Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT

PADA MASA COVID 2019-2021 DAN MASA PASCA COVID DIDESA

SUNGAI SAYANG KECAMATAN SADU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Syari’ah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syari’ah Al-Mujaddid

OLEH:

Jumliadi
ES. 190042

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI’AH AL-MUJADDID

TANJUNG JABUNG TIMUR

JAMBI

TAHUN AJARAN 2022-2023


1

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi pertanian. Peningkatan

produksi pertanian ini selain untuk memenuhi bahan baku industri di dalam negeri

yang terus berkembang juga bertujuan untuk meningkatkan devisa dari ekspor

hasil pertanian. Adapun salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kontribusi subsektor pertanian ini adalah dengan produksi tanaman

perkebunan (Soekanda, 2001). Salah satu jenis tanaman perkebunan yang hasilnya

diekspor dan saat ini menyumbang kontribusi yang cukup besar dalam perolehan

devisa negara adalah komoditi kelapa kelapa sawit.

Kelapa kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya

kelapa kelapa sawit mampu hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan

berkembang dengan baik dan produk olahannya, misalnya minyak kelapa sawit.

Minyak kelapa sawit atau yang dikenal juga istilah CPO (Crude Palm Oil) saat ini

menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Adapun wilayah Sintang

merupakan salah satu kabupaten yang berpotensi sebagai pengembangan komoditi

kelapa kelapa sawit di Kalimantan Barat menurut data Badan Pusat Statistik

Kalimantan Barat (2013). hampir di setiap kabupaten/kota di Kalimantan Barat

telah dibuka perkebunan kelapa kelapa sawit. di Kecamatan Sadu kelapa kelapa

sawit merupakan komoditi unggulan selain karet.

Di Kecamatan Sadu perkebunan besar memproduksi 59.729 ton kelapa kelapa

sawit dan dengan luas lahan 73.557 ha. Di perkebunan rakyat Kecamatan Sadu
2

memproduksi 56.940 ton dengan luas lahan 30.406 ha. Berdasarkan informasi

yang ada, di Kecamatan Sadu sudah banyak perusahaan perkebunan kelapa kelapa

sawit yang beroperasi salah satunya adalah PT. SDK III (SDK III) yang

beroperasi di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu. PT. SDK III adalah

perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang perkebunan kelapa kelapa

sawit dengan mengacu pada pola pengembangan perkebunan inti rakyat yang

dikaitkan dengan program pengembangan transmigrasi (PIR-Trans). Adanya

perkebunan kelapa kelapa sawit ini banyak membawa perubahan dalam kehidupan

petani yang ada di sekitarnya. Sebagian masyarakat berubah mata pencariannya

dari petani biasa yaitu berladang pindah-pindah menjadi petani kelapa kelapa

sawit atau pun buruh perkebunan kelapa kelapa sawit dikarenakan para petani

yang telah menjadi petani peserta mendapatkan jatah kebun kelapa kelapa sawit

dari perusahaan dengan sistem kredit selama 8 tahun, yaitu dari tahun 2003

sampai tahun 2010 dengan potongan kredit sebesar 30% dari pendapatan petani

per bulan dimana setiap petani peserta mendapatkan kebun seluas 2 ha per petani.
1

Kesejahteraan Petani Sawit dapat diketahui dari kemampuan petani dalam

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan keluarga. seperti sandang, pangan,

papan, kesehatan dan pendidikan. Ketika petani sudah mampu memenuhi

kebutuhan tersebut maka petani dan keluarganya dianggap sudah sejahtera, tetapi

1
Firman, Adi Suyatno, dan Dewi Kurniati, “Analisis Tingkat Pendapatan Dan Kesejahteraan
Petani Kelapa Kelapa Sawit Di Desa Merarai Satu Kecamatan Sungai Tebelian Kabupaten Sintang”
Perkebunan dan Lahan Tropika
3

sebaliknya jika belum mampu memenuhi kebutuhan dasar maka petani dikatakan

belum sejahtera.2

Salah satu jenis tanaman perkebunan yang hasilnya diekspor dan saat ini

menyumbang kontribusi yang cukup besar dalam perolehan devisa negara adalah

komoditi kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka

panjang. Sebagai tanaman tahunan (Prennial Crop), kelapa sawit dikenal priode

tanaman belum menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi yaitu berkisar 2-4

tahun tergantung faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa

sawit. Kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena buah kelapa sawit

dapat dibuat menjadi beberapa bahan olah setengah jadi seperti Crude Palm Oil

(CPO) dan Palm Kernell Oil (PKO). Di sisi lain, masalah lingkungan sangat

melekat dengan perkebunan kelapa sawit. Setidaknya setengah dari delapan juta

hektar perkebunan yang saat ini produktif telah dikembangkan melalui deforestasi

sebelumnya.3

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Kemajuan sebuah bangsa terletak pada

pendidikan dan para generasi bangsa itu sendiri”. Oleh karena itu, usaha untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan dan pembudayaan

bukan saja penting sebagai cara memanusiakan manusia, tetapi juga memiliki nilai

pragmatik dalam mengembangkan kesejahteraan rakyat, sehingga dengan

menempuh pendidikan diharapkan seseorang mempunyai pola pikir yang lebih

2
Martina, Riyandi Praza, Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Aceh
Utara. Jurnal AGRIFO (2018), hlm. 28.
3
Ita Risma Yanti, Nuraeni, Rasmeidah Rasyid, WIRATANI : Jurnal Ilmiah Agribisnis Vol 5 (1),
2022
4

maju agar seseorang dapat mempunyai lebih banyak pilihan untuk melakukan

sesuatu guna mencapai kesejahteraan hidupnya.4

Kesejahteraan Petani Sawit dapat diketahui dari kemampuan petani dalam

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan keluarga. seperti sandang, pangan,

papan, kesehatan dan pendidikan. Ketika petani sudah mampu memenuhi

kebutuhan tersebut maka petani dan keluarganya dianggap sudah sejahtera, tetapi

sebaliknya jika belum mampu memenuhi kebutuhan dasar maka petani dikatakan

belum sejahtera.5

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, untuk meminimalisir

pengeluaran sehari-hari, biasanya masyarakat menggunakan sistem hutang pada

masyarakat yang memiliki toko. Di Desa Sungai Sayang setiap minggunya para

ibu rumah tangga akan berbelanja dan berkumpul disatu toko dimana toko

tersebut menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti sayur dan kebutuhan pangan

lainnya. Karena petani kelapa sawit mendapatkan gaji dengan hitungan perbulan.

Maka disebabkan tidak stabilnya harga sawit dan gaji dengan sistem perbulan

masyarakat hanya belanja kebutuhan sehari-harinya di toko yang menjadi

langganan masyarakat.

Salah satu contoh kesejahteraan masyarakat dapat diperoleh dari kegiatan

ekonomi. Indonesia sebagai negara yang agraris merupakan negara yang aktif

dalam sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian di Indonesia adalah pertanian

kelapa sawit yang merupakan bentuk kegiatan ekomomi di daerah pedesaan.

4
Mutiara Pradipta, Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani Padi Di Desa Sumberagung
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi (2018), hlm. 71.
5
Martina, Riyandi Praza, Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Aceh
Utara. Jurnal AGRIFO (2018), hlm. 28.
5

Secara umum, tujuan utama pertanian adalah untuk meningkatkan pendapatan

petani agar dapat menghidupi seluruh keluarganya serta meningkatkan

kesejahteraannya.6

Luas lahan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan

kesejahteraan Petani Sawit dilihat dari seberapa luas lahan yang mereka garap,

semakin luas lahan yang di gunakan dalam mengelolah dan menanam kelapa

sawit maka yang dihasilkan semakin banyak.7 Penelitian Wahed (2015),

menyimpulkan bahwa variabel luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap

kesejahteraan Petani Sawit (NTP).8 Sementara dalam penelitian Pradipta (2018),

tingkat kesejahteraan keluarga Petani Sawit di Desa Sumberagung dilihat dari luas

lahan garapan keluarga petani baik itu lahan sendiri atau lahan milik orang lain,

ada perbedaan.

Semakin luas lahan garapan keluarga Petani Sawit di Desa Sumberagung

semakin tinggi pula kesejahteraan keluarganya. Lahan garapan yang sempit

menjadi penyebab keluarga petani kesulitan untuk mencapai tingkat kesejahteraan

yang baik.9 Begitupun dalam penelitian Adiratna dkk (2016), tentang Pengaruh

Luas Lahan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kecamatan Sadu

mengatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara luas lahan terhadap

6
Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 48.
7
Mohamad Fathur Rohman. Analisis Kesejahteraan Petani Padi Di Kabupaten Jombang.
Jurnal Trisula LP2M Undar, (Februari 2017), hlm. 526.
8
Mohammad Wahed. Pengaruh Luas Lahan, produksi, Ketahanan Pangan dan Harga Gabah
Terhadap Kesejahteraan Petani Padi di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Ekonomi Pembangunan
(Maret 2015), hlm. 73.
9
Mutiara Pradipta. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani Padi Di Desa Sumberagung
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi (2018), hlm. 77.
6

tingkat kesejahteraan Petani Sawit karena faktor usia, adanya anggota keluarga

yang bekerja di bidang non pertanian, dan jatah bulanan dari anak-anak petani.10

Pendidikan juga dapat meningkatkan taraf hidup Kesejahteraan sebuah

keluarga. Namun pendidikan kita ternyata tidak sesuai dengan perkembangan

zaman. Semakin tinggi sekolah semakin tinggi potensi untuk menganggur. Di sini

pendidikan bukan hanya untuk tujuan mencari kerja guna meningkatkan

kesejahteraan, akan tetapi dengan pendidikan kita memiliki peluang bukan hanya

untuk siap bekerja tapi juga bisa membuat pekerjaan. Penelitian yang dilakukan

oleh Pradipta (2018), tentang Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani Sawit di

Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman yang mengatakan

bahwa tingkat pendidikan formal terakhir yang berhasil ditempuh oleh kepala

keluarganya, tidak ada perbedaan antara tingkat kesejahteraan dan pendidikan

kepala keluarga petani. Semakin tinggi pendidikan formal yang diperoleh kepala

keluarga tidak membuat Petani Sawit di Desa Sumberagung semakin meningkat

kesejahteraannya. Namun, dalam penelitian Adiratna dkk (2016) mengatakan

variabel pendidikan diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan pendidikan para

petani tergolong tinggi dikarenakan faktor usia serta faktor tingkat pendidikan

para petani.11

Sejak di tetapkannya Covid-19sebagai bencana nasional berdasarkan

keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Non-

10
Kartika Adiratna, Ari Astuti, dan Suprih Sudrajat. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Petani Padi Di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Jurnal Agribisnis (2017), hlm.
6.
11
Kartika Adiratna, Ari Astuti, dan Suprih Sudrajat. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Petani Padi Di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Jurnal Agribisnis (2017), hlm.
7.
7

Alam Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) masyarakat Indonesia

mengalami perubahan ekosistem yang sangat drastis. Berbagai kebijakan

pemerintah yang dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-

19 turut mengundang dampak tersendiri terhadap alur perekonomian

masyarakat. Adanya pandemi Covid-19 bukan hanya berdampak terhadap

kesehatan masyarakat, kekacauan ekonomipun menjadi hal yang tidak

terhindarkan lagi. Pada tahun 2020 dampak Covid-19 menyebabkan

pertumbuhan ekonomi nasional hanya berkembang 0.1% dari akumulasi

perkembangan ekonomi nasional (Nalini, 2021).

Adanya pandemi Covid-19 juga mengundang berbagai perediksi para

ekonom. Menurut International Monetary Fund (IMF) dan World Bank

perkembangan ekonomi global akan terus mengalami resesi per akhir 2020 saja

pertumbuhan ekonomi terus merosot sampai minus pada angka 2,8% atau 6%

mengalami penurunan dari pertumbuhan ekonomi sebelumnya (Arianto, 2021).

Namun bagaimana dengan perkembangan ekonomi masyarakat akar rumput di

daerah pedesaan? Sejauh mana dampak pandemi Covid -19 menghambat

perekonomian masyarakat pedesaan. Dua persoalan tersebut kurang begitu

diperhatikan oleh para pengamat ekonomi. Maka dari itu dalam artikel
8

penelitian ini dua persoalan tersebut menjadi pertanyaan pokok yang akan

menjadi bahan diskusi penelitian ini.

Desa merupakan kawasan terkecil dari struktur wilayah suatu negara. Di

dalamnya banyak masyarakat dengan status ekonomi rendah maka dari itu

kemajuan suatu negara dapat dilihat dari bagaimana perkembangan pembangunan

desa berjalan (Harmiati & Zulhakim, 2017). Menurut teori kebutuhan yang

digagas oleh Abraham Maslow, terdapat lima macam kebutuhan yang pasti

dibutuhkan oleh setiap individu. Diantaranya adalam kebutuhan fisiologis

(kebutuhan primer), kebutuhan rasa aman, kebutuhan adanya relasi sosial,

kebutuhan dalam mengaktualisasikan diri dan kebutuhan untuk mendapat nilai

dari suatu kerja atau upaya (Iskandar, 2016). Berdasarkan teori kebutuhan

tersebut, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat pedesaan

mempunyai peran yang sangat dominan didalam menyediakan kebutuhan pangan

dan kebutuhan perindustrian lainnya. Dengan adanya pandemi Covid-19 keadaan

perekonomian nasional mengalami ketidakstabilan yang disebabkan faktor

hilangnya mata pencaharian masyrakat dimana hal ini juga berpotensi membawa

dampak yang signifikan dari hulu kehilir dalam skala nasional sampai ke skala

regional pedesaan.

Kegiatan perekonomian merupakan kegiatan suatu penduduk yang

dilatarbelakangi oleh berbagai macam motif tertentu sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya dengan memanfaatkan

lingkungan. Dalam kegitan ekonomi hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat

terbagi menjadi dua macam, yaitu dari barang dan jasa. Dari kedua jenis tersebut
9

mulai dari kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi perekonomian masyarakat

bergerak (Ferdi, 2020). Namun, di masa pandemi Covid-19 banyak orang

kehilangan mata pencaharian yang disebabkan oleh tersendatnya aktifitas

ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi. Akumulasi dari hal

tersebut juga memberi dampak tersendiri terhadap permintaan hasil pertanian

masyarakat pedesaan dimana hasil panen mereka tidak mendapat harga atau

bahkan tidak ada yang membeli karena faktor instabilitas yang terjadi dalam

kegiatan ekonomi.12

Adapun pokok permasalahan yang ada mengenai tingkat kesejahteraan yang

masih rendah sehingga perlu diketahui lebih lanjut dari variabel luas panen,

produksi dan pendidikan yang telah dijelaskan pada latar belakang. Selain itu

tingkat kesejahteraan Petani Sawit sangat perlu diketahui karena ini bisa membuat

masyarakat petani lebih baik di masa depannya, maka dari itu perlu dikaji lebih

dalam mengenai judul yang akan diangkat yaitu:

“Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit Pada Masa Covid

2019-2021 Dan Masa Pasca Covid Didesa Sungai Sayang Kecamatan Sadu”

B. Batasan Masalah

Penelitian ini fokus pada Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit

Pada Masa Covid 2019-2021 Dan Masa Pasca Covid Didesa Sungai Sayang

Kecamatan Sadu

C. Rumusan Masalah

12
Vena Reggi Santania, Adina Aprilia, Novita Indarti Sitio, Dian Ristiani Saputri, Dampak
Pandemi Covid-19 Pada Perekonomian Desa, SOCIOLOGIE: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Sosiologi
(September 2021) https://jurnalsociologie.fisip.unila.ac.id
10

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan,

adapun sub-sub masalahnya adalah:

1. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit pada masa covid

2019-2021 di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu?

2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit pada masa pasca

covid 2019-2021 di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas dan perumusan masalah, adapun tujuan

penelitian yaitu menganalisis dan mengetahui:

1. Tingkat kesejahteraan petani Kelapa Sawit pada masa covid 2019-2021 di

Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu

2. Tingkat kesejahteraan petani Kelapa Sawit pada masa pasca covid 2019-

2021 di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu

E. Signifikansi/Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak

diantaranya yaitu:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan sebagai landasan dan perbandingan bagi

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Analisis Tingkat

Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit pada masa covid dan Pasca covid

2019-2021 di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu.

2. Bagi Petani
11

Penelitian ini sebagai bahan informasi tambahan dalam pertimbangan

melakukan kegiatan usahataninya, agar mampu meningkatkan

kesejahteraan bagi para petani Kelapa Sawit.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian Wahed (2015), tentang Pengaruh Luas Lahan, Produksi, Ketahanan

Pangan dan Harga Gabah Terhadap Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten

Pasuruan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah probability

sampling. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan petani yang sesuai dengan

isi kuisioner. Sementara itu data sekunder dilakukan dengan mengambil data pada

instansi terkait misalnya Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan dan Dinas

Pertanian. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel luas lahan,

produksi, ketahanan pangan dan harga gabah mempunyai pengaruh positif

terhadap kesejahteraan Petani Sawit (NTP).13

Penelitian Pradipta (2018), tentang Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit di

Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga Petani Sawit di Desa

Sumberagung, kaitan pendidikan formal yang berhasil ditempuh kepala keluarga


13
Mohammad Wahed. Pengaruh Luas Lahan, produksi, Ketahanan Pangan dan Harga Gabah
Terhadap Kesejahteraan Petani Padi di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Ekonomi Pembangunan
(Maret 2015), h. 71-72.
12

Petani Sawit di Desa Sumberagung dengan tingkat kesejahteraan keluarganya,

kaitan luas lahan garapan yang dimiliki keluarga Petani Sawit di Desa

Sumberagung dengan tingkat kesejahteraan keluarganya. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proportionate stratified

random sampling karena setiap keluarga petani memiliki karakteristik lahan

garapan dan tingkat pendidikan kepala keluarga yang berstrata. Dari keluarga

petani sebanyak 654 keluarga, diambil sampel minimal sebanyak 10% yaitu 66

keluarga petani dengan pembamgian yang merata berdasar luas lahan garapan

pertanian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan dokumentasi, wawancara, dan kuesioner. Sedangkan untuk teknik

analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif

kuantitatif dengan tabel silang dan analisis presentase untuk menjelaskan tingkat

kesejahteraan keluarga petani di Desa Sumberagung.

Sementara untuk mencari tahu bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga Petani

Sawit di Desa Sumberagung dilihat dari tingkat pendidikan terakhir kepala

keluarga dan luas lahan garapan digunakan uji chi-square. Hasil penelitian

menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga Petani Sawit di Desa

Sumberagung masuk kedalam kategori yang rendah, semakin tinggi pendidikan

formal yang berhasil ditempuh kepala keluarga Petani Sawit tidak meningkatkan

kesejahteraan keluarganya, semakin besar luas lahan garapan yang dimiliki

keluarga Petani Sawit membuat kesejahteraan keluarganya semakin baik.14

14
Mutiara Pradipta. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani Padi Di Desa Sumberagung
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi (2018), hlm. 73-77.
13

Dalam penelitian Mohamad Fathur Rohman (2017), tentang Analisis

Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Jombang. Metode yang digunakan

adalah metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang langsung ke

sumber yang diteliti melalui proses wawancara yang mendalam kepada objek

penelitian dalam hal ini Petani Sawit yang ada di kabupaten Jombang. Lokasi

penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah kabupaten Jombang.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2014. Dengan

model simple random sampling dan sampling aksidental pada responden sebanyak

50 Petani di Kecamatan Mojoagung, Plandaan dan Ngoro. Dalam pengumpulan

data penelitian ini, digunakan cara studi kepustakaan, penelitian terhadap

dokumen-dokumen, observasi, dan melakukan wawancara dengan Pemerintah

dalam hal ini dinas pertanian dan peternakan kabupaten Jombang. Adapun jenis

data yang dikumpulkan adalah data primer dan datasekunder. Teknik analisis

penelitian ini adalah analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan secara umum kehidupan para Petani Sawit di Kabupaten Jombang

sudah masuk pada keluarga sejahtera I yaitu para petani yang luas lahannya 120

yang berpenghasilan rata-rata perbulannya adalah Rp 715.000,- perbulan, dan

yang luas lahan petani 250 bata dan Rp 1.500.000,- perbulan masuk pada kategori

keluarga sejahtera II, sedangkan pada petani pemilik lahan dengan luas lahan 500

bata dan 750 bata ( satu hektar ) sudah masuk pada tahap keluarga sejahtera III

yang pendapatan perbulannya sudah mencapai diatas 3 juta perbulannya dan

sudah diatas UMK kabupaten Jombang.15

15
Mohamad Fathur Rohman. Analisis Kesejahteraan Petani Padi Di Kabupaten Jombang.
Jurnal Trisula LP2M Undar, (Februari 2017), hlm. 526.
14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vena Reggi Santania, Adina

Aprilia, Novita Indarti Sitio, Dian Ristiani Saputri, yang berjudul Dampak

Pandemi Covid-19 Pada Perekonomian Desa, menjelaskan bahwa Pandemi

Covid-19 menjadi isu serius diberbegai elemen masyarakat, terlebih dampaknya

terhadap pemenuhan hajat kehidupan masyarakat dari aspek kesehatan dan aspek

perkembangan ekonomi. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dampak

pandemi Covid-19 terhadap perekonomian masyarakat pedesaan. Sejak

kemunculannya, pandemi Covid-19 telah banyak merubah tatanan perekonomian

mulai dari skala mikro-makro, terlebih masyarakat dengan status ekonomi

menengah kebawah sangat merasakan dampaknya. Dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif serta menggunakan pendekatan analisis deskriptif penelitian

ini mencoba untuk mengungkap dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-

19 terhadap perekonomian masyarakat pedesaan. Temuan dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi nasional mulai dari provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan memberikan dampak tersendiri terhadap

perkembangan perekonomian di masyarakat pedesaan. Dampak tersebut

disebabkan oleh semakin menurunnya daya beli masyarakat perkotaan terhadap

hasil pertanian di pedesaan. Keadaan pendemi Covid-19 juga menambah jumlah

pengangguran di daerah pedesaan yang awalnya bekerja diluar daerah saat

pendemi Covid-19 harus berhenti bekerja karena alasan kesehatan.16

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liskawani, Br. L. Gaol, yang

berjudul Analisa Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kecamatan Tapung


16
Vena Reggi Santania, Adina Aprilia, Novita Indarti Sitio, Dian Ristiani Saputri, Dampak
Pandemi Covid-19 Pada Perekonomian Desa, SOCIOLOGIE: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Sosiologi
(September 2021) https://jurnalsociologie.fisip.unila.ac.id
15

Kabupaten Kampar Tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Kecamatan

Tapung Kabupaten Kampar. Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana

tingkat kesejahteraan dalam aspek pendapatan yang diperoleh petani kelapa sawit

di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar?”. Penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Yang mana populasi penelitian ini ialah

para petani kelapa sawit yang ada di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

Mengingat banyaknya jumlah desa yang terdapat di Kecamatan Tapung, maka

penulis hanya melakukan penelitian di tiga desa yakni Desa Bencah Kelubi, Indra

Sakti dan Pantai Cermin, yang mana setiap desanya diambil sampel sebanyak 15

responden sehingga total keseluruhannya berjumlah 45 responden petani kelapa

sawit. Jenis data yaitu data primer dan data skunder, dimana pengumpulan

datanya dilakukan dengan metode kuesioner dan interview. Analisa data

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian

ini memberikankan kesimpulan bahwa: (1) Jumlah total keseluruhan pendapatan

bersih baik dari kelapa sawit maupun dari pendapatan lain-lain yang diperoleh

responden petani kelapa sawit dalam satu bulan yaitu sebesar Rp.482.447.688,

dengan rata-rata total keseluruhan pendapatan bersih baik dari kelapa sawit

maupun dari pendapatan lain-lain yang diperoleh responden petani kelapa sawit

dalam satu bulan yaitu sebesar Rp. 10.721.059,73. (2) Berdasarkan hasil

penelitian yang ada, diketahui bahwa seluruh responden petani kelapa sawit yang

diteliti berdasarkan aspek pendapatan sudah sejahtera atau sudah memenuhi


16

standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah

Kabupaten Kampar pada tahun 2017.17

G. Landasan Teori

1. Usahatani

Usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam Inggris. Dr.

Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari

permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu,

apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani adalah

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan

yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan

di atas tanah itu dan sebagainya. Sedangkan menurut Kadarsan (1993), usahatani

adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola

unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan

tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.18

Menurut Suratiyah (2006), usahatani adalah pengusahatani yang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari


17
Liskawani, Br. L. Gaol, Analisa Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kecamatan
Tapung Kabupaten Kampar. Other thesis, Ekonomi Pembangunan. 2018
18
Agustina Shinta, Ilmu Usahatani (Surabaya: UB Press, 2011), hlm.1.
17

cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga

usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.19 Menurut Rahim

dan Hastuti (2007), pada dasarnya usahatani memiliki unsur-unsur yang memiliki

peranan yang sangat penting dalam kegiatan usahatani, yaitu lahan pertanian,

tenaga kerja, modal dan manajemen.20

Suatu usahatani pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang diorganisasikan

oleh seorang petani sebagai unit pengambilan keputusan untuk menghasilkan

produk tanaman dan atau hewan guna mencapai tujuan dan kepuasan petani. Jadi

usahatani merupakan suatu sistem yang berorientasi pada tujuan petani,dimana

tujuan tersebut dapat bermacam-macam.

Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu

usahatani keluarga (family farm) dan perusahaan pertanian (plantation, estate,

enterprice). Pada umumnya yang dimaksud dengan usahatani adalah usaha

keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian.

2. Kesejahteraan

Menurut Rambe dkk (2008), kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,

kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga

negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan

sosial yang sebaik-baiknya bagi diri keluarga serta masyarakat dengan

19
Ken Suratiyah, Ilmu Usahatani, Edisi Revisi (Jakarta: Penebar Swadaya, 2015), hlm. 8.
20
Dodi Normansyah, Siti Rochaeni dan Armaeni Dwi Humaerah, Analisis Pendapatan
Usahatani Sayuran Di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis (Juni 2014), hlm. 32.
18

menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban dengan Pancasila dan UUD

1995.21

Adapun pengertian kesejahteraan menurut UU tentang kesejahteraan yakni

suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi

diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta

kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.22 Pengertian ini menunjukkan bahwa

sejahtera sebenarnya tidak hanya berdasarkan adanya materil saja, akan tetapi

terpenuhinya juga unsur spiritual dan sosial dari seseorang. kesehatan, makanan,

minuman, perumahan dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar

HAM.23

Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan

membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, di mana kondisi tersebut juga

diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam

masyarakat. Maka setiap individu membutuhkan kondisi yang sejahtera, baik

sejahtera dalam hal materil dan dalam hal non materil sehingga dapat terciptanya

suasana yang harmonis dalam bermasyarakat.

21
Armaini Rambe, Hartoyo dan Emmy S Karsin. Analisis Alokasi pengeluaran dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga (Studi di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). Jurnal Ilmu Keluarga
dan Konsumen, (2008), hlm. 16
22
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan
Sosial, bab I, pasal 3, ayat 1.
23
Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press, 2005),
hlm. 24.
19

Berdasarkan defenisi tentang kesejahteraan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kesejahteraan adalah suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup

baik material maupun non material.

Indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga sejahtera

sebagai berikut:

a. Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin) belum dapat memenuhi salah satu

atau lebih indikator yang meliputi:

1) Indikator ekonomi seperti makan duakali atau lebih sehari, memiliki

pakaian yang berbeda untuk aktifitas (misalnya di rumah, bekerja,

sekolah dan bepergian).

2) Indikator non ekonomi seperti melaksanakan ibadah, bila anak sakit di

bawa kesarana kesehatan.

b. Keluarga sejahtera I (miskin) adalah keluarga yang karena alasan

ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih, indikator meliputi:

1) Indikator ekonomi seperti paling kurang sekali seminggu keluarga

makan daging atau ikan atau telur, setahun terakhir seluruh anggota

keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dan luas

lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni.

2) Indikator non ekonomi seperti ibadah teratur, sehat tiga bulan terakhir,

punya penghasilan tetap, usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin,

usia 6-15 tahun bersekolah dan anak lebih dari dua orang ber KB.
20

c. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak

dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator meliputi:

1) Memiliki tabungan keluarga.

2) Makan bersama sambil berkomunikasi.

3) Mengikuti kegiatan masyarakat.

4) Rekreasi bersama (6 bulan sekali).

5) Meningkatkan pengetahuan agama.

6) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah.

7) Menggunakan sarana transportasi.

d. Keluarga Sejahtera III sudah dapat memenuhi beberapa indikator

meliputi:

1) Memiliki tabungan keluarga.

2) Makan bersama sambil berkomunikasi.

3) Mengikuti kegiatan masyarakat.

4) Rekreasi bersama (6 bulan sekali).

5) Meningkatkan pengetahuan agama.

6) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah.

7) Menggunakan sarana transportasi.

Belum dapat memenuhi beberapa indikator, meliputi:

1) Aktif memberikan sumbangan material secara teratur.

2) Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.

e. Keluarga Sejahtera III Plus sudah dapat memenuhi beberapa indikator,

meliputi:
21

1) Aktif memberikan sumbangan material secara teratur.

2) Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.24

Untuk mengukur kesejahteraan petani yang lebih baik, perlu diketahui faktor-

faktor yang memengaruhi pendapatan usahatani. Berdasarkan ilmu mikro

ekonomi, untuk mengukur pendapatan usahatani terdapat dua faktor pokok yaitu

keadaan pengeluaran selama usahatani dijalankan dalam waktu yang ditentukan

dan keseluruhan penerimaan. Berikut variabel tiap faktor pengukuran pendapatan

usahatani:

a. Faktor penerimaan petani terdiri dari jumlah produksi petani dan harga

produksi yang dijual petani.

b. Faktor pengeluaran petani terdiri dari modal pupuk, bibit, upah buruh tani,

sewa tanah, alat mesin, alat penyemprotan atau obat-obatan dan lain-lain.

Pada faktor penerimaan petani, produsen menjual suatu barang atau jasa ke

konsumen untuk mencari keuntungan dengan harga tertentu. Dengan asumsi

bahwa produsen menjual satu keluaran, maka pendapatan total produsen

ditetapkan melalui hasil penjualan produk tersebut, dimana harga produk tersebut

(P) dikalikan dengan total produksi (Q). Harga produk atau barang yang

dihasilkan petani, seperti harga gabah kering panen sebagai harga jual produsen.

Apabila harga gabah kering panen yang dijual petani tinggi, maka total

pendapatan petani akan meningkat, dengan asumsi total produksi tetap.

Selanjutnya pada faktor pengeluaran atau proses produksi petani, produsen

akan mengeluarkan biaya untuk memproduksi barang dalam suatu periode tertentu

24
Mohamad Fathur Rohman, Analisis Kesejahteraan Petani Padi di Kabupaten Jombang.
Jurnal Trisula LP2M Undar (Februari 2017), hlm. 521-522.
22

yang disebut dengan biaya produksi. Biaya produksi merupakan semua

pengeluaran yang diperlukan untuk mempertahankan atau mendapatkan masukan

berupa input produksi yang dibutuhkan oleh produsen. Biaya yang dikeluarkan

oleh petani untuk memperoleh usahanya adalah biaya usahatani, seperti biaya

pupuk, bibit, transport, upah dan lain-lain. Apabila biaya usahatani tersebut

semakin besar maka profit yang didapat akan semakin mengecil.25

Pola konsumsi seseorang atau rumah tangga pada dasarnya dikelompokkan

pada dua bagian, yaitu konsumsi pangan dan bukan pangan. Penggunaan dari

pendapatan yang diterima umtuk keperluan memenuhi kebutuhanan pangan dan

bukan pangan, menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin besar

bagian pendapatan yang digunakan untuk membeli makanan, menunjukkan

semakin rendahnya kesejahteraan masyarakat dan sebaliknya semakin kecil

pendapatan yang digunakan untuk membeli makanan menunjukkan semakin

meningkatnya kesejahteraan.26

3. Luas Panen

Menurut Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, luas panen adalah luas

tanaman (kelapa sawit) yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut

cukup umur.27

Luas lahan adalah besarnya areal tanam yang digunakan petani untuk

melakukan usahatani kelapa sawit selama satu kali musim tanam yang diukur

25
Akram Akramur Rasyid dan Budyanra, Determinan Kesejahteraan Petani Tanaman Pangan
di Provinsi Aceh Tahun 2012-2017. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam (September 2018), hlm.
182
26
Nursiah Chalid, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Daerah Riau. Jurnal Ekonomi
(Maret 2018), hlm. 30-31.
27
Nursiah Chalid, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Daerah Riau. Jurnal Ekonomi
(Maret 2018), hlm. 30-31
23

dalam satuan hektar (ha). Luas panen adalah jumlah areal sawah yang dapat

memproduksi beras setiap tahunnya.

Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan garapan sawah yang

diusahakan petani. Luas lahan berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit.

Diketahui pula bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka

akan semakin besar produksi yang dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh

bila disertai dengan pengolahan lahan yang baik.

Luas panen kelapa sawit merupakan agregasi luas panen kelapa sawit sawah

dan luas panen kelapa sawit.

Luas panen kelapa sawit di Kecamatan Sadu yang telah diakumulasikan

berdasarkan total seluruh hasil produksi kelapa sawit dari seluruh wilayah

pertanian di Kecamatan Sadu. Luas panen merupakan ukuran dalam melihat

tingkat produksi beras yang dihasilkan Kecamatan Sadu, karena luas panen kelapa

sawit secara otomatis akan mempengaruhi tingkat produksi beras. Bertambah atau

berkurangnya luas panen kelapa sawit akan mempengaruhi ketersediaan beras.

Kesimpulannya luas panen kelapa sawit merupakan keseluruhan dari luas panen

kelapa sawit sawah dan luas panen kelapa sawit ladang yang dapat diambil

hasilnya dalam satu periode atau satu tahun.

Sektor pertanian menjadi sektor yang paling dominan di Kecamatan Sadu.

Alih fungsi lahan pada dekade terakhir menjadi salah satu isu penting dalam

kaitannya dengan pembangunan pertanian dan pedesaan. Tanah merupakan

sebagai salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ketersediaan beras. Hal ini

dikarenakan tanah merupakan tempat berjalannya produksi bagi pertanian kelapa


24

sawit. Lahan yang digunakan untuk pertanian semakin berkurang setiap tahunnya.

Berkurangnya lahan ini diakibatkan jumlah penduduk yang semakin meningkat

dan membutuhkan lahan untuk pemukiman.

4. Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi

menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila

memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Menurut Agus (2013),

produksi adalah suatu proses dengan mengolah bahan baku menjadi barang yang

memiliki nilai guna dan nilai jual tinggi.28

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi

satu atau lebih output (produk). Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah

input menjadi output (Herlambang, 2002).29 Produksi adalah merubah bahan-

bahan atau sumber daya (input) menjadi hasil (barang dan jasa). Dikatakan bahwa

produksi merupakan suatu kegiatan pengubahan yang dilakukan oleh produsen,

dimana dengan pengubahannya akan menciptakan atau menemukan kegunaan

bagi konsumen.

Produksi dalam arti luas adalah kegiatan menciptakan nilai. Sedangkan dalam

arti sempit adalah kegiatan produksi berarti menghasilkan suatu komoditi tertentu

dengan menggunakan faktor-faktor produksi. Yang dimaksud faktor produksi

28
Ni Made Marsy Dwitasari dan I Gusti Bagus Indrajaya, Analisis Produksi Terhadap
Pendapatan Pengrajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar, Jurnal Ekonomi
Pembangunan (Mei 2017) hlm. 875.
29
Himawan Arif Sutanto dan Sri Imaningati, Tingkat Efisensi Produksi dan Pendapatan Pada
Usaha Pengolahan Ikan Asin Skala Kecil, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan (2014) hlm. 75.
25

adalah input yang dimasukkan ke dalam proses produksi.30 Dari pernyataan di atas

dapat disimpulkan bahwa produksi adalah suatu proses pembuatan barang dalam

bentuk bahan baku yang memiliki nilai guna yang kecil menjadi bentuk yang

memiliki nilai guna lebih besar dan digunakan untuk satu tujuan yaitu keuntungan

sehingga mencapai kesejahteraan.

5. Pendidikan

Tirtarahardja (2014), pendidikan merupakan sarana yang paling strategis

untuk meningkatkan kualitas manusia artinya melalui pendidikan kualitas manusia

dapat ditingkatkan. Dengan kualitas yang meningkatkan produktivitas

individualpun akan meningkat. Selanjutnya jika secara individual produktivitas

manusia meningkat maka secara komunal produktivitas manusia akan

meningkat.31

Redno Muyoharjo (2012), pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh

keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

atau mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai

lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.32

Lengevelid mengemukakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada

pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap

melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh datangnya dari orang dewasa

30
Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 48.
31
Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014),
hlm. 24.
32
Redno Muyoharjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grapindo, 2012), hlm. 17.
26

seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya yang ditujukan

kepada orang belum dewasa.33

Pendidikan bagi anak petani merupakan salah satu bentuk pendidikan pada

umumnya yang dirasakan oleh setiap manusia. Dalam hal ini, kebutuhan

pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan pertimbangan yang cukup

matang bagi setiap keluarga petani.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan kecerdasan, kemampuan

pengetahuan dan keterampilan, melalui pendidikan yang baik. Kualitas

sumberdaya manusia suatu bangsa dapat lebih ditingkatkan, hal ini sesuai dengan

tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu merubah sikap pengetahuan dan perilaku

peserta pendidikan sesuai yang diharapkan.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu cara Ilmiah untuk mendapatkan data

yang benar sesuai dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu: Cara Ilmiah, Data,

Tujuan, dan Kegunaan.34

Metode merupakan sebuah prosedur atau proses agar dapat mebetahui

sesuatu, yang memiliki cara-cara yang sistematis. Sedangkan metodologi

merupakan salah satui pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan suatu

33
Juwinda Sardi dan Hasbiullah, Pengaruh Pendapatan Petani Terhadap Tingkat Pendidikan
Anak di Kecamatan Lamasi Timur Kabupaten Luwu, Jurnal Ecces Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (Juni 2016), hlm. 9.
34
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), 2.
27

metode. Jadi, metodologi penelitian merupakan salah satu kegiatan mengkaji

untuk mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam sebuah penelitian.35

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah metode pendekatan

kualitatif, pendekatan kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan

pada aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas dari hasil suatu

penelitian dengan kata lain, pendekatan kualitatif adalah suatu mekanisme

kerja penelitian yang mengandakan uraian deskriptif kata atau kalimat yang

disusun secara cermat dan sistematis mulai dati menghimpun data hingga

menafsirkan dan mekaporkan hasil penelitian36

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk

memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan

penelitiannya Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu desai

penelitian studi kasus dalam arti dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan

fenomena-fenomena lainnya.37

3. Partisipan Dan Tempat Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka partisipan dalam penelitian ini

adalah masyarakat Desa Sungai Sayang, dan lokasi penelitian ini akan

dilaksanakan di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu.

35
Masyhuri. Dan M.Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), 157.
36
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2015), hal. 52.
37
https://eurekapendidikan.com/desain-penelitian-kualitatif
28

1. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data ialah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui

dengan berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. Dengan

informasi tersebut, kita dapat mengambil suatu keputusan.38

1) Data utama (data primer).

sumber data utama atau data primer yang dimaksudkan Lofland

adalah sumber utama yang dapat memeberikan informasi, fakta dan

gambaran peristiwa yang diinginkan dalam penelitian.

Dalam proses penelitian, sumber data utama dihimpun melalui catatan

tertulis, perekaman video atau audio tape, pengambilan foto atau film.

2) Data tambahan (data sekunder)

Sementara data tambahan atau data sekunder adalah data yang

berbentuk dokumen, baik dalam bentuk tertulis maupun foto. Sumber data

berupa bukuyang dimaksud termasuk Disertasi, Tesis dan skripsi yang

mampu memberikan gambaran mengenai keadaan seseorang atau

masyarakat di tempat kajian atau penelitian.

38
Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 15.
29

2. Prosedur Pemgumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam

pengumpulan data untuk penelitian ini adalah pengamatan (Observasi),

wawancara mendalam dan dokumantasi.

1. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data,

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Data itu dikumpukan dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,

sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun

yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

a. Observasi Partisipatif.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka

dukannya.

b. Observasi Terus Terang atau Tersamar.

Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan

terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan

penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai

akhir tentang aktivitas peneliti.


30

c. Observasi Tak Terstruktur.

Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak

terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan

berkembang selama kegiatan observasi berlangsung.39

2. Wawancara.

Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara,

yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara

tidak terstrutur.

a. Wawancara Terstruktur.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan

data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan

pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

b. Wawancara Semi Terstruktur.

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

interview, diaman dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

c. Wawancara Tak Terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

39
Prof.Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta. cv, 2011), hal:226-228
31

datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-

garis bersar permasalahan yang akan ditanyakan.40

3. Dokumentasi

Dokumen atau dokumentasi sebagaimana dikutip dalam buku

Ibrahim adalah catatan-catatan peristiwa yang lalu, yang bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang sebagaimana dikutip

dalam buku Ibrahim menurut Nasution (1992:83) baik foto maupun bahan

statistik.

Menurut Ridjal sebagaimana dikutip dalam buku Ibrahim, yang

dimaksud dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan

percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan interprestasi

yang berhubungan.

Menurut Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip dalam buku

Ibrahim, dokumen sebagai sumber data dapat didefinisikan sebagai record

dan dokumen. Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh

seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau

menyajikan akunting. Sedangkan dokumen ialah setiap bahan tertulis atau

film (selain record) yang tidak dipersiapkan karena adanya pemintaan

seorang penyidik.

Dokumen atau dokumentasi dalam penelitian mempunyai dua

makna yang sering dipahami secara keliru oleh peneliti pemula.


40
Ibid Prof.Dr.Sugiyono, hal:226-233.
32

Pertama, dokumen yang dimaksudkan sebagai alat bukti tentamg sesuatu,

Kedua, dokumen yang berkenaan dengan peristiwa, momen, atau kegiatan

yang telah lalu,.41

3. Prosedur Analisi Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Menurut Miles dan Huberman

(1984), bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus adalah sebagai berikut :

a. Data Reduction (data reduksi)

Data reduksi adalah data yang diperoleh dalri lapangan jumlahnya

cuku banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti

telah dikemukakan, semakin laa peneliti ke lapangan, maka jumlah data

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data.

b. Data Display (penyajian data)

41
Ibid hlm:93
33

Setelah data direduksi, selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penyajian data kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya.

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan da verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifa sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya42.

I. Outline/ Sistematika penulisan sesuai metode penelitian

42
ibid Prof.Dr. Sugiono hal :246
34

1. Latar Belakang;

2. Fokus Penelitian

3. Rumusan Masalah;

4. Tujuan Penelitian;

5. Signifikansi/Manfaat Penelitian;

6. Tinjauan Pustaka;

7. Landasan Teori;

8. Metode Penelitian;

9. Outline/ Sistematika penulisan sesuai metode penelitian;

10. Daftar Pustaka Sementara.

J. Daftar Pustaka Sementara.


35

Akram Akramur Rasyid dan Budyanra, Determinan Kesejahteraan Petani

Tanaman Pangan di Provinsi Aceh Tahun 2012-2017. Jurnal Perspektif

Ekonomi Darussalam (September 2018),

Armaini Rambe, Hartoyo dan Emmy S Karsin. Analisis Alokasi pengeluaran dan

Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Studi di Kecamatan Medan Kota,

Sumatera Utara). Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, (2008),

Dodi Normansyah, Siti Rochaeni dan Armaeni Dwi Humaerah, Analisis

Pendapatan Usahatani Sayuran Di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun

Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis (Juni

2014),

Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Salemba Empat, 2006),

Himawan Arif Sutanto dan Sri Imaningati, Tingkat Efisensi Produksi dan

Pendapatan Pada Usaha Pengolahan Ikan Asin Skala Kecil, Jurnal

Ekonomi dan Kebijakan (2014)

Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani

Press, 2005),

Juwinda Sardi dan Hasbiullah, Pengaruh Pendapatan Petani Terhadap Tingkat

Pendidikan Anak di Kecamatan Lamasi Timur Kabupaten Luwu, Jurnal

Ecces Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar (Juni 2016),

Kartika Adiratna, Ari Astuti, dan Suprih Sudrajat. Pengaruh Luas Lahan Terhadap

Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kecamatan Sadu. Jurnal Agribisnis

(2017),
36

Ken Suratiyah, Ilmu Usahatani, Edisi Revisi (Jakarta: Penebar Swadaya, 2015),

Masyhuri, dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan

Aplikatif,

Mohamad Fathur Rohman, Analisis Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten

Jombang. Jurnal Trisula LP2M Undar (Februari 2017),

Mohamad Fathur Rohman. Analisis Kesejahteraan Petani Sawit Di Kabupaten

Jombang. Jurnal Trisula LP2M Undar, (Februari 2017),

Mohammad Wahed. Pengaruh Luas Lahan, produksi, Ketahanan Pangan dan

Harga Gabah Terhadap Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten

Pasuruan. Jurnal Ekonomi Pembangunan (Maret 2015),

Mutiara Pradipta. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani Sawit Di Desa

Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan

dan Ekonomi (2018),

Ni Made Marsy Dwitasari dan I Gusti Bagus Indrajaya, Analisis Produksi

Terhadap Pendapatan Pengrajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten

Gianyar, Jurnal Ekonomi Pembangunan (Mei 2017)

Nursiah Chalid, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Daerah Riau. Jurnal

Ekonomi (Maret 2018),

Rachmat Trijono, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Papas Sinar Sinanti,

2015),

Redno Muyoharjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grapindo, 2012),

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2012),
37

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2013),

Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2014),

Anda mungkin juga menyukai