumpur yang
menempel pada akar dan dipotong bagian ujung daunnya (untuk bibit umur 25-30). Setelah
bibit dibersihkan, tahap kedua adalah memasukkan bibit ke dalam alat angkut, kemudian
dibawa ke lahan tanam. Tahap selanjutnya adalah mengedarkan bibit pada pinggiran-
pinggiran lahan tanam Biaya yang dikeluarkan petani untuk pengedaran bibit sebesar Rp
40.000 hari. Biaya total yang dikeluarkan kelompok tani Kenongo Mukti untuk pengedaran
bibit sebesar Rp 1.000 000. Rincian biaya dalam sekali panen untuk pengedaran bibit dapat
dilihhat di lampiran pada Tabel 4.7. e. Penanaman
Penanaman dilakukan oleh para petani saat bibit sudah siap dicabut atau bibit yang
sudah menghasilkan 2 helai daun. Tenaga kerja yang digunakan untuk penanaman dilakukan
oleh perempuan Lama waktu penanaman antara 1-2 hari Sistem upah yang diterapkan untuk
penanaman adalah sistem harian, sehingga upah dihitung per hari Upah tenaga kerja untuk
penanaman adalah sebesar Rp 40.000 Total biaya untuk tenaga kerja kelompok tani Kenongo
Mukti adalah sebesar Rp 8.200.000 Rincian biaya untuk kegiatan penanaman bibit padi dapat
dilihat di lampiran pada Tabel 4.8
f. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bertujuan untuk menghilangkan gulma atau tanaman
pengganggu lain yang tumbuh disekitar tanaman padi. Waktu penyiangan dalam usahatani
padi cukup bervariasi antara 3-6 kali dalam satu kali panen Tergantung dari kondisi lahan
apakah lahan cepat ditumbuhi gulma atau tidak upah untuk penyiangan menggunakan sistem
harian Upah dalam sehari untuk melakukan penyiangan adalah sebesar Rp 40.000. Tenaga
kerja yang melakukan penyiangan adalah laki-laki dan perempuan. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk penyiangan dalam sekali panen adalah 1-12 orang. Total biaya yang
dikeluarkan untuk penyiangan adalah sejumlah Rp 20.880.000, Rincian biaya dalam sekali
panen untuk kegiatan penyiangan dapat dilihat di lampiran pada Tabel 4.9.
g. Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan dengan memberikan pupuk organik dan pupuk anorganik
Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang sedangkan pupuk anorganik adalah
pupuk Urea, TSP, KCI, Phonska, dan NPK. Pelaksanaan pemupukan dilakukan 2 kali dalam
satu musim tanam. Pemupukan ini bertujuan membenkan nutrisi kepada tanaman agar
pertumbuhan padi menjadi baik. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pemupukan
adalah 1-5 orang. Upah lanjutan
pemupukan untuk per orang sebesar Rp 40.000 orang Total biaya pemupsikan
asahatani padi sawah adalah sebesar Rp 2.880.000 Rincian biaya untuk pemupukan dapat
dilihat pada lampiran pada Tabel 4 10 h. Penyemprotan
Penyemprotan berfungsi untuk melakukan pencegahan dari HPT (Hama Penganggu
Tanaman) yang menyerang tanaman padi Pestisida yang digunakan terdiri dari herbisida,
insektisida, dan fungsida Penyemprotan umumnya dilakukan 12 kali dalam satu musim tanam
Penyemprotan menggunakan alar Power sprayer manual dan mesin Upah tenaga kerja
penyemprotan menggunakan sistem harian Upah penyemprotan I hari sebesar Rp
40.000/orangnya. Total haya untuk penyemprotan dalam usahatani padi sawah adalah sebesar
Rp 5.520.000 Rincian biaya untuk penyemprotan padi dapat dilihat di lampiran pada Tabel
4.11
Pemanenan Pemanenan dilakukan pada tanaman padi yang berumur 110 hari.
Pemanenan dilakukan pada tanaman yang secara fisiologis telah berwarna kuning namun
malai masih segar Pemanenan dilakukan dengan memotong tanaman padi pada 30-40 cm di
atas permukaan tanah dengan menggunakan sabit. Selanjutnya padi hasil panen dikumpulkan
di lahan yang beralaskan terpal agar gabah tidak tercocer Pemanean diselesaikan dalam
waktu 1 hari tergantung pada luasan lahan dan ketersediaan tenaga kerja
Pemanean dapat dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki yang keseluruhan adalah tenaga
kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam pemanenan berjumlah 4-20 orang Biaya yang
dikeluarkan petani untuk pemanenan sebesar Rp 40.000 orang Biaya yang dikeluarkan
kelompok tani Kenongo Mukti untuk pemanenan sebesar Rp 11 040 000 Rincian biaya untuk
pemaneman padi dapat dilihat di lampiran pada Tabel 4.12 J. Perontokan

Pekan merupakan tahap yang dilakukan setelah kegiatan pas Kegiatan panen
dilakukan sesegera mungkin setelah kegiatan panen selesa Kegiatan peronokan dilakukan
oleh 2-1 orang tenaga kerja dan 1 mesin perontok padi Perontokan dilakukan untuk
melepaskan merontokkan buli pah dari malai.Kedua tenaga kerja tersebut bertugas
mengoperasikan mesin dan memasukkan padi hasil panen ke mesin perontok padi, setelah itu
tenaga kerja pengangkutan hal yang memasukkan gabah hasil perontokan ke dalam karung
untuk diangkut
Biaya yang dikeluarkan petani untuk perontokan dibagi menjadi dua yaitu biaya
pengangkutan mesin perontok padi sebesar Rp 40.000 orang dan biaya perontokan sebesar
Rp 40.000 orang Biaya yang dikeluarkan kelompok tani Kenongo Mukti untuk pengangkutan
mesin sebesar Rp 1.040.000 dan biaya yang dikeluarkan kelompok tani Kenongo Mukti
untuk perontokan sebesar Rp 3.320.000 Rincian biaya untuk pengangkutan mesin perontok
dan perontokan padi dapat dilihat di lampiran pada Tabel 4:13 dan Tabel 4.14. L.
Pengangkutan Hasil
Pengangkutan hasil panen dilakukan pada hari yang sama saat kegiatan perontokan
dilakukan Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pengangkutan hal panen berbeda-beda
sesuai dengan jumlah hasil panen dan ketersediaan naga kerja Jumlah tenaga kerja yang
digunakan sebanyak 3-10 orang Biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan hasil panen
sebesar Rp 40.000 orang Biaya yang dikeluarkan kelompok tani Kenongo Mukti untuk
pengangkutan hasil panen sebesar Rp 4.400.000 Rincian biaya untuk pengangkutan hasil
dapat dilihat dlamperan pada Tabel 415
433 Biaya Irigasi
Ingas merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh petani padi sawah untuk
memenuhi produksi padi Petani di kelompok tans Kenongo Mukti semua menggunakan jenis
pengairan irigasi sungai Harga yang dikeluarkan oleh petani mak membayar ingasi sungai
ditentukan oleh luan lahan yang dimiliki. Haya nga yang digunakan dalam usahatani padi
adalah baya irigasi yang dikeluarkan satu kali musim tanam.
Lanjutan tabel
menunjukkan bahwa biaya irigasi ditentukan berdasarkan Tuasan lahan yang dimiliki,
yaitu 20 000 m², 10 000 m², 7.500 m², 5.000 m² dan 2.500 m Biaya irigasi yang dikeluarkan
dengan luasan 20.000 m³ Rp 400.000 Biaya irigasi dengan luasan 10.000 m² sebesar Rp
200.000. Total biaya irigasi yang dikeluarkan untuk usahatani padi sawah kelompok tani
Kenongo Mukti dalam sekali panen adalah sebesar Rp.3 200,000.
Rasio usahatani padi sawah kelompok tani Kenongo Mukti dapat dilihat pada Tabel
3.3.1
Tabel 3.3.1 Analisis B/C Ratio usahatani padi sawah kelompok tani Kenongo tabel
Tabel 3.3.1 menunjukkan bahwa analisis B/C Ratio usahatani padi sawah kelompok
tani Kenongo Mukti diperoleh dari perbandingan keuntungan usahatani sebesar Rp 373
692.000 dengan total biaya usahatani sebesar Rp 151 188.000 Perhitungan B/C Ratio dapat
dihitung menggunakan rumus.
BC Rasio-
Rp 373.692.000
Rp 151.188.000
2,48
Rincian perhitungan B/C Ratio dapat dilihat pada Lampiran 18. Masing- masing
petani memiliki tingkat kelayakan yang berbeda-beda (Lampiran 18). Perbedaan tingkat
kelayakan ini dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang diperoleh petani dan kecilnya
biaya produksi yang dikeluarkan Berdasarkan perhitungan B/C Ratio diperoleh nilai B/C
sebesar 2,48 Usahatani padi sawah dapat dikatakan layak karena nilai B/C Ratio> 1 yaitu
2,48. Nilai B/C Ratio usahatani padi sawah kelompok tani Kenongo Mukti sebesar 2,48
artinya setiap Rp 1,00 total biaya yang dikeluarkan mampu memberikan keuntungan
usahatani sebesar Rp 2,48,sehingga usahatani padi sawah layak untuk dilanjutkan. Menurut
Shinta (2011) menyatakan bahwa, pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor luas lahan
dan tingkat produksi.
3.3.2 Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah suatu hasil nilai penjualan produksi pada periode
tertentu yang besarnya sama dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga petani tidak
mengalami kerugian maupun keuntungan (impas). Analisis BEP digunakan untuk mengetahui
titik impas suatu usahatani yaitu keadaan dimana usahatani tidak memperoleh keuntungan
namun juga tidak mengalami kerugian. Analisis BEP yang digunakan untuk usahatani padi
sawah adalah BEP unit dan BEP harga
a. BEP Unit
Perhitungan BEP unit dilakukan dengan cara membagi total biaya tetap (FC) dengan
hasil pengurangan antara harga jual per unit (P) dengan biaya variabel per unit (VC). Analisis
BEP unit usahatani padi sawah dapat dilihat pada.

Tabel 4,22
Tabel 4.22 Analisis BEP unit usahatani padi sawah kelompok tani Kenongo Mukti
lanjutan tabel
menunjukkan bahwa untuk menentukan BEP unit perlu diketahui yaitu biaya tetap
(TFC), biaya variabel per unit (VC), dan harga jual per unit (P) BEP unit diperoleh dengan
mengetahui jumlah biaya tetap (TFC) sebesar Rp 7.384.000, biaya variabel per unit (VC)
sebesar Rp 1.327 dan harga jual per simit (P) sebesar Rp 4.580.
Perhitungan BEP Unit menunjukkan bahwa nilai BEP unit usahatani padi sawah
sebanyak 2.278 kg, sedangkan jumlah produksi usahatani padi sawah kelompok tani
Kenongo Mukti sebanyak 114.600 kg Lampiran 19 menunjukkan bahwa, BEP unit masing-
masing petani lebih kecil dari total produksi yang diperoleh Jadi dapat disimpulkan bahwa
jika rata-rata produksi lebih besar dari nilai BEP unit, maka Usahatani padi sawah kelompok
tani Kenongo Mukti di Desa Kajarharjo dapat dikatakan layak diusahakan dan
menguntungkan
b. BEP Harga
Perhitungan BEP harga dapat dilakukan dengan cara membagi Biaya total (TC)
dengan Total Produksi (Y) Analisis BEP Harga dapat dilihat pada Tabel
menunjukkan bahwa untuk menentukan BEP harga perlu diketahui yaitu total biaya
(TC) dan total produksi (Y). BEP harga diperoleh dengan mengetahui jumlah total biaya (TC)
sebesar Rp 151.188.000 dan total produksi (Y) sebesar 114.600 kg.
Perhitungan BEP harga menunjukkan bahwa nilai BEP harga usahatani padi sawah
sebesar Rp 1.400 per kg, sedangkan rata-rata harga jual padi sawah kelompok tani Kenongo
Mukti sebesar Rp 4.580 per kg Lampiran 19 menunjukkan bahwa, BEP harga masing-masing
petani lebih kecil dari total harga yang diperoleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa, jika total
harga padi sawah lebih besar dari BEP harga, maka usahatani padi sawah kelompok tani
Kenongo Mukti di Desa Kajarharjo dapat dikatakan layak diusahakan dan menguntungkan
berdasarkna analisis BEP harga.

Anda mungkin juga menyukai