Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERTANIAN SUBSEKTOR TANAMAN PADI

Oleh:
Nama:Haerunisa
Nim:C1G021016

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat , taufik
dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, maupun petunjuk bagi pembaca
dalam memahami tentang “PERTANIAN SUBSEKTOR TANAMAN PADI”

Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca dalam memahami Pertanian subsektor tanaman padi, kritik
dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan tugas ini, karena
kami sangat menyadari bahwa tugas ini belum sempurna seutuhnya.

Mataram, 1 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno
berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun
SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800
SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma,
Thailand, Laos, dan Vietnam.
Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah dengan peningkatan
kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan pertanian (Hernanto, 2003).
Pembangunan pertanian Indonesia telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan
dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian semaksimal mungkin sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai kesejahteraan, Peningkatan produksi
pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan
pembangunan pertanian (Tjakrawiralaksana, 2002).
Potensi sosial ekonomi yang merupakan kekuatan sekaligus modal dasar bagi
pengembangan produksi padi di Indonesia antara lain adalah: beras karena beras merupakan
bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia.
usahatani padi sudah merupakan bagian hidup dari petani di Indonesia sehingga
menciptakan lapangan kerja yang besar, dan kontribusi dari usahatani padi terhadap
pendapatan rumah tangga petani cukup besar. Sebagai bahan makanan pokok, beras akan
terus mempunyai permintaan pasar yang meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Dari sisi petani, selama ada cukup air, petani di Indonesia hampir bisa dipastikan menanam
padi. Karena bertanam padi sudah menjadi bagian hidupnya selain karena untuk ketahanan
pangan keluarga, juga sebagai sumber pendapatan rumah tangga. Karena itu, usahatani padi
akan terus dilakukan petani.
Dari aspek sosial ekonomi, peluang eksternal yang mendukung upaya peningkatan
produksi padi antara lain adalah: peningkatan permintaan beras merupakan jaminan pasar
bagi petani padi, sistem pemasaran beras yang stabil dan efisien sehingga persentase marjin
pemasaran cukup kecil, dan subsidi sarana produksi (pupuk dan benih) sehingga dapat

1
memperkecil biaya produksi. Ketiga faktor di atas merupakan peluang yang dapat
dimanfaatkan guna meningkatkan keuntungan usahatani padi dan meningkatkan daya saing
usahatani padi. Semua peluang ini dapat meningkatkan motivasi petani dalam menanam padi
(Irawan, 2003).
Pembinaan usahatani melalui kelompok tani ini tidak lain adalah sebagai upaya
percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang luas,
sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan wawasan
kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang menjadi usahatani masa
depan yang cerah dan tetap tegar. Adapun tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk
lebih meningkatkan danmengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek
pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok agar lebih berperan dalam
pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi
sebagai media penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani
yang lebih baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih baik dapat dilihat dari adanya
peningkatan-peningkatan dalam produktivitas usahatani yang pada gilirannya akan
meningkatkan pendapatan petani sehingga akan mendukung terciptanya kesejahteraan yang
lebih baik bagi petani dan keluarganya (Daniel. M, 2002).
Padang Rubek merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh.Rata-rata permasalahan yang dihadapi oleh petani
Padang Rubek adalah masalah rendahnya pendapatan.Dengan berlandaskan permasalahan
tersebut diatas, untuk itu maka penulis memilih judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya”.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh
biaya (x1), luas lahan (x2) dan produksi (x3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani
padi sawah di Desa Padang Rubek KecamatanKuala pesisir Kabupaten Nagan Raya.

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh Biaya, luas lahan
dan produksi terhadap pendapatan petani padi sawah di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

2
1.4. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan akan dapat :
1. Bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dalam menanam padi
terutama mengoptimalkan pendapatan petani padi di Desa Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
2. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang
akan melakukan pengkajian masalah yang relavan.

1.5 Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dikemukan hipotesis dalam
penelitian ini bahwa faktor biaya (x1), luas lahan (x2) dan produksi (x3) berpengaruh nyata
terhadap pendapatan petani padi sawah di DesaPadang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi (Oryza sativa L)


Padi merupakan kebutuhan kebutuhan manusia yang paling mendasar,sehingga
ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan
terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat maka, masyarakat akan memperoleh hidup yang
tenang dan akan lebih mampu berperan dalam memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih
mampu berperan dalam pembangunan.
Beras merupakan salah satu makanan pokok bangsa Indonesia. Oleh karna itu,
perhatian akan beras atau tanaman padi tidak ada henti-hentinya. Perjalanan bangsa Indonesia
dalam pengadaan beras pun berliku-liku yang pada akhirnya dapat berswasembada beras pun
berliku-liku yang pada akhirnya dapat berswasembada beras pada tahun 1984. Keadaan
tersebut tentunya perlu dipertahankan hingga sekarang.Penyediaan pangan yang cukup
merata dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya masyarakat Kecamatan Kuala
Pesisir merupakan suatu prioritas terpenting guna mewujudkan ketersediaan pangan.
Beras merupakan bahan pangan pokok yang vital bagi penduduk Indonesia.Itulah
sebabnya program swasembada beras menjadi sangat penting.Pencetakan sawah baru dan
program intensifikasi merupakan upaya pemerintah agar Indonesia dapat terus
berswasembada beras.Menanam padi di sawah sudah mendarah daging bagi sebagian petani
Indonesia.Pekerjaan ini banyak diwariskan turun temurun dari genersi kegenerasi.Cara
penanaman yang dilakukan boleh dikatakan tidak berbeda dari system yang dilakukan nenek
moyang kita sejak mengenal lahan sawah.Sejak zaman dulu hingga sekarang. salahsatu
tujuan pembangunan pertanian adalah untuk menciptakan ketahanan pangan dan peningkatan
kesejahteraan petani, sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk selalu
mengupayakan ketersediaannya, melalui berbagai langkah kebijakan. Disamping itu, dalam
rangka peningkatan kesejahteraan petani, diupayakan agar harga jual padi berada dalam
tingkat yang mampu memberikan keuntungan bagi petani. Bahan pangan yang memperoleh
perhatian khusus adalah bahan yang strategis, seperti beras, gula, jagung, kedelai, ubi kayu
dan ikan kering.
Lebih lanjut Husen Sawit dalam Widodo S, (2002) mengatakan bahwabagi negara-
negara Asia termasuk Indonesia, pangan berarti beras. Hal ini mengisyaratkan bahwa beras
masih memegang peranan penting sebagai pangan utama di Asia. Diperkirakan 40-80%
kebutuhan kalori masyarakat berasal dari beras. Beras menjadi sumber pendapatan yang

4
penting bagi sebagian besar petani kecil di Asia, karena diperkirakan 2/3 lahan per tanian di
Asia dialokasikan untuk tanaman padi.
Sayogya dan Mukhtar Saman (2000) mengungkapkan bahwa menggunakan eqivalen
konsumsi beras perkapita sebagai ukuran kemiskinan di Indonesia. Di sebagian besar negara
Asia. Beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan
labil jika beras harganya tidak stabil dan sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini diperburuk
dengan adanya kendala disisi produksi. Ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi
pemberasan di Indonesia, pertama rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, kedua, sekitar
70% petani padi termasuk golongan masyarakat miskin danberpendapatan rendah. Ketiga,
hampir seluruh petani padi adalah net konsumer beras dan keempat, rata-rata pendapatan dari
usaha tani padi hanya sebesar 30%dari total pendapatan keluarga.Dengan kondisi ini hampir
semua sawah ditanami dengan cara
konvensional. Petani meneruskan cara budidaya yang biasa dilakukan orang tua atau
kenalannya. Orang tua atau kenalannya. Orang tua tersebut pun hanya meniru atau mengikuti
cara yang biasa dilakukan generasi sebelumnya.
Beberapa kelemahan ternyata tampak dalam system pengolahan tanah yang biasa
diterapkan petani.Air yang boros, tenaga kerja banyak, biaya relatif besar, serta waktu yang
relatif banyak yang dicurahkan petani merupakan hal yang menonjol.Sesuai dengan
perkembangan zaman berbagai permasalahan baru dalam produksi padi mulai banyak timbul.
Berkurangnya lahan sawah karena digunakan kepentingan lain, kurangnya tenaga kerja
produktif digampong- gampong, berkurangnya ketersediaan air irigasi dan lainnya
merupakan masalah yang membutuhkan jalan keluarnya.
Sistem penanaman padi sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara
sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak. Pembajakan dapat
dilakukan dengan menggunakan mesin maupun hewan ternak atau melalui pencangkulan oleh
petani. Setelah dibajak tanah dibiarkan selama 2-3 hari, selanjutnya tanah dilumpurkan
dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya, setelah itu bibit hasil semaian ditanam dan
selanjutnya proses pemeliharaan tanaman padi hingga proses pemanenan.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produksi
tanaman padi sawah namun kenyataannya minat tenagakerja produktif sangat kurang dan kita
ketahui bahwa dalam budidaya padi sawah ini kebutuhan tenaga kerja sangat diperlukan dan
setiap tahunnya biaya tenaga kerja selalu meningkat. Sehingga hal ini dapat membengkakkan
biaya produksi sehingga dapat mengurangi pendapatan bagi pemerintah selalu daihadapkan
pada posisi sulit, satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau

5
oleh masyarakat, dan disisi lain pemerintah harus melindungi petaniprodusen dan menjaga
ketersediaan secara cukup (Achmad Suryana, 2003).
Program pembangunan pertanian di Indonesia dimulai sejak Pelita Pertama, produksi
beras menunjukkan kecenderungan meningkat, puncaknya pada tahun 1984 Indonesia telah
menyatakan diri sebagai negara yang berswasembada beras. Dengan berjalannya waktu
kondisi produksi beras di Indonesia tidak selalu stabil, mengalami kenaikan dan penurunan.
Sejak tahun 1994 Indonesia sudah tidak lagi berswasembada beras (Sapuan, 2003).
Produksi beras Indonesia jauh tertinggal dari permintaan, sementara tingkat partisipasi
konsumsi beras baik di kota maupun di desa, di Jawa maupu diluar Jawa cukup tinggi yaitu
97-100 persen, ini berarti hanya 3 persen rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras.
Kondisi ini membawa dampak semakin besarnya ketergantungan terhadap beras (Achmad
Suryana, 2001).

2.2. Pendapatan
Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan yang dapat ditemukan dalam
literatur akuntansi.
a. Pendekatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva yang
ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan, di mana pendapatan akan diakui pada saat
itu juga atau pada saat terjadinya penjualan, yaitu pada saatterjadinya arus masuknya aktiva
baru sebagai akibat dari hasil akhir kegiatan operasional dan besarnya pendapatan itu dapat
diukur menurut nilai dari
aktiva yang masuk tersebut.
b. Pendekatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang dan jasa
serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainya, misalnya kepada para
perusahaan kontraktor di mana dalam mengerjakan kontrak jangka panjang dengan
menggunakan persentase penyelesaian dalam mengakui pendapatannya, maka pendapatan
akan diakui sesuai dengan besarnya jasa yang telah dikerjakan atau juga pekerjaan yang telah
diselesaikan dan harus diakui pada saat itu.
Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha meningkatkan hasil-hasil
produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input-input
faktor yang mempengaruhi (Tjakrawiralaksana 2001).
Menurut Harnanto (2003), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu: a. Pendapatan kerja
petani (operator laborincome); diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal

6
dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi
dengan semua
pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.
b. Penghasilan kerja petani (operator farmlabor earning); diperoleh dari
menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga (family farmlabor earning); merupakan hasil balasjasa dari
petani dan anggota keluarga.
d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan semua
pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendapatan (revenue)adalah hasil operasional, berupa penambahan asset
yang mengakibatkan bertambahnya owner equity dan diukur berdasarkan barang atau jasa
yang diserahkan pada pembeli atau pelanggan serta dinyatakan dengan satuan uang dan
dilaporkan dalam laporan keuangan untuk suatu periode tertentu. Pendapatan juga sering
dikenal dengan sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden
royalti dan sewa.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Menurut Suratiyah (2006) pendapatan usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. (a). faktor internal merupakan faktor yang dimiliki petani yang erat kaitannya
dalam mengelola usahatani (b). faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari
luar kegiatan usahatani. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani.
Artinya apabila salah satu faktor tidak tersedia, maka tujuan yang dikehendaki untuk
meningkatkan pendapatan petani tidak akan tercapai.

2.3.1 Luas Lahan


Tanah merupakan faktor produksi pertanian yang penting. Keseimbangan tanah dengan
kandungan bahan organik, mikroorganisme dan aktivitas biologi serta keberadaan unsur-
unsur hara dan nutrisi sangat penting untuk keberlanjutan pertanian kedepan, begitu juga
dengan kesehatan manusia mempunyai hubunganlangsung dengan kesehatan
tanah(anonymose 2008)
Salah satu permasalahan yang dihadapi banyak petani adalah kesehatan dan kesuburan
tanah yang semakin menurun. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala sebagai berikut ;
tanah cepat kering, retak-retak bila kurang air, lengket bila diolah, lapisanolah dangkal, asam
dan padat, produksi sulit meningkat bahkan cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk
karena penggunaan pupuk an- organik terus meningkat dan pengguanaan pestisida untuk

7
mengen dalikan organisme pengganggu tumbuhan juga meningkat. Perilaku usaha tani lebih
tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah menjadi subur, sehingga
dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisi pada tanaman. Saat ini usaha tani
secara umum belum melibatkan tanah sebagai komponen yang mempengaruhi dan
menentukan keputusan pengendalian dalam pengelolaan suatu agroekosistem. Di beberapa
tempat masih terjadi pembakaran sisa jerami sebelum pengolahan lahan, sehingga
mengakibatkan pencemaran udara dan rotasi unsur
hara tidak terjadi (Anonymous, 2008).
Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha, dimana usaha ini pada
akhirnya akan mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian. seringkali
dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka lahan tersebut
semakin tidak efesien. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan
mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efesien akan berkurang.
Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi
semakin baik, sehingga usaha pertanian ini lebih efesien.Meskipun demikian lahan yang
terlalu kecil cenderungmenghasilkan usaha yang tidak efesien pula (Arsyad, 2007, h. 12).
Menurut soekartawi (2003, h. 32) lahan pertanian dapat diartikan sebagai tanah yang di
siapkan untuk di usahakan oleh para petani misalnya sawah.Sedangkan tanah pertanian
adalah tanah yang belum tentu di usahakan untuk pertanian.Ukuran luas lahan secara
tradisonal perlu di pahami agar dapat di transformasikan ke ukuran luas lahan yang nyata
dengan skala hektar, di samping itu selain ukuran luas lahan di perhatikan maka ukuran nilai
tanah juga di perhatikan.
Penggunaan lahan meliputi jenis penggunaan lahan dan proporsi masing-masing
penggunaanya. Adanya perkebunan akan menambah subjek penggunaan lahan di area lokasi
calon perkebunan. Subjek baru ini tentu akan bersaing dengan subjek pengguna lahan yang
sudah ada. Perusahaan perkebunan harus dapat menghindari konflik sosial melalui program
Community Development (CD) dan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dengan
membentuk koperasi atau kelompok kerja produktif bidang yang diminati masyarakat,
misalnya beternak, kerajinan, perdagangan umum dan sebagainya (Sukirno,2008, h. 46).
(Anonymous.2008, h. 14) luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha
pertanian tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional.Dengan
demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengacu pada nilai modal, asset dan
tenaga kerja.Kebun karet, kopi, kakao (coklat), kelapa sawit juga bisa menggunakan acuan
luas lahan untuk menentukan skala usahanya.Menentukan kesesuaian lahan pertanaman

8
bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan suatu tanaman, sehingga dapat
melakukan tindakan pengelolaan lahan dengan baik.

2.3.2 Modal / Biaya


Modal/kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti
sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimilikiseseorang yaitu semua
harta semua uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya.
Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel Mohar, 2004), arti modal atau kapital adalah
segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan
masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuh konsumsi dan
sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut
modal masyarakat atau modal sosial. Jadi, modal adalah “ setiap hasil/produk atau kekayaan
yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya atau hasil yang baru”. Secara umum
modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil, contoh : cangkul, parang,
garuk, dll. Modal bergerak (Variabel Cost) adalah barang-barang yang digunakan dalam
proses produksi yang hanya bisa digunakan dalam proses produksi, contoh: pupuk, pestisida,
biaya produksi dll. Dalam usaha pertanian dikenal ada modal fisik dan modal manusiawi
tidak memberikan pengaruh secara lansung, dampaknya akan kelihatan dimasa datang
dengan meningkatnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia pengelolanya. Yang
dimasukkan dalam kalkulasi modal usaha tani padi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh
petani padi mulai dari pengelohan tanah sampai permanen hasil. Biaya yang dimaksud yaitu
pembelian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat dan biaya lainnya yangdikeluarkan untuk usaha
tani padi yang dilakukan.
Modal adalah semua bentuk kekayaan atau uang yang dapat digunakan
dalam proses produksi untuk menambah output atau produk yang dihasilkan oleh petani
jagung yang diukur dalam satuan rupiah. Modal mengandung pengertian sebagai hasil
produksi yang digunakan untuk memproduksikan hasil pertanian.Modal meliputi baik modal
dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital) seperti mesin
barang-barang dagangan dan lain-lain (Suryanto & Galih.2005).
Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak
tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun hasil yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil panen/produksi yang diperoleh
(Sastrosayono & Selardi,2006).

9
Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang sangat penting. Dalam pengertian ekonomi,
modal adalah barang atau uang yang besama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga
kerja serta pengelolaan menghasilkan barang- barang baru, yaitu produksi pertanian. Pada
usaha tani yang dimaksud dengan modal (Hernanto Fadholi, 2000) adalah :
a. Tanah
b. Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur, pabrik dan lain-lain)
c. Alat-alat pertanian (traktor, luku, garu, sprayer, cangkul, parang dan lain-
lain)
d. Tanaman, ternak dan ikan di kolam
e. Bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit dan obat-obatan)
f. Piutangdibank
g. Uang tunai
Sedangkan menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Modal tetap artinya modal yang tidak habis pada satu periode produksi,
seperti tanah bangunan.
2. Modal bergerak meliputi alat-alat, bahan, uang tunai piutang di
bank,tanaman, ternak dan ikan. Jenis modal ini habis atau dianggap habis dalam satu periode
proses produksi.

2.3.3 Skill(keahlian)
Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau
kemampuan petani menentukan manfaat penggunaan faktor produksi dalam perubahan
teknologi, sehingga usaha tani yang dikelolanya dapat memberikan hasil (out put) yang lebih
baik. Oleh karena itu kepada para petani harus diberikan penyuluhan dalam menggunakan
dan memanfaatkan faktor-faktor produksi pada saat muncul teknologi baru yang dapat
diterapkan dalm melakukan usaha tani (Daniel Mohar, 2004).

2.3.4 Tenaga Kerja


Dalam ilmu ekonomi (Daniel Mohar, 2004) yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu
latihan kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan
ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga
kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan

10
masyarakat (UU ketenagakerjaan No.14 tahun 1999). Oleh karena itu perusahaan akan
memberi balas jasa kepada pekerja dalam bentuk upah. Menurut Daniel & Moehar (2004)
dewasa ini terjadi lagi perkembangan baru, ketika tenaga kerja upahan tidak lagi hanya
terdapat pada usaha pertanian yang luas.Bagi perkembangan baru, ketika tenaga kerja upahan
tidak lagi hanya
terdapat pada usaha pertanian yang luas.
Menurut Kosasih Engkos(2003) tenaga artinya daya yang dapat menggerakkan sesuatu,
kegiatan bekerja, berusaha dan sebagainya, orang yang bekerja atau mengerjakan
sesuatu.Sedangkan kerja artinya kegiatan melakukan sesuatu. Sumber daya manusia adalah
tenaga kerja yang mampu bekerja melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa
yang mempunyai nilai ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan msyarakat.Tenaga kerja
(man power) adalah semua penduduk dalam usia kerja (working age population).
Faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi variable yang penggunaanya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Maksudnya adalah kedudukan
petani dalam usaha tani, yakni tidak hanya sebagai penyumbang tenaga kerja (labour)
melainkan menjadi seorang manajer. Kedudukan si petani tidak mampu merangkap kedua
fungsi itu.Fungsi sebagai tenaga kerja harus dilepaskan dan memusatkan diri pada fungsi
sebagai pemimpin usahatani (manajer).
Menurut Daniel & Moehar (2004) faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produk
yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup
bukan saja di lihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja
perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga
kerja adalah :
a.Jumlah tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sampai tingkat tertentu jumlahnya optimal, jumlah
tenaga kerja ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga
kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga
kerja.
b. Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu
diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga
kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam
jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan
terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak

11
dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk
mengoperasikan alat tersebut.
c. Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi
pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti
mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
d. Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan
pengangguran tenaga kerja musiman.Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka
konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman.
Biaya produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam pengelolahan usaha tani.
Penelitian ini bertujuan, menganalisa potensi produksi petani serta, menganalisa tingkat
pendapatan petani padi yang ada di Desa Teep. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Metode yang di gunakan adalah Metode Analisis deskriptif dan analisis
kelayakan usaha yang bertujuan untuk mengetahui besarnya penggunaan faktor produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar kecilnya pendapatan usahatani padi di Desa Teep
di pengaruhi oleh penerimaan dan biaya produksi. Bagi petani agar terjadi peningkatan
pendapatan maka diharapkan para petani dapat menekan biaya produksi.
Suggestions can be thought of, in organic rice farming system suggested combining solid
fertilizer with liquid fertilizer, so that the growth and yield can be improved, and the need to
study solid organic fertilizers and other liquid organic fertilizer in order to obtain higher
yields.
Guna menunjang usaha pengembangan tanaman pangan di Irian Jaya, khususnya padi
LPTP Koya Barat telah melaksanakan pengkajian di beberapa wilayah di Irian Jaya
sehubungan dengan hal tersebut. Penyebaran brosur ini dimaksudkan untuk menyediakan
hasil-hasil pengkajian, sebagai upaya untuk menyediakan bahan informasi yang lebih spesifik
lokasi. Akhirnya diharapkan brosur ini dapat dimanfaatkan oleh rekan-rekan penyuluh
sebagai acuan bagi penyusunan materi penyuluhan yang berkaitan dengan Peranan Pupuk N
P K pda tanaman Padi.
Tanaman padi dapat diserang berbagai macam penyakit, penyakit tersebut dapat
diketahui dari gejala-gejala yang ditimbulkannya, akan tetapi untuk mengetahui secara tepat
jenis penyakit yang menyerang padi tersebut, memerlukan seorang pakar/ahli pertanian.
Sedangkan jumlah pakar pertanian terbatas dan tidak dapat mengatasi permasalahan petani
dalam waktu yang bersamaan, sehingga diperlukan suatu sistem yang mempunyai

12
kemampuan seperti seorang pakar, yang mana didalam sistem ini berisi pengetahuan keahlian
seorang.
Keragaman curah hujan yang tinggi secara spasial dan temporal akibat variabilitas iklim
berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang efektif dan murah
untuk menekan risiko terkait keragaman dan iklim ekstrem adalah menyesuaikan waktu
tanam. Kriteria yang umum digunakan untuk menentukan awal musim tanam padi di
Indonesia adalah awal musim hujan (MH), yaitu jika jumlah curah hujan> 50 mm dalam tiga
dasarian berturutturut. Kriteria lain yang disarankan para pakar adalah jumlah curah hujan
selama beberapa hari berturut-turut, yang tidak diikuti oleh beberapa hari kering berturut-
turut dalam periode setelahnya. Namun, jumlah hari hujan dan hari kering berturut-turut
bervariasi. Sistem informasi untuk penentuan waktu tanam padi di Indonesia adalah Kalender
Tanam (Katam). Katam memberikan informasi estimasi awal waktu tanam, potensi luas
tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam pada tingkat kecamatan untuk setiap musim
selama satu tahun. Penentuan waktu tanam pada Katam berdasarkan kriteria awal MH.
Namun, pertumbuhan tanaman tidak hanya ditentukan oleh curah hujan pada waktu tanam,
tetapi juga jumlah dan distribusi hujan selama periode tanam. Oleh karena itu, penentuan
waktu tanam perlu pula mempertimbangkan distribusi curah hujan selama musim tanam.
Kendala penerapan kriteria tersebut adalah belum tersedianya prediksi curah hujan harian 1-2
bulan ke depan yang diinformasikan 1-2 sebelumnya. Namun, dengan menggunakan Global
Circulation Model, prediksi curah hujan harian pada musim tanam yang akan datang dapat
diberikan tepat waktu.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar
Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi
adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan Sistem Pakar Diagnosa Hama
dan Penyakit Tanaman Padi(SIPADI) dengan Metode Certainty Factor adalah
denganmemberikanpenambahan data jumlah hama dan penyakitpadi, serta dalam
prosesnya perlu ada pembedaan bagianyang diserang apakah (batang, daun, atau
akar) sehinggagejala yang ditampilkan menjadi lebih spesifik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Suryana, 2001. Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan.


Makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang
______________. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan
Pangan, FE UGM.

Anonymous, 2008. Panduan Praktikum Pengantar Fisika Tanah. Laboratorium Fisika


Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Arikunto, S. (2005).Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad.2007. Buku Pintar Mandor (BPM) Seri Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit

Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPPI). Penerbit: Press. Yogyakarta.

Daniel. M, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara, Jakarta.


________.2004. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta

Hernanto, Fadholi. 2000. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya

Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif).Edisi


dua.PT.

Bumi Aksara. Jakarta.


__________. 2009. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Cetakan Keempat.
Penerbit: PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Irawan. B. 2003. Konversi Lahan Sawah di Jawa dan Dampaknya terhadap Produksi
Padi (Land Conversion in Java and its impact on rice production) in Kasryno et al.
(Eds). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia (Indonesian Rice Economy).Indonesian
Agency for Agricultural Research and Development, Jakarta.

Kosasih Engkos. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan, Cermat BerbahasaIndonesia.


Bandung: Yrama Widya.

Sapuan.2003. Arah Kebijakan Kelembagaan Produksi dan Produksi Beras. Makalah

Seminar Lokakarya Kebijakan Perberasan di Indonesia. PSKPG. Lemlit IPB. Bogor

Sastrosayono & Selardi.2006. Budidaya Usahatani dan Penelitian untuk


Pengembangan Petani Kecil.Universitas Indonesia. Jakarta

Soekarwati. 2001. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI Press 2006. A

Elza surmaini.Dkk,Jurnal Litbang pertanian 35(2)45-56,2016


Kriteria awal musim tanam:tinjauan prediksi waktu tanam padi di Indonesia.

15
Anton setiawan Honggowibowo Telkomnika,7 (3),187,2008
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Padi Berbasis web Dengan forward dan
backward chaining.

Abdul Wahid Rauf.Dkk,Jurnal Loka pengkajian Teknologi pertanian koya Barat,2000


Peranan pupuk NPK pada tanaman padi.

I Nyoman Yogi Supartha.Dkk,E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 1(2),98-106,2012


Aplikasi jenis pupuk organik pada tanaman padi sistem pertanian organik

Fatmawati M Lumintang,Jurnal EMBA:Jurnal Riset Ekonomi,Manajemen,Bisnis dan


Akuntansi 1 (3),2013
Analisis pendapatan petani padi di desa teep kecamatan langowan timur.

16

Anda mungkin juga menyukai