Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS POLA KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI KELAPA

SAWIT TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA MOPU


KECAMATAN BUKAL KABUPATEN BUOL
( STUDI KASUS PT. PALMA LESTARI JAYA )

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati memegang peranan penting bagi
perekonomian negara. Salah satu sumber bahan baku minyak nabati yang memiliki peran
dalam peningkatan ekonomi negara adalah kelapa sawit. Penanaman kelapa sawit umumnya
dilakukan di negara dengan beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Perkembangan
industri kelapa sawit di negara beriklim tropis telah didorong oleh potensi produktivitas yang
sangat tinggi. Pasalnya, kelapa sawit memberikan hasil tertinggi minyak per satuan luas
dibandingkan dengan tanaman lainnya. Selain itu, hasil panen kelapa sawit ternyata
menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak sawit kernel (inti)
(Siregar, Santosa & Suswatiningsih, 2016).
Tanaman kelapa sawit di Indonesia memiliki arti penting dalam pembangunan perkebunan
nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan
masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu
produsen utama minyak kelapa sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi pertama.
Kegiatan perkebunan kelapa sawit telah memberikan pengaruh eksternal yang bersifat positif
atau bermanfaat bagi wilayah sekitarnya. Manfaat kegiatan perkebunan terhadap aspek sosial
ekonomi antara lain adalah: 1) peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar; 2) memperluas
lapangan kerja dan kesempatan berusaha; dan 3) memberikan kontribusi terhadap
pembangunan daerah (Syahza, 2011).
Perkebunan kelapa sawit merupakan sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber
devisa negara, penyedia lapangan kerja, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya
industry hilir berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia. Saat ini pengelolaan sawit di
Indonesia belum memperhatikan produktivitas dan efisiensi, namun masih menitik beratkan
pada volume, belum pada efisiensi dan produktivitas. Harga sawit Indonesia dinyatakan
semakin membaik dan mahal. Bahkan harga sawit mengalami peningkatan ratarata sebesar
22,7 persen per tahun. Harga sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar (TBS) membaik diikuti
peningkatan harga Crude Palm Oil (CPO) serta pemanfaatan minyak sawit. Kementan juga
mencatat bahwa tahun 2017-2022 luas perkebunan kelapa sawit mengalami tren yang
meningkat. Di mana meningkat sejak tahun 2017, berawal dari 14 juta ha, kini mencapai
16,38 juta ha dengan luas lahan sawit rakyat sebesar 6,94 juta ha (Kementan, 2022).
Peningkatan ekspansi dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari keberadaan
perusahaan perkebunan nasional maupun swasta dan petani kelapa sawit. Namun, upaya
untuk mengembangkan dan meningkatkan perkebunan secara mandiri mengalami kesulitan.
Terjadinya ketimpangan antara hasil perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan dengan
perkebunan yang digarap oleh rakyat. Beberapa faktor penyebab, antara lain jangkauan
pemasaran yang sempit, modal yang kurang memadai, dan keterbatasan akses inovasi
teknologi perkebunan yang dimiliki oleh masyarakat yang menyebabkan hasil produksi
perkebunan yang tidak maksimal.
Mengatasi kendala-kendala tersebut, untuk dapat menyalurkan pengelolaan yang baik dalam
upaya meningkatkan hasil perkebunan, pemerintah kemudian bekerjasama perusahaan-
perusahaan perkebunan besar, baik nasional maupun swasta untuk membantu dan
membimbing perkebunan rakyat disekitarnya dalam suatu sistem kerjasama, yang saling
menguntungkan dan berkesinambungan melalui hubungan kemitraan.
Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung,
atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang
melibatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan usaha besar. Menurut
Nonoatmodjo (2003), dengan adanya kemitraan diharapkan bersimbiosis mutualisme agar
kekurangan dan keterbatasan yang dialami oleh petani sawit dapat teratasi.
Kemitraan memiliki makna sebagai tanggung jawab moral bagi pengusaha menengah atau
besar untuk membantu dan membimbing pengusaha kecil mitranya supaya dapat
mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang dapat menarik keuntungan
dan kesejahteraan Bersama.
Sistem kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit diarahkan untuk dapat mengembangkan
perkebunan kelapa sawit berorientasi pasar, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
keluarga petani, serta mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan kerja.
Pendapatan usaha tani ditentukan oleh efesiensi petani dalam mengalokasikan sumberdaya
yang dimilikinya ke dalam berbagai alternatif aktivitas produksinya. Jika petani
menggunakan sumberdaya secara tidak efesiensi, maka untuk meningkatkan pendapatan
usahatani akan sulit karena adanya potensi yang belum tereksploitasi. Jika petani
mengalokasikan sumberdayanya secara efesien, maka tamabahan pendapatan atau kontribusi
sektor pertanian hanya dapat diperoleh melalui usaha pengembangan orientasi pertumbuhan
dari sektor bersangkutan. Pendapatan usaha tani yang diterima berbeda untuk setiap orang,
perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.
PT. Palma Lestari Jaya (PLJ) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan Tandan
Buah Segar (TBS) Sawit yang telah mulai dibangun sejak 20 November 2021 bertempat di
desa momunu kecamatan momunu kabupaten buol. Perusahaan ini tidak membangun
perkebunan di wilayah kerjanya, melainkan membeli TBS dari masyarakat petani sawit
mandiri dengan harga yang telah di tetapkan bersama.
Kemitraan ini mengacu pada terwujudnya hubungan hubungan saling membutuhkan, dan
juga saling menguntungkan, artinya PT. Palma Lestari Jaya memperoleh kesejahteraan
melalui peningkatan keuntungan atau pendapatan disamping adanya kesinambungan usaha
dalam penerapannya.
Berdasarkan penerapan yang dilakukan Sunarko (2009) mengatakan, keberhasilan pola
kemitraan bukan hanya tergantung pada peningkatan intensitas hubungan inti dan plasma
yang berdasarkan kepercayaan satu dengan yang lainnya yang nyata dan terukur. Akan tetapi
kemitraan juga harus menjamin pendapatan untuk petani plasma yang dilakukan oleh kedua
pihak mitra. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perkembangan
mekanisme pola kemitraan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani
kelapa sawit.

1.2 Rumusan Masalah


 Menganalisis bagaimana pola kemitraan antara petani kelapa sawit dan PT Palma Lestari
Jaya.
 Bagaimanakah dampak usaha tani kelapa sawit terhadap pendapatan petani dan
kesejahteraan masyarakat desa
 Bagaimana manfaat adanya kemitraan perusahaan dengan petani sawit.
 Apakah hasil dari usaha tani kelapa sawit dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan
masyarakat sekitar.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
 Mengetahui pola kemitraan antara petani dengan PT. Palma Lestari Jaya
 Menganalisis dampak usaha tani kelapa sawit terhadap pendapatan petani dan
kesejahteraan masyarakat desa
 Mencari solusi atau rekomendasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
melalui optimalisasi pola kemitraan dan pendapatan petani kelapa sawit

1.4 Manfaat Penelitian


 Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara pola
kemitraan dan pendapatan petani kelapa sawit dengan kesejahteraan
masyarakat desa
 Sebagai bahan informasi bagi pihak perusahaan kelapa sawit dan masyarakat
dengan adanya pola kemitraan dan pendapatan petani untuk kesejahteraan
masyarakat.
 Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian khususnya tentang analisis pola kemitraan dan
pendapatan petani kelapa sawit terhadap kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai