ABSTRAK
Sejauh ini, pembangunan dengan institusi agribisnis pedesaan biasanya jauh dari harapan untuk
menyelesaikan masalah terkait. Model dari perpaduan di antara petani dan pengusaha agribisnisdi tandai
suatu kinerja tak memuaskan. underdevelopment dari modelnya persekutuan sehubungan dengan secara
filsafat, ini mempunyai tidak bersatu pemegang taruhan pada satu penggunaan umum yang mana
menyediakan bermanfaat bagi menurut perbandingan.
Tujuan dari penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan institusi lokas agribisnis yang
berpotensi sebagai supporting agribisnis di komuditas wortel; untuk mengkaji kinerja kelembagaan yang
lokal agar mendukung satu agribussiness wortel; (ii.) untuk menguji pendapat dari ini pemegang taruhan
ke arah pembangunan kelembagaan untuk wortel.
Pengamatan dengan salah satu cara deskriptif. Lokasi penelitian dipilih purposively. Subdistrict
dari Tawangmangu telah dipilih sebagai daerah penghasil wortel adalah paling tinggi dibandingkandaerah
lain di Karanganyar. Data dikumpulkan dari sejumlah ytokoh masyarakat dan petani. Dari sumber yang
dapat dipercaya diketahui tentang konsep dari ‘ agropolitant sendiri; bahkan beberapa petani kurang
mempedulikan konsep itu. Area dari agropolitant yang mana tadinya direncanakan jadi wilayah pariwisata
agro dan promosi dari barang produksi setempat jauh dari harapan semula. Pada kenyataan di lapangan
tidak ada aktivitas pemasaran untuk barang produksi setempat itu.
Beberapa program yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan agar dapat mencapai tujuan.
Pertama, meningkatkan posisi penawaran, ini layak untuk meningkatkan intensitas dari asssistance.
Terutama, ini disarankan untuk meningkat mutu dari manajemen organisasi dan entreprenurship. Kedua,
adalah penting bagi pemda untuk memudahkan jaringan antara subdistricts atau dengan daerah luar
dengan perhatian khusus untuk menghubungkan petani wortel. Sebagai institusi yang barang jualan efektif
untuk menerapkan fungsi dari pembangunan, advocation, dan relevan yang promosi ke wortel. Ketiga,
penting bagi pemda untuk meningkatkan efektivitas, especialy pada langkah dari sosialisasi, di hormat
dengan pembangunan agropolitant.
ABSTRACT
So far, development of rural agribusiness institutions is commonly far from expectation to solve
related problems. The model of partnership between farmers and agribussiness entrepreneurs indicated
an unsatisfactory performance. The underdevelopment of the partnership’s model was due to
philosophically, it had not united stakeholders within a common purpose which provided benefits
proportionally.
The objective of the research aimed at (i) describing the local agribussines institution having
potential to suppot a carrot agribussiness; (i) to assess the local institutional performance in order to
support a carrot agribussiness; (ii) to examine the opinion of its stakeholders towards institutional
development for carrot. This study used a descriptive method. The location have been selected
purposively. The Subdistrict of Tawangmangu had been selected as the produce of carrot was the highest
compared to other subdistricts in District of Karanganyar. The information was collected from a number
of key informants.
The informants get confused about the concept of ‘agropolitant itself; even some of the farmers did
not care about that concept. Area of agropolitant which formerly planned to become agro-tourism and the
promotion of the local product was regarded far from expectation. In fact, there was no marketing
activities for those local products.
Some programs was considered to be reasonable to implement in order to achieve the objectives.
First, in order to improve the bargaining positions, it was reasonable to increase the intensity of
asssistance. Particularly, it was suggested to increase the quality of organization management and
entreprenurship. Second, it is necessary for the local government to facilitate the networks among the
subdistricts or with outer districts with special attention to connect the carrot farmers. As the institution
which is commodity base is effective for implementing the function of development, advocation, and
promotion relevant to carrot. Third, there is necessary for local government to improve the effectiveness,
especialy at the stage of socialization, in regard with the agropolitant development.
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Di Kecamatan Tawangmangu
Jumlah
No Lapangan Usaha %
(Jutaan Rupiah)
1Pertanian 116354.18 39.53
2Pertambangan dan Penggalian 25882.22 8.79
3Industri Pengolahan 44274.02 15.04
4Listrik, Gas dan air minum 6002.66 2.04
5Bangunan 4270.88 1.45
6Perdagangan 54159.19 18.40
7Angkutan dan Perhubungan 12350.09 4.20
Lembaga Keuangan, sewa bangunan dan Jasa
8 Perusahaan 7487.93 2.54
9 jasa-jasa 23526.81 7.99
Jumlah 294307.98 100.00
Sumber Data : Pendapatan Regional Kabupaten Karanganyar 2007
Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Sayuran Utama Di Kabupaten Karanganyar 5 Tahun Terakhir
(2003-2007)
Jenis Sayuran
No Uraian Tahun
Bawang Merah Bawang Putih Wortel
1 Luas panen (Ha) 2003 53.00 95.00 446.00
2004 70.00 90.00 189.00
2005 76.00 87.00 196.00
2006 95.00 24.00 216.00
2007 95.00 24.00 216.00
2 Produksi (Ton) 2003 757.00 1101.00 12193.00
2004 560.00 1530.00 4536.00
2005 608.00 1479.00 4704.00
2006 588.00 384.00 5184.00
2007 588.00 384.00 5184.00
Sumber data : Kecamatan dalam Angka 2003, 2004, 2005, 2006, 2007