Anda di halaman 1dari 49

UPAYA PENINGKATAN PEREKONOMIAN PETANI SAWIT DALAM

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA SUNGAI SAYANG

KECAMATAN SADU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Syari’ah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syari’ah Al-Mujaddid

OLEH:

Ferdi Hamzah
ES. 190038

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI’AH AL-MUJADDID

TANJUNG JABUNG TIMUR

JAMBI

TAHUN AJARAN 2022-2023


1

1. Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang dapat diandalkan oleh

negara Indonesia, karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan

dalam mengatasi krisis yang terjadi. Keadaan inilah yang membuat sektor

pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi

besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional.1

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang mempunyai

peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional

karena lebih dari 55% penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai

petani seperti petani kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan

industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan

bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar

sehingga banyak hutan dan perkebunan dikonversi menjadi perkebunan

kelapa sawit.2

Minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak

dikonsumsi dan di produksi dunia. Minyak yang murah di produksi dan

sangat stabil digunakan untuk berbagai versi makanan, kosmetik, produksi

kebersihan dan juga bisa digunakan biodiesel. Produksi minyak kelapa

sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini

1
Mega Oktaviani dan Yusmini, “Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit Rakyat Di
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak” 2 (2 Oktober 2015): hlm. 2.
2
Evi Andriani, “Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit” 16 (2 September 2017): hlm.
145.
2

secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total minyak kelapa sawit

dunia.3

Memang mayoritas dari minyak sawit yang di produksi di Indonesia

di Ekspor. Namun, karena populasi Indonesia terus bertumbuh dan

dukungan pemerintah untuk program biodiesel, permintaan minyak sawit

domestik di Indonesia juga terus berkembang. Meningkatnya permintaan

minyak sawit dalam negeri sebenarnya bisa mengakibatkan terjadi

pengiriman minyak sawit mentah dari Indonesia akan stagnan di tahun-

tahun mendatang4.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi potensial yang

dikembangkan saat ini dengan alasan mempunyai peranan sangat strategis

sebagai sumber pendapatan masyarakat, mempunyai prospek pasar yang

sangat baik di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor), mampu

menyerap tenaga kerja baru dan mempunyai peranan dalam pelestarian

fungsi lingkungan hidup. Mengingat komoditas Kelapa Sawit mempunyai

peranan cukup penting bagi perekonomian nasional, maka sudah

selayaknya perkebunan Kelapa Sawit juga direvitalisasi. Indonesia

merupakan negara penghasil kelapa sawit nomor dua terbesar di dunia,

setelah Malaysia. Hal ini diakibatkan karena produksi Kelapa Sawit

3
Eva Nurul Huda dan Arif Widodo, “Determinan dan Stabilitas Ekspor Crude Palm Oil
Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam” Vol.20, No. 1 (April 2017): Hlm. 46.
4
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166
diakses pada tangggal 18 Juni 2022
3

Indonesia yang masih rendah.5 Tetapi setelah itu Indonesia menggeser

posisi Malaysia yang sebelumnya menempati posisi pertama selama

bertahun-tahun.

Dalam perekonomian Indonesia kelapa sawit merupakan sumber

devisa bagi negara, dan industri ini memberikan kesempatan kerja bagi

jutaan orang Indonesia. Setiap Tahunnya industri kelapa sawit terus

berkembang.

Sistem perkebunan pada masyarakat agraris merupakan bagian dari

sistem perekonomian pertanian tradisional. Sistem kebun merupakan

bentuk usaha kecil yang dikelola oleh takyat. Dalam struktur ekonomi

pertanian tradisional, usaha kebun merupakan usaha tambahan atau

pelengkap dari kegiatan pertanian sehingga sistem kebun merupakan

sistem pertanian yang tidak pasti modalnya, karena lahan yang digunakan

terbatas serta sumber tenaga kerja berasal dari anggota keluarga.6 Di

Provinsi Jambi khususnya di Desa Sungai Sayang , sistem kebun bukan

lagi merupakan usaha tambahan, tetapi dijadikan sebagai sumber mata

pencaharian utama bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Bagi provinsi Jambi pembangunan sektor pertanian masih

merupakan sektor yang penting dalam mendorong percepatan

pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat dari masih besarnya

5
Rizki Gemala Busyra, “Dampak Revitalisasi Perkebunan Pada Komoditas Kelapa Sawit
Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi” 14 No. 1 (Tahun 2014): hlm. 1.
6
Mukmin Pohan, “Dampak Penurunan Harga Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani Sawit
di Pantai Timur Sumatra Utara,” t.t., hlm. 2.
4

sumbangan sektor petanian terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja

bagi perekonomian wilayah provinsi Jambi. Sektor pertanian telah

meyumbang sekitar 27,5% terhadap PDRB provinsi Jambi dan juga telah

dapat menyerap tenaga kedalam jumlah yang relative besar yaitu 46,88%

dari angkatan kerja yang ada. Jika diamati lebih lanjut ternyata subsektor

lainnya, salah satu diantaranya kelapa sawit yang merupakan komoditi

uggulan dari provinsi Jambi.7

Pada tahun 2010 pabrik kelapa sawit (PKS) tersebar pada 7

kabupaten dari 9 kabupaten dan 2 kota yang ada di provinsi Jambi. Jumlah

terbanyak terdapat di kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat masing-masingnya sebanyak 7 buah PKS. Sementara

kabupaten Batanghari, Bungo dan Tebo masing-masingnya hanya

memiliki 3 buah PKS. Sementara kabupaten Merangin dan kabupaten

Sarolangun masing-masingnya memiliki 4 dan 6 buah PKS. Bila diamati

lebih lanjut PKS di provinsi Jambi yang tersebar di berbagai kabupaten di

provinsi Jambi diusahakan oleh berbagai perusahaan dengan berbagai

kapasitas produksi, untuk dapat melihat keadaan PKS secara lebih detail

berikut ini dapat kita lihat rincian perusahaan PKS dan kapasitas produksi

dari PKS yang ada pada berbagai kabupaten tersebut.8

Kesejahteraan ekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang

menggunakan teknik ekonomi mikro untuk menentukan secara serempak

7
Tona Aurora, dkk, “Pengembangan Model Kemitraan Pada Industri Pengelolaan Kelapa
Sawit dalam Perspektif Klaster Industri untuk Mendorong Pembangunan Wilayah Provinsi Jambi,
Laporan Penelitian Prioritas Nasional Materplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI)", Universitas Jambi, 2012, hlm. 1.
8
Tona Aurora, dkk, hlm. 25.
5

efisiensi alokasi dari ekonomi makro akibat distribusi pendapatan yang

saling berhubungan. Kesejahteraan ekonomi merupakan cabang ilmu

ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk menentukan

secara serempak efisiensi alokasi dari ekonomi makro akibat distribusi

pendapatan yang saling berhubungan. Yang sangat penting dari

kesejahteraan yaitu pendapatan, karena sebagian aspek dari kesejahteraan

rumah tangga bergantung pada seberapa besar pendapatan rumah tangga

tersebut. Pemenuhan keperluan diatur oleh pendapatan rumah tangga yang

dipunya, khususnya yang mempunyai pendapatan rendah. Jika pendapatan

rumah tangga semakin tinggi maka jatah pendapatan untuk pangan akan

ikut berkurang. Dengan kata lain, jika pendapatan yang meningkat tidak

mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah tangga maka rumah tangga

tersebut bisa dikatakan sejahtera. Dan sebaliknya, jika pendapatan yang

meningkat tersebut bisa mengubah pola konsumsi maka rumah tangga

tersebut tidak sejahtera.

Salah satu contoh kesejahteraan masyarakat dapat diperoleh dari

kegiatan ekonomi. Indonesia sebagai negara yang agraris merupakan

negara yang aktif dalam sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian di

Indonesia adalah pertanian kelapa sawit yang merupakan bentuk kegiatan

ekomomi di daerah pedesaan. Secara umum, tujuan utama pertanian

adalah untuk meningkatkan pendapatan petani agar dapat menghidupi

seluruh keluarganya serta meningkatkan kesejahteraannya.9

9
Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 48.
6

Menurut Sukirno kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang

karena mengkonsumsi pendapatan yang diperoleh. Pwngukuran

kesejahteraan dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan yang bersifat

kebendaan lainnya. Kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang

karena mengkonsumsi pendapatan yang diperoleh. Pengukuran

kesejahteraan dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papa, dan kebutuhan yang bersifat

kebendaan lainnya. Peningkatan kesejahteraan petani tidak saja

dipengaruhi faktor-faktor terkait dengan pertanian tetapi juga faktor-faktor

non pertanian. Peningkatan petani memiliki beberapa dimensi baik dari

sisi produktifitas usaha tani maupun dari sisi kerja sama lintas sektoral dan

daerah.10

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

keluarga:

1. Pekerjaan Utama

Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh lapangan pekerjaan utama.

Hal ini menunjukkan ketika seorang bekerja pada sector formal maka

kesejahteraan keluarganya akan lebih besar dibandingkan dengan sector

informal. Semakin besar tingkat pendapatan maka akan berpengaruh kepada

kesejahteraan. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh


10
Sukirno, Manajemen Agribisnis (Jakarta: PT. Eresco Bandung, 2013), hlm. 25.
7

seorang dalam upaya memenuhi kebutuhan. Lapangan pekerjaan utama

seorang adalah bidang kegiatan pertama pekerjaan tersebut, bidang pekerjaan

utama memiliki dua sektor berupa sektor formal dan informal. Kepala

keluarga yang bekerja sektor formal akan lebih memiliki keluarga yang

sejahtera dibandingkan kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian.

Karena pendapatan kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian lebih

besar didapatkan dari kegiatan diluar usaha tani.

2. Pendidikan

Hal ini menunjukkan ketika seorang memiliki pendidikan diatas SLTA

sederajat, maka kesejahteraan keluarganya akan lebih besar dibandingkan

dengan dibawah SLTA sederajat. Pendidikan merupakan suatu investasi

dalam jangka panjang yang sangat penting dalam peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Dengan mendapatkan pendidikan yang baik, maka

seseorang berpeluang dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dengan

pendidikan kepala keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakang ekonomi dan

mengurangi kemiskinan.

3. Kesehatan

Kesehatan merupakan kompenen utama dalam peningkatan

kesejahteraan, tolak ukur kesehatan berhubungan dengan status kesehatan

baik perorangan maupun masyarakat. Kesehatan mempunyai peran penting

dalam peningkatan kesehatan, karena kesehatan merupakan prasyarat bagi

peningkatan produktivitas. Kesehatan yang baik akan memperlancar kegiatan


8

dalam memperoleh pendidikan dan dalam bekerja, sehingga manusia dengan

pendidikan dan kesehatan yang baik akan memiliki produktivitas yang tinggi

sehingga meningkatkan produktivitas.11

Masalah ekonomi yang sering terjadi di pedesaan adalah harga jual

hasil panen yang tidak menentu. Hal ini sering sekali menjadi

permasalahan yang sangat penting untuk meningkatkan produktifitas dan

pendapatan petani. Pada dasarnya produktifitas tersebut sangat

bergantumg kepada potensi sumber daya manusia dan alam yang ada. Di

saat kelapa sawit yang dihasilkan menurun, akan berakibat kepada

pendapatang yang petani yang sangat kecil sehingga hal ini akan

menghambat petani mencapai kesejahteraan.12

Secara ekonomis, membudayakan tanaman kelapa mempunyai

prospek keuntungan besar yang diperoleh oleh sebagian masyarakat yang

memiliki perkebunan kelapa sawit walaupun harga sawit tidak selalu

seimbang dalam arti harga jual sawit naik turun berkisar antara Rp.700,-

samapai Rp.2.000,-/kg, dengan harga Rp.700,- pendapatan masyarakat

menurun yang menyebabkan kebutuhan sehari hari masyarakat tidak

terpenuhi sehingga kesejahteraan masyarakat menurun. Pada saat ini harga

sawit Rp. 1.800,-/kg, dengan harga yang sekarang ini menunjukkan bahwa

ekonomi petani sawit dalam posisi stabil yang berarti kesejahteraan petani

11
Aulia Riski Akbar, Akhirmen, dan Mike Triani, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Keluarga,” September 2018, hlm. 536.
12
Nova Yolanda Hasibuan, “Pengaruh Harga Sawit dan Produktivitas Terhadap
Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit di Desa Siamporik Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten
Labuhanbatu Utara,” 30 Oktober 2019, hlm. 2.
9

sawit terpenuhi. Tetapi ada sebagian petani yang ekonominya sedikit

menurun karena sedang melakukan peremajaan kebun sawit yang berarti

mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif lagi, dan

umumnya tanaman sawit sudah berusia lebih dari 25 tahun, diganti dengan

cara sebelumnya tanaman yang sudah tua ditumbuhkan baik secara

mekanis maupun secara kimia (dengan cara disuntik), lalu kemudian

ditanam kembali dengan tanaman baru (bibit) yang layak tanaman, usia

bibit sawit yang ditanam umumnya berusia 12 hingga 15 bulan.

Para petani sawit memiliki keinginan yang kuat untuk tetap

memperhatikan kualitas kebun kelapa sawit pasca peremajaan dilakukan,

tetapi keinginan para petani terhambat oleh biaya yang dibutuhkan untuk

peremajaan kelapa sawit yang tidak sedikit jumlahnya. Masalah biaya

inilah yang membuat petani kelapa sawit ada yang setuju dan tidak setuju

untuk melakukan peremajaan, karena tidak semua petani kelapa sawit

memilki kebun lebih dari satu, para petani kelapa sawit ini merasa

keberatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan harus

mengeluarkan biaya yang besar untuk proses peremajaan tersebut. Bukan

pemilik kebun saja yang mengalami penurunan pendapatan tetapi para

buruh tani juga kehilangan pekerjaan akibat peremajaan.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, untuk meminimalisir

pengeluaran sehari-hari, biasanya masyarakat menggunakan sistem hutang

pada masyarakat yang memiliki toko. Di Desa Sungai Sayang setiap

minggunya para ibu rumah tangga akan berbelanja dan berkumpul disatu
10

toko dimana toko tersebut menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti

sayur dan kebutuhan pangan lainnya. Karena petani kelapa sawit

mendapatkan gaji dengan hitungan perbulan. Maka disebabkan tidak

stabilnya harga sawit dan gaji dengan sistem perbulan masyarakat hanya

belanja kebutuhan sehari-harinya di toko yang menjadi langganan

masyarakat.

Harga, produktivitas dan pendapatan petani adalah satu variabel

yang berkaitan satu sama lain. Ini dibuktikan saat harga kelapa sawit

mengalami penurunan maka pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani

untuk pembiayaan pemeliharaan kebun kelapa sawit akan membesar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan di Desa Sungai

Sayang , para penduduk mengakui pendapatan mereka akan turun disaat

harga kelapa sawit sedang turun, ini terjadi karena produktifitas kelapa

sawit tetap, tetapi harga kelapa sawit sedang menurun sehingga

pendapatan mereka juga akan menurun.

Dari beberapa permasalahan diatas, dan berdasarkan latar belakang diatas, penulis

tertarik memilih petani kelapa sawit sebagai objek penelitian dengan judul

“Upaya Peningkatan Perekonomian Petani Sawit Dalam Perspektif Ekonomi

Islam Di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu”

B. Batasan Masalah
11

Penelitian ini fokus pada harga kelapa sawit sesuai dengan harga jual yang

berlaku pada saat itu, kelapa sawit normalnya panen dalam jangka dua minggu

sekali

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana upaya peningkatan perekonomian petani sawit di Desa Sungai

Sayang ?

2. Bagaimana perspektif Islam dalam upaya peningkatan perekonomian

petani sawit di desa sungai sayang?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :

1. Untuk memngetahui bagaimana upaya peningkatan perekonomian petani

sawit di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung

Timur.

2. Untuk memngetahui bagaimana perspektif Islam dalam upaya peningkatan

perekonomian petani sawit di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

E. Signifikan/Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menjadi masukan dan pemikiran khususnya tentang upaya

peningkatan perekonomian petani sawit di Desa Sungai Sayang


12

b. Dapat memberikan bahan dan masukan serta sebagai referensi untuk

penelitian terkait yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Disamping untuk melengkapi persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana ekonomi, diharapkan hasil penelitian ini

dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang

diteliti, selain sebagai wujud nyata penerapan teori-teori yang diterima

dibangku kuliah, serta dapat membandingkan antara teori dan praktek

yang terjadi dilapangan.

b. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat diajdikan salah satu

sumbangan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi dan sebagai

bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

yang berhubungan dengan upaya peningkatan perekonomian petani

sawit di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian Salma dengan judul penelitian Peranan

Hasil Pertanian Kelapa Sawit Terhadap Peningkatan Ekonomi

Masyarakat dalam Perspektif Ekonomi Islam Di Kecamatan Karossa

Kabupaten Mamuju Tengah, dalam penelitiannya menguraikan tentang


13

hasil pertanian kelapa sawit berperan terhadap peningkatan perekonomian

masyarakat dalam perspektif ekonomi Islam di Kecamatan Karossa

Kecamata Karossa Kabupaten Mamuju Tengah, dan ada perubahan pola

pikir masyarakat selama ada hasil pertanian kelapa sawit di Kecamatan

Karossa Kecamatan Karossa Kabuten Mamuju Tenagah.

Masyarakat mendapat pekerjaan dan penghasilan tetap dan

masyarakat mendapat tambahan pendapatan, masyarakat mampu

menyekolahkan anaknya sampai sampai kejenjang yang lebih tinggi,

masyarakat mampu mengeluarkan zakat pertanian tiap bulan dari hasil

pertanian. Masyarakat mampu menunaikan ibadah haji dan umrah,

masyarakat mampu menolong sesama dengan cara mempekerjakan buruh,

masyarakat dalam bekerja memiliki tiga hal yang harus diimplikasikan

yaitu kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Keberadaan pertanian

kelapa sawit telah memberikan perubahan keadaan terhadap masyarakat

dan perubahan pola pikir masyarakat. Yang dahulu keadaan masyarakat

kurang baik, keterbatasan biaya hidup, kehidupan pendidikan anak sangat

minim, telah berubah menjadi lebih baik.13

Penelitian Adiratna dkk (2016), tentang Pengaruh Luas Lahan

Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sawit Di Kecamatan Sadu. Lokasi

penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Sragen

tepatnya di desa Tangkil dan desa Kedungupit. Penelitian dilaksanakan


13
Salma,“Peranan Hasil Pertanian Kelapa Sawit Terhadap Peningkatan Ekonomi
Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam Di Kecamatan Karossa Kecamatan Karossa
Kabupaten Mamuju Tengah” (Skripsi Sarjana: Jurusan Ekonomi Islam, 2016), hlm. 63
14

pada minggu keempat bulan April 2016 sampai dengan minggu kedua

bulan Mei 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified

random sampling yang distrata berdasar populasi luas lahan yang ada.

Subjek penelitian adalah petani pemilik-penggarap dengan populasi

sebanyak 123 orang yang terdiri dari 53 petani desa Kedungupit dan 70

petani desa Tangkil serta yang diambil untuk sampel sebanyak 40 orang.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif

kuantitatif. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah pangan,

sandang, papan, kesehatan, pendidikan-pengetahuan, agama, ekonomi, dan

sosial yang diukur dengan skoring. Dimana variabel pangan, sandang,

ekonomi, dan sosial menunjukkan pemenuhan kebutuhan yang masih

rendah, sementara variabel papan, kesehatan, pendidikan, dan agama

menunjukkan pemenuhan kebutuhan yang tinggi terhadap kesejahteraan.14

Menurut penelitian Irwan (Program Studi Muamalah) dengan judul

penelitian Eksistensi Pasar Kanang Dalam Meningkatkan Perekonomian

Masyarakat Batetangga Kabupaten Polman, dalam penelitiannya

menguraikan tentang eksistensi pasar Kanang dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat Batetangga Kabupaten Polman, dan analisis

ekonomi Islam terhadap perilaku ekonomi para pedagang pasar Kanang

dalam peningkatan ekonomi mereka.

Keberadaan pasar Kanang sangat membantu perekonomian

14
Kartika Adiratna, Ari Astuti, dan Suprih Sudrajat. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Petani Padi Di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Jurnal Agribisnis (2017), hlm.
3-5
15

masyarakat bukan hanya masyarakat Kanang akan tetapi juga masyarakat

dari Kecamatan lain karena lokasi pasar Kanang yang berada ditengah

pemukiman warga sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan

jual beli disana dan dapat membantu perekonomian masyarakat.

Saat melakukan transaksi jual beli, masyarakat di pasar Kanang

melakukan transaksi sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dalam

syariat Islam sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.15

Dalam penelitian Mohamad Fathur Rohman (2017), tentang Analisis

Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Jombang. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode

penelitian yang langsung ke sumber yang diteliti melalui proses

wawancara yang mendalam kepada objek penelitian dalam hal ini Petani

Sawit yang ada di kabupaten Jombang. Lokasi penelitian yang ditetapkan

dalam penelitian ini adalah kabupaten Jombang. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan November-Desember 2014. Dengan model simple

random sampling dan sampling aksidental pada responden sebanyak 50

Petani di Kecamatan Mojoagung, Plandaan dan Ngoro. Dalam

pengumpulan data penelitian ini, digunakan cara studi kepustakaan,

penelitian terhadap dokumen-dokumen, observasi, dan melakukan

wawancara dengan Pemerintah dalam hal ini dinas pertanian dan

peternakan kabupaten Jombang. Adapun jenis data yang dikumpulkan


15 7
Irwan, “Eksistensi Pasar Kanan Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Batetangga Kabupaten Polman” Skripsi Sarjana: jurusan syariah dan ekonomi Islam, (2019), hlm.
82.
16

adalah data primer dan datasekunder. Teknik analisis penelitian ini adalah

analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan secara

umum kehidupan para Petani Sawit di Kabupaten Jombang sudah masuk

pada keluarga sejahtera I yaitu para petani yang luas lahannya 120 yang

berpenghasilan rata-rata perbulannya adalah Rp 715.000,- perbulan, dan

yang luas lahan petani 250 bata dan Rp 1.500.000,- perbulan masuk pada

kategori keluarga sejahtera II, sedangkan pada petani pemilik lahan

dengan luas lahan 500 bata dan 750 bata ( satu hektar) sudah masuk pada

tahap keluarga sejahtera III yang pendapatan perbulannya sudah mencapai

diatas 3 juta perbulannya dan sudah diatas UMK kabupaten Jombang.16

Berdasarkan penelitian Nuraminsi, dengan judul Eksistensi

Perkebunan Sawit dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

Tommo Kabupaten Mamuju Peranan sektor pertanian dalam peningkatan

ekonomi sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di

Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Pembangunan

pertanian merupakan suatu proses yang ditunjukkan untuk selalu

meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi

pendapatan dan produktivitas usaha tiap petani dengan menambah modal,

skill, dan campur tangan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sistem produksi sawit dalam peningkatan pendapatan di

Kecamatan Tommo kabupaten Mamuju dan untuk mengetahui eksistensi

petani sawit dalam peningkatan pendapatan masyarakat Tommo

16
Mohamad Fathur Rohman. Analisis Kesejahteraan Petani Padi Di Kabupaten Jombang.
Jurnal Trisula LP2M Undar, (Februari 2017), hlm. 526.
17

kabupaten Mamuju dalam perspektif ekonomi Islam.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

dengan metode penelitian lapangan, dalam mengumpulkan data

menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Eksistensi petani sawit dalam peningkatan ekonomi, kontribusi

pertanian kelapa sawit di Kecamatan Tommo dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat memang sangat dirasakan bagi masyarakat di

kecamatan Tommo, terutama dalam menambah penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan akibat dari keberadaan kelapa

sawit telah memberikan perubahan pada pola pikir masyarakat, yang

dahulu keadaan masyarakat kurang baik, kehidupan pendidikan anak

sangat minim, kini telah berubah menjadi lebih baik.17

G. Landasan Teori

17
Nuraminsi, Eksistensi Perkebunan Sawit dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Tommo Kabupaten Mamuju, Skripsi IAIN Parepare 2022.
18

1. Harga

a. Pengertian harga

Harga adalah salah satu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang

atau barang lain untuk memproleh manfaat dari suatu barang atau jasa bagi

seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga

digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau

jasa. Biasanya penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka

terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu

kualitas barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan

nilai jual atau beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel

yang menentukan komparasi produk atau barang sejenis.

Menurut Basu Swastha dan Irawan, “harga adalah jumlah uang

(ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”. 18 Menurut

Philip Kotler dan Amstrong, harga adalah sejumlah uang yang harus

dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk.19 Menurut Prof. Dr. H.

Buchari Alam mengatakan bahwa dalam teori ekonomi, pengertian harga, nilai

dan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang

memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan

(wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu

produk untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam

situasi barter yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Sekarang ini
18
Basu Swastha dan Irwan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty, 2005),
hlm. 241
19
Philip Kotler, Dasar-Dasar Pemasaran (Jakarta: Perlahindo, 2008), hlm. 63.
19

ekonomi kita tidak melakukan barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan

uang sebagai ukuran yang disebut harga. Jadi harga (price) adalah nilai suatu

barang yang dinyatakan dengan uang.20

Fandy Tjiptono mengatakan bahwa agar dapat sukses dalam

memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan

harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran

yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan

ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya

biaya (pengeluaran). Di samping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran

yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya

dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua

hal terakhir tidak dapat diubah/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena

biasanya menyangkut keputusan jangka panjang.21

Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, bahwa istilah harga dalam

bisnis jasa bisa ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan

tinggi menggunakan SPP (tuition), konsultan professional menggunakan istilah

fee, bank menggunakan istilah service charge, jasa jalan tol atau jasa angkutan

menggunakan istilah tariff, pialang menggunakan istilah komisi, apartemen

menggunakan istilah sewa, asuransi mengguunakan istilah premi, dan

sebagainya.22

20
Prof. DR. H. Buchari Alam, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: CV.
ALFABETA, 2005), hlm. 169.
21
Fandy Tdjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1997), hlm. 151.
22
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Salemba Empat,
2006), hlm. 98.
20

Sebaliknya dalam islam, harga ditetapkan oleh keseimbangan

permintaan serta penawaran, apabila pedagang telah menaikan harga yang

tidak wajar, mereka itu sudah berbuat zalim, sehingga seorang penguasa

(pemerintah) harus campur tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan

cara menetapkan harga standar. Harga dalam ekonomi Islam disebut staman

yaitu kadar dari nilai tukar terhadap sesuatu barang dengan barang lainnya,

barang dengan jasa atau dengan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat tukar

atau juga dimaksudkan nilai yang ditetapkan oleh pihak penjual terhadap

barang dagangannya.23

Harga yang dimaksudkan demikian adalah suatu ketetapan atas

kesepakatan antara produsen dan kensumen dimana pihak konsumen merasa

puas dengan bentuk, jenis dan kualitas produk yang ditawarkan, sementara

produsen merasakan dengan nilai yang sedemikian itu mereka telah

memperoleh keuntungan. Sebagai firman Allah Swt. dalam (Qs. An-Nisa ayat

29) yang berbunyi:

ٓ Iُ‫اض ِّمن ُكمۡۚ َواَل ت َۡقتُل‬


‫و ْا‬I ‫َأ‬ ۡ ‫ۡ ْ َأ‬ ْ َّ ‫َٓأ‬
ٖ ‫ َر‬Iَ‫ َرةً عَن ت‬I‫ونَ تِ ٰ َج‬II‫ ِل ِإٓاَّل ن تَ ُك‬I‫ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱل ٰبَ ِط‬Iۡ‫أ ُكلُ ٓوا م‬IIَ‫وا اَل ت‬IIُ‫ا ٱل ِذينَ َءا َمن‬IIَ‫ٰيَ يُّه‬
‫َأنفُ َس ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما‬

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

23
Malikah Zumrotul, Konsep Harga Dalam Perspektif Islam (Semarang: Citra Ilmu, 2012),
hlm. 28.
21

Ayat di atas menerangkan bahwasannya Allah Swt. melarang manusia

memakan harta sesamanya denga jalan bathil ynag tidak sesuai dengan syar‟i

seperti riba, judi dan hal serupa lainnya yang penuh dengan tipu daya. Allah

Swt. menegaskan janganlah manusis menjalankan sebabsebab yang

diharamkan dalam mencari harta. Sebaliknya lakukanlah perniagaan yang

disyariatkan, yang terjadi dengan saling meridhai antara penjual dan pembeli.

Dalam penjualan Islami, baik yang bersifat barang ataupun jasa, terdapat

norma, etika agama, dan perikemanusian yang menjadi landasan pokok bagi

pasar Islam yang bersih, yaitu:

1) Larangan menjual atau memperdagangkan barang-barang yang

diharamkan.

2) Bersikap benar, amanah dan jujur.

3) Menegakkan keadilan dan mengharamkan riba.

4) Menerapkan kasih sayang.

5) Menegakkan toleransi dan persaudaraan.24

b. Jenis-jenis

Harga Secara khusus, jenis-jenis harga dapat dinyatakan sebagai berikut :

1) Harga subjektif, merupakan estimasi atau perkiraan terhadap harga

suatu barang yang akan diperjualbelikan.

24
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Isnani Press, 1999),
hlm. 189.
22

2) Harga objektif (harga pasar), merupakan harga dari hasil tawar

menawar barang dan jasa yang telah dilakukan oleh pembeli dan

penjual.

3) Harga pokok (biaya produksi), merupakan niali sejumlah uang yang

digunakan untuk membuat barang dan jasa dalam suatu presses

produksi.

4) Harga jual, merupakan harga pokok ditambah dengan besarnya

keuntungan yang diinginkan.25

c. Pembentukan Harga

Penetapan harga dalam perdagangan internasional berdasarkan harga

relatif dari komoditas yang diperjualbelikan di tiap-tiap negara. Karena proses

perdagangan internasional yang cukup lama maka terbentuk harga komoditas

dalam keadaan ekuilibrium. Harga ini terbentuk sehabis ikatan dagang antar

dua negera yang berlangsung dalam jangka waktu yang lumayan lama

sehingga tersedia waktu yang cukup bagi kedua negara melakukan penawaran

dan permintaan sehingga dapat menentukan harga tersebut.26

Mekanisme pasar suatu negara dapat terpengaruh karena adanya

keterkaitan mekanisme pembentukan harga pada pasar internasional. Oleh

sebab itu, apabila harga suatu komoditas di pasar internasional meningkat,

karena hal ini, harga komoditas suatu negara mengalami peningkatan. Suatu

pasar dapat dikatakan terintegrasi dengan pasar yang lain jika tidak terdapat

25
Yolanda Hasibuan, “Pengaruh Harga Sawit dan Produktivitas Terhadap Kesejahteraan
Petani Kelapa Sawit di Desa Siamporik Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu
Utara,” hlm. 18.
26
Tungkot Sipayung, Ekonomi Agribisnis Minyak SAwit (Bogor: PT. IPB Press, 2012),
hlm. 55.
23

masalah saat mengakses informasi di setiap negara. Dengan ini, fluktuasi

suatu harga pasar bisa tertangkap oleh pasar lainnya. Ini bisa jadi sinyal untuk

mengambil keputusan bagi pelaku ekonomi yang turut serta di dalamnya.

d. Penetapan Harga

Kebijakan harga merupakan salah satu aktivitas pemasaran yang

merupakan salah satu bauran pemasaran, meliputi 4 unsur : produk, harga,

promosi, dan distribusi. Permasalahan harga yang berorientasi kepada

persaingan. Harga merupakan persoalan penting yang bisa mempengaruhi

tingkat penjualan serta tingkat keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu

industri, dengan anggapan, apabila harga yang ditetapkan tinggi, maka akan

terbentuk image atau pikiran bahwa barang tersebut bagus dan berkualitas

tinggi dan sebaliknya apabila harga yang ditetapkan rendah, maka akan

terbentuk image bahwa barang tersebut kurang berkualitas. Penjualan yang

dilakukan perusahaan ditentukan oleh permintaan konsumen terhadap barang

yang dijual dan salah satu yang dipengaruhi permintaan konsumen dalam

suatu barang adalah harga jual barang yang bersangkutan.Ulama fiqh setuju

melaporkan kalau syarat penetapan harga ini tidak ditemukan di dalam Al-

Qur‟an. Ada pula dalam hadist Rasulullah shallallahu, alaihi wasallam,

ditemukan sebagian riwayat yang menurut logikanya dapat diindukasikan

bahwa penetapan harga itu diperbolehkan dalam keadaan tertentu. Adapun

faktor dominan yang menjadi landasan hukum nya yaitu at-tas’ir al-jabbari,

menurut kesepakatan para ulama fiqh adalah al-maslahah al-mursalah

(kemaslahatan).
24

Mengenai kegiatan jual beli tentu berkaitan dengan penetuan harga.

Dalam Islam telah diatur mengenai cara bermuamalah bagi seorang muslim.

Dalam Al-Qur‟an dijelaskan dalam (Q.S Hud ayat 85) yang berbunyi:

َ‫ض ُم ۡف ِس ِدين‬ ْ ‫ال َو ۡٱل ِمي َزانَ بِ ۡٱلقِ ۡس ِۖط َواَل ت َۡبخَ س‬
ۡ َ َّ‫ُوا ٱلن‬
ِ ‫اس َأشيَٓا َءهُمۡ َواَل ت َۡعثَ ۡو ْا فِي ٱَأۡل ۡر‬ َ َ‫وا ۡٱل ِم ۡكي‬
ْ ُ‫َو ٰيَقَ ۡو ِم َأ ۡوف‬

Artinya:

“Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan

dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak

mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan

membuat kerusakan”.27

Ayat di atas menerangkan larangan merugikan orang lain tercantum

dalam permasalahan penentuan harga. Takaran dengan harga yang diberikan

harus cocok, serta adil dan jujur dalam menjalankan timbangan, takaran,

maupun harga sehingga transaksi yang terjadi memberikan manfaat untuk

penjual dan pembeli.

2. Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah

satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat

pendapatan. Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang atau seluruh

27
Q.S Hud ayat/85
25

material lainnya yang dapat dicapai dari penggunaan kekayaan yang diterima

oleh seseorang atau rumah tangga tertentu.28

Menurut kamus besar bahasa indonesia pendapatan adalah sejumlah

uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi dalam bentuk

upah (wagesgaji (solaris) sewa (rent) bunga (interest) komisi (komisionis)

ongkos (fee) danlaba (profit) bersama dengan bantuan, tunjangan pensiun,

lanjut usia dan lain-lain.29

Tohar menyatakan bahwa secara umum terdapat 2 pengertian dari

pendapatan, yang pertama dalam arti riil dan yang kedua dalam arti luar.

Pendapatan dalam arti riil adalaha nilai jumlah produksi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh masyarakat selama jangka waktu tertentu. Sedangkan

pendapatan dalam arti jumlah uang merupakan penerimaan yang diterimanya,

bisa dalam bentuh upah dari bekerja atau uang hasil penjualan, dan lain

sebagainya.30

Menurut Sadano Sukirno pendapatan pribadi dapat dikatakan semua

jenis pendapatan termasuk pendapat diperoleh tampa memberikan sesuatu

kegiatan apapun yang diterima oleh suatu negara, atau dengan kata lain

bahwa pendapatanadalah jumlah harta kekayaan priode ditambah keseluruhan

hasil yang diperoleh selama satu priode bukan hanya yang dikonsumsi.

Sedangkan menurut ilmu ekonomi pendapatan adalah nilai maksimum yang

28
Winardi, Motivasi Dalam Pemotivasian Manajemen (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 3
29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia,
2008), hlm. 265.
30
Veithzal Rivai Zainal dan Nurul Huda, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2018),
hlm. 21
26

dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu priode dengan harapan keadaan

sama pada akhir priode keadaan semula, dari defenisi di atas pendapatan

menurut ilmu ekonomi tersebut dapat pula diartikan perubahan nilai dari

perubahan harta kekayaan suatu badan usaha perubahan nilai berdasarkan

total awal pendirian usaha yang ditambah dengan hasil keseluhan yang

diperoleh seorang pemilik usaha dalam bentuk priode.31

Menurut Greogori Mankiw menyebutkan pendapatan masyarakat

sebagai pendapatan perorangan (personal income) yaitu pendapatan yang

diterima rumah tangga dan bisnis ekonomi non perusahaan. Sebaliknya

menurut Soediyono, pendapatan ialah yang diterima oleh masyarakat dalam

jangka waktu tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor yang meraka

sumbangkan dalam turut serta membentuk produksi nasional.32

Menurut M.L Jhingan, pendapatan adalah penghasilan berupa uang

selama periode tertentu. Maka dari itu, pendapatan dapat diartikan sebagai

semua penghasilan atau menyebabkan bertambahnya kemampuan seseorang,

baik yang digunakan untuk konsumsi maupun untuk tabungan. Dengan

pendapatan tersebut digunakan untuk keperluan hidup dan untuk mencapai

kepuasan.33

Pendapatan merupakan penerimaan bersih seseorang yang berbentuk

uang. Pendapatan atau sering disebut income masyarakat merupakan hasil

31
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: Plaza Grafindo Persada,
2003), hlm. 6.
32
Soediyono, Ekonomi Makro Pengantar Analisa Pendapatan Nasional, Revisi (Yogyakarta:
Liberty, 1998), hlm. 99
33
M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 3
27

penjualan dari beberapa faktor produksi yang dimilkinya pada sektor produksi

ini “membeli” faktor - faktor ini digunakan untuk input proses produksi

dengan harga yang berlaku di pasaran. Faktor produksi (seperti barang-barang

di pasar barang) harganya ditetapkan karena adanya tarik menarik satu sama

lain sehingga terjadilah permintaan dan penawaran.34

b. Indikator Pendapatan

Beberapa indikator pendapatan, yaitu sebagai berikut:

1) Pendapatan yang diterima perusahaan harus memberikan

keuntungan sehingga perusahaan dapat menutupi semua kewajiban

dan meningkatkan usahanya.

2) Pendapatan yang diterima perusahaan harus memenuhi kepuasan

hati para pemilik perusahaan.

3) Pendapatan tersebut bersumber dari kegiatan operasi perusahaan.

4) Pendapatan tersebut harus dapat membalas jasa dan pekerjaan yang

telah dilakukan perusahaan.

c. Macam-Macam Pendapatan

Pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, adapun menurut

Lipsey pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu :

1) Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau

dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak

pengahasilan perorangan. Sebagian pendapatan perorangan dibayar

34
Budiono, Ekonomi Mikro (Jakarta: Kompas, 2004),hlm. 182.
28

untuk pajak, sebagian ditabung untuk rumah tangga yaitu pendapatan

perorangan dikurangi pajak penghasilan.

2) Pendapatan disposable merupakan jumlah pendapatan saat ini yang

dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan

perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.35

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan, yaitu :

1) Kesempatan kerja yang tersedia Semakin banyak kesempatan kerja

yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh

dari hasil kerja tersebut.

2) Kecakapan dan keahlian Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang

tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada

akhirnya berpengaruh pula pada terhadap penghasilan.

3) Motivasi Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah

penghasilan, semakin besar dorongan seseorang untuk melakukan

pekerjaan, semakin besar pula penghasilan yang diperoleh.

4) Keuletan kerja Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan,

keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat

menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai

bekal untuk menelitikearah kesuksesan dan keberhasilan.

5) Banyak sedikitnya modal yang digunakan Besar kecilnya usaha yang

dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang

35
R. Soediro Mangundjojo, Sosial Ekonomi Masyarakat (Jakarta: Direktorat Jendral, 2001),
hlm. 5.
29

dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang

yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh.36

e. Sumber-sumber Pendapatan

Pendapatan seseorang harus dapat digunakan untuk menentukan tingkat

kesejahteraan sebab dengan pendapatan seseorang akan dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sumber pendapatan masyarakat terdiri dari:

1) Di sektor formal berupa gaji dan upah yang diperoleh secara tetap dan

jumlah yang telah ditentukan.

2) Di sektor informal berupa pendapatan yang bersumber dari perolehan

atau penghasilan tambahan seperti: penghasilan dagang, tukang, buruh

dan lain-lain.

3) Di sektor subsiten merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil

usaha sendiri berupa tanaman, ternak, kiriman dan pemberian orang

lain. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan

bersih yang merupakan hasil yang diterima dari jumlah penerimaan

setelah dikurangi pengeluaran atau biaya-biaya.37

3. Kesejahteraan

a. Pengertian Kesejahteraan

Menurut kamus besar bahasa indonesia sejahtera diartikan sebagai

aman, sentosa dan makmur. Sedangkan kesejahteraan ialah kondisi dimana

36
Ratna Sukmayani, Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: Galaxy Puspa Mega, 2008), hlm.
37
Eva Rosadi, “Pengaruh Modal dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Bersih
Perusahaan Dalam Perspektif Ekonomi islam,” 2019,hlm. 49
30

seorang manusia merasa hidupnya sejahtera.38 Sesungguhnya dengan

menyebutkan masyarakat ataupu kehidupan yang sejahtera, kita akan lebih

mendekatkan pengertian itu kepada perasaan yang hidup di masyarakat.

Rasa sejahtera itu sendiri itu timbul akibat kebebasan dari ketakutan,

tekanan-tekanan, kemiskinan dan berbagai macam kekuatan akan jauh lebih

terasa jika dimasyarakat ada kecukupan barang, jasa, dan kesempatan. 39

Pemerintah republik Indonesia mendefinisikan kesejahteraan adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.40

Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang menunjuk ke keadaan

yang baik, dimana kondisi masia yang ada di dalamnya dala keadaan baik

dan makmur. Sebaliknya kesejahteraan dimaksud dengan seputar maupun

kondisi sejahtera, keamanan, keselamatan, serta ketentraman. Dalam

konsep dunia modern kesejahteraan diartikan dimana kondisi seseorang

agar bisa kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan makanan, pakaian,

tempat tinggal, air minum yang bersih dan kesempatan untuk meneruskan

pendidikannya dan memiliki pekerjaan yang sesuai dan layak yang bisa

mendukung hidup seseorang sehingga mempunyai status sosial dapat

38
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 270.
39
Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004), hlm. 99.
40
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
31

mengantarkannya kepada status sosial yang sama dengan masyarak yang

lainnya.41

Teori kesejahteran menurut ekonomi secara umum oleh Albert dan

Hahnel diklasifikasikan menjadi tiga macam, yakni classical utilitarian,

neoclassical welfare theory, dan new contractarian approach. Pendekatan

classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan (pleasure) atau

kepuasan (utility) seseorang dapat diukur dan bertambah. Neoclassical

welfare theory merupakan teori kesejahteraan yang mempopulerkan prinsip

Pareto Optimality, neoclassical welfare theory juga menjelaskan bahwa

fungsi kesejahteraan merupakan fungsi dari semua kepuasan individu. New

contractarian approach. Prinsip ini adalah bahwa individu yang rasionalkan

setuju dengan adanya kebebasan maksimum dalam hidupnya.42

Menurut Sukirno kesejhateraan menggambarkan kepuasan

seseorang karena mengkonsumsi pendapatan yang diperoleh. Pengukuran

kesejahteraan dapat dilakukan terhadap kemampuan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan yang bersifat

kebendaan lainnya. Kesejahteraan menggambarkan kepuasan seseorang

karena mengkonsumsi pendapatan yang diperoleh. Peningkatan

kesejahteraan petani tidak saja dipengaruhi faktor-faktor terkait dengan

pertanian tetapi juga faktor-faktor non pertanian. Peningkatan petani

41
Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Isnani Press,
2005), hlm. 24.
42
Albert dan Hahnel, Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil
(Jakarta: PT. Eresco Bandung, 1997), hlm. 23.
32

memiliki beberapa dimensi baik dari sisi produktifitas usahatani maupun

dari sisi kerja sama lintas sektoral dan daerah.43

Cendikiawan Muslim Imam Al- Ghazali adalah seseorang yang

merumuskan pertama sekali konsep fungsi kesejahteraan (maslahah) sosial.

Dalam bukunya Ihya ulumuddin beliau mengatakan di dalam masyarakat

islam terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap tercapainya

kesejahteraan sosial yakni ; tujuan umat syariat islam ialah agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta. Imam Ghazali mengatakan bahwa aktivis

ekonomi adalah komponen dari sosial masyarakat yang telah ditentukan

oleh Allah Swt, jika hal ini tidak dipenuhi maka kehidupan di dunia akan

hancur dan kehidupan umat manusia akan musnah. Kemudia, imam Al-

Ghazali menyatakan tiga alasan kenapa seseorang mesti menjalankan

aktivitas ekonomi, yang pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup

yang bersangkutan, kedua kesejahteraan keluarga dan ketiga membantu

orang yang membutuhkan.44

Di ekonomi islam kesejahteraan yaitu terhindar dari rasa takut

terhadap penindasan, kelaparan, dahaga, penyakit, kebodohan, masa depan

diri, bahkan lingkungan. Hal ini sesuai dengan kesejahteraan surgawi yang

dapat dilukiskan antara lain dalam peringatan Allah Swt kepada Nabi Adam

alaihissalam yang terdapat dalam (Q.S Ta-Ha ayat 117-119):

َ ‫ ّو لَّكَ َولِ َز ۡو ِج‬ٞ ‫فَقُ ۡلنَا ٰيَٓـَٔا َد ُم ِإ َّن ٰهَ َذا َع ُد‬
َ َ‫ك فَاَل ي ُۡخ ِر َجنَّ ُك َما ِمنَ ۡٱل َجنَّ ِة فَت َۡشقَ ٰ ٓى ِإ َّن ل‬
‫ َر ٰى َوَأنَّكَ اَل‬II‫ك َأاَّل تَجُو َع فِيهَا َواَل ت َۡع‬

ْ ‫ت َۡظ َم‬
ۡ ‫ُؤا فِيهَا َواَل ت‬
‫َض َح ٰى‬
43
Sukirno, Manajemen Agribisnis, hlm. 25.
44
Ir. Adiwarma A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 62.
33

Artinya:

Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh

bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia

mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi

celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak

akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan

tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya".45

Ayat di atas menerangkan bahwa sandang, pangan, papan yang di

istilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang dan kepanasan semuanya

sudah terpenuhi disana. Faktor pertama untuk mensejahterakan masyarakat

ialah jika terpenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam Islam kesejahteraan

yang di dapat oleh masyarakat melalui peningkatan pendapatan hasil jasa

atau usaha yang dijalankan dengan memanfaatkan faktor produksi yang

dimiliki. Jika faktor produksi tersebut di manfaatkan dengan baik maka

pendapatan masyarakat juga akan meningkat.

Menurut BKKBN, ukuran yang dijadikan untuk kesejahteraan

perkembangan masyarakat di desa untuk kesejahteraan dalam keluarga atau

taraf hidup masyarakat, terdiri atas lima tingkat kesejahteraan ialah:

1) Keluarga Prasejahtera, adalah keluarga dimana belum mampu

mencukupi kebutuhan dasar untuk dasar hidupnya, contohnya

kebutuhan sandangpangan maupun kesehatan.

2) Keluarga Sejahtera 1, adalah keluarga dimana sudah mampu untuk

mencukupi kebutuhan kebutuhan dasar minimumnya, tetapi belum


45
Q.S Ta-Ha ayat/117-119
34

mampu untuk mencukupi kebutuhan dasar maximum, misalnya

hubungan dengan keluarga, pendidikan, interaksi terhadap daerah

tempat tinggal, dan transportasi.

3) Keluarga Sejahtera 2, adalah keluarga dimana sudah mampu untuk

mencukupi kebutuhan dasar minimalnya, maupun kepentingan

psikologinya, akan tetapi tidak mampu untuk mencukupi

kepentingan perkembangannya misalnya menabung, transportasi,

mendapatkan informasi dan lain-lain.

4) Keluarga Sejahtera 3, adalah keluarga dimana mampu mencukupi

semua kebutuhan dasar minimalnya, psikologis, dan kebutuhan

perkembanganya, akan tetapi belum mampu untuk memberikan

partisipasi yang maksimal kepada masyarakatnya seperti bentuk

donasi secara material, keuangan, aktif berpartisipasi ke kegiatan

sosial kemasyarakatan, dan sebagainya.

5) Keluarga Sejahtera 3-Plus, adalah keluarga di mana sudah mampu

untuk mencukupi semua kebutuhannya, mulai dari kebutuhan

psikologis, sosial serta mampu menyalurkan donasi yang jelas fan

berkepanjangan untuk masyarakat dan pembangunan.46

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga:

1) Pekerjaan Utama Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh

lapangan pekerjaan utama. Hal ini menunjukkan ketika seorang


46
Heri Risal Bungkaes, dkk, “Hubungan Efektifitas Pengelolaan Program Raskin dengan
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan Kecamatan Gameh Kabupaten
Kepulauan Taulad,” 2015, hlm. 6-9.
35

bekerja pada sector formal maka kesejahteraan keluarganya akan

lebih besar dibandingkan dengan sector informal. Semakin besar

tingkat pendapatan maka akan berpengaruh kepada kesejahteraan.

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang

dalam upaya memenuhi kebutuhan. Lapangan pekerjaan utama

seorang adalah bidang kegiatan pertama pekerjaan tersebut, bidang

pekerjaan utama memiliki dua sektor berupa sektor formal dan

informal. Kepala keluarga yang bekerja sektor formal akan lebih

memiliki keluarga yang sejahtera dibandingkan kepala keluarga

yang bekerja di sektor pertanian. Karena pendapatan kepala

keluarga yang bekerja di sektor pertanian lebih besar didapatkan

dari kegiatan diluar usaha tani.

2) Pendidikan Hal ini menunjukkan ketika seorang memiliki

pendidikan diatas SLTA sederajat, maka kesejahteraan keluarganya

akan lebih besar dibandingkan dengan dibawah SLTA sederajat.

Pendidikan merupakan suatu investasi dalam jangka panjang yang

sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dengan mendapatkan pendidikan yang baik, maka seseorang

berpeluang dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dengan

pendidikan kepala keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan

keluarganya. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakang

ekonomi dan mengurangi kemiskinan.


36

3) Kesehatan Kesehatan merupakan kompenen utama dalam

peningkatan kesejahteraan, tolak ukur kesehatan berhubungan

dengan status kesehatan baik perorangan maupun masyarakat.

Kesehatan mempunyai peran penting dalam peningkatan kesehatan,

karena kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan

produktivitas. Kesehatan yang baik akan memperlancar kegiatan

dalam memperoleh pendidikan dan dalam bekerja, sehingga

manusia dengan pendidikan dan kesehatan yang baik akan

memiliki produktivitas yang tinggi sehingga meningkatkan

produktivitas.47

c. Kategori Kesejahteraan

Ada beberapa kesejahteraan yaitu:

1) Menunjukkan keadaan yang baik, kondisi manusia dimana

orangorangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai.

2) Kesejahteraan dihubungkan denga keuntungan benda.

3) Kesejahteraan menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

4) Kesejahteraan juga menunjuk tercukupinya kebutuhan sehari-hari

yang dibutuhkan oleh masyarakat.48

d. Fungsi Kesejahteraan Masyarakat

Fungsi-fungsi kesejahteraan masyarakat bertujuan untuk

menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan


47
Aulia Riski Akbar, Akhirmen, dan Mike Triani, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Keluarga,” hlm. 536
48
Muctar Surullah, “Pengaruh Budaya Organisasi Keluarga Sejahtera,” 2015, hlm. 26.
37

terjadinya perubahan-perubahan sosial-ekonomi, menghindari terjadinya

konsekuensi-konsekuensi sosial yang mampu mendorong peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial masyarakat

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Pencegahan (preventive) Kesejahteraan sosial masyarakat

ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat

agar terhindar dari masalahmasalah sosial baru. Dalam

masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-

kegiatan untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam

hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial baru.

2) Fungsi Penyembuhan (curative) Kesejahteraan sosial ditujukan

untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidak mampuan fisik,

emosional dan sosial agar orang yang mengalami masalah

tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.

3) Fungsi Pengembangan (development) Kesejahteraan sosial

masyarakat berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung

ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau

pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam

masyarakat.

4) Fungsi Penunjang (supportive) Fungsi ini mencakup kegiatan-

kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang

pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.49


49
Raveno Hikmah Indah Nur Rohman, “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Berbasis
Kearifan Lokal di Pasar Kuna Lereng Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas,”
2019, hlm. 38.
38

4. Kelapa Sawit

a. Budidaya Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman multiguna. Tanaman ini mulai

banyak menggantikan posisi penanaman komoditas perkebunan lain, yaitu

tanaman karet. Tanaman sawit kini tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Tanaman ini berakar serabut

yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanaman. Batangnya

tidak mempunyai cambium dan umunya tidak bercabang. Batang kelapa

sawit berbentuk silinder dengan diameter 2075 cm. pada tanaman muda,

batang tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Daun kelapa sawit

mirip daun kelapa, yaitu membentuk susunan dan majemuk, bersirip genap,

dan bertulang daun sejajar. Daundaun ini membentuk pelepah yang panjang.

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya

bunga jantan dan betina dalam satu tanaman serta masing-masing terangkai

dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang

bergantian dengan bunga betina sehingga pembangunan secara bersamaan

jarang terjadi. Buah (fructus) pada kelapa sawit di hasilkan setelah tanaman

berumur 3,5 tahun dan di perlukan waktu 5-6 bulan dari penyerbukan

hingga buah matang dan siap di panen. Luasnya daerah-daerah Indonesia

yang berpotensi untuk diusahakan menjadi areal perkebunan mendukung

pertumbuhan bisnis tanaman kelapa sawit di Indonesia. Selain itu, faktor

lain yang mendukung pertumbuhan bisnis tanaman kelapa sawit di


39

Indonesia. Dilihat dari pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit Indonesia

dibagi menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara,

dan Perkebunan Besar Swasta. Perkebunan rakyat adalah perkebunan kelapa

sawit yang di kelola oleh rakyat memiliki luas lahan yang terbatas, yaitu 1-

10 ha. Dengan luas lahan tersebut, tentunya menghasilkan produksi TBS

yang terbatas pula sehingga penjualannya sulit dilakukan apabila ingi

menjualnya langsung ke prosesor/pengolah.50

b. Manfaat Usaha Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan komoditas ekspor

yang relative menonjol dari subsector perkebunan. Bagian tanaman kelapa

sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun pada tandan buah,

yang disebut TBS (Tanda Buah Segar). Buah kelapa sawit (Brondolan)

melalui industri pengelolaan kelapa sawit mengahasilkan dua jenis minyak.

Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis

minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil

(CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak

berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil

(PKO), sebagai hasil sampingnya adalah bungki inti kelapa sawit yang telah

mengalami proses ekstraksi dari pengeringan. Minyak kelapa sawit

mempunyai keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti

minyak kelapa, kedelai, atau minyak biji bunga matahari. Keunggulan

kelapa sawit antara lain produksi perhektar tinggi, umur ekonomis panjang,

50
Ir. Sunarko, M.Si, Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan (Jakarta: PT. Eresco Bandung,), hlm. 25.
40

risiko kecil, persediaan cukup, dan penggunaanya beraneka ragam.

Penggunaan minyak kelapa sawit dewasa ini cukup luas sebagai bahan

industri (minyak goreng, mentega, farmasi, kosmetik dan pakaian ternak).

Mimyak kelapa sawit juga dapat digunakan bahan pembuatan biodiesel dan

peluang pemasarannya senantiasa terbuka luas, baik untuk pasar di dalam

maupun di luar Negeri.51

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif

deskriptif yaitu, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata,

gambar-gambar dan kebanyakan bukan angka-angka, kalaupun ada angka

sifatnya hanya menunjang. Data yang dimaksud meliputi transkip

wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumen pribadi maupun

catatan lainnya.52

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian lapangan (field research) dimana peneliti terjun langsung

kelapangan untuk mendapatkan informasi, dalam hal ini melaksanakan

wawancara, observasi dan dokumentasi53

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian


51
Ir. Sunarko, M.Si, hlm. 27.
52
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 50
53
Sudarwan Danim, menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 61
41

bertujuan untuk memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada

peneliti dalam melakukan penelitiannya Desain penelitian yang digunakan

oleh peneliti yaitu desai penelitian studi kasus dalam arti dipahami secara

mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.54

3. Partisipan Dan Tempat Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka partisipan dalam penelitian ini

adalah masyarakat Desa Sungai Sayang, dan lokasi penelitian ini akan

dilaksanakan di Desa Sungai Sayang Kecamatan Sadu.

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data ialah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui

dengan berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. Dengan

informasi tersebut, kita dapat mengambil suatu keputusan.55

1) Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil dari

pengisisan kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. 56 Data primer ini

54
https://eurekapendidikan.com/desain-penelitian-kualitatif
55
Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 15.
56
Umar, hlm. 42.
42

adalah data yang diperoleh dari tengkulak dan petani kelapa sawit yang

dijadikan responden dan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan

atau pengolahan data bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap

dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi, atau peraturan

(literatur laporan, tulisan dan lain-lain) yang memiliki relevansi dengan fokus

masalah penelitian.57 Data Sekunder adalah data primer yang telah diolah

lebih dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain.

5. Prosedur Pemgumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara observasi,

wawancara dan dokumentasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang spesifikasi dibandingkan dengan teknik lain. Metode ini

penulis gunakan sebagai penunjang untuk membuktikan kebenaran data yang

diperoleh dari interview mengenai harga kelapa sawit terhadap kesejahteraan

petani di Desa Sungai Sayang . Adapun observasi yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah observasi non partisipan dimana penelitian berperan

sebagai pengamat tidak terlibat dalam kegiatan yang sedang di observasi.

Observasi dilakukan dengan mencatat fenomena atau kejadian yang terkait

dengan pengaruh harga sawit terhadapat kesejahteraan petani. Wawancara

dilakukan dengan mewawancarai langsung petani sebagai responden dengan

menggunakan alat bantu pertanyaan (kuisioner), dokumentasi dilakukan

57
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitaf dan Kualitatif (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2008), hlm. 77.
43

dengan mengumpulkan data data yang berkaitan dengan penelitian baik dari

instansi terkait maupun internet.

6. Prosedur Analisi Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti

memasuki lapangan, selama dilapangan sampai selesai di lapangan. Dan

semua data terkumpul peneliti menganalisis data kedalam kata-kata

dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan Judul Penelitian .

Peneliti juga mengkonstruksi teks berita, fakta atau informasi tersebut

kemudian diseleksi dan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan

yang penuh makna. Analisis data merupakan langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian. Data yang telah diperoleh akan dianalisis pada

tahap ini sehingga dapat ditarik kesimpulan kemudian bisa juga

memasukkan data tersebut kedalam tabel beserta analisisnya. Menurut

Miles and Huberman didalam buku Sugiyono mengemukakan bahwa

“aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh”. Aktifitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan

mengambil kesimpulan.58

I. Outline/ Sistematika Penelitian

1. Latar Belakang;

2. Fokus Penelitian

3. Rumusan Masalah;

58
Masyhuri, dan Zainuddin., Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm.157
44

4. Tujuan Penelitian;

5. Signifikansi/Manfaat Penelitian;

6. Tinjauan Pustaka;

7. Landasan Teori;

8. Metode Penelitian;

9. Outline/ Sistematika penulisan sesuai metode penelitian;

10. Daftar Pustaka Sementara.

J. Daftar Pustaka Sementara

Albert dan Hahnel, Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani

Kecil (Jakarta: PT. Eresco Bandung, 1997),

Astria Hijriani, Kurnia Muludi, dan Erlina Ain Andini, “Implementasi Metode

Regresi Linier Sederhana pada Penyajian Hasil Prediksi Pemakaian Air

Bersih PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung dengan Sistem Informasi

Geografis” Vol. 11, No. 2 (September 2016):

Basu Swastha dan Irwan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty,

2005),

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Gramedia, 2008),

Eva Nurul Huda dan Arif Widodo, “Determinan dan Stabilitas Ekspor Crude

Palm Oil Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam” Vol.20, No. 1

(April 2017)

Fandy Tdjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1997),


45

Heri Risal Bungkaes, dkk, “Hubungan Efektifitas Pengelolaan Program Raskin

dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan

Kecamatan Gameh Kabupaten Kepulauan Taulad,” 2015,

Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2005),

Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Isnani

Press, 2005),

Indra Kurniawan, “Manajemen Modal Usaha dan Pendapatan Petani Kelapa Sawit

di Kecamatan Bukit Kapur Kota Dumai Dalam Perspektif Ekonomi

Islam,” 2020,

Ir. Sunarko, M.Si, Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem

Kemitraan (Jakarta: PT. Eresco Bandung,),

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitaf dan Kualitatif

(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008),

M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003),

Moehar Daniel, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

Muhammad, Metodologi penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers,

2008),

Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Philip Kotler, Dasar-Dasar Pemasaran (Jakarta: Perlahindo, 2008),

Prof. DR. H. Buchari Alam, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa

(Bandung: CV. ALFABETA, 2005),


46

r. Adiwarma A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007),

R. Soediro Mangundjojo, Sosial Ekonomi Masyarakat (Jakarta: Direktorat

Jendral, 2001),

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta:

Salemba Empat, 2006),

Ratna Sukmayani, Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: Galaxy Puspa Mega, 2008),

Raveno Hikmah Indah Nur Rohman, “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Berbasis Kearifan Lokal di Pasar Kuna Lereng Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas,” 2019,

Rizki Gemala Busyra, “Dampak Revitalisasi Perkebunan Pada Komoditas Kelapa

Sawit Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi” 14 No. 1 (Tahun 2014).

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: Plaza Grafindo

Persada, 2003),

Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2004),

Siagian dan Dergibson & Sugiarto, Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000),

Soediyono, Ekonomi Makro Pengantar Analisa Pendapatan Nasional, Revisi

(Yogyakarta: Liberty, 1998),

Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan P&D (Bandung:

Alfabeta, 2013),

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),


47

Sukirno, Manajemen Agribisnis (Jakarta: PT. Eresco Bandung, 2013),

Sutrisno Badri, Metode Statistika Untuk Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta:

Ombak, 2012),

Titin Agustin Nengsih, Pemograman R Dasar (Forum Pemuda Aswaja, 2020).

Tona Aurora, dkk, “Pengembangan Model Kemitraan Pada Industri Pengelolaan

Kelapa Sawit dalam Perspektif Klaster Industri untuk Mendorong

Pembangunan Wilayah Provinsi Jambi, Laporan Penelitian Prioritas

Nasional Materplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI)", Universitas Jambi, 2012,

Tungkot Sipayung, Ekonomi Agribisnis Minyak SAwit (Bogor: PT. IPB Press,

2012),

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Veithzal Rivai Zainal dan Nurul Huda, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Bumi

Aksara, 2018),

Winardi, Motivasi Dalam Pemotivasian Manajemen (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002),

Yolanda Hasibuan, “Pengaruh Harga Sawit dan Produktivitas Terhadap

Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit di Desa Siamporik Kecamatan Kualuh

Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara,”

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Isnani Press,

1999), Malikah Zumrotul, Konsep Harga Dalam Perspektif Islam

(Semarang: Citra Ilmu, 2012),


48

Anda mungkin juga menyukai