Anda di halaman 1dari 9

JURNAL MASEPI Vol.3, No.

1, April 2018
POLA KEMITRAAN USAHATANI TEH
DI KABUPATEN KULONPROGO

Tri kurniaty1, Trismiaty2, Rupiat Martini2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola kemitraan dan pelaksanaan pola kemitraan
usahatani teh dikabupaten Kulonprogo serta mengetahui pendapatan usahatani teh dikabupaten
kulonprogo.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan secara fakta,data
atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka,melainkan berupa ungkapan bahasa atau
wawancara melalui interprestasi yang tepat dan sistematis.Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai
pendapat dari pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu petani teh di Kabupaten Kulonprogo yang
bermitra dengan PT. Pagilaran. Untuk menguji permasalahan kedua tentang pendapatan yang diperoleh
petani dalam berusahatani teh digunakan analisis dengan formula : Y = TR – TC.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Pola kemitraan antara usahatani teh dengan PT.
Pagilaran Di Kabupaten Kulonprogo adalah pola kemitraan kerjasama operasional. Dimana hak dan
kewajiban dari pihak inti dan plasma sudah terlaksanakan dengan baik. 2) Pendapatan usahatani teh
sangat kecil yaitu. Sebesar Rp. 954.397 Per usahatani per tahun dan Rp. 3.078.701 Per ha per tahun.

Kata kunci : Kemitraan,Pendapatan

PENDAHULUAN perkebunan lainnya, tetapi dalam


Pembangunan pertanian pada hakekatnya perkembangannya terdapat beberapa
adalah pendayagunaan secara optimal permasalahna dan strategi pembangunan dan
sumberdaya pertanian dalam rangka pencapaian kelembagaan. Pemerintah perlu menetapkan
tujuan pembangunan, yaitu: membangun SDM kebijakantidak langsung untuk menciptakan
aparatur professional, petani mandiri dan konsepsi yang kondusif. Kebijakan yang secara
kelembagaan pertanian yang kokoh, langsung mendorong perkembangan agribisnis
meningkatkan pemanfaatan sumberdaya dalam aspek: kemitraan, keuangan,
pertanian secara berkelanjutan, memantapkan permasalahan teknologi dan informasi sangat
ketahanan dan keamanan pangan, meningkatkan diperlukan (Rachbini, 1997).
daya saing dan nilai tambah produk pertanian, Kemitraan secara umum akan terjalin
menumbuhkembangkan usaha pertanian yang bilamana terdapat pihak yang merasakan adanya
akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan, dan kelemahan implementasi bila sebuah
membangun sistem manajemen pembangunan pembangunan hanya menjadi focus of interest
pertanian yang berpihak kepada petani satu pihak saja. Dengan kata lain bahwa
(Apriyantono, 2005). kemitraan sejatinya merupakan solusi yang tepat
Sektor pertanian termasuk didalamnya bagi pihak yang mencita-citakan adanya
perkebunan mempunyai berbagai potensi percepatan progress pembangunan. Kemitraan
pengembangan agribisnis yang baik dan merupakan model pengelolaan sumber daya
menguntungkan. Potensi pengembangan yang tepat bila terkait dengan barang publik
komoditi perkebunan di Indonesia sangat besar (public goods). Dalam kemitraan, seluruh
seperti potensi pengembangan komoditi elemen mendapatkan apa yang menjadi
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
kebutuhannya. Secara umum, prinsip-prinsip besar terutama didaerah Yogyakarta. Kondisi
kemitraan adalah persamaan atau equality, tanaman teh di kecamatan Samigaluh kabupaten
keterbukaan atau transparansi dan saling Kulonprogo saat ini produktivitasnya mulai
menguntungkan atau mutual benefit. menurun, karena pada awalnya pengembangan
Sejatinya membangun kemitraan sangatlah luas areal teh mencapai 7445 Ha, namun
penting untuk membuka akses menuju demikian dalam perjalanan waktu sampai
kemandirian masyarakat terutama dalam dengan sekarang luas areal berkurang. Hal ini
memasarkan hasil produksinya atau bermitra disebabkan berbagai kendala antara lain : (1)
dalam program meningkatkan hasil Kepemilihan lahan sempit;(2) Petani Pengelola
produksinya. Disamping itu, membangun sebagian sudah berusia lanjut,sedangkan
kemitraan merupakan salah satu mata tugas dari generasi muda kurang tertarik pada komoditas
seorang Fasilitator, selain komunikasi dan teh;(3) Keterampilan petani dalam budidaya teh
mengorganisasikan masyarakat. Kemitraan kurang dikuasai dan baku teknis budidaya tidak
hanya dapat berlangsung secara efektif dan dijalankan;(4) Harga pucuk teh makin
berkesinambungan jika kemitraan dijalankan menurun,sehingga banyak petani menelantarkan
dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, kebunnya. Disamping itu untuk mengangkat
dan bukan semata-mata konsep sosial yang harga pucuk yang rendah ( disebabkan kebun
dilandasi motif belas kasihan atau petani tidak rutin di petik sehingga hasil petik
kedermawanan. kualitasnya rendah ) agar dilakukan pemetikan
Menurut Direktorat Jendral Perkebunan yang rutin sesuai dengan rotasi petik yang telah
(2013) Teh merupakan tanaman yang banyak ditetapkan, sehingga harga diharapkan dapat
oleh masyarakat Indonesia, sehingga pasar meningkat lagi. (Direktorat Jendral Perkebunan,
komoditas teh akan terus terbuka lebar. Atas 2013).
dasar tersebut maka tanaman teh makin Sebagai jaminan pasar produk teh tersebut,
dikembangkan. Daerah penghasil teh yang bisa di wilayah ini juga dilengkapi dengan menjalin
menjanjikan adalah Kulonprogo. Di wilayah ini kemitraan dengan PT Pagilaran, sebagaimana
sebagian besar masyarakatnya pihak inti melalui kerjasama operasional. Untuk
membudidayakan tanaman teh sebagai salah mewujudkan harapan tersebut diperlukan
satu sumber mata pencaharian. Kulonprogo perencanaan yang matang yang dapat
merupakan kabupaten di Provinsi Daerah dipedomani oleh semua pihak sebagai panduan
Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian pengalokasian sumberdaya serta implementasi
barat yang amat terkenal akan wisatanya. sumberdaya tersebut secara tepat dan efektif.
Namun sedikit sekali orang kenal akan potensi Sehingga nantinya akan tercipta kulonprogo
perkebunan teh didalamnya. Hal ini sebagai sentra komoditas teh yang akan
dimungkinkan terus merosotnya luasan areal membuahkan peningkatan pendapatan dan taraf
teh. hidup petani teh setempat.
Saat ini, luas wilayah kabupaten Berdasarkan pemahaman diatas, penulis
Kulonprogo mencapai 58.627,54 hektar dengan tertarik untuk melakukan penelitian yang
lahan perkebunan rakyat hanya tersisa 486 ha berjudul “ Pola Kemitraan dan Pendapatan
(0,80%) saja. Padahal dahulunya daerah ini Usaha Tani Teh di Kabupaten Kulonprogo”.
dikenal sebagai derah penghasilan teh yang
masalah yang ada dimasa sekarang,dimana data
METODOLOGI PENELITIAN yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan, lalu
Metode dasar Penelitian kemudian dianalisa. Metode Deskriftif ini
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dilakukan dengan jalan mengumpulkan
Metode Deskriptif, yaitu suatu penelitian data,menyusun dan kemudian dilakukan
memusatkan diri pada pemecahan masalah- penganbilan kessimpulan.
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
Metode Penentuan Lokasi dan Waktu beberapa masukan atau input. Dengan
Pelaksanaan Penelitian pengertian ini dapat dipahami bahwa
Penelitian ini merupakan studi kasus di kegiatan produksi adalah mengkombinasikan
perkebunan Teh desa Nglinggo kecamatan berbagai input atau masukan untuk
Samigaluh kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini menghasilkan output.
dilakukan pada tanggal 24 Maret 2017 sampai 4. Pola Kemitraan merupakan suatu bentuk
dengan 24 April 2017. kerja sama antara usaha kecil dengan usaha
Metode Penentuan Sampel menengah atau besar .Dengan ini kita dapat
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai mengetahui bagaimana bentuk pola
sampel karena peneliti menganggap bahwa kemitraan dan pengembangan aps saja yang
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki didapatkan.
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. 5. Pendapatan merupakan selisih antara nilai
Pada penelitian ini dipilih secara sengaja produksi dikurangi dengan total biaya yang
(purposive sampling) adalah syarat dikeluarkan oleh petani.
penentuannya diambil 30 responden petani 6. Biaya variable untuk usahatani teh adalah
kebun teh, dengan syarat mempunyai usahatani biaya-biaya yang jumlahnya berubah-ubah
teh dengan cara snow ball. dan tergantung dengan perubahan produksi.
Jenis Data Biaya yang termasuk didalamnya yaitu biaya
Ada pun jenis data yang dikumpulkan adalah bibit, pupuk, biayaobat/pestisida, biaya
data primer dan data skunder. tenaga kerja, biaya panen, dan biaya
1. Data primer transportasi.
Data primer merupakan data yang didapat 7. Biaya tetap untuk usahatani teh adalah biaya
dari sumber pertama baik dari individu atau yang jumlahnya tidak tergantung pada besar
perseorangan seperti hasil wawancara atau kecilnya kuantitas produksi teh yang
hasil pengisian kuesioner yang biasa dihasilkan.
dilakukan peneliti.Data primer yang 8. Biaya total usahatani teh adalah semua biaya
diperoleh dalam penelitian ini dilakukan yang dikeluarkan petani selama produksi,
dengan wawancara secara langsung yaitu biaya tetap dan biaya variabel yang
berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dinyatakan dalam satuan rupiah pada saat
disiapkan (kuesioner) pada petani teh di penelitian.
Kabupaten Kulonprogo. Batasan Masalah
2. Data Skunder Bibit merupakan bantuan dari pihak ini yaitu PT.
Data skunder yaitu data yang diperoleh dari Pagilaran.
pihak kedua atau pihak-pihak lain.. Analisis Data dan pembentukan model
Untuk menguji permasalahan pertama
Konseptual dan Pengukuran Variable tentang pola kemitraan antara petani teh dengan
1. Usahatani teh adalah kegiatan budidaya PT. Pagilaran di Kabupaten Kulonprogo yaitu
tanaman teh yang merupakan tanaman dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif.
perkebunan tahunan dalam proses Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai
produksinya. pendapat dari pihak yang terkait dengan
2. Kemitraan adalah hubungan kerja sama usaha penelitian ini yaitu petani teh di Dusun Nglinggo
yang saling menguntungkan,membutuhkan, Kabupaten Kulonprogo yang bermitra dengan
dan memperkuat antara inti dan plasma, serta PT. Pagilaran.
mengetahui hak dan kewajiban dalam Untuk menguji permasalahan kedua tentang
bermitra. pendapatan yang diperoleh petani dalam
3. Produksi merupakan hasil akhir dalam proses berusahatani teh digunakan analisis dengan
atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan formula sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
Y = TR – TC TFC = Total biaya tetap (Rp)
TR = P x Q TVC = Total biaya variabel (Rp/ha)
TC = TFC + TVC Kriteria pengambilan keputusan sebagai
Keterangan: berikut:
Y = Pendapatan (Rp/ha) TR > TC, usahatani teh menguntungkan.
P = Hargasatuan output (Rp/kg) TR < TC, usahatani teh tidak
Q = Jumlah output yang dijual (kg/ha) menguntungkan.
TR = Total penerimaan (Rp/ha) TR = TC, usahatani teh tidak untung dan
TC = Total biaya (Rp/ha) tidak rugi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada umumnya usahatani diperlukan


Identitas Petani bebrapa faktor produksi, diantaranya adalah
1. Umur manusia (tenaga kerja). Peranan manusia atau
petani akan menentukan keberhasilan usahatan

Tabel 5.1. Identitas petani menurut umur di Desa Nglinggo barat,Pagerharjo


Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
20 - 40 7 23,33
41 - 65 22 73,33
>65 1 3,33
JUMLAH 30 100,00
Sumber : Analisis data petani 2017

Dari data yang diperoleh dapat diketahui 2. Tingkat Pendidikan


bahwa usia termuda pada responden adalah 23 Petani dalam mengelola usahataninya
tahun dan tertua pada usia 70 tahun. Persentase mempunyai bebrapa peranan yaitu sebagai
tertinggi identitas petani menurut umur pada 41 tenaga kerja,dan anggota masyarakat. Berkaitan
tahun hingga 65 tahun, dengan persentase 73,33 dengan peranan petani, maka pengaruh latar
persen . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian belakang pendidikan sangat besar. Latar
besar petani pada perkebunan teh ini tergolong belakang pendidikan sangat menentukan di
pada usia produktif yang berpengaruh terhadap dalam proses pengambilan keputusan petani.
usahataninya.

Tabel 5.2. Identitas petani menurut tingkat pendidikan di Desa Nglinggo barat,Pagerharjo
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SD 15 50,00
SMP 7 23,33
SMA 8 26,67
PT 0 0,00
JUMLAH 30 100,00
Sumber : Analisis Data Petani, 2017
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
Dari data yang diproleh dapat diketahui dikatakan bahwa petani kurang memiliki daya
bahwa pendidikan petani teh lulusan Sekolah dan kemampuan untuk belajar dan mengetahui
Dasar dengan 50,00 persen, lulusan Sekolah informasi yang berguna untuk memajukan
Menengah Pertama 23,33 persen, lulusan usahataninya. Tingkat pendidikan akan
Sekolah Menengah Atas 26,67 persen, lulusan mempengaruhi pola pikir serta pandangan
Perguruan Tinggi 0 persen. Jumlah terbanyak petani.
pada lulusan Sekolah Dasar sehingga dapat 3.Jenis Kelamin

Tabel 5.3. Identitas petani menurut jenis kelamin di Desa Nglinggo barat,Pagerharjo
Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase(%)
Laki-laki 14 46,67
Perempuan 16 53,33

JUMLAH 30 100,00
Sumber : Analisis data petani, 2017

Dari data yang diperolah sample jenis 4. Luas Lahan garapan


kelamin laki-laki memiliki jumlah sebanyak 14 Luas lahan garapan merupakan modal pokok
orang dengan persentase 46,67 persen, dan jenis bagi petani dalam melakukan usahataninya.
kelamin perempuan memiliki jumlah sebanyak Keberadaanya akan berpengaruh terhadap besar
16 orang dengan persentase 53,33 persen . Hal kecilnya produksi sehingga akan berpengaruh
ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih terhadap pendapatan petani.
banyak karena perkebunan ini merupakan
perkebunan yang tanaman menghasilkan.

Tabel 5.4. Keadaan petani berdasarkan luas lahan di Desa Nglinggo barat,Pagerharjo
Luas lahan m2 Jumlah (orang) Persentase (%)
<1000 15 50,00
1000-5000 9 30,00
>5000 6 20,00
JUMLAH 30 100,00
Sumber : Analisis data petani, 2017

Luas lahan garapan paling sempit yakni 200 Dari data yang diperoleh lama bertani atau
m² dan yang paling luas yakni 10.000 m² atau 1 pengalamannya sebagai petani paling rendah
Ha dengan rata-rata luasm lahan 0,31 m² . Luas yaitu 5 tahun dan paling lama yaitu 45 tahun.
lahan perkebunan ini mengalami penyusutan Berdasarkan tabel diatas lama bertani teh paling
karena masyarakat menebangi tanaman teh dan banyak 14-25 tahun dengan persentase 46.67
menggantinya dengan komoditas yang memiliki persen, sehinnga dapat dikatakan bahwa
nilai jual tinggi dan didorong dengan adanya pengalaman kerja petani atau lama bertani teh
agrowisata. sudah cukup lama. Berdasarkan hal tersebut
petani teh mampu merencanakan ussahatani teh
5. Lama Bertani dengan baik.
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
Tabel 5.5. Keadaan petani berdasarkan lama bertani di Desa Nglinggo,Pagerharjo
Lama Bertani (th) Jumlah (orang) Persentase (%)
5 – 15 4 13.33
16– 25 14 46.67
26 – 35 10 33.33
36 – 45 2 6.67
JUMLAH 30 100.00
Sumber : Analisis data petani, 2017

Pola kemitraan Usahatani Teh penyediaan sarana produksi, pengangkutan


Pola kemitraan ini dilakukan antara hasi,dan alat-alat perkebunan. Akan tetapi
perkebunan teh Nglinggo Kulonprogo dengan tidak dengan pupuk yang ditanggung oleh
PT. Pagilaran, yang mana perkebunan teh plasma.
sebagai plasma dan PT. Pagilaran sebagai inti. • Mentaati semua perjanjian kerjasama yang
Pola kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. dijalankan sesuai dengan kesepakatan kedua
Pagilaran adalah pola Kerjassama Operassional belah pihak.
(KSO), dengan tujuan untuk membantu dan Hak dan kewajiban petani plasma dalam
membimbing perkebunan dalam satu sistem menjalankan kemitraan sebagai berikut :
yang saling menguntungkan. • Mengusahakan kebun plasma sesuai dengan
Awal mula pola kemitraan ini sudah petunjuk dsan arahan teknis budidaya yang
memiliki izin Mentri Pertanian Prof. Sumantri diberikan perusahaan.
Sastrosudiarjo No.KB.340 / 97 / mentan / II / • Menjual seluruh hasil produksi dari
1985. Proses kemitraan mulai dilaksanakan pada kebunplasma kepada perusahaan inti dan tidak
tahun 1987. Dalam hubungan kerjasama ini, menjual keapda pihak ketiga.
kemitraan yang dilakukan merupakan • Mentaati semua perjanjian kerjasama yang
kesepakatan bersama secara sadar dan bukan dijalankan sesuai dengan kesepakatan kedua
atas ancaman atau keadaan tertentu . Kemitraan belah pihak.
ini , petani mengetahui adanya hak dan Analisis Usahatani
kewajiban yang jelas dalam kerjasam ini, dan 1. Penggunaan Sarana Produksi
bebas berpendapat bagi pihak yang kurang Penggunaan sarana produksi dalam
setuju mengenai perjanjian mitra. usahatani mempengaruhi kualitas dan kuantitas
Hak dan kewajiban PT. Pagilaran dalam hasil produksi yang diperoleh. Penggunaan
menjsalankan kemitraan sebagai berikut: sarana produksi yang digunakan dapat dilihat
• Melakukan pembangunan kebun plasma dasn pada Tabel dibawah ini.
fasilitas lainnya untuk dapat menampung hasil Penggunaan pupuk bertujuan untuk
produksi petani plasma. memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman
• Sebagai penanggung jaminan pasar untuk sehingga di peroleh hasil yang yang optimal baik
petani memperoleh kredit dengan ketentuan kuantitas dan kualitas. Pupuk yang digunakan
yang berlaku. adalah Urea sebanyak 170,84 kg Kompos
• Memberi pembinaan baik secara teknis 180,95 kg , pupuk Organi sebanyak 48,96 kg
maupun non teknis terhadap petani plasma ,pupuk NPK 55,35 kg,dan pupuk KCL 5,32 kg.
agar mampu mengelola kebun dengan baik. Bibit teh 0 karena bibit teh diberi oleh pihak Inti
• Melaksanakan pelayanan usaha terhadap yaitu PT.Pagilaran.
petani dengan memberiakan bantuan seperti
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
Tabel 5.6. Rata-rata penggunaan sarana produksi usahatani Teh di Desa Nglinggo,Pagerharjo.
NO Saprodi per usahatani (kg) per ha(kg)
1 Bibit 0 0
2 Pupuk Urea 53,5 170,84
3 pupuk Kompos 56,67 180,95
4 Pupuk Organik 15,33 48,96
5 NPK 17,33 55,35
6 KCL 1,67 5,32
Sumber : Analisis data petani 2017

2. Biaya Sarana Produksi produksi suatu usahatani. Untuk mengetahui


Penggunaan sarana produksi meliputi bibit, biaya saprodi dapat dilihat pada tabel di bawah
dan pupuk. Dalam penggunaan saprodi (sarana ini.
produksi) sangat mempengaruhi tingkat

Tabel 5.7. Rata-rata Penggunaan Biaya Saprodi di Desa Nglinggo,Pagerharjo.


Saprodi per usahatani(Rp) per ha (Rp)
Bibit 0 0
Pupuk Urea 6.258.000 20.187.096
pupuk Kompos 1.670.000 5.387.097
pupuk Organik 2.600.000 8.387.096
NPK 2.120.000 6.838.709
KCL 200.000 645.161
Jumlah 12.848.000 41.445.161
Rata-rata 428.267 1.381.505
Sumber : Analisis Data petani, 2017

Tabel 5.7 dapat diketahui petani harus usahatani kopi,kakao,dan tanaman lainnya. Dan
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 12.848.000 Per dengan adanya agrowisata di perkebunan teh
Usahatani dengan rata-rata Rp. 428.267 dan Rp. juga dapat menambah pendapatan para petani
41.445.161 Per ha dengan rata-rata Rp teh tersebut. Usahatani teh ini dikatakan
1.381.505.Pengeluaran terbesar pada pembelian menguntungkan karena hasil penerimaan lebih
pupuk urea yakni Rp.6.258.000 per usahatani. besar dari pada biaya pengeluran. Karena secara
Bibit dikatan Rp. 0 karena bibit merupakan usahatani biaya bibit/benih dan tenaga kerja itu
bantuan dari perusahaan inti yaitu PT.Pagilaran. itu tidak dikeluarkan atau disebut dengan biaya
Implisit , pada pola kemitraan ini bibit/benih
3. Produksi dan Pendapatan petani teh dibantu oleh pihak inti yaitu PT.Pagilaran dan
Dari Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa tenaga kerja sendiri. Jika diasumsikan adanya
pendapatan usahatani teh adalah sebesar Rp. biaya bibit/benih dan tenaga kerja
954.397 Per usahatani per tahun dan Rp. dikeluarkan,makanya usahatani teh dapat
3.078.701 Per ha per tahun. Pendapatan petani dikatakan merugi sebesar Rp. (4.595.603) Per
teh cukup kecil dalam jangka waktu satu tahun, Usahatani (14.824.525) Per ha. Biaya
akan tetapi untuk menambah pendapatan petani bibit/benih dan tenaga kerja diperoleh pada saat
teh ini juga memiliki usahatani yang lain seperti penelitian yaitu harga bibit/benih Rp.1500 per
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
pohon dan biaya tenaga kerja Rp.25.000 per
hari.
Tabel 5.8. Rata-rata Produksi dan Pendapatan Usahatani Teh di Desa Nglinggo,Pagerharjo
Perusahaan Per ha
No Uraian Satuan
tani (tahun) (tahun)
1 Produksi Kilogram
11 35,48
Hasil Produksi
2 Rupiah/kilogram 900 - 1000 900 - 1000
(Rp/kg)
3 Penerimaan Rupiah
1.382.664 4.460.206
4 Biaya Saprodi Rupiah
428.267 1.381.505
Pendapatan Petani
5 (Tanpa Biaya Bibit Rupiah
954.397 3.078.701
dan Tenaga kerja)
Rupiah/Tenaga
6 Biaya Tenaga Kerja
kerja 900.000 2.903.226
7 Biaya Benih Rupiah/pohon
4.650.000 15.000.000
8 Keuntungan Petani Rupiah
(4.595.603) (14.824.525)
Sumber : Analisis Data Petani 2017

KESIMPULAN Astuti, Fitri Ayu. 2016. Kemitraan Usahatani


1. Pola kemitraan antara usahatani teh dengan Tebu Di Kabupaten Purworejo
PT. Pagilaran Di Kabupaten Kulonprogo Provinsi jawa Tengah.Skripsi Fakultas
adalah pola kemitraan kerjasama Pertanian STIPER Yogyakarta.
operasional. Dimana hak dan kewajiban dari Boediono. 1993 . Ekonomi Makro .Seri Sinopsis
pihak inti dan plasma sudah terlaksanakan Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 . BPFE
dengan baik. : Yogyakarta
2. Pendapatan usahatani teh sangat kecil yaitu. Direktorat Jendral Perkebunan. 2013.
sebesar Rp. 954.397 Per usahatani per tahun Mewujudkan Kulonprogo Sebagai
dan Rp. 3.078.701 Per ha per tahun. Sentra Komoditi Teh.
http://ditjenbun.pertanian.go.id/perbeni
DAFTAR PUSTAKA han/berita-153-mewujudkan-
Anonim. 2016 .Sejarah Teh. kulonprogo-yogyakarta-sebagai-sentra-
https://id.wikipedia.org/wiki/Camellia_s komoditi-teh-.html. Diakses pada tanggal
inensis. Diakses pada tanggal 12 12 Desember 2016
Desember 2016. Efendi, Muchtar. 2007 . Analisis Pola
Ahyari. 2004. Manajemen Produksi Edisi Kemitraan Terhadap Pendapatan
Kedua. BPFE UGM. Yogyakarta. Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst di
Apriyanto, A. 2005. Neoliberalisme Sebagai Kecamatan Wuluhan Kabupaten
Tantangan Kebijakan pembangunan Jember. Skripsi Fakutlas Peratnian
Pertanian Dalam Rangka Mewujudkan Universitas Jember.
Kesejahteraan Petani. Malang.
JURNAL MASEPI Vol.3, No.1, April 2018
Gustiyana. 2004. Analisis Pendapatan Krinandhi dan Bahrin Samad. CV
Usahatani untuk Produk Pertanian. Yasaguno. Jakarta.
Salemba empat: Jakarta Rachbini, D.J. 1997. Potensi dan Strategi
Hafsah. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Pembangunan kelembagaan
Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Agribisnis. Jakarta.
Hamida. 2005 . Usahatani Teh Petani Plasma Ratag. 1982. Dasar – Dasar Pengelolaan
dan Hubungannya dengan Petani Inti Usahatani. Fakultas Pertanian
Jawa. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Manado
Universitas Gajah Mada. Soekartawi, 1995. Studi Kelayakan Bisnis.
Hernanto. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Raja Grafindo Persada. Jakarta
Swadaya. Jakarta Soekartawi. 2003. Teori ekonomi Produksi
Joesron dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Mikro. Salemba Empat. Jakarta. Cobb Douglass. CV Rajawali. Jakarta.
Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro, Edisi Soemartini. 2008. Penyelesaian
Revisi. FE UI. Jakarta Multikoliniearitas Melalui Metode
Marta. 2007. Analisis Pendapatan Usaha Ridge Regression. PT. Gramdia Pustaka
Peternakan Sapi Perah Rakyat di Desa Utama. Jakarta.
Wonokerto Kecamatan Bantur Sumardjo, dkk. 2004. Mengembalikan Wibawa
Kabupaten Malang. Universitas Guru. PT. Gramedia Widiasarana
Brawijaya. Malang. Indonesia. Jakarta
Miller, Roger Le Roy, Meiners, Roger E. Yuliana. 2006 . Studi Kemitraan dan Kelayakan
2000. Teori Ekonomi Intennediate. Usahatani serta Agroindustri
Terjemahan Hans Munandar. Pt Raja penyulingan Nilam. Skripsi Universitas
Grafindo Persada. Jakarta. Brawijaya Malang.
Mosher, AT. 1997. Menggerakkan dan
Membangun Pertanian. Terjemahan

Anda mungkin juga menyukai