Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISA DATA

A. Analisa Strategi Pengembangan Desa Tasikmadu Sebagai Kawsan

Agropolitan oleh Pemerintah kab. Tuban

Desa Tasikmadu adalah Desa yang terletak di Kecamatan Palang

Kabupaten Tuban yang sudah mendapatkan status sebagai Agropolitan di Provinsi

Jawa Timur. Salah satu syarat diakuinya sebuah desa sebagai Agropolitan adalah

terlibatnya ratusan petani dalam pengembangan kawasan tersebut 1. Hal tersebut

sudah dipenuhi oleh Desa Tasikmadu karena di dalamnya terlibat banyak petani

belimbing yang mennjadi komoditas utama dari desa tersebut.

Agropolitan sendiri merupakan sebuah kota pertanian yang muncul dan

berkembang dengan berjalannya sistem agribisnis dan mampu mendorong

kegiatan pembangunan pertanian (agibisnis) di wilayah sekitarnya. Salah satu ciri

lain dari wilayah Agropolitan adalah sebagian besar warganya berprofesi sebagai

petani dan mendapatkan penghasilan utama dari sektor agribisnis. Dengan begitu,

seluruh warga mendapatkan manfaat dari percepatan pembangunan sektor

agribinsi ketika sebuah daerah ditetapkan sebagai kategori Agropolitan.

Pengembangan kawasan agropolitan memerlukan kerja sama dan

sinergitas yang berkisinambungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dibutuhkan

peran aktif pemerintah daerah sebagai fasilitator dan regulator dengan berbagai

macam kebijakannya untuk mengembangkan Desa Tasikmadu Kecamatan Palang

sebagai Desa Agropolitan dan meningkatkan kesehjateraan seluruh warganya

yang memiliki mata pencaharian di bidang Agrobisnis. Menurut Scrimgeour,

1 Harun, Uton Ruston. (2004) Perencanaan pengembangan kawasan agropolitan dalam sistem
perkotaan regional di Indonesia. Dalam Rustadi et al. 2006. Kawasan Agropolitan, Konsep
Pembangunan Desa-Kota Berimbang. Bogor: Crespent Press.
Chen and Hughes (2002), pembangunan agropolitan yang disebutnya sebagai

“self-centred development" memerlukan intervensi pemerintah dalam bentuk

regulasi untuk memotong hambatan-hambatan struktural. Upaya tersebut

bertujuan agar terjadi integrasi sosial ekonomi di dalam wilayah dengan budaya,

sumberdaya, lansekap dan iklim tertentu.

Pada bab sebelumnya, sudah dijelaska mengenai beberapa langkah dan

strategi yang ditempuh oleh Pmeerintah Kabupaten Tuban dalam pengembangan

wilayah Agropolitan. Dalam bab ini, peneliti akan melakukan kategorisasi

terhadap strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Tuban dan

mengulasnya dengan menggunakan konsep agropolitan yang sudah dijabarkan di

Bab II.

Dari hasil wawancara dan obeservasi yang dilakukan oleh peneliti, ada

beberapa langkah dan strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kab. Tuban dalam

mengembangkan wilayah Desa Tasikmadu sebagai wilayah agropolitan. Program

pengembangan yang ada di Kabupaten Tuban menjadi tanggung jawab dari Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban. Secara garis besar, peneliti

menggolongkan strategi yang digulirkan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban dalam

mengembangkan kawasan Agropolitan di Desa Tasikmadu. Strategi pertama yaitu

Program Pengembangan Hotikulutra yang berkaitan dengan kegiatan pertanian

dan pengelolaan hasil pertanian pasca panen, termausk pengembangan

kemampuan para petani dalam pengelolaan tanaman beliming madu yang menjadi

komoditas utama. Lalu strategi kedua adalah menfasilitasi sarana dan prasarana

bagi pegembangan agrobisnis di Desa Tasikmadu yang mempu mendukung

pengembangan sektor industri pertanian dan juga non-pertanian. di Beberapa

strategi tersebut di antaranya adalah:


1. Program Pengembangan Holtikulturan dan Komunitas

Unggulan

Salah satu komunitas yang menjadi unggulan dalam pengembangan

Agropolitan di wilayah Desa Tasikmadu adalah Buah Belimbing. Buah Beimbing

yang ada di Tasikmadu sudah mendapatkan pengakuan sebagai salah satu

holtikultura unggulan di Jawa Timur pada tahun 2005. Belimbing di Tasikmadu

pun juga merupakan belimbing varietas baru yang berbeda dari belimbing lain

yang bereda di pasaran. Hal tersebut dibuktikan dengan pengakuan yang didapat

oleh Belimbing Desa Tasikmadu dari Kementerian Pertanian pada tahun 2009.

Seluruh masyarakat Desa Tasikmadu pun sudah berpindah dari petani

kacang dan jagung menjadi petani tanaman holtikultura jenis Buah Belimbing.

Hasil itu dapat dilihat dari data jumlah petani belimbing di Desa Tasikmadu yang

terus bertambah tiap bulannya. Hal tersebut juga memudahkan untuk embangun

konsep Agribisnis sebagai dasar dari kawasan Agropolitan dengan modal dasar

perkebunan Belimbing.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa petani

yang ada di Desa Tasikmadu, Belimbing Tasikmadu memang laku di pasaran.

Kualitas yang dimiliki dan diferensiasi dibandingkan dengan belimbing lain

membuat Belimbing Tasikmadu memiliki tempat terseniri di hati para pencinta

Belimbing. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tani belimbing di

Desa Tasikmadu layak untuk diusahakan karena memiliki potensi besar unttuk

dikembangkan2

Saat pra riset, peneliti mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan

yang dialami oleh petani adalah kurangnya pendampingan dari kelompok tani.

Kepala Desa Tasimadu dibantu oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

2
Kabupaten Tuban kemudian membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

untuk mewadahi keluhan dan mencarikan solusi bagi para petani belimbing di

kawasan Agropolitan. n informasi terkait mengatasi permasalahan hama dan

Gapoktan secara bersama-sama membantu pada saat persoalan harga buah

belimbing mulai merendah. Bukan hanya itu, Gapoktan juga membuat

perencanaan saat musim hujan kemudian buah lokal banyak yang masuk sehingga

para petani yang bergabung menjadi anggota Gapoktan di himbau untuk

mengurangi panen buah belimbing. Gapoktan juga memberikan pengarahan

kepada anggotanya terkait budidaya belimbing tasikmadu agar dapat

menghasilkan buah belimbing yang berkualitas baik. Kehadiran Gapoktan juga

mampu mengatasi salah satu permasalahan dari pelaku usaha pertanian belimbing

di Desa Tasikmadu, yaitu kehadiran tengkulak yang bisa mempermainkan harga

komoditas belimbing untuk menguntungkan diri sendiri.

Pengembangan dan pemeliharaan kawasan agropolitan dilakukan pengurus

bersamasama dengan para petani, namun tidak terlembagakan. Secara insidentil

mereka melakukan penyuluhan maupun pelatihan, atau penanaman baru jika ada

program pemerintah. Selebihnya kegiatan berjalan sendiri-sendiri.

Kegiatan Pengembangan SDM yang dilakukan oleh Pemerintah melalui

Gapoktan penting untuk dilakukan dalam pengembangan wilayah Agropolitan.

Salah satu aspek penting dalam strategi pengembangan wilayah Agropolitan

adalah memastikan berkembangnya Sumber Daya Manusia di bidang pertanian

yang menjadi bagian dari Agropolitan tersebut. Pembangunan wilayah

Agropolitan tidak semata-mata bertumpu pada pembangunan sarana dan prasana

yang dapat dilihat secara fisik, namun juga memperhatikan perkembangan dari

SDM di dalamnya. Titik berat pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat

setempat memerlukan pendekatan yang bersifat integral dan terpadu, artinya


pembangunan yang akan dilaksanakan tidak hanya menyangkut pembangunan

struktur fisik, tetapi sekaligus pembangunan manusia dengan pendekatan yang


3
berimbang Perkembangan kawasan sangat tergantung pada kemampuan petani

secara individual mengembangkan diri dan produktivitasnya. Semakin

berkembang dan produktif petani, maka kawasan agropolitan semakin

berkembang. Begitu pula sebaliknya, semakin petani menurun kemampuannya,

maka semakin reduplah kawasan agroppolitan4. Hal teati krsjuga penting agar

dilakukan pemeraan ekonomi di desa tersebut mengingat di Desa Sukamadu

bisnis tersebut pada awalnya adalah miliki salah satu keluarga besar dan dilakukan

secara turun temurun.

Pemerintah kemudian juga melakukan kerja sama dengan beberapa

Universitas di Provinsi Jawa Timur untuk bisa memberikan penyuluhan kepada

SDM di Desa Tasikmadu mengenai pengolahan produk dengan bahan baku buah

belimbing. Melimpihnya Buah Belimbung ketika waktunya panen di Desa

Tasikmadu membuat Buah Belimbing tidak mungkin dijual seluruhnya secara

mentah-mentah. Beberapa kelompok tani berkoordinasi dengan pemerintah

kemudian mengusahakan berbagai macam inovasi agar bisa mengolah hasil panen

belimbing ini menjadi olahan yang memiliki nilai jual dan diminati oleh

masyarakat. Hasil panen buah belimbing ini kemudian dikembangkan dalam

bentuk minuman sari buah belimbing tasikmadu dan manisan belimbing

tasikmadu. Pemerintah juga mendorong pelaku usaha hasil olahan belimbing di

Desa Tasikmadu untuk melakukan pengemasan produk (packaging) secara kreatif

agar bisa bersaing dengan produk lainnya dan menarik perhatian pelanggan.

Dalam konsep holtikultura, salah satu hal yang dipelajari selain proses

bercocok tanamnya adalah pengelolaan hasil pasca panen. Pengelolaan Hasil

3
4
panen menjadi produk yang memiliki nilai jual juga mampu membuka lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat Desa Tasikmadu yang tidak berporfesi sebagai

Petani. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari pengembangan kawasan

Agropolitan yaitu pemanfaatan tenaga kerja secara tepat guna dengan membuka

perluasan dan pengembangan usaha dari sektor industri non-pertanian 5

2. Pembangunan Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana menjadi aspek penting dalam strategi pembangunan

kawasan Agropolitan. Salah satu ciri dari kawasan Agropolitan adalah kemiripan

antara kehidupan yang ada di dalam kawasan tersebut dengan kehidupan yang ada

di perkotaan, salah satunya dilihat dari sarana yang dimiliki oleh kawasan

agropolitan tersebut6.

Roda perekonmian digerakkan oleh

5
6

Anda mungkin juga menyukai