Anda di halaman 1dari 29

TINGKAT KEPUASAN DAN STRATEGI KEBERLANJUTAN

PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP POLA


KEMITRAAN DENGAN PT. BUMITAMA GUNAJAYA AGRO
(Studi Kasus DI Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat)

MAKALAH SEMINAR

DISUSUN OLEH
PRAYUDHI FAJRIN TRIEANTO
17/ 19192/EP

Dosen Pembimbing :
Dr. Ismiasih, S.TP., M.Sc.

Dosen Penguji :
Dr. Ir. Danang Manumono, M.P.

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT STIPER YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mensejahterakan masyarakat agar tidak terjadi ketimpangan dengan
menciptakan sistem ekonomi mandiri bagi masyarakat yang bergantung
hidup di bidang perkebunan serta menciptakan hubungan yang baik antara
masyarakat dengan pihak perusahaan, salah satu upaya pemerintah yaitu
dengan membangun perkebunan rakyat yang tercantum dalam peraturan
pemerintah republik Indonesia No. 44 tahun 1997 tentang kemitraan.
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha
Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 1997).
PT. Bumitama Gunajaya Agro (BGA Group) merupakan perusahaan
perkebunan yang bergerak sektor kelapa sawit. Secara umum BGA Group
memfokuskan usahanya di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan
Riau. Salah satu cabang perusahaan BGA Group yang terletak di
Kalimantan Barat, tepatnya di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten
Ketapang, melaksanakan system kemitraan dengan penduduk lokal yang
terdiri dari 5 desa, yaitu desa Kayong Hulu, Betenung, Tajok Kayong, serta
Kayong Tuhe. System kemitraan tersebut sudah berlangsung sejak tahun
2016 dengan menganut system pola inti plasma. Pola kemitraan inti plasma
merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, usaha. Perusahaan
menyediakan lahan, saran produksi, bimbingan teknis, manajemen,
menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara
kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai
dengan persyaratan yang telah disepakati (Sumardjo, 2010).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kepuasan petani plasma terhadap pola kemitraan
dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro di Kecamatan Nanga Tayap?
2. Bagaimana strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit PT.
Bumitama Gunajaya Agro di Kecamatan Nanga Tayap?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat kepuasan petani plasma terhadap pola kemitraan
dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro di Kecamatan Nanga Tayap.
2. Mengetahui strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit PT.
Bumitama Gunajaya Agro di Kecamatan Nanga Tayap.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Kemitraan
Kemitraan merupakan usaha kecil menengah dengan usaha besar
yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar
dengan menggunakan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 1997).
2. Petani Plasma
Petani plasma merupakan para petani yang mengikuti program
transmigrasi pemerintah yang dilaksanakan pada tahun 1987 atau
perkebunan inti rakyat yang dikenal sebagai PIR-trans. Petani plasma
kemudian melakukan kemitraan dengan perusahaan setempat yang
menyediakan bantuan berupa pekerja dan bantuan teknis lainnya.
Berdasarkan skema kerjasama ini, petani plasma menjual hasil
produksinya kepada perusahaan dengan harga yang telah ditentukan oleh
pemerintah (Anonim, 2018).
3. Teori kepuasan
Kotler (2000) menjelaskan bahwa kepuasan merupakan perasaan
senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan
kinerja yang dipresepsikan hasil terhadap ekspektasi mereka. Kepuasan
merupakan fungsi dari presepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Kinerja
gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Kinerja sesuai
dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Kinerja melebihi ekspektasi,
pelanggan akan sangat puas. Perusahaan yang berpusat pada pelanggan,
berusaha menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi, namun bukan
merupakan tujuan akhir. Perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan
dengan menurunkan harga/meningkatkan pelayanan, maka laba akan
menurun. Perusahaan perlu menjaga kesetiaan dan komitmen pelanggan.

4. Strategi

3
Menurut Chandler (1962) strategi merupakan tujuan jangka panjang
perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang
penting untuk mencapai suatu tujuan. Konsep-konsep strategi sangat
menentukan suksesnya tujuan suatu strategi, konsep-konsep tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Distinctive competence, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik
dibandingkan perusahaan lain.
b. Competitive advantage, yaitu suatu kegiatan spesifik yang
dikembangkan oleh suatu perusahaan agar memiliki keunggulan
dibandingkan dengan perusahaan lain.
5. Penelitian Terdahulu
Amalia, Agustira, Wahyono (2015) meneliti tentang “Analisis
Tingkat Kemitraan Antara PT. Sawindo Kencana Makmur Dengan
Perkebunan Rakyat Melalui Pola Pola Kebun Kelapa Sawit Rakyat
(KKSR) dan Plasma Mandiri”, penelitian tersebut memiliki hasil yaitu
terdapat bebearapa atribut pelaksanaan kemitraan KKSR dan plasma
mandiri memiliki tingkat kepentingan yang tinggi namun memiliki
tingkat kinerja yang rendah.
Irawan, Komara (2017) meneliti tentang “Pengukuran Tingkat
Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pemerintahan Kecamatan
Ketapang Kabupaten Bandung”, pendekatan penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan
menggunakan wawancara dan penyebaran kuisioner, Pembahasan dan
data menggunakan diagram kartesius. Hasil dari penelitian ini yaitu
tingakat kepentingan secara keseluruhan menunjukan bahwa kinerja
layanan masih dibawah standar pelayanan dasar kepada penduduk.
Sudarman (2011) meneliti tentang “Tindak Lanjut Pengelolaan
Kawasan Pesisir Utara Dalam Peningkatan Ekonomi Wilayah Kabupaten
Karawang”, penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan kegiatan-
kegiatan masyarakat pesisir khususnya yang bekerja sebagai nelayan

4
tradisional supaya dapat bekerja dibidang lain yang dikembangkan pada
daerah-daerah pesisir. Perumusan dan analisis data pada penelitian ini
yaitu menggunakan pendataan secara random, selanjutnya melakukan
pendataan kegiatan, memproses data dan informasi, kemudian menentuka
kegiatan yang akan dilakukan masyarakat di kawasan pesisir utara.
Kesimpulan yang didapat pada penelitian kali ini yaitu issue strategi yang
menghambat perkembangan di pesisir pantai utara yaitu kemiskinan yang
structural, ruskanya ekosistem laut, tingkat pendidikan yang rendah,
erosi, konflik, dan kurangnya penegakan hokum. Selanjutnya dalam
menentukan pilihan pengelolaan, setiap pengelola perlu melakukan
beberapa pertimbangan yaitu faktor ekonomi, lingkungan, dan social
budaya guna meningkatkan pertumbuhan wilayah, mempercepat
pemerataan, serta menciptakan tata ruang berwawasan lingkungan.
B. Landasan Teori
1. Ekonomi pertanian
Menurut Mubyarto (1995) ekonomi pertanian sebagai bagian dari
ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomenadan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro
maupun makro.
2. Fungsi produksi
Menurut Suherman (2000) produksi merupakan proses perubahan
input (sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, dan
kewirausahaan) menjadi output ( barang,dan jasa), sehingga nilai barang
tersebut menjadi bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi sangat penting agar proses
produksi menjadi efisien serta hasil produksi yang didapat optimal.

3. Agribisnis
Menurut John H. Davis dalam Sipayung (2012) Agribisnis adalah
suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

5
rantai produksi, pengelolaan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada
hubungannya dengan pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan
usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang
ditunjang oleh kegiatan pertanian.
4. Kelapa sawit
Anonim (2020) Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak
nabati yang dapat digunakan untuk kebutuhan pangan dan industri
lainnya seperti bahan bakar dan kosmetik. Terdapat dua jenis kelapa
sawit, yang pertama kelapa sawit yang berasal dari afrika (elaeis
guineensis), dan kelapa sawit yang berasal dari benua amerika (elaeis
oleifera).
5. Manfaat perkebunan kelapa sawit
Menurut pardamean (2011) manfaat yang diperoleh dari usaha
perkebunan kelapa sawit, adalah :
a. Meningkatkan produktivitas sumber daya alam dan manusia melalui
usaha agribisnis perkebunan.
b. Meningkatkan ekspor non migas melalui sub subsector perkebunan.
c. Memperluas kesempatan kerja serta peluang berusaha bagi
masyarakat disekitar lokasi kebun.
d. Meningkatkan perekonomian masyarakat/petani yang ikut serta dalam
kegiatan kebun.
e. Pendayagunaan sumber daya alam secara efisien, produktif, dan
berwawasan lingkungan.
f. Menambah peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor
perkebunan.
g. Melakukan pemerataan pembangunan.
h. Melakukan alih teknologi, manajemen, dan pengetahuan agribisnis
dan agroindustri kepada usaha perkebunan rakyat disekitar lokasi
proyek.
6. Kemitraan

6
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan
Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan (PPRI, 1997).
7. Tipe kemitraan agribisnis
Menurut Sumardjo (2004) ada 2 tipe kemitraan yang berkembang
di Indonesia yaitu tipe dispersal dan tipe sinergis.
a. Tipe dispersal
Kemitraan tipe dispersal diartikan sebagai pola hubungan antar
pelaku usaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang
kuat.
b. Pola kemitraan tipe sinergis
Sebagaimana diketahui bahwa kemitraan yang dikehendaki
adalah kerjasama yang sinergis antara 2 pihak atau lebih untuk
melaksanakan suatu kegiatan dengan prinsip saling membutuhkan,
saling bergantungan, saling percaya, saling menguntungkan, saling
mendukung, saling membangun, dan saling melindungi. Jadi tipe
sinergis dicirikan oleh adanya kesadaran saling membutuhkan dan
saling mendukung antara pihak-pihak yang saling bermitra.
8. Unsur-unsur kemitraan
Menurut direktorat pengembangan usaha dan investasi kemitraan
pertanian (2011) unsur-unsur kemitraan yang harus dimiliki dalam
menjalin hubungan kerjasama kemitraan adalah:
a. Input, yaitu sumberdaya alam yang digerakkan oleh sumberdaya
manusia.
b. Output, berupa produk dan pelayanan/jasa.
c. Teknologi meliputi metode dan proses yang dapat merubah input
menjadi output.
d. Lingkungan, yaitu keadaan disekitar kelompok mitra dan perusahaan
mitra.

7
e. Keinginan, yaitu strategi, tujuan, rencana dari pihak yang bermitra.
f. Perilaku, yaitu hubungan antar kelompok atau organisasi.
g. Budaya, berupa norma, kepercayaan dan nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok mitra dan perusahaan mitra.
h. Struktur, yaitu hubungan antar individu, kelompok, dan unit yang
lebih besar.
9. Faktor kegagalan kemitraan
Menurut direktorat pengembangan usaha dan investasi kemitraan
pertanian (2011). Faktor kegagalan kemitraan meliputi :
a. Adanaya kesenjangan komunikasi dan kurangnya keterbukaan antara
kelompok mitra dengan perusahaan mitra, seperti masalah harga,
informasi pasar, dan lain-lain.
b. Salah satu pihak tidak dapat memenuhi pasal-pasal perjanjian dan atau
persyaratan yang telah disepakati.
c. Salah satu pihak terpengaruh oleh tawaran peluang dari pihak lain
untuk mengingkari perjanjian dan persyaratan yang telah disepakati.
d. Salah satu pihak tidak mematuhi peraturan/kebijakan pemerintah.
e. Lingkungan usaha yang kurang kondusif, seperti ketentuan yang
kontraproduktif/menyebabkan inefisiensi(misalnya pungutan yang
tidak rasional), gangguan keamanan dan lain-lain.
10. Teori kepuasan
Menurut Supranto (2001) pengertian mendasar kepuasan atau
ketidak puasan pelanggan merupakan perbedaan antara harapan dan
kinerja yang dirasakan.
Menurut Rangkuti (2002) salah satu factor yang menentukan
kepuasan pelanggan presepsi pelanggan mengenai mutu jasa yang
berfokus pada 5 dimensi jasa yaitu :
a. Ketanggapan, yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan
ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik
b. Kepercayaan, yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan yang
sesuai dengan yang dijanjikan, akurat, dan memuaskan

8
c. Empati, yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara
individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta
kemudahan untuk dihubungi.
d. Jaminan, yaitu pengetahuan, kesopanan petugas, sertasifatnya yang
dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko.
e. Bukti langsung, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan saran
komunikasi.
11. Strategi
Menurut Chandler (1962) strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Sedangkan menurut Hameld dan Prahalad (1995) strategi merupakan
tindakan yang senantiasa meningkat dan terus menerus dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan
dimasa yang akan datang. Dengan demikian perencanaan staregi hamper
selalu dimulai dengan “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa
yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.

9
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif,
menurut Sugiono (2012) penelitian deskriptif dilakukan untuk mengethaui
nilai suatu variable mandiri, baik satu variable maupun lebih (independen)
tanpa membuat suatu perbandingan dengan variable lain.
B. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Metode penentuan lokasi yang digunakan peneliti yaitu Pruposive
sampling, menurut Sugitono (2010) Pruposive sampling merupakan suatu
teknik penentuan sample penelitian dengan berbagai pertimbangan tertentu
yang bertujuan supaya data yang diperoleh nantinya dapat lebih
representative. Beberapa pertimbangan yang dilakukan peneliti didalam
penentuan lokasi yaitu adanya kegiatan kemitraan yang sesuai dengan
tujuan penelitian, kebudayaan masyarakat, dan aspek lingkungan. Penelitian
ini dilakukan dari tanggal 15 Mei hingga 22 Juni 2020.
C. Metode Penentuan Sampling
Penentuan sample yang digunakan oleh peneliti adalah Non probability
sampling dengan metode Snowball sampling, Menurut Sugiyono (2010)
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sample yang berawal dari
jumlah kecil, kemudian responden pertama menunjuk responden lainnya
untuk dijadikan sample, hingga seterusnya.
D. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data
1. Teknik angket (kuisioner)
Teknik kuisioner ini merupakan cara memperoleh data secara primer
karena dilakukan dengan cara memberikan seperangkan pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawab.

2. Studi dokumen
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari
dan menganalisis dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

10
3. Teknik wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data secara
primer karena dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung dan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada pihak-pihak yang berkaitan
dengan penelitian.
4. Teknik observasi
Teknik obervasi dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi data
yang telah diperoleh dari teknik angket, studi dokumen, dan wawancara.
5. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk menjadi bukti terhadap
penelitian yang telah dilakukan. Teknik dokumentasi yang dilakukan
yaitu dengan cara mengambil foto kegiatan-kegiatan yang dilakukan
selama proses penelitian.
E. Konseptualisasi dan Pengukuran Variabel
1. Pola kemitraan merupakan kerjasama saling menguntungkan antara pihak
perusahaan dengan kelompok tani, dengan berlandaskan peraturan yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
2. Perusahaan inti merupakan perusahaan yang melakukan kerjasama
dengan kelompok tani plasma yang bertugas menjalankan kegiatan
pembibitan, perawatan, panen, dan pembagian hasil yang sesuai dengan
jumlah yang telah disepakati antara petani plasma dengan pihak
perusahaan.
3. Petani plasma merupakan kelompok tani yang melakukan kerjasama
dengan pihak perusahaan yang bertugas menjalankan kewajiban-
kewajiban yang telah disepakati dengan pihak perusahaan inti.
4. Hak dan kewajiban meruapakan ketentuan yang telah disepakati oleh
pihak petani plasma dan perusahaan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pola kemitraan.
5. KUD (koperasi unit desa) merupakan lembaga koperasi yang berfungsi
sebagai penghubung antara pihak petani dengan perusahaan, terutama
dibidang pembagian hasil panen.

11
6. Tingkat kepuasan petani plasma merupakan suatu ukuran tentang puas
atau tidak puas petani plasma terhadap pola kemitraan yang telah terjalin
dengan perusahaan inti, baik itu yang berhubungan dengan hak maupun
kewajiban.
7. Strategi keberlanjutan petani plasma adalah strategi pihak perusahaan
kedepannya terhadap produktifitas petani plasma dengan pertimbangan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan.
F. Analisis Data dan Pembentukan Model
1. Skala likert
Skala likert digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan petani
plasma terhadap pola kemitraan dengan PT. Bumitama Gunaja Agro di
Kecamatan Nanga Tayap. Skala likert merupakan merupakan metode
skala bipolar yang mengukur suatu tanggapan postif mauapun negative
terhadap sebuah pernyataan yang diajukan oleh peneliti kepada
responden. Responden cukup memilih jawaban yang dianggap sesuai dari
pernyataan yang telah disedikan oleh peneliti, pernyataan yang peneliti
ajukan didalam kuisioner yang akan dijawab oleh responden sebanyak 15
pernyataan dengan total responden sebanyak 30 orang.
2. SWOT (strength, weaknesses, opportunity, & threats)
SWOT digunakan sebagai dasar untuk mengetahui strategi
keberlanjutan petani plasma di PT. Bumitama Gunajaya Agro. SWOT
merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weaknesses (kelemahan),
opportunity (peluang), dan threats (tantangan). Metode SWOT
merupakan sebuah formulasi yang digunakan dalam menentukan
perencanaan dan strategi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan
mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor
internal dalam SWOT yaitu strength (kekuatan), dan weaknesses
(kelemahan). Adapun faktor yang berasal dari luar perusahaan (eksternal)
yaitu opportunity (peluang), dan threats(tantangan).

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

12
A. Karakteristik Petani Responden
1. Tingkat Usia
Usia petani berpengaruh terhadap produktifitas, maka berdasarkan hal
tersebut perlu dideskripsikan rentang usia responden.
Tabel 5.1 Identitas petani berdasarkan usia

Rentang usia(Tahun) Frekuensi Persentase(%)

20-29 1 3,33

30-39 8 26,67

40-49 13 43,33

50-59 1 3,33

60-69 7 23,33

Total 30 100

Sumber: Data primer 2020


Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat disimpulkan petani yang
terbanyak di rentang usia 40-49 berjumlah 13 orang dengan persentase
43,33%. Tingkat usia tersebut masih tergolong kedalam usia produktif,
sehingga kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan inti plasma dapat berjalan dengan baik.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan formal maupun non formal memiliki pengaruh terhadap
pola pikir, sikap, dan prilaku individu. Melalui pendidikin seorang individu
dapat memahami sebuah informasi sehingga dapat mengambil keputusan
terhadap suatu kondisi dengan bijak.

Tabel 5.2 Identitas petani berdasarkan tingkat pendidikan

13
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 13 43,33

SMP 9 30

SMA/SMK 5 16,67

D3/S1 3 10

Total 30 100

Sumber: Data primer 2020


Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan petani yang terbanyak
menempuh tingkat pendidikan terakhir SD dengan persentase 43,33%.
Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepahaman
petani plasma terhadap sistem dan peraturan kegiatan inti plasma, sehingga
semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani maka semakin baik
pemahaman dan pengambilan keputusan seorang petani mengenai kegiatan
inti plasma. Hal tersebut dapat diketahui ketika seorang petani plasma diberi
arahan dan pembinaan mengenai kegiatan inti plasma, maka petani tersebut
dapat dengan mudah menyerap informasi dan memahami tujuan dari
pembinaan tersebut.
3. Luas lahan petani plasma (Ha)
Luas lahan petani plasma di PT. Bumitama Gunajaya Agro merupakan
bagian vital dari kegiatan inti plasma. berdasarkan surat perjanjian
kerjasama antara petani dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro yang
disahkan pada tanggal 16 Maret 2016 yang bertempat di Desa Kayong
Tuhe, pembagian sisa hasil kebun (SHK) kepada anggota mitra sebesar 70%
dari hasil penjualan bersih, dan 30% disisihkan untuk tabungan oprasional.

Tabel 5.3 Luas lahan responden

14
Luas lahan Frekuensi Persentase(%)

0,1-2 22 73

2,1-5 5 17

>5 3 10

Total 30 100

Sumber: Data primer 2020


Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa petani
yang terbanyak memiliki luas lahan 0,1-2 hektar yang berjumlah 22 orang
dengan persentase 73%. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani
plasma maka semakin besar pula hasil produksi yang dihasilkan, sehingga
pendapatan petani dari hasil produksi kelapa sawit juga semakin besar.
B. Tingkat kepuasan petani plasma
Tingkat kepuasan petani plasma kelapa sawit terhadap pola kemitraan
dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro diukur menggunakan skala likert yang
mempunyai 15 butir pernyataan positif dengan 5 skor kategori disetiap
pernyataan yaitu skor 1 apabila responden merasa sangat tidak puas, skor 2
apabila responden merasa tidak puas, skor 3 apabila responden merasa ragu-
ragu, skor 4 apabila responden merasa puas, dan skor 5 apabila responden
merasa sangat puas. Hasil analisis setiap atribut dinyatakan pada tabel 4.
Tabel 5.4 Tingkat kepuasan petani plasma

Atribut Rata-rata skor Persentase Kategori


(%)

Manfaat kegiatan 3,96 79,33 Baik


kemitraan inti plasma

Transparansi sistem 3,46 69,33 Baik


kemitraan inti plasma

Kemudahan memperoleh 3,43 68,66 Baik

15
informasi

Implementasi hak dan 3,66 73,33 Baik


kewajiban

Lapangan pekerjaan bagi 3,36 67,33 Baik


anggota plasma

Pembangunan tata ruang 3,63 72,66 Baik


kebun plasma

Perawatan kebun plasma 3,76 75,33 Baik

Pembelian hasil panen 3,93 78,66 Baik

Transparansi potongan 3,76 75,33 Baik


cicilan hutang plasma

Penyediaan dana talangan 3,93 78,66 Baik


oleh perusahaan inti

Penerbitan sertifikat hak 3,63 72,66 Baik


milik (SHM)

Musyawarah masalah 3,46 69,33 Baik


dengan mitra

Efektivitas musyawarah 3,4 68 Baik


dengan mitra

Peran koperasi bagi 4,06 81,33 Sangat baik


anggota plasma

Penyampaian aspirasi 3,96 79,33 Baik


anggota plasma melalui
koperasi kepada
perusahaan inti

Rata-rata 3,69 73,95 Baik

16
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan penjelasan diatas, tingkat kepuasan petani plasma terhadap
pola kemitraan dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro yang mendapatakan
skor paling rendah yaitu lapangan pekerjaan bagi petani plasma dengan rata-
rata skor 3,36 dan persentase 67,33%. Kurangnya kepuasan petani plasma
terhadap lapangan pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan kepada petani
plasma dikarenakan pemutusan hubungan kerja sepihak yang bebrapa kali
dilakukan oleh perusahaan yang mengakibatkan beberapa anggota petani
plasma terpaksa berhenti bekerja.
Tingkat kepuasan petani plasma terhadap pola kemitraan dengan
PT.Bumitama Gunajaya Agro yang mendapatkan skor paling tinggi yaitu
peran koperasi bagi anggota petani plasma dengan rata-rata skor 4,06 dan
persentase 81,33%. Tingginya tingkat kepuasan terhadap peran koperasi bagi
anggota petani plasma dikarenakan koperasi dianggap membantu para
anggota petani plasma dalam menyampaikan keluhan terhadap perusahaan
inti terkait kegitan kemitraan, yang disampaikan dalam rapat bulanan yang
rutin diadakan oleh koperasi dan perusahaan inti.
Secara keseluruhan, tingkat kepuasan petani plasma terhadap pola
kemitraan dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro mendapatkan skor rata-rata
sebesar 3,69 dengan persentase 73,95, sehingga tingkat kepuasan petani
plasma terhadap pola kemitraan dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro
dianggap baik.
C. Strategi keberlanjutan petani plasma
Analisis strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit di
PT.Bumitama Gunajaya Agro menggunakan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Oppurtunity, and Threat). Terdapat 2 sisi didalam analisis SWOT
yaitu internal berupa kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness), dan
eksternal berupa peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Hasil analisis
SWOT strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit di PT.Bumitama

17
Gunajaya Agro didapatkan dari data primer dan data sekunder, sehingga
diperoleh komponen sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
Berdasarkan aspek internal yang berhubungan dengan kekuatan,
beberapa faktor berikut secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kekuatan strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit
di PT.Bumitama Gunajaya Agro yaitu:
a. Sistem kemitraan inti plasma kelapa sawit di PT.Bumitama Gunajaya
Agro menjadi sarana guna meningkatkan kualitas SDM dan SDA
masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap
b. Pemberian dana talangan oleh perusahaan inti selama fasilitas kredit
belum diterima oleh kreditur sudah baik.
c. Tingkat kepuasan petani plasma terhadap kegiatan inti sudah baik
d. Pembangunan dan perawatan kebun plasma sudah baik.
e. Hubungan antara perusahaan inti dengan petani plasma yang berjalan
dengan baik
f. Penanganan masalah yang berkaitan dengan kegiatan inti plasma oleh
perusahaan inti sudah baik.
2. Kelemahan (Weakness)
Berdasarkan aspek internal yang berhubungan dengan kelemahan,
beberapa faktor berikut secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kelemahan strategi keberlanjutan petani plasma kelapa
sawit di PT.Bumitama Gunajaya Agro yaitu:
a. Kegiatan operasional kebun plasma dikelola langsung oleh perusahaan
inti, sehingga sebagian petani plasma dianggap tidak produktif dan
hanya menjadi penerima pendapatan pasif.
b. Program pemberdayaan petani plasma oleh perusahaan inti masih
terbilang sangat minim. Selama 5 tahun kegiatan inti plasma berjalan,
hanya ada 1 program yang berkaitan langsung dengan pemberdayaan
dan peningkatan produktivitas petani plasma diluar keanggotaan

18
koperasi, yaitu program budidaya ikan lele yang baru dilaksanakan pada
12 januari 2021.
c. Tidak adanya program pelatihan petani plasma kelapa sawit yang
berkaitan dengan teknik budidaya dan pengelolaan kebun secara
mandiri oleh perusahaan inti.
3. Peluang (Opportunity)
Berdasarkan aspek eksternal yang berhubungan dengan peluang,
beberapa faktor berikut secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi peluang strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit
di PT.Bumitama Gunajaya Agro yaitu:
a. Kerjasama dengan lembaga pemerintahan dalam pemberdayaan petani
plasma merupakan salah satu peluang dalam keberlanjutan petani
plasma kelapa sawit. Salah satu contoh kerjasama dengan lembaga
pemerintahaan yang sudah dilaksanakan yaitu kerjasama dengan dinas
ketahanan pangan dan perikanan terkait program budidaya ikan lele.
b. Peraturan pemerintah daerah terkait pemberdayaan masyarakat disekitar
lingkungan kebun perusahaan. Berdasarkan peraturan daerah
Kabupaten Ketapang nomor 7 tahun 2015 tentang perizinan dan
pembinaan usaha perkebunan serta pola kemitraan pasal 15.1 disbutkan
bahwa kemitraan pengolahan berkelanjutan dilakukan untuk menjamin
ketersediaan bahan baku, terbentuknya harga pasar yang wajar, dan
terwujudnya peningkatan nilai tambah secara berkelanjutan bagi
pekebun.
4. Ancaman (Threat)
Berdasarkan aspek eksternal yang berhubungan dengan ancaman,
beberapa faktor berikut secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi ancaman strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit
di PT.Bumitama Gunajaya Agro yaitu:
a. Pencurian TBS oleh masyarakat luar menjadi salah satu ancaman
terhadap keberlangsungan kegiatan kemitraan di PT.Bumitama
Gunajaya Agro. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak

19
perusahaan, pencurian TBS pernah terjadi pada tahun 2019 yang
mengakibatkan perusahaan harus menempuh jalur hukum guna
menyelesaikan permasalahan tersebut.
b. Fluktuasi harga TBS di Kalimantan barat dapat menjadi ancaman bagi
keberlanjutan petani plasma kelapa sawit di PT.Bumitama Gunajaya
Agro di Kecamatan Nanga Tayap, hal tersebut berpengaruh terhadap
besaran pendapatan petani plasma yang diterima berdasarkan hasil
penjualan TBS ke perusahaan inti. Berikut merupakan perbandingan
harga TBS di Kalimantan Barat tahun 2017-2021
Tabel 5.5 Harga TBS di Kalimantan Barat tahun 2017-2021
Bulan Tahun Harga TBS (per Kg)

Februari 2017 Rp 2.010,72,-

Februari 2018 Rp 1.613,87,-

februari 2019 Rp 1.361,69,-

Februari 2020 Rp 1.692,26,-

Februari 2021 Rp 1.989,59,-

Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat 2021


c. Kebakaran lahan yang marak terjadi di Kalimantan barat
Kebakaran lahan di Kalimantan barat yang cukup masif dapat
menjadi ancaman terhadap strategi keberlanjutan petani plasma kelapa
sawit di PT.Bumitama Gunajaya Agro, hal tersebut dikarenakan para
petani yang lahannya terbakar akan kehilangan sumber penghasilan dari
kebun plasma. Berikut merupakan data luasan lahan yang terbakar di
Kalimantan Barat dari tahun 2015-2020:
Tabel 5.6 Luas kebakaran lahan di Kalimantan Barat
Tahun Luas lahan (Ha)

2015 93.515,80

20
2016 9.174,19

2017 7.467,33

2018 68.422,03

2019 151.919,00

2020 7.646,00

Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2021

D. Matriks SWOT
Dari hasil identifikasi SWOT untuk menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat), maka diperoleh matriks SWOT sebagai
berikut:

Tabel 5.7 Matriks SWOT


Kekuatan (strength) Kelemahan
a. Meningkatkan kualitas SDM (weakness)
dan SDA masyarakat di a. Kegiatan operasional
Kecamatan Nanga Tayap kebun plasma dikelola
b. Pemberian dana talangan oleh langsung oleh
perusahaan inti selama fasilitas perusahaan inti tanpa
kredit belum diterima oleh campur tangan anggota
kreditur sudah baik. petani plasma.
c. Tingkat kepuasan petani b. Program pemberdayaan
plasma terhadap kegiatan inti petani plasma oleh
plasma sudah baik perusahaan inti masih
d. Pembangunan dan perawatan terbilang sangat minim.
kebun plasma sudah baik. c. Tidak adanya program
e. Hubungan antara perusahaan pelatihan petani plasma
inti dengan petani plasma yang kelapa sawit yang
berjalan dengan baik berkaitan dengan teknik

21
f. Penanganan masalah yang budidaya dan
berkaitan dengan kegiatan inti pengelolaan kebun
plasma oleh perusahaan inti secara mandiri oleh
sudah baik. perusahaan inti.

Peluang Strategi S-O Strategi W-O


(opportunity)
Memanfaatkan tingkat Melibatkan petani
a. Kerjasama dengan kepuasan petani plasma yang plasma dalam penge-
lembaga baik terhadap perusahaan inti lolaan kebun plasma.
pemerintahan. untuk melanjutkan dan mengem- (W1,W3,O1)
b. Peraturan pemerintah bangkan kegiatan inti plasma.
daerah terkait (W1,W2,W3,W4,W5,W6,O1,O2)
pemberdayaan
masyarakat disekitar
lingkungan kebun
perusahaan.
Ancaman (threat) Strategi S-T Strategi W-T
a. Pencurian TBS oleh a. Meningkatkan penjagaan a. Perusahaan inti bekerja
masyarakat luar terhadap kebun plasma. sama dengan petani
b. Fluktuasi harga TBS (W1,W2,W3,W4,W5,W6,T1, plasma dalam hal
c. Kebakaran lahan yang T3) pengamanan kebun dan
marak terjadi di b. Rutin mengadakan pertemuan dalam pencegahan
Kalimantan Barat dengan petani plasma prihal kebakaran lahan.
perubahan harga TBS. (W1,W3,T1,T3 )
(O5,O6,T2) b. Memberikan pelatihan
kepada petani plasma
dibidang selain kelapa
sawit, agar pendapatan
petani plasma tidak
tergantung harga TBS. (
W3,T2)
Sumber: Olahan data primer dan data sekunder 2021
Berdasarkan tabel 7 disusun strategi untuk keberlanjutan petani plasma
kelapa sawit di PT.Bumitama Gunajaya Agro sebagai berikut:
1. Strategi S-O

22
Memanfaatkan tingkat kepuasan petani plasma yang baik terhadap
perusahaan inti untuk melanjutkan kegiatan kemitraan sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati, dengan mengembangkan kegiatan inti
plasma dan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintahan guna
mendorong peraturan pemerintah terkait pemberdayaan masyarakat disekitar
lingkungan kebun perusahaan. Adapun pengembangan-pengembangan
kegiatan kemitraan dapat berupa pelatihan kepada anggota petani plasma
diluar bidang perkebunan seperti pengembangan kegiatan yang telah lebih
dulu dilaksanakan yaitu pemijahan dan budidaya ikan lele. Pengembangan
kegiatan tersebut seperti pembuatan produk turunan dari hasil ikan lele
seperti pembuatan lele asap, lele asin, abon lele, dan nugget lele.
2. Strategi W-O
Melibatkan petani plasma dalam pengelolaan kebun plasma yang
diawali dengan kerjasama dengan dinas perkebunan terkait pelatihan dan
bimbingan kepada petani plasma tentang budidaya dan perawatan kebun
kelapa sawit, guna mendorong peraturan pemerintah daerah terkait
pemberdayaan masyarakat disekitar lingkungan kebun plasma. Berdasarkan
peraturan daerah Kabupaten Ketapang nomor 7 tahun 2015 tentang
perizinan dan pembinaan usaha perkebunan serta pola kemitraan pasal 18.7
disebutkan bahwa bupati dan perusahaan perkebunan memberi bimbingan
kepada masyarakat untuk penerapan budidaya, pemanenan dan penanganan
pascapanen yang baik.
3. Strategi S-T
a. Meningkatkan penjagaan dan mengadakan patroli saat musim kemarau
terhadap kebun plasma, guna mempertahankan tingkat kepuasan petani
plasma terhadap kegiatan inti plasma yang sudah baik. Peningkatan
penjagaan tersebut bertujuan agar buah plasma tidak dicuri oleh pihak
luar dan kegiatan patrol saat musim kemarau bertujuan untuk memantau
titik api disekitaran lingkungan kebun, sehingga tidak terjadi kerugian
terhadap kebun plasma.

23
b. Rutin mengadakan pertemuan dengan petani plasma prihal perubahan
harga TBS di Kalimantan Barat. Pertemuan terkait perubahan harga TBS
di Kalimantan Barat dapat dilaksanakan setiap 1 bulan sekali yang
disampaikan kepada pihak koperasi dan perwakilan anggota petani
plasma kelapa sawit.
4. Strategi W-T
a. Perusahaan inti bekerja sama dengan petani plasma dalam hal
pengamanan kebun dan dalam pencegahan kebakaran lahan. Kerjasama
tersebut dapat dilakukan dengan pembentukan kelompok yang bertugas
melaksakan penjagaan kebun terkait pencurian buah dan kebakaran lahan
dengan pemberian upah kepada anggota kelompok.
b. Memberikan pelatihan kepada petani plasma dibidang selain kelapa
sawit, agar pendapatan petani plasma tidak tergantung harga TBS.
pelatihan tersebut dapat dibidang peternakan, perikanan, dan hidroponik.

24
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, tingkat kepuasan petani plasma terhadap pola kemitraan
dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro mendapatkan skor rata-rata sebesar
3,69 dengan persentase 73,95, sehingga tingkat kepuasan petani plasma
terhadap pola kemitraan dengan PT. Bumitama Gunajaya Agro dianggap
baik.
2. Strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit PT.Bumitama Gunajaya
Agro dititik beratkan pada peran anggota petani plasma didalam
pengelolaan kebun plasma. Strategi keberlanjutan petani plasma kelapa
sawit PT.Bumitama Gunajaya Agro terbentuk menjadi beberapa strategi
yaitu:
a. Strategi S-O: Memanfaatkan tingginya tingkat kepuasan petani plasma
terhadap kegiatan kemitraan dengan PT.Bumitama Gunajaya Agro, untuk
melanjutkan kegiatan kemitraan dengan melakukan kerjasama terhadap
lembaga pemerintahan dalam pelatihan kegiatan-kegiatan diluar lingkup
perkebunan, demi meningkatkan produktifitas petani plasma.

25
b. Strategi W-O: Melibatkan petani plasma dalam pengelolaan kebun
plasma yang diawali dengan kerjasama dengan dinas perkebunan terkait
pelatihan dan bimbingan kepada petani plasma tentang budidaya dan
perawatan kebun kelapa sawit.
c. Strategi S-T: Meningkatkan penjagaan dan mengadakan patroli saat
musim kemarau terhadap kebun plasma, serta rutin mengadakan
pertemuan dengan petani plasma prihal perubahan harga TBS di
Kalimantan Barat.
d. Strategi W-T: Perusahaan inti bekerja sama dengan petani plasma dalam
hal pengamanan kebun dan dalam pencegahan kebakaran lahan, serta
memberikan pelatihan kepada petani plasma diluar lingkup perkebunan
agar petani plasma tidak bergantung kepada harga TBS yang sering
terjadi fluktuasi.
B. Saran
Tingkat kepuasan petani plasma terhadap pola kemitraan dengan PT.
Bumitama Gunajaya Agro dianggap sudah tinggi sehingga kegiatan kemitraan
dapat terus dilakukan dengan perbaikan dibeberapa aspek. seperti menghindari
tindakan pemutusan hubungan kerja terhadap anggota petani plasma secara
sepihak, meningkatkan sosialisasi terhadap perubahan harga TBS kepada para
anggota petani, serta mengingkatkan penjagaan terhadap kebun plasma.
Strategi keberlanjutan petani plasma kelapa sawit terhadap pola
kemitraan dengan PT.Bumitama Gunajaya Agro perlu ditekankan pada
peningkatan produktifitas petani plasma kelapa sawit baik dalam bidang
pengelolaan kebun, penjagaan kebun, serta pelatihan terhadap anggota petani
plasma yang berada diluar lingkup perkebunan kelapa sawit.

26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Panduan Penulisan Skripsi. INSTIPER YOGYAKARTA.
Amalia, Agustira, Wahyono. 2015. Analisis Tingkat Kemitraan Antara PT.
Sawindo Kencana Makmur Dengan Perkebunan Rakyat Melalui Pola
Pola Kebun Kelapa Sawit Rakyat (KKSR) dan Plasma Mandiri.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit : Medan.
Bagus Ida. 2017. Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit. LPPM Unikarta Press :
Tanggerang.
Cahyani. 2016. Tingkat Kepuasan Nasabah Terhadap Kualitas Layanan
Perbankan Syariah DI Yogyakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen,
Vol 6 : 151-162.
Chandler. 1962. Strategy and Structure : Chapter in History of The Industrial
Enterprise. MIT Press : Cambridge
Dwijatenaya. 2017. Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit. LPPM Unikarta Press :
Tenggarong.
Fahamsyah. 2018. Hukum Perkebunan. Laksbang Justita : Yogyakarta
Irawan, Komara. 2017. Pengukuran Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan Pemerintahan Kecamatan Ketapang Kabupaten Bandung.
Jurnal Inspirasi dan Manajemen, Vol 1 : 123-134.
Kotler. 2000. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 : 13. Erlangga : Jakarta.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES : Jakarta.
Pasaribu, Hasanuddin, Nurmayasari. 2013. Pola Kemitraan dan Pendapatan
Usahatani Kelapa Sawit: Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit
Antara PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri Dengan
Petani Mitra Di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo,
Kabupaten Lampung Tengah. JIIA, Volume 1 : 4.
Pardamean. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit. ANDI :
Yogyakarta.
Rangkuti. 1997. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT, Cetakan
Keduapuluh dua. PT. Gramedia Pustakan Utama : Jakarta.
Sudarman. 2011. Tindak Lanjut Pengelolaan Kawasan Pesisir Utara Dalam
Peningkatan Ekonomi Wilayah Kabupaten Karawang. Solusi, Vol 8 :
18.
Sumardjo. 2010. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya :
Jakarta Timur.
Suherman. 2000. Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada :
Yogyakarta.
Sipayung. 2012. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. IPB Press : Bogor.
Wibowo. 2012. Pola Kemitraan Antara Petani Tebu Rakyat Kredit (TRK) dan
Mandiri (TRM) Dengan Pabrik Gula Modjopanggong Tulungagung.
Jurnal Managemen Agribsinis, Vol 13 : 1.

Anda mungkin juga menyukai