Anda di halaman 1dari 21

Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)

Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)


Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

DESENTRALISASI POLITIK
DALAM RANAH OTONOMI DAERAH
(Studi Pada Pemberdayaan Petani Bawang Merah di Desa Sekuan Makmur
Kecamatan Muara Komam Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur)

Niken Nurmiyati,1 Erni Zuhriyati,2 Muhammad Noor 3

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia1,2


Universitas Mulawarman, Indonesia 3

Email: nikennurmia@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana desentralisasi politik dalam


ranah otonomi daerah yang dilihat dari perspektif pemberdayaan petani bawang
merah di Desa Sekuan Makmur Kecamatan Muara Komam Kabupaten Paser.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
desentralisasi politik dalam ranah pemberdayaan petani Bawang Merah telah
terlaksana dengan baik. Peran serta masyarakat dan pemerintah, baik dari Dinas
Pertanian Kabupaten Paser dan petani bawang merah saling bersinergi dan
berhasil memberdayakan sehingga menghasilkan karya. Meski demikian, tetap
terdapat beberapa aspek baik internal maupun ekstternal yang perlu diperhatikan
guna meningkatkan hasil pemberdayaan yang lebih baik lagi.

Kata Kunci : Desentralisasi Politik, Pemberdayaan, Bawang Merah

PENDAHULUAN dalam bentuk kebijakan Otonomi


Desentralisasi merupakan sebuah Daerah (Nadir, 2013).
konsep yang mengisyaratkan adanya Implementasi otonomi daerah
pelimpahan wewenang dari pemerintah dilandasi oleh semangat untuk
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengubah paradigma penyelenggaraan
mengurus urusan rumah tangganya pemerintahan dari pendekatan yang
sendiri. Desentralisasi bertujuan agar sifatnya sentralistik menjadi
pemerintah dapat lebih meningkatkan desentralistik. Otonomi Daerah
efisiensi serta efektifitas fungsi-fungsi mengisyaratkan sebuah pemerintahan
pelayanannya kepada seluruh lapisan yang lebih mengutamkan kemandirian
masyarakat. Artinya desentralisasi daerah untuk mengatur urusan
menunjukkan sebuah bangunan vertikal pemerintahan dalam kerangka Negara
dari bentuk kekuasaan negara. Di Kesatuan Republik Indonesia. Salah
Indonesia, dengan dianutnya asas satu bentuk kemendirian daerah ialah
desentralisasi kemudian diwujudkan dengan adanya pemberdayaan

Halaman|376
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

masyarakat. Baik dalam sektor industri produktivitas dan pendapatan


kreatif, bidang pertanian, maupun masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
UMKM atau sejenisnya yang dapat hanya bisa terjadi apabila terjadi
mendorong pertumbuhan ekonomi interaksi dan partisipasi aktif dari tiap
yang berdampak pada pembangunan individu dan dapat dikatakan berhasil
lokal dan nasional. jika masyarakat menjadi subjek, bukan
Pembangunan nasional bertujuan objek (Wijayanti, 2018).
untuk mewujudkan suatu masyarakat Pemberdayaan secara tidak
adil dan makmur yang merata baik langsung merupakan bentuk urusan
secara materiil maupun spiritual desentralisasi politik (devolusi) sebagai
berdasarkan Pancasila dan Undang- perpanjangan tangan dari Bupati untuk
Undang Dasar 1945 (Nurmiyati, 2018). mengurus urusan yang berkaitan
Pembangunan sejatinya perlu dengan pertanian yang ada dalam
diarahkan untuk merubah kehidupan lingkup SKPD yakni Dinas Pertanian.
masyarakat menjadi lebih baik. Dinas Pertanian merupakan unsur
Perencanaan dan implementasi pelaksana urusan pemerintahan di
pembangunan seharusnya berisi usaha bidang pertanian yang mebantu tgas
untuk memberdayakan masyarakat Bupati melaksanakan urusan
sehingga masyarakat mempunyai akses pemerintahan di bidang pertanian yang
pada sumber-sumber ekonomi menjadi kewenangan daerah dan tugas
(sekaligus politik). Usaha pembantuan yang diberikan oleh
memberdayakan masyarakat desa serta Bupati kepads Dinas Pertanian.
perang melawan kemiskinan dan Salah satu bentuk program
kesenjangan di daerah pedesaan masih pemberdayaan di era desentralisasi
harus menjadi agenda penting dalam dalam ranah otonomi daerah ialah
kegiatan pembangunan pada masa komoditas hortikultura. Komoditas
mendatang. Kegiatan pembangunan hortikultura merupakan komoditas
pedesaan masih relevan untuk potensial untuk dikembangkan dalam
ditempatkan sebagai prioritas sektor pertanian. Selain itu komoditas
kebijaksanaan (Sunyoto Usman, 2010: hortikultura diharapkan dapat
31). meningkatkan kesejahteraan para
Dalam pembangunan dibedakan petani karena mampu memberikan nilai
antara pembangunan fisik dan non tambah bagi kemajuan sektor pertanian
fisik. Pembangunan fisik meliputi di Indonesia, dan juga mampu
sarana dan prassarana, sedangkan menunjang ketersediaan bahan pangan
pembangunan non fisik meliputi dalam negeri dan memperbaiki kualitas
pemberdayaan masyarakat (Banowati, gizi masyarakat. Komoditas
2013). Program pemberdayaan hortikultura yang berpotensi untuk
masyarakat pada prinsipnya adalah dikembangkan yakni Bawang Merah.
sebuah pemicu untuk peningkatan Salah satu yang ingin dianalisis oleh

Halaman|377
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

penulis ialah pemberdayaan petani hias berjumlah 24 komoditi. Di


Bawang Merah yang ada di Desa Kabupaten Paser sejak 2008 lalu ada
Sekuan Makmur Kecamatan Muara tiga lokasi yang menjadi sentra
Komam Kabupaten Paser Provinsi pengembangan bawang merah di
Kalimanatan Timur. Kabupaten Paser, yaitu kawasan Muara
Berdasarkan angka tetap 2016 Komam, Desa Padang Jaya dan Kuaro
produksi bawang merah mencapai 263 (www.kaltimprov.go.id).
ton atau sekitar 3,2 persen dari Kecamatan Muara Komam
kebutuhan lokal adalah salah satu sentra bawang merah
(http://dispertan.kaltimprov.go.id). Kaltim yang konsisten dengan
Pengembangan sektor pertanian dalam produksinya dan menyuplai kedua
arti luas merupakan salah satu program wilayah baik Kalimantan Timur
prioritas pembangunan Pemprov maupun Selatan. Daerah ini sudah
Kaltim dalam upaya mengubah struktur sekian lama cukup dikenal sebagai
ekonomi, dari berbasis sumber daya sentra bawang merah Kabupaten Paser
alam tak terbarukan menuju berbasis (kaltim.litbang.pertanian.go.id). Desa
sumber daya alam terbarukan. Pemprov Sekuan Makmur, Kecamatan Muara
melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Komam Kabupaten Paser merupakan
Pangan (PTP) Kaltim, terus berupaya salah satu desa yang memiliki potensi
mewujudkan swasembada pangan di alam yang subur. Hal ini membuat
Kaltim. Selain mengembangkan beberapa tanaman mampu hidup
tanaman pangan seperti padi, jagung, dengan baik, seperti sayur-sayuran,
kedelai dan lainnya, Dinas Pertanian palawija, buah-buahan serta satu
dan Tanaman Pangan (PTP) Kaltim komoditas tanaman holtikultura yakni
juga berupaya mengembangkan tanaman bawang merah juga dapat
beberapa komoditas tanaman hidup di sana. Mayoritas masyarakat
hortikultura, seperti bawang merah. Desa Sekuan Makmur bermata
Kewenangan Dinas Pertanian pencaharian sebagai seorang peani dan
Kabupaten Paser begitu besar, selain pekebun (Nurmiyati, 2018). Kecamatan
komoditi padi, palawija dan Muara Komam adalah salah satu sentra
perkebunan, namun komoditi bawang merah Kaltim yang konsisten
hortikultura menjadi kewenangannya. dengan produksinya dan menyuplai
Komoditi hortikultura jika dilihat dari kedua wilayah baik Kalimantan Timur
jenis dan jumlahnya cukup banyak maupun Selatan. Daerah ini sudah
yaitu untuk sayur-sayuran dan buah- sekian lama cukup dikenal sebagai
buahan semusim berjumlah 26 sentra bawang merah Kabupaten Paser
komoditi, tanaman buah-buahan dan (www.kaltim.litbang.pertanian.go.id).
sayuran tahunan berjumlah 25 Potensi alam yang ada di Desa
komoditi, tanaman biofarmaka Sekuan Makmur tersebut yang
berjumlah 15 komoditi dan tanaman selanjutnya dimanfaatkan untuk dapat

Halaman|378
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

memberdayakan masyarakatnya yang administrasi lokal, semi otonmi, atau


mayoritas bermata pencaharian sebagai organisasi non-pemerintahan”.
petani. Selain itu, keunggulan sentra Berdasarkan definisi tersebut,
bawang merah yang ada di Desa Rondinelli dan Cheema (1983:18-25)
Sekuan Makmur menjadikan program telah merumuskan 4 unsur yaitu:
pemberdayaan pada petani dapat dekonsentrasi, yaitu distribusi
diterima dengan baik dan menjadi kewenangan administrasi di dalam
suatu penghasilan tetap yang dapat struktur pemerintahan; delegasi kepada
meningkatkan perekonomian semi otonomi, yaitu delegasi
masyarakatnya. Berdasarkan dari kewenangan pengelolaan dan
uraian latar belakang dan fenomena pembuatan keputusan atas fungsi-
yang terjadi, maka rumusan masalah fungsi tertentu yang tidak di bawah
dalam penelitian ini adalah kontrol pemerintah (pusat) langsung;
“Bagaimana Desentralisasi Politik devolusi, yaitu pengalihan fungsi dan
dalam Ranah Otonomi daerah (Studi kewenangan dari tingkat pusat ke lokal;
pada Pemberdayaan Petani Bawang dan swastanisasi, yaitu pengalihan
Merah di Desa Sekuan Makmur kekuasaan dalam perencanaan dan
Kecamatan Muara Komam Kabupaten tanggung jawab administratif kepada
Paser”? organisasi swasta. Desentralisasi adalah
penyebarluasan kekuasaan dan
KAJIAN PUSTAKA kewenangan pada tingkat pemerintahan
Desentralisasi lokal (Hidayat, 2011). Secara umum,
Smith (1985) mendefinisikan Smith (1985) membedakan dua
desentralisasi dari perspektif politik kelompok penting sebagai tujuan
sebagai “pengalihan kekuasaan dari desentralisasi, yakni politik dan
pemerintah pusat ke lokal, yakni dari ekonomi.
tingkat atas ke lebih rendah dalam Tujuan desentralisasi dalam
hirarchi teritorial”. Menurut Smith, pandangan politik adalah mendorong
maka ‘devolusi kekuasaan’ adalah pemerintahan lokal untuk
substansi utama desentralisasi dan tidak meningkatkan keahlian dan
terbatas pada susunan pemerintahan. kemampuan politik aparatur
Sementara, Rondinelli dan Cheema pemerintah dan masyarakat untuk
(1983) mendefinisikan desentralisasi mempertahankan integrasi nasional.
dengan pandangan yang lebih luas, Tujuan desentralisasi ini adalah
termasuk perspektif administrasi. ‘berdasarkan kebebasan ide’ yang
Mereka secara terbuka menyatakan penting untuk membangun
desentralisasi sebagai “pejngalihan demokratisasi pemerintahan lokal
perencanaan, pembuatan keputusan, sebagai prasyarat untuk melaksanakan
atau kewenangan administrasi dari demokratisasi dalam tingkatan
pemerintahan pusat kepada unit nasional’ (Yluisaker, 1959:30).

Halaman|379
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

Sebaliknya, pandangan ekonomi Kedua, perspektif ekonomi,


desentralisasi adalah untuk desentralisasi memiliki potensi untuk
meningkatkan kemampuan mengembangkan pembangunan
pemerintahan lokal di dalam ekonomi dan mengurangi kemiskinan
melengkapi barang-barang umum dan (Rahmatunnisa, 2011). Desentralisasi
pelayanan, serta mendorong dapat mengurangi biaya, memperbaiki
efisiensidan efektifitas masalah lokal pelayanan dan lebih efektif dalam
dalam pembangunan ekonomi memanfaatkan SDM (Hart, 1972).
(Rondinelli, 1983:4). Sedangkan Ditambah lagi, karena desentralisasi
Ruland (1992:3) secara kuat memberikan penduduk lokal kekuasaan
menekankan partisipasi sosial dalam untuk mengawasi pemimpin politik
pembangunan ekonomi sebagai tujuan yang dipilihnya, hal tersebut dapat
desentralisasi. Lebih lanjut Ruland meningkatkan motivasi pemerintah
menggariskan: “Desentralisasi sebagai untuk memuaskan keinginan warganya
hasil otonomi lokal, dilihat sebagai (Breton 2000). Ketiga, desentralisasi
kontribusi yang positif untuk dapat memfasilitasi stabilitas politik
menambah partisipasi masyarakat, dan partisipasi. Desentralisasi
yang pada akhirnya menjurus kepada mengasumsikan bahwa penduduk lokal
pembangunan sosial dan ekonomi”. memiliki hak untuk memilih
Berdasarkan berbagai literatur pemimpinnya yang mereka anggap
yang ada, ada beragam argumen- dapat dipercaya, dan kehadiran aparat
argumen teoritik yang mendukung pemerintah terpilih ini akan
desentralisasi, yang bisa dikategorikan mendukung “social harmony,
ke dalam tiga tema utama. Pertama, community spirit and political
berdasarkan perspektif administratif, di stability” dengan mendorong
antara justifikasi yang paling banyak partisipasi aktif dari warga lokal dalam
dikutip adalah bahwa desentralisasi proses pembuatan kebijakan dan juga
memiliki potensi untuk menghasilkan pelaksanannya (Smith, 1985; Blair,
efektivitas dan efisiensi yang lebih 2000). Mengurangi konsentrasi
besar dalam urusan- urusan kekuasaan juga dilihat sebagai sebuah
administratif lokal, khususnya strategi untuk memelihara integrasi
pemberian layanan publik (Breton, nasional dan stabilitas dengan menekan
2000). Ditambah lagi, desentralisasi gerakan-gerakan separatis.
juga memungkinkan pemberian Devolusi merupakan inti dari
layanan yang lebih murah karena desentralisasi. Samoff (1990)
pemerintah lokal dapat memangkas mengatakan bahwa secara konseptual,
prosedur yang panjang dan kompleks devolusi mengandung makna
dari perencanaan yang terpusat ( pemberdayaan mereka yang tidak
Rondinelli, Nellis & Cheema, 1983). terwakili (under- represented) dan
kelompok-kelompok yang kurang

Halaman|380
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

beruntung (disadvantaged groups) Menurut Permendagri RI Nomor


melalui penyerahan kewenangan 7 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 8 tentang
pengambilan keputusan yang aktual. Kader Pemberdayaan Masyarakat,
Tanpa memberdayakan disadvantaged menyatakan bahwa pemberdayaan
groups, tidak ada desentralisasi. Oleh masyarakat adalah suatu strategi yang
karena itu, melalui devolusilah urusan- digunakan dalam pembangunan
urusan lokal dapat menjadi domain dari masyarakat sebagai upaya untuk
penduduk lokal ketimbang mereka mewujudkan kemampuan dan
yang dipekerjakan di pusat administrasi kemandirian dalam kehidupan
pemerintah. Devolusi menjanjikan bermasyarakat, berbangsa dan
partisipasi aktif masyarakat lokal, bernegara.
memungkinkan mereka untuk meminta Menurut Wiku Adisasmito
pertanggungjawaban politisi terpilih (2010:175) pemberdayaan masyarakat
dan aparat pemerintah. Dengan kata dapat diartikan sebagai upaya
lain, devolusi menjanjikan democratic peningkatan kemampuan masyarakat
decentralization. Berdasarkan (miskin) untuk berpartisipasi,
penjelasan tersebut bahwa substansi bernegosiasi, memengaruhi, dan
dari desentralisasi yang menghasilkan mengendalikan kelembagaan
otonomi daerah adalah adanya masyarakatnya secara bertanggung-
partisipasi masyarakat. Dengan gugat demi perbaikan kehidupannya.
partisipasi masyarakat maka akan Pemberdayaan dapat juga diartikan
tumbuh kemandirian masyarakat dalam sebagai upaya untuk memberikan daya
menentukan masa depan mereka (empowerment) atau kekuatan
sendiri dengan otonomi yang mereka (strenght) kepada masyarakat.
miliki. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-
Devolusi adalah pembentukan unsur yang memungkinkan masyarakat
dan pemberdayaan unit-unit mampu bertahan (survive) dan (dalam
pemerintahan di tingkat lokal oleh pengertian yang dinamis) mampu
pemerintah pusat dengan control pusat mengembangkan diri untuk mencapai
seminimal mungkin dan terbatas pada tujuan-tujuannya. Oleh karena itu,
bidang-bidang tertentu saja. Menurut memberdayakan masyarakat
Hanson (1964) , bentuk desentralisasi merupakan upaya untuk (terus-
devolusi juga dinamakan sebagai menerus) meningkatkan harkat dan
desentralisasi politik (political martabat lapisan masyarakat “bawah”
decentalization) ini karena wewenang yang tidak mampu melepaskan diri dari
yang diserahkan oleh pemerintah pusat perangkap kemiskinan dan
kepada daerah adalah wewenang untuk keterbelakangan. Dengan kata lain,
mengambil keputusan-keputusan memberdayakan masyarakat adalah
politik. meningkatkan kemampuan dan
Pemberdayaan Masyarakat

Halaman|381
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

meningkatkan kemandirian Poerwoko Soebianto (2015:108-109)


masyarakat. yakni:
Moh. Ali Aziz, dkk (2005:136) 1. Kesukarelaan, artinya keterlibatan
mengartikan bahwa pemberdayaan seseorang dalam kegiatan
masyarakat merupakan suatu proses pemberdayaan tidak boleh
dimana masyarakat, khususnya mereka berlangsung karena adanya
yang kurang memiliki akses ke sumber pemaksaan, melainkan harus
daya pembangunan, didorong untuk dilandasi oleh kesadaran sendiri dan
meningkatkan kemandiriannya di motivasinya untuk memperbaiki dan
dalam mengembangkan perikehidupan memecahkan masalah kehidupan
mereka. Pemberdayaan masyarakat yang dirasakannya;
juga merupakan proses siklus terus- 2. Otonom, yaitu kemampuannya
menerus, proses partisipatif dimana untuk mandiri atau melepaskan diri
anggota masyarakat bekerja sama dari ketergantungan yang dimiliki
dalam kelompok formal maupun oleh setiap individu, kelompok,
informal untuk berbagi pengetahuan maupun kelembagaan yang lain;
dan pengalaman serta berusaha 3. Keswadayaan, yaitu kemampuan
mencapai tujuan bersama. Jadi, untuk merumuskan melaksanakan
pemberdayaan masyarakat lebih kegiatan dengan penuh
merupakan suatu proses. tanggungjawab, tanpa menunggu
Pemberdayaan masyarakat atau mengharapkan dukungan pihak
umumnya dirancang dan dilaksanakan luar;
secara komprehensif. Meminjam 4. Partisipatif, yaitu keterlibatan semua
definisi Asian Development Bank stakeholders sejak pengambilan
(ADB) yang ditulis Latama, Gunarto, keputusan, perencanaan,
et al., (2002: 4) dalam Zubaedi pelaksanaan, pemantauan, evaluasi,
(2013:76), kegiatan pembangunan dan pemanfataan hasil-hasil
termasuk kegiatan pemberdayaan kegiatannya;
masyarakat dianggap bersifat 5. Egaliter, yang menempatkan semua
komprehensif jika menampilkan lima pemangku kepentingan
karakteristik: (1) Berbasis lokal; (2) (stakeholder) dalam kedudukan
Berorientasi pada peningkatan yang setara, sejajar, tidak ada yang
kesejahteraan; (3) Berbasis kemitraan; ditinggikan dan tidak ada yang
(4) Secara holistik; dan (5) merasa direndahkan;
Berkelanjutan. 6. Demokrasi, yang memberikan hak
Prinsip-prinsip Pemberdayaan kepada semua pihak untuk
Masyarakat mengemukakan pendapatnya, dan
Prinsip-prinsip pemberdayaan saling menghargai pendapat maupun
masyarakat menurut Soedijanto (2001) perbedaan di antara sesama
dalam Totok Mardikanto dan stakeholders;

Halaman|382
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

7. Keterbukaan, yang dilandasi otonom (kabupaten dan kota) untuk


kejujuran, saling percaya, dan saling mngoptimalkan sumberdaya
mempedulikan; pertanian bagi sebesar-besar
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi kemakmuran masyarakat dan
rasa, saling membantu dan kesinambungan pembangunan.
mengembangkan sinergisme; Selain prinsip pemberdayaan
9. Akuntabilitas, yang dapat masyarakat di atas, berikut merupakan
dipertanggungjawabkan dan terbuka tahapan Kegiatan Pemberdayaan
untuk diawasi oleh siapapun; Masyarakat:
10. Desentralisasi, yang memberi
kewenangan kepada setiap daerah
Keinginan
untuk
berubah
Tumbuhnya Kemauan dan
kompetensi keberanian
untuk berubah untuk berubah

Peningkatan
efektivitas dan Kemauan
efisiensi untuk
pemberdayaan berpartisipasi

Tumbuhnya
Peningkatan
motivasi baru
partisipasi
untuk berubah
Gambar 1 : Siklus Pemberdayaan Masyarakat

MOTODE PENELITIAN dengan realitas majemuk,


Jenis penelitian ini adalah menyesuaikan metode kualitatif lebih
penelitian deskriptif dengan mudah. Kedua, metode ini secara
menggunakan pendekatan kualitatif. langsung menyajikan sifat hubungan
Menurut Moleong metode kualitatif peneliti-responden. Ketiga, metode ini
meliputi observasi dokumen, lebih sensitif dan mudah beradaptasi
wawancara, atau studi dengan banyak efek penajaman
(Yulindaningtyas, 2015). Karena pengaruh timbal balik pada pola nilai
sejumlah alasan, metode kualitatif ini yang telah ditemukan.
digunakan. Pertama, ketika berhadapan

Halaman|383
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

Dalam penelitian ini, data yang bermuatan political sharing,


dikumpulkan dengan menggunakan financial sharing, dan empowering
beberapa metode, yang penggunaannya dalam mengembangkan kapasitas
disesuaikan dengan jenis dan sifat yang daerah (capacity building), peningkatan
diperoleh untuk membuat data yang SDM dan partisipasi masyarakat
diperoleh benar-benar objektif. Metode (Akbal, 2016). Sebagai suatu sistem,
pengumpulan data dibagi menjadi tiga desentralisasi saling berinteraksi
jenis dasar penelitian kualitatif, yaitu: dengan lingkungannya dimana
dengan wawancara, observasi dan desentralisai beroperasi. Lingkungan
kepustakaan, tetapi dalam penelitian ini tersebut dapat berupa faktor politik,
hanya menggunakan teknik sosiobudaya, ekonomi, historis dan
kepustakaan. Studi pustaka atau geografis (Nur & Susanto, 2019). Era
kepustakaan merupakan serangkaian otonomi daerah dalam dinamika
kegiatan berkaitan metode demokrasi yang terjadi di Indonesia
pengumpulan data secara pustaka, sekarang ini, menuntut adanya regulasi
membaca dan mencatat serta mengolah daerah untuk menjembatani antara
bahan penelitian (Supriyadi, 2016). kepentingan masyarakat dengan
Studi kepustakaan merupakan tudi percepatan pembangunan yang ada di
yang digunakan untuk mengumpulkan daerah (Ismail, 2018)
infirmasi serta data dengan berbagai Penyelenggaraan pemerintahan,
macam material pustaka, seperti pelaksanaan pembangunan dan
dokumen, malah, buku, majalah, pemberdayaan masyarakat khususnya
penelitian terdahulu, kisah-kisah masyarakat lokal/di daerah dalam era
sejarah dan lainnya (Mirzaqon & reformasi dan dalam rangka
Purwoko, 2015). pelaksanaan otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab, memerlukan
HASIL DAN PEMBAHASAN kejelasan dan ketegasan visi, misi dan
Desentralisasi Politik dalam strategi dari pemerintah daerah yang
Pemberdayaan Petani Bawang merupakan kesepakatan politis dari
Merah di Desa Sekuan Makmur pemerintah daerah yang merupakan
Kecamatan Muara Komam kesepakatan politis pada masing-
Kabupaten Paser Provinsi masing level pemerintahan tanpa
Kalimantan Timur mengorbankan masyarakat sebagai
Hakikat dan spirit otonomi pelaku dan sasaran pembanguan,
daerah sesuai dengan UU No. 23 tahun sehingga tidak bisa dipungkiri adanya
2014 adalah untuk mendorong prakarsa kemungkinan dan peluang dalam
lokal dalam membangun kemandirian memberdayakan masyarakat lokal di
daerah dalam wadah NKRI. UU No. 23 Indonesia (Alam, 2007).
tahun 2014 merupakan manisfestasi Sebagai daerah administrasi, desa
dan aktualisasi spirit otonomi daerah harus mampu mengelola daerahnya dan

Halaman|384
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

memberdayakan warganya dengan cara tanam pangan dan hortikultura tanaman


mengembangkan potensi desa, bawang merah. Pemberdayaan kepada
meningkatkan kerjasama antar desa, petani Bawang Merah tersebut sebagai
meningkatkan kemitraan untuk bentuk desentralisasi politik di mana
pengembangan potensi desa, dan Dinas Pertanian menjadi perpanjangan
meningkatkan peran serta masyarakat tangan dari Bupati utuk mengurus
dalam pembangunan desa. Pemerintah tentang pertanian. Dinas pertanian
desa harus mampu menggerakkan memberikan bantuan bawang merah
perekonomian desa dengan melakukan pada petani di Desa Sekuan Makmur
upaya-upaya efektif penggerakan untuk diberdayakan dalam sektor
aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat pertanian. Bukan hanya bibit, Dinas
desa (Herry, 2015). Pertanian juga memberikan bantuan
Desa Sekuan Makmur merupakan alat mesin pertanian (Alsintan) dan
sentra penghasil bawang merah pupuk. Hasil panen bawang merah
terbesar di Kabupaten Paser bahkan tidak perlu dikembalikan atau diberikan
penjualannya menccapai 3 Provinsi, keuntungannya kepada Dinas
yakni Kaltim, Kalsel dan Kalteng. Hal Pertanian, namun murni 100%
tersebut tentu tidak akan terjadi jika diberikan kepada petani. Hal tersebut
masyarakat yang ada di Desa Sekuan tentu memberikan dampak pada
Makmur tidak diberdayakan dengan perekonomian dan kemandirian
baik. Dengan bermata pencaharian masyarakat yang ada di Desa Sekuan
sebagai petani, akhirnya petani di Desa Makmur. Berikut merupakan tanaman
Sekuan Makmur mencoba peruntukan bawang merah yanga ada di Desa
untuk mengembangkan komoditas Sekuan Makmur :

Gambar 2 : Tanaman Bawang Merah di Desa Sekuan Makmur

Halaman|385
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

Sumber : Diolah Penulis 2019

Prinsip-Prinsip Pemeberdayaan lain. Selanjutnya DesaSekuan


Masyarakat dalam Desentralisasi Makmur menjadi sentra penghasil
Politik bawang merah hingga menembus
Berikut merupakan indikator yang pasar 3 Provinsi, yakni Kalimantan
menjadi kerangka analisis dalam Timur, Kalimantan Selatan dan
penelitian ini, diantaranya adalah : Kalimantan Tengah. Hal tersebut
a) Kesukarelaan menandakan bahwa, meski berada
Artinya bahwa pemberdayaan dalam lingkup terendah yakni di
masyarakat perlu adanya tingkat Desa, namun kemandirian
keterlibatan seseorang atau terus dapat dirasakan dan bahwan
sekelompok orang yang di dalamnya dikembangkan oleh petani bawang
tidak boleh adanya pemaksaan, merah. Hal tersebut dikarenakan,
yakni harus dilandasi oleh kesadaran petani bawang merah yang ada di
sendiri dan motivasi untuk Desa Sekuan Makmur sangat
memperbaiki dan memecahkan terbuka terhadap proses
masalah kehidupan yang pemberdayaan meski tidak semua
dirasakannya. Prinsip kesukarelaan penduduknya bermata pencaharian
tercermin di Desa Sekuan Makmur sebagai petani. Penanaman bawang
bahwasannya kegiatan merah dapat dijadikan penghasilan
pemberdayaan petani bawang merah selingan untuk menambah dan
bersifat sukarela dan tanpa adanya meningkatkan perekonomian
intervensi dari pihak manapun. keluarga khususnya dan
Dinas Pertanian memberikan perekonomian Desa pada umunya.
bantuan bibit bawang merah untuk c) Keswadayaan
selanjutnya di distribusikan pada Yaitu kemampuan untuk
setiap kelompok petani bawang merumuskan melaksanakan kegiatan
merah yang ada di Desa Sekuan dengan penuh tanggungjawab, tanpa
Makmur. menunggu atau mengharapkan
b) Otonom dukungan pihak luar. Petani di Desa
Yaitu kemampuannya untuk mandiri Sekuan Makmur sangat swadaya
atau melepaskan diri dari dalam proses pemberdayaan.
ketergantungan yang dimiliki oleh Kegiatan tersebut dapat dilakukan
setiap individu, kelompok, maupun dengan penuh tanggung jawab
kelembagaan yang lain. Artinya karena petani Desa Sekuan Makmur
petani bawang merah yang telah memiliki kelompok yang telah
diberdayakan di Desa Sekuan terorganisir. Berikut merupakan
Makmur memiliki keahlian dan ciri kelompok petani bawang merah di
khas dibandingkan dengan daerah Desa Sekuan Makmur :

Halaman|386
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

No. Kelompok 1 Nama Jabatan Status


1. Castro Ketua Kelompok Petani
2. Gimo Anggota Petani
3. Sri Widiawati Anggota Petani & Pelaku
Agribisnis
4. Ambar Fauzi Anggota Petani
5. Kamijan Anggota Petani & Pelaku
Sinar Jaya Agribisnis
6. Ahmad Jasmilan Anggota Petani
7. Kusnali Anggota Petani
8. Dulrohim Anggota Petani
9. Ngadenan Anggota Petani
10. Sarno Anggota Petani
11. Muslihuddin Anggota Petani
12. Anto Anggota Petani
13. Sarwadi Anggota Petani
Sumber: Nurmiyati, 2018

No. Kelompok 2 Nama Jabatan Status


1. Syamsi Abdul Wahid Ketua Kelompok Petani
2. H. Zainuddin Anggota Petani
3. Badrun Anggota Petani
4. Riswanto Anggota Petani
5. Supartik Anggota Petani
6. Imbuh Sudrajat Anggota Petani
7. Duyun Sejahtera Sodiman Ali Aziz Anggota Petani & Pelaku
Agribisnis
8. Nanti Anggota Petani
9. Kawiyono Anggota Petani
10. Sodik Anggota Petani
11. Sarkawi Anggota Petani
12. Imam Supiadi Anggota Petani
13. Fahruzi Anggota Petani
14. Kursani Anggota Petani
Sumber: Nurmiyati, 2018

No. Kelompok 3 Nama Jabatan Status


1. Abdul Malik Ketua Kelompok Petani
2. Warsan Anggota Petani
3. Saidurrohman Anggota Petani
4. Suparman Anggota Petani
5. Heri Anggota Petani
6. Sapri Anggota Petani
7. Usaha Jaya Kuntadi Anggota Petani
8. Santo Anggota Petani
9. Sobirin Anggota Petani
10. Kateno Anggota Petani
11. Sutejo Anggota Petani
12. Jadi Anggota Petani

Halaman|387
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

13. Sopan Anggota Petani


Sumber: Nurmiyati, 2018

No. Kelompok 4 Nama Jabatan Status


1. Tarmin Ketua Kelompok Petani
2. Rudi Hartono Anggota Petani
3. Syaiful Mu’min Anggota Petani
4. Bukhori Anggota Petani
5. Yaji Anggota Petani
6. Sungkono Anggota Petani
7. Dwi Karya Jumadi Anggota Petani
8. Sunar Anggota Petani
9. Ran Anggota Petani
10. Sukiman Anggota Petani
11. Nahmil Adzim Anggota Petani
12. Rebin Anggota Petani
13. Ngasirin Anggota Petani
14. Matrofi Anggota Petani
15. Abdul Hadi Zahuri Anggota Petani
Sumber: Nurmiyati, 2018

d) Partisipatif boleh dilupakan. Berikut


Yaitu keterlibatan semua merupakan salah satu kegiatan
stakeholders sejak pengambilan partisipatif yang melibatkan
keputusan, perencanaan, stakeholders, yakni pada proses
pelaksanaan, pemantauan, pemantauan lahan tanaman
evaluasi, dan pemanfataan hasil- bawang merah. Berikut merupakan
hasil kegiatannya. Setelah Dinas dokumentasi kegiatan
Pertanian Kabupaten Paser pemenatauan oleh Dinas Pertanian
memberikan bantuan bibit bawang Kabupaten Paser yang di dampingi
merah kepada petani Bawang oleh Kepala Desa Sekuan
Merah di Desa Sekuan Makmur, Makmur.
maka prinsip partisipatif tidak

Gambar 2 : Proses pemantauan kegiatan tanaman bawang merah

Halaman|388
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

e) Egaliter tentang hasil panen petani dalam


Menempatkan semua pemangku menanam bawang merah. Meski
kepentingan (stakeholder) dalam bersifat pemberdayaan dan bantuan
kedudukan yang setara, sejajar, dari Dinas Pertanian, namun prinsip
tidak ada yang ditinggikan dan tidak akuntabilitas tetap harus dijalankan
ada yang merasa direndahkan. sebagai bentuk akuntabilitas vertikal
Dalam proses pemberdayaan dan horizontal.
masyarakat maka seluruh j) Desentralisasi
stakeholder memiliki kedudukan Yang memberi kewenangan kepada
yang setara. Adanya pihak yang setiap daerah otonom (kabupaten
berdaya dan diberdayakan. dan kota) untuk mngoptimalkan
f) Demokrasi sumberdaya pertanian bagi sebesar-
Memberikan hak kepada semua besar kemakmuran masyarakat dan
pihak untuk mengemukakan kesinambungan pembangunan.
pendapatnya, dan saling menghargai Dalam prinsip ini sudah barang
pendapat maupun perbedaan di tentu bahwa kegiatan pemberdayaan
antara sesama stakeholders. Hal ini sangat erat dengan desentralisasi
tentu dijunjung tinggi dalam yang memberikan kewenangan
kegiatan pemberdayaan dimana daerah untuk mengatur dan
prinsip demokrasi dihargai dan mengurus urusan pemerintahan,
dijunjung tinggi. termasuk dalam pemberdayaan
g) Keterbukaan petani bawang merah di Desa
Yang dilandasi kejujuran, saling Sekuan Makmur.
percaya, dan saling mempedulikan. Aspek Internal Pemberdayaan
Hal ini dikarenakan dalam proses Petani Bawang Merah di Desa
pemberdayaan harus terbuka. Hal Sekuan Makmur Kecamatan Muara
tersebut agar nilai desentralisasi Komam Kabupaten Paser Provinsi
politik masih terus dijaga nilai- Kalimantan Timur
nilainya. Aspek internal dalam
h) Kebersamaan pemberdayaan petani bawang merah di
Untuk saling berbagi rasa, saling Desa Sekuan Makmur Kecamatan
membantu dan mengembangkan Muara Komam Kabupaten Paser
sinergisme. Masyarakat yang Provinsi Kalimantan Timur, adalah
diberdayakan harus memiliki prinsip sebagai berikut :
kebersamaan agar beban dapat 1. Tersedianya Sumber Daya Manusia
diringankan. (SDM) yang berkompeten dalam
i) Akuntabilitas memberikan pelatihan, penyuluhan
Yang dapat dipertanggungjawabkan dan pendampingan bagi petani dan
dan terbuka untuk diawasi oleh pelaku agribisnis
siapapun. Hal ini dapat dievaluasi

Halaman|389
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

Adanya Sumber Daya Manusia Sarana dan prasarana sangat


(SDM) yang berkualitas dan berperan penting dalam mendukung
berkompeten sangat membantu dan suatu kegiatan. Terlebih sarana dan
menentukan keberhasilan suatu prasarana pertanian yang meliputi
program. Dalam kaitannya dengan alat-alat produksi pertanian dan
kegiatan pelatihan, pendampingan perkebunan (Alsintan). Seperti
dan penyuluhan biasanya Kultifator (alat penggembur tanah),
menggunakan narasumber dari Handsprayer (semprotan), Alkon
Dinas Pertanian Kabupaten (Kabid (pompa air), Drum air, Cangkul,
TPH dan petugas PPL), Dinas Terpal, sampai kepada bibit dan
Pertanian Provinsi, Stakeholder pupuk yang diperlukan dalam
yang berasal dari Bank Indonesia perawatan bawang merah. Semua
(BI), maupun orang-orang yang sarana dan prasarana tersebut
berkompeten di bidangnya. Hal ini berasal dari Pemerintah Kabupaten
dimaksudkan agar para petani hingga Pemerintah Provinsi.
mendapatkan ilmu dan pemahaman 4. Adanya partisipasi petani dan
yang langsung berasal dari pakarnya pelaku agribisnis dalam mengikuti
dan dapat dipraktekkan dengan pelatihan dan penyuluhan pertanian
benar. Banyaknya antusias petani dalam
2. Adanya dukungan dana anggaran mengikuti pelatihan dan kegiatan
untuk melakukan pelatihan, penyuluhan sangat membantu
penyuluhan dan pendampingan bagi suksesnya sebuah agenda ataupun
petani dan pelaku agribisnis kegiatan. Banyaknya pelatihan dan
Dana anggaran untuk melaksanakan penyuluhan yang diikuti diharapkan
kegiatan pelatihan, penyuluhan dan mampu meningkatkan pengetahuan,
pendampingan berasal dari dana keterampilan dan sikap petani dalam
Anggaran Pendapatan Belanja bertani, mulai dari penanaman,
Daerah (APBD) yang dapat perawatan, panen, pasca panen
dimanfaatkan untuk mendukung hingga pada penjualan dan
secara finansial kegiatan-kegiatan pembibitan bawang merah.
yang dilakukan oleh Dinas Pertanian 5. Rendahnya nilai tambah produk-
dalam upaya meningkatkan produk pertanian dikarenakan
kesejahteraan petani bawang merah pemahaman petani dan pelaku
di Desa Sekuan Makmur Kecamatan agribisnis yang masih belum
Muara Komam Kabupaten Paser. maksimal Hal ini juga dipengaruhi
3. Tersedianya sarana dan prasarana oleh faktor pendidikan dan
untuk melakukan pelatihan, pengalaman petani. Semakin banyak
penyuluhan serta pendampingan pelatihan dan pengalaman, maka
bagi petani dan pelaku agribisnis biasanya petani akan semakin mahir
dalam mengatasi masalah dalam

Halaman|390
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

bercocok tanam. Rendahnya nilai Salah satu kendala yang sangat


tambah produk dikarenakan ada dirasakan petani dan masyarakat
beberapa petani yang masih baru sekitar ialah masuh susahnya akses
tergabung dan menanam bawang jaringan internet. Padahal jika akses
merah. Kurangnya bertanya kepada jaringan internet baik, hal tersebut
yang lebih paham juga membuat dapat memperluas pangsa pasar
hasil produk pertanian menjadi penjualan produk-produk pertanian.
rendah. Seperti kurang mampunya Selain itu juga jika ada hal yang
mengatasi hama tanaman, kurang bersifat urgent dalam hal pelatihan
mampu menggunakan Alsintan dan atau penyuluhan, informasi yang
sebagainya. diperoleh relatif lambat.
6. Belum optimalnya pemanfaatan Aspek Eksternal Pemberdayaan
Sumber Daya Alam (SDA) Petani Bawang Merah di Desa
pertanian/perkebunan Sekuan Makmur Kecamatan Muara
Hal ini dibuktikan dengan masih Komam Kabupaten Paser Provinsi
banyaknya lahan-lahan pertanian Kalimantan Timur
yang masih kosong dan tidak Aspek internal dalam
ditanami. Padahal kondisi tanah pemberdayaan petani bawang merah di
yang subur sangat berpotensi untuk Desa Sekuan Makmur Kecamatan
menghasilkan tanaman yang baik. Muara Komam Kabupaten Paser
7. Belum adanya kantor tetap bagi Provinsi Kalimantan Timur, adalah
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) sebagai berikut :
di Desa Sekuan Makmur Kecamatan 1. Peluang pemasaran hasil pertanian
Muara Komam Kabupaten Paser terbuka luas hingga lintas Provinsi
Jauhnya akses dari Kabupaten ke Mengingat hingga sejauh ini
dasa-desa membuat jarak tempuh penjualan bawang merah sudah
menjadi semakin lama. Terlebih menjangkau 3 Provinsi, yakni
tidak adanya kantor tetap di setiap Provinsi Kalimantan Timur,
desa membuat PPL tidak bisa Kalimantan Selatan, dan Kalimantan
menetap di lapangan jika ada Tengah. Hal ini dapat memberikan
keluhan atau kendala dalam hal dampak positif bagi petani bawang
pertanian dan bagi Desa Sekuan Makmur
8. Masih susahnya akses jaringan untuk lebih produktif dan tidak
internet di beberapa daerah sehingga menutup kemungkinan dapat
berdampak pada kurang luasnya menjadi sentra dan produsen
pangsa pasar penjualan produk bawang merah yang unggul. Harga
pertanian (penjualan online melalui penjualan bawang merah pun
situs tertentu) dan susahnya tergolong menjanjikan. Berdasarkan
komunikasi dengan PPL maupun informasi yang didapat dari Dinas
dengan stakeholder Dinas Pertanian Pertanian Kabupaten Paser harga

Halaman|391
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

penjualan bawang merah berkisar terstruktur. Dalam hal pemberian


dari harga Rp. 13.000,00 – Rp. pelatihan biasanya yang pertama
30.000,00. Murah atau mahalnya akan diberikan informasi ialah ketua
harga jual bawang merah juga kelompok, maka selanjutnya ketua
biasanya tergantung kepada kondisi kelompok tersebut yang akan
pasar, banyaknya permintaan dan menyebarkan informasi kepada
adanya hari-hari besar keagamaan anggota-anggotanya. Gapoktan juga
atau yang lainnya yang membuat berfungsi sebagai wadah untuk
pembelian bawang merah menampung ide dan gagasan demi
meningkat. Untuk penjualan bawang keberlangsungan pertanian di masa
merah tersebut bisa dilakukan oleh yang akan datang.
pelaku agribisnis yang kurang lebih 4. Adanya dukungan dari Pemerintah
berjumlah 3 orang yang ada di Desa Kecamatan dan Pemerintah Desa
Sekuan Makmur, atau bisa juga serta masyarakat setempat
tengkulak dari daerah ataupun Pemerintah Kecamatan dan
Provinsi lain yang langsung datang Pemerintah Desa menyambut baik
ke Desa Sekuan Makmur dan program yang diberikan oleh Dinas
melakukan transaksi jual beli Pertanian berupa bibit bawang
bawang merah milik petani. merah, karena hal tersebut selain
2. Petani memiliki kemampuan dalam sebagai upaya pemberdayaan
menggunakan alat-alat produksi masyarakat, kegiatan semacam itu
pertanian dan perkebunan (Alsintan) dapat meningkatkan pendapatan dan
serta pemanfaatan Teknologi Tepat kemandirian masyarakat yang
Guna (TTG) setelah diberikan berdampak pada peningkata traf dan
pelatihan dan pendampingan kualitas hidup masyarakat Desa
Penggunaan alat-alat produksi Sekuan Makmur.
pertanian dan perkebunan (Alsintan) 5. Adanya alih fungsi lahan, sumber
serta pemanfaatan Teknologi Tepat daya air, serta ancaman iklim yang
Guna (TTG) merupakan salah satu tidak menentu
modal utama dalam pertanian. Hal ini membuat petani cukup
Teknologi Tepat Guna dimaksudkan cemas. Terlebih tanaman bawang
untuk lebih mengembangkan hasil merah merupakan tanaman yang
pertanian dan meningkatkan kualitas sangat membutuhkan air. Begitu
produk pertanian agar mampu pula dengan adanya alih fungsi
bersaing dengan produk dari daerah lahan. Awalnya lahan pertanian bisa
lain. jadi berubah menjadi tanah
3. Adanya kelompok tani/gabungan permukiman warga dan lain
kelompok tani (Gapoktan) sebagainya. Di sinilah peran serta
Hal ini dimaksudkan agar petani PPL dalam memberikan penyuluhan
menjadi lebih terkoordinir dan terkait cara mengatasi kekurangan

Halaman|392
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

air, alih fungsi lahan serta cuaca bawang merah yang dipilih secara
yang terkadang sering berubah- acak oleh Dinas Pertanian
ubah. Kabupaten Paser.
6. Rendahnya akses petani ke sumber 8. Adanya penyakit tanaman yang
permodalan serta masih susahnya sering menyerang bawang merah
petani bawang merah dalam Adanya penyakit tanaman yang
memproduksi bibit serta tidak sering mewabah ialah penyakit
adanya gudang penyimpanan hasil moler (daun bawang merah menjadi
panen keriting dan berwarna kekuning-
Kualitas bibit yang baik maka akan kuningan). Hal ini menyebabkan
berpengaruh terhadap kualitas tanaman di sekitarnya mudah
panen. Semakin baik bibit bawang tertular dan tanaman bawang merah
merah dan semakin ahli petani tidak dapat kembali normal. Oleh
dalam membasmi hama maka karenanya perlu adanya
kualitas hasil panen akan semakin pendampingan khusus dalam
baik. Hasil panen tersebut dapat mengatasi masalah tersebut.
diolah dan dijadikan bibit untuk
ditanami kembali. Gudang KESIMPULAN
penyimpanan hasil panen juga Desa Sekuan Makmur merupakan
sangat diperlukan, mengingat pada sentra penghasil bawang merah
saat satu kali panen jika kualitasnya terbesar di Kabupaten Paser bahkan
baik dapat mencapai 8 ton hingga 10 penjualannya mencapai 3 Provinsi,
ton. Sama halnya dengan modal. yakni Kaltim, Kalsel dan Kalteng. Hal
Terkadang petani kesusahan tersebut tentu tidak akan terjadi jika
mencari modal untuk membeli masyarakat yang ada di Desa Sekuan
pupuk dan obat-obatan lain guna Makmur tidak diberdayakan dengan
mengatasi hama tanaman. baik. Dengan bermata pencaharian
7. Anggaran yang dikeluarkan cukup sebagai petani, akhirnya petani di Desa
besar karena beberapa kegiatan Sekuan Makmur mencoba peruntukan
pelatihan dilakukan di luar daerah untuk mengembangkan komoditas
bahkan sampai ke luar pulau tanam pangan dan hortikultura tanaman
Anggaran yang ditanggung oleh bawang merah. Pemberdayaan kepada
Dinas Pertanian Kabupaten Paser petani Bawang Merah tersebut sebagai
cukup besar jika ada pelatihan bentuk desentralisasi politik di mana
tentang bawang merah. Secara tidak Dinas Pertanian menjadi perpanjangan
langsung Dinas Pertanian tangan dari Bupati utuk mengurus
Kabupaten Paser mengakomodasi tentang pertanian. Dinas pertanian
perjalanan peserta, baik peserta yang memberikan bantuan bawang merah
berasal dari staff Dinas Pertanian pada petani di Desa Sekuan Makmur
Kabupaten Paser maupun petani untuk diberdayakan dalam sektor

Halaman|393
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

pertanian. Bukan hanya bibit, Dinas Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 1(1),


Pertanian juga memberikan bantuan 25–34.
alat mesin pertanian (Alsintan) dan
pupuk. Hasil panen bawang merah Ayu Diah Amalia, M. S. P. (2015).
tidak perlu dikembalikan atau diberikan Pembangunan Kemandirian
keuntungannya kepada Dinas Desa Melalui Konsep
Pertanian, namun murni 100% Pemberdayaan: Suatu Kajian
diberikan kepada petani. Hal tersebut Dalam Perspektif Sosiologi.
tentu memberikan dampak pada Sosio Informa, 1(02), 175–188.
perekonomian dan kemandirian
masyarakat yang ada di Desa Sekuan Aziz, Moh. Ali dkk. (2005). Dakwah
Makmur Pemberdayaan Masyarakat:
Dalam desentralisasi politik Paradigma Aksi Metodologi.
dengan kaitannya dengan Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
pemberdayaan masyarakat maka Nusantara
sebaiknya lebih fokus pada
pemberdayaan masyarakat dengan Banowati, E. (2013). Geografi Sosial.
tidak mendominasikan kepentingan Yogyakarta: Ombak
politik. Pemberdayaan petani Bawang
Merah di Desa Sekuan Makmur Blair, H. (2000), 'Participation and
Kecamatan Muara Komam Kabupaten Accountability at the Periphery:
Paser Provinsi Kalimantan Timur perlu Democratic Local Governance
ditingkatkan lagi dan dapat menyebar in Six Countries', World
ke beberapa desa yang ada di Development, vol. 28, no. 1, pp.
Kabupaten Paser dengan potensi alam 21-39.
yang cocok untuk budi daya tanaman
pangan hortikultura bawang merah. Breton, A. (2000), 'Federalism and
Decentralization: Ownership
DAFTAR PUSTAKA Rights and the Superiority of
Akbal, M. (2016). Harmonisasi Federalism', Publius, vol. 30,
Kewenangan Antara no. 2, pp. 1-17.
Pemerintah Pusat Dan Daerah
Dalam Penyelenggaraan Hart, D. K. (1972), 'Theories of
Otonomi Daerah. Jurnal Government Related to
Supremasi, Xi(2), 99–107. Decentralization and Citizen
Participation', Public
Alam, A. S. (2007). Tantangan Dan Administration Review, vol. 32,
Peluang Indonesia Dalam no. Special Issue: Curriculum
Pemberdayaan Masyarakat Essays on Citizens, Politics, and
Lokal. Government: Jurnal Administration in Urban

Halaman|394
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

Neighboorhoods (October), pp. Mirzaqon, A., & Purwoko, B. (2015).


603-621 Studi Kepustakaan Mengenai
Landasan Teori Dan Praktik
Herry, A. (2015). Kesiapan Desa Konseling Expressive Writing,
Menghadapi Implementasi 1–8.
Undang-Undang Desa
(Tinjauan Desentralisasi Fiskal Nadir, S. (2013). Otonomi Daerah Dan
Dan Peningkatan Potensi Desentralisasi Desa: Menuju
Desa). Jurnal Ilmiah Civis, Pemberdayaan Masyarakat
V(1), 737–751. Desa. Jurnal Politik Profetik,
1(1).
Ismail, N. (2018). Desentralisasi
Badan Pemberdayaan Nur, S., & Susanto, H. (2019).
Masyarakat Dan Pemerintah Desentralisasi Asimetris Dalam
Desa Dalam Mendukung Tata Konteks Negara Kesatuan.
Pemerintahan Daerah Adminitrative Law &
Kabupaten Gorontalo. Governance Journal, 2(4), 631–
Gorontalo Law Review, 1(2), 649.
41–48.
Rahmatunnisa, M. (2011).
Jati, W. R. (2012). Inkonsistensi Desentralisasi Dan Demokrasi,
Paradigma Otonomi Daerah Di 36(4), 475–487.
Indonesia : Dilema Sentralisasi
Atau Desentralisasi. Jurnal Rondinelli And Cheema. 1983.
Konstitusi, 9(4), 743–769. “Decentralization In
Developing Countries: A
Kariati, I. W. E. A. N. M., & Sukarta, I. Review Of Recent Experience”.
W. (2016). Pemberdayaan The World Bank. Washington
Masyarakat Berbasis
Community Development (Studi Smith, B. C. (1985). Decentralization,
Ekploratorif Di Kawasan The Territorial Dimension Of
Wisata Sangeh). Soshum Jurnal The State. London, United
Sosial Dan Humaniora, 6(3), Kingdom: George Allen &
238–248. Unwin.

Kuswandi, A. (2011). Desentralisasi Syamsuddin Haris. 2007.


Pendidikandalam Desentralisasi Dan Otonomi
Penyelenggaraanotonomi Daerah. Jakarta. Lippi Pres. Hal
Daerahdi Indonesia. 56

Halaman|395
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020

Usman, Sunyoto. 2010. Pembangunan Website dan Dokumen :


Dan Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta: http://dispertan.kaltimprov.go.id
Pustaka Pelajar
www.kaltimprov.go.id
Supriyadi. (2016). Community Of
Practitioners : Solusi Alternatif Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007
Berbagi Pengetahuan Antar Pasal 1 Ayat (8) tentang Kader
Pustakawan. Lentera Pustaka, Pemberdayaan Masyarakat
2(2), 83–93.

Walintukan Veybe, Kindangen Paulus,


E. W. (2019). Pengaruh
Desentralisasi, Pertumbuhan
Pad Dan Kemandirian
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota Di Provinsi Sulut
Tahun 2009-2017. Jurnal
Pembanguan Ekonomi Dan
Keuangan Daerah, 20(01), 1–
12.

Wijayanti. (2018). Strategi


Pembangunan Desa Melalui
Dana Desa (Studi Kasus Di
Desa Ponggok Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten),
446–458.

Yulindaningtyas, D. (2015). Kualitas


Pelayanan Kependudukan
Terhadap Kepuasan
Masyarakat, 4(2), 418–425.

Zakiyah, U., & Idrus, I. A. (2017).


Srategi Pengelolaan Sumber
Daya Alam Desa Ponggok.
Jurnal Ilmu Pemerintahan,
2(2), 84–95.

Halaman|396

Anda mungkin juga menyukai