Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Programa Penyuluhan Pertanian Desa merupakan salah satu wujud
perencanaan partisipasi masyarakat. Hal ini tercermin dari definisi programa
penyuluhan pertanian Tingkat Desa yaitu rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan. Programa Penyuluh terdiri atas programa
penyuluhan desa/kelurahan, atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan
kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan propinsi
dan programa penyuluhan nasional.
Inti programa penyuluhan pertanian adalah Rencana Kegiatan Penyuluhan
Pertanian yang disusun melalui sebuah lokakarya partisipatif berdasarkan potensi
wilayah dan masalah/kebutuhan petani serta dukungan instansi/pihak terkait. Isi
dari programa ini adalah kegiatan-kegiatan utama dalam penyuluhan pertanian
yang akan dilaksanakan di wilayah kerja penyuluhan pertanian selama satu tahun.
Sistem penyuluhan pertanian adalah rangkaian pengembangan kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap bagi pelaku utama dan
pelaku usaha melalui penyuluhan dan peran sertanya dalam pembangunan
pertanian.
Pembangunan Pertanian bertujuan meningkatkan Pendapatan petani,
meningkatkan kualitas konsumsi gizi, mendorong terciptanya lapangan kerja dan
kesempatan berusaha serta mendorong peningkatan pertambahan industri
pertanian melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas pembangunan pertanian diarahkan
pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia termasuk didalamnya penyuluhan
untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian tersebut, maka disusunlah
Programa Penyuluhan Pertanian Desa tahun 2020 sesuai dengan keadaan dan
potensi wilayah kerja, serta pedoman yang diambil dari PRA (Partisipatori Rural
Appraisal) Desa Pagar Jati Kecamatan Benakat.

1
1.2. Pengertian-Pengertian
1. Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh adalah jadwal kegiatan yang disusun
oleh penyuluh berdasarkan programa penyuluhan setempat yang
dilengkapi dengan hal-hal yang dianggap perlu untuk berinteraksi dengan
pelaku utama dan pelaku usaha.
3. Potensi Usaha Tani adalah peluang usaha tani dari hulu samapi ilir yang
prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, kondisi
agrosistem setempat, sumber daya dan teknologi yang tersedia untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku
usaha.
4. Produktifitas usaha Tani adalah perolehan hasil usaha per satuan unit usaha
saat ini (factual), maupun potensi perolehan hasil usaha yang dapat dicapai
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan
pelaku usaha.
5. Lingkungan Usaha Tani adalah kondisi ketersediaan prasarana dan sarana
usaha yang meliputi saluran irigasi, agro input, alat mesin pertanian par
panen, panen, pasca panen, dan pengolahan hasil, distribusi dan
pemasaran, serta kebijakan yang mempengaruhi usaha tani.
6. Perilaku adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama dan
pelaku usaha dalam penerapan inovasi teknologi usaha tani dari hulu
sampai hilir.
7. Non perilaku adalah kondisi yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani
pelaku utama dan pelaku usaha, berkaitan dengan ketersediaan prasarana
dan sarana pendukung usaha tani.
8. Sistem Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian adalah rangkaian hubungan
keterkaitan dan saling ketergantungan diantara sub-sub system

2
kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, prasarana, dan sarana, serta
pembiayaan penyuluhan Pertanian yang mempegaruhi keberhasilan
Penyuluhan Pertanian.
9. Penyuluh Pertanian, baik penyuluh PNS, Swasta maupun swadaya, yang
selanjutnya disebut penyuluh, adalah perorangan warga Negara Indonesia
yang melakukan kegiatan penyuluhan.
10. Pelaku Utama Kegiatan Pertanian yang selanjutnya disebut Pelaku Utama
adalah petani, pekebun, peternak, beserta keluarga intinya,.
11. Pelaku Usaha adalah perorangan warga Negara Indonesia atau korporasi
yang dibentuk menurut hokum Indonesia yang mengelola usaha pertanian.
12. Petani adalah warga Negara Indonesia perseorangan dan / atau beserta
keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan.
13. Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan adalah kelembagaan penyuluhan di
tingkat desa/kelurahan yang merupakan unit kerja nonstructural yang
dibentuk dan dikelola secara partisipasif oleh Pelaku Utama.
14. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan social, ekonomi, sumber daya, kesamaan
komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan
usaha anggota.
15. Gabungan kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan adalah
kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama
untuk meningkatkan skala ekonomi dan usaha.
16. Mimbar Sarasehan adalah forum konsultan antara wakil pelaku Utama dan
/ atau Pelaku Usaha dengan pihak pemerintah secara periodik dan
berkesinambung untuk musyawarah dan mufakat dalam perencanaan
pengembangan usaha Pelaku Utama dan/Pelaku Usaha dalam kaitan
dengan pelaksanaan program pembangunan pertanian.
17. Rembugtani Desa adalah pertemuan antara pengurus kelembagaan Petani
untuk menggali masalah-masalah dan merumuskan kebutuhan kelompok

3
serta aspirasi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha sebagai salah satu bahan
yang akan diusulkan dalam Mimbar Sarasehan kecamatan.
18. Musyawarah Perencanaan Pembangunan selanjutnya disebutkan
Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
19. Komoditas Pertanian Strategis Nasional adalah jenis-jenis komoditas yang
ditetapkan sebagai komoditas prioritas di tingkat nasional karena perannya
yang strategis dalam pencapaian ketahanan pangan nasional.
20. Komoditas Unggulan adalah jenis-jenis komoditas pangan yang potensial
dikembangkan di daerah-daerah tertentu sesuai dengan kondisi
agroekosistem setempat.

1.3. Tujuan
Tujuan disusunnya Programa Penyuluhan Pertanian Desa ini adalah :
a) Dijadikan sebagai pedoman kerja bagi penyuluh dalam melaksanakan
tugas penyuluhan sehingga menghasilkan kegiatan penyuluhan
pertanian spesifik lokasi yang strategis dan mempunyai daya yang
tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditi unggulan daerah
dan pendapatan petani sekaligus sebagai bahan informasi untuk dinas
yang terkait dalam menentukan kebijakan pembangunan pertanian.
b) Dijadikan acuan dasar bagi penyuluh Pertanian dalam menyusun
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTP).
c) Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

4
II. KEADAAN
2.1. Sejarah Desa
Asal mula Desa Pagar Jati adalah pindahan dari Desa Mutung dari zaman
jajahan ± 100 tahun yang lalu. Dikatakan dusun Mutung karena desa itu dibakar
oleh pasema lintang/tanjung sakti. Awal mulanya pada tahun 1800 datang ke
Desa Pagar Jati tepatnya dekat Pendopo berjumlah 100 KK.
Diberi nama Desa Pagar Jati karena adanya pohon-pohon jati besar yang
menjadi pagar di desa ini. Penduduk Desa Pagar Jati dominan memeluk agama
Islam. Terbukti dari adanya pengajian setiap malam jumat dirumah penduduk
secara bergilir, adanya adat resepsi, acara mukun/lelang.
Pada tahun 2004 terjadi pemekaran Kecamatan Benakat, sebelum
pemekaran masih ada Kecamatan Gunung Megang, Puyang Meraja Santri di
Padang Bindu/ Muara Benakat.
Desa Pagar Jati adalah salah satu dari delapan Desa dalam satu kesatuan
marga yaitu marga Benakat Kecamatan Gunung Megang, Selanjutnya Desa
Pagar Jati dipimpin oleh seorang Kario Masetap, Kario Akhmad, Kario Mat
Yakin dan Kario Junaidi.
Desa Pagar Jati berjarak 5 Km dari Kantor Pasira dan 15 Km dari Kota
Gunung Megang dengan tranportasi sungai. Pada masa akhir kepemimpinan
Kario Junaidi tepatnya pada tahun 1982 status marga dihapuskan dari jabatan
Kario di ganti menjadi Kepala Desa (Kades). Pada Tahun 1983 terjadi
pemilihan kades dan terpilih Matnun menjadi Kepala Desa pertama. Selanjutnya
secara Repelita kepala desa adalah Abdul Ayib. Dilanjutkan lagi oleh Kepala
Desa Umarli.
Pada Tahun 2004 Banakat berubah status menjadi Kecamatan Benakat
dengan kota Kecamatan Padang Bindu. Jarak Desa Pagar Jati ke kecamatan
adalah 6 Km.
Perkembangan Desa Pagar Jati selanjutnya dengan jumlah penduduk ±
1.684 jiwa yang terdiri dari 524 KK sebagian besar bermata pencaharian bertani,
berkebun dan buruh tani dengan letak desa yang dikelilingi oleh sungai Benakat
dan sungai Lematang.

5
2.2. Monografi Desa
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Desa Pagar Jati
merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Benakat dan sekaligus
bagian dari Wilayah Kerja Balai Penyuluh Pertanian (WKBPP) Cinta
Kasih Kecamatan Belimbing Kabupaten Muara Enim. Luas wilayah Desa
Pagar Jati 2.200 Ha.

Pemerintahan
 Nama Kepala Desa : Helmi
 Nama Sekretaris Desa : Surdimin
 Jumlah Kampung / Dusun : 4 Dusun
 Nama-nama Kepala dusun (Kadus) :
 Dusun 1 : Eryadi
 Dusun 2 : Pahmi Mursalin
 Dusun 3 : A. Rohmad
 Dusun 4 : Helyadi
Orbitasi
a) Jarak dari Ibu Kota Kecamatan : 6 KM
b) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten : 38 KM
c) Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 150 KM

Geografis Desa
Batas-Batas Desa :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Pali


b. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Gunung Megang Dalam
c. Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Betung, Pagar Dewa,
Rami Pasai
d. Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Gunung Megang Dalam,
Gunung megang Luar
Sungai dan Danau :
a. Sungai Benakat
b. Danau Sabau
Topografi
Pada umumnya tanah yang ada di Desa Pagar Jati adalah
asosiasi podsolid merah kuning dengan keadaan fisik adalah sebagai
berikut :
Topografi : Datar sampai bergelombang

6
Struktur : Padat sampai remah
Tekstur : Lempung berpasir
Warna : Merah kekuning-kuningan
Tebal solum : 0 – 25 cm
Tingkat kesuburan : Memungkinkan untuk pertanian
Tingkat pH Tanah : 5-7
Tinggi Wilayah : 30 m dpl
Curah hujan : 2. 250 mm.
Temperatur udara : 30 – 34oC.

2.3. Keadaan Penduduk


Tabel1. Data Jumlah Penduduk

No Data Penduduk Jumlah (Jiwa) Ket.


1 Jumlah Penduduk
a. Kepala Keluarga 374 KK
b. Laki-laki 859
c. Perempuan 988
Data 2018
Tabel 2. Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Uraian Jiwa Ket
1 Pra Sekolah 107
2 SD – sederajat 420
3 SLTP – sederajat 285
4 SLTA – sederajat 147
5 Akademi/diploma -
6 Sarjana 8

2.4. Keadaan Kelembagaan

7
Tabel 3. Kelembagaan kelompok tani
No. Kelembagaan Jumlah
1. Gapoktan 1
2. Kelompok Tani 6
3. KWT (Kelompok Wanita Tani) 1
4. Petani Pemuda -
Jumlah 8

2.5. Keadaan Potensi Pertanian


a. Komoditas Buah-buahan
Tabel 4. Keadaan potensi buah-buahan
No. Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi/Ha Ket
1. Jeruk 2
2. Duku 67
3. Nanas 3
4. Pisang 3,5
5. Rambutan 5
6. Durian 10
7. Mangga 5
8. Manggis 3
Jumlah 98,5

b. Komoditas Tanaman Pangan


Tabel 5.keadaan potensi tanaman pangan
No. Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi ton/Ha Ket
1. Padi sawah 20,81 3,1
2. Padi gogo 75 2-3,5
3. Kacang tanah 3
4. Jagung 17 3-6
5. Kacang hijau 11 1
6. Ubi kayu 4 15
7. Ubi Jalar 2
8. Kacang Panjang 2
9. Tomat kecil 1

8
10. Cabai 3
11. Sayuran lain 6
Jumlah 140,5

c. Perkebunan
Tabel 6. Keadaan potensi perkebunan
No
Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi /Ha Ket
.
1. Karet 210 300kg/bln Produktif
2. Kelapa Sawit 76 1,6 ton
3. Kelapa 2,5 -
Jumlah

d. Peternakan
Tabel 7. Keadaan potensi peternakan
No. Jenis Ternak Jumlah (Ekor) Ket
1. Kerbau 15 -
2. Sapi 250 Ektensif
3. Kambing 105 Ektensif
4. Domba 87 Ektensif
5. Itik 363 Ektensif
6. Ayam Buras 205 Ektensif
7. Ayam Ras (Broiler) -
8. Ayam Ras (Layer) -

2.6. Sarana dan Prasarana

9
Tabel 8. Prasarana Usaha Tani
No Jenis Sarana Jumlah Ket
1 KUD -
2 Kios pupuk -
3 Kios Saprodi - Masih mengambil
keluar

Tabel 9. Sarana Usaha Tani

No Fasilitas Jumlah Ket


1 Pompa air 16
2 Cangkul 602
3 Parang/arit 743
4 Hand Sprayer 108
5. Pisau Sadap 896

Tabel 10. Fasilitas Pendukung Usaha Tani

No Jenis Fasilitas Jumlah Ket.


1 Sarana Peribadatan
a. Masjid 1
b. Gereja -
2 Sarana Pendidikan
a. Gedung TK 1
b. Gedung SD 1
c. SLTP -
3 Sarana Olah Raga
a. Lap. Sepak Bola -
b. Lap. Bola Volly 1
c. Lap. Bulu Tangkis 1
d. Tenis Meja 1
4 Sarana Komunikasi
a. Pesawat Televisi 831 Bisa Berubah
b. Radio 73 Bisa Berubah

10
c. Handphon 1680 Bisa Berubah
5 Sarana Transportasi
a. Mobil 26 Bisa Berubah
b. Sepeda Motor 503 Bisa Berubah
c. Perahu 16 Bisa Berubah

2.7. Keadaan Alsintan

Tabel 11. Keadaan Alsintan


No Fasilitas Jumlah Ket
1 RMU 1 Tidak berjalan
2 Hand Tractor 2 Tidak baik

2.8. Keadaan Sosial Ekonomi


No Mata Pencarian Jumlah (Jiwa)

1 Petani/Peternak 639
2 Buruh 165
3 Pedagang 41
4 PNS 6
5 Bidan/Paramedis 2

III. TUJUAN

III.1 Perilaku
3.1.1. Tanaman Pangan
a. Padi Sawah
1. Meningkatkan minat petani untuk melakukan pembukaan lahan
sawah dari 30 % menjadi 37%
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembukaan lahan sawah dari 30 % menjadi 37%.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
pengolahan lahan sawah dari 30 % menjadi 37%

11
4. Meningkatkan penggunaan benih padi unggul bersertifikat dari 30 %
menjadi 40%
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pemupukan berimbang pada tanaman padi dari 30 % menjadi 40%
6. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
menerapkan system jajar legowo pada tanaman padi dari 40%
menjadi 45%.
7. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
pencegahan dan pengendalian hama penyakit pada tanaman padi dari
35% menjadi 45%.
8. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
pencegahan dan pengendalian hama penyakit pada tanaman padi
dengan cara menanam tanaman refugia dari 0 % menjadi 10%.
9. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
cara melakukan pengambilan ubinan tanaman padi dari 25% menjadi
35%.
10. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
pengolahan pasca panen tanaman padi dari 35% menjadi 45%.

b. Padi Gogo
1. Meningkatkan minat petani untuk melakukan pembukaan lahan baru
dari 25 % menjadi 35%
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembukaan lahan baru dari 25 % menjadi 35%
3. Meningkatkan penggunaan benih padi unggul bersertifikat dari 25 %
menjadi 35%
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pemupukan berimbang pada tanaman padi dari 25 % menjadi 35%
5. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
menerapkan system jajar legowo pada tanaman padi dari 35%
menjadi 45%.
6. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
pencegahan dan pengendalian hama penyakit pada tanaman padi dari
35% menjadi 45%.
7. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
cara melakukan pengambilan ubinan tanaman padi dari 25% menjadi
35%.
8. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
pengolahan pasca panen tanaman padi dari 35% menjadi 45%.

c. Jagung

12
1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara pencegahan dan
pengendalian OPT secara PHT dari 25% menjadi 30%.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pemupukan berimbang pada tanaman jagung dari 25 % menjadi
35%.
3. Meningkatkan petani yang menerapkan system jajar legowo pada
budidaya tanaman jagung dari 15 % menjadi 25 %.
4. Meningkatkan petani yang menggunakan benih unggul jagung
hibridah dari 25 % menjadi 40 %.
5. Meningkatkan petani yang menerapkan system tumpang sari
tanaman (Turiman) jagung dengan padi atau kedelai sesuai anjuran
teknis dari 30 % menjadi 37%.
6. Meningkatkan petani yang memanfaatkan lahan pekarangan
sebagai lahan untuk tanaman jagung dari 25 % menjadi 35 %.
7. Meningkatkan petani yang terampil membuat benih jagung secara
mandiri dari 15 % menjadi 20 %.
8. Meningkatkan petani yang mengetahui dan memahami teknik
panen jagung hibridah dari 15% menjadi 25 % .

d. Kacang Hijau
1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara pencegahan dan
pengendalian OPT secara PHT dari 25% menjadi 30%.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pemupukan berimbang pada tanaman kacang hijau dari 25 %
menjadi 35%.

e. Kedelai
1. Meningkatkan minat petani terhadap budidaya tanaman kedelai dari
5 % menjadi 15 %.
2. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara budidaya tanaman
kedelai dari 5 % menjadi 15 %.

13
f. Sayuran
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
menerapkan pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam
sayuran dari 15% menjadi 45%.
2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
pembuatan bibit sayuran dari 15% menjadi 35%.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit pada tanaman sayuran dari
25 % menjadi 45 %.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
budidaya sayuran bayam dari 15 % menjadi 25 %.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
budidaya sayuran kangkung dari 15 % menjadi 25 %.
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
budidaya sayuran kacang panjang dari 15 % menjadi 25 %.
7. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
budidaya mentimun dari 15 % menjadi 25 %.
8. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
budidaya aneka sayuran lainnya dari 15 % menjadi 25 %.
9. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang
budidaya aneka sayuran dengan system hidroponik dari 0 % menjadi
35 %.

g. Aneka Cabe
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
pembuatan bibit cabe dari 25% menjadi 35%.
2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
menerapkan pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam aneka
cabe dari 20% menjadi 50%.
3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
menerapkan tanam aneka cabe di dalam polybag dari 10% menjadi
30%.
4. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang
pencegahan dan pengendalian hama penyakit tanaman cabe dari 20%
menjadi 35%.

14
9.1.2. Peternakan
a. Sapi
1. Meningkatkan pengetahuan peternak tentang pentingnya Hijauan
Makanan Ternak (HMT) dari 25% menjadi 35%.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembuatan pakan konsentrat dari 5 % menjadi 10%.
3. Meningkatkan pengetahuan peternak tentang cara pemeliharaan
ternak secara intensif dari 10% menjadi 15%.
4. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara pencegahan dan
pengendalian penyakit pada ternak dari 25% menjadi 30%.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembuatan kompos dari kotoran ternak dari 5 % menjadi 15 %.
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang
sanitasi kandang dari 15 % menjadi 25 %.

b. Kambing dan Domba


1. Meningkatkan pengetahuan peternak tentang pentingnya Hijauan
Makanan Ternak (HMT) dari 25% menjadi 35%.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembuatan pakan konsentrat dari 5 % menjadi 10%.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembuatan permen jilat dari 5 % menjadi 10%.
4. Meningkatkan pengetahuan peternak tentang cara pemeliharaan
ternak secara intensif dari 15% menjadi 20%.
5. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara pencegahan dan
pengendalian penyakit pada ternak dari 25% menjadi 30%.
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pembuatan kompos dari kotoran ternak dari 5 % menjadi 15 %.
7. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang
sanitasi kandang dari 20 % menjadi 35 %.

c. Unggas
1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara mengetahui
tanda-tanda unggas yang terserang flu burung dari 15% menjadi
19%.
2. Meningkatkan pengetahuan petani tentang cara pencegahan dan
pengendalian flu burung dari 5% menjadi 10%.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang
sanitasi kandang dari 15 % menjadi 25 %.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang
usaha ternak unggas dari 5 % menjadi 15 %.

15
3.1.3. Perkebunan
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pemupukan berimbang pada tanaman karet dari 35 % menjadi 45%
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang cara
pemupukan berimbang pada tanaman kelapa sawit dari 35 % menjadi
45%

1.1.4. Kelembagaan
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang tata cara
pengelolaan administrasi kelompok tani yang benar dari 35 % menjadi
45%.
2. Meningkatkan jumlah kelompok tani yang mempunyai usaha kelompok
dari 5 % menjadi 10%.

III.2 Non Perilaku


3.2.1. Tanaman Pangan
1. Meningkatkan ketersediaan benih dan bibit tanaman pangan dan
hortikulktura
2. Meningkatkan ketersediaan pupuk kompos
3. Meningkatkan ketersediaan pupuk bersubsidi
4. Meningkatkan ketersediaan polybag
3.2.2. Peternakan
1. Meningkatkan modal usaha

3.2.3. Perkebunan
1. Meningkatkan ketersediaan bibit karet dan kelapa sawit
2. Meningkatkan ketersediaan pupuk bersubsidi
3.2.4. Kelembagaan
1. Meningkatkan jumlah kelompok tani yang sudah berbadan hukum dari
0 % menjadi 10%.

16
IV. PERMASALAHAN

IV.1Faktor Perilaku
4.1.1. Tanaman Pangan
a. Padi Sawah
1. 70 % petani yang belum mau dan mampu melakukan pembukaan
lahan sawah secara berkelanjutan.
2. 70 % petani yang belum mau dan mampu melakukan pengolahan
lahan sawah sesuai dengan anjuran teknis.
3. 70 % petani belum menggunakan benih padi unggul bersertifikat
4. 70 % petani yang belum mau dan mampu melakukan pemupukan
berimbang pada tanaman padi.

17
5. 60 % petani yang belum menerapkan system jajar legowo pada
tanaman padi.
6. 65 % petani yang belum melakukan pencegahan dan pengendalian
hama penyakit pada tanaman padi.
7. 100 % petani yang belum mengtahui dan terampil dalam melakukan
pencegahan dan pengendalian hama penyakit pada tanaman padi
sawah denga cara menanam tanaman refugia.
8. 75 % petani belum mengetahui dan terampil tentang cara melakukan
pengambilan ubinan tanaman padi sawah.
9. 65 % petani belum mengetahui dan terampil tentang pengolahan
pasca panen tanaman padi sawah.

b. Padi Gogo
1. 75 % petani yang belum mau dan mampu melakukan pembukaan
lahan baru secara berkelanjutan.
2. 75 % petani belum menggunakan benih padi unggul bersertifikat
3. 75 % petani yang belum mau dan mampu melakukan pemupukan
berimbang pada tanaman padi.
4. 65 % petani yang belum menerapkan system jajar legowo pada
tanaman padi.
5. 75 % petani yang belum melakukan pencegahan dan pengendalian
hama penyakit pada tanaman padi.
6. 75 % petani belum mengetahui dan terampil tentang cara melakukan
pengambilan ubinan tanaman padi sawah.
7. 65 % petani belum mengetahui dan terampil tentang pengolahan
pasca panen tanaman padi sawah.

c. Jagung
1. 75 % petani belum mengetahui cara pencegahan dan pengendalian
OPT secara PHT.
2. 75 % petani belum mengetahui dan terampil tentang cara pemupukan
berimbang pada tanaman jagung.
3. 85 % petani belum menerapkan system jajar legowo pada budidaya
tanaman jagung.
4. 75 % petani belum menggunakan benih jagung hibridah.

18
5. 70 % petani belum menerapkan system tumpang sari tanaman jagung
dengan padi atau kedelai sesuai anjuran teknis.
6. 75 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan sebagai lahan
untuk tanaman jagung.
7. 85 % petani belum terampil membuat benih jagung secara mandiri.
8. 85 % petani belum mengetahui dan memahami teknik panen jagung
hibridah.

d. Kacang Hijau
1. 75 % petani belum mengetahui tentang cara pencegahan dan
pengendalian OPT secara PHT.
2. 75 % petani belum menerapkan pemupukan berimbang pada tanaman
kacang hijau.

e. Kedelai
1. 95 % petani belum mau dan mampu menerapkan budidaya tanaman
kedelai.
2. 95 % petani belum mengetahui tentang cara budidaya tanaman kedelai
dengan baik.

f. Sayuran
1. 85 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan
menanam sayuran secara optimal.
2. 85 % petani belum terampil dalam melakukan pembuatan bibit
sayuran sendiri.
3. 75 % petani belum mengetahui dan terampil dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit pada tanaman sayuran.
4. 85 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan
menanam sayuran bayam.
5. 85 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan
menanam sayuran kangkung.
6. 85 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan
menanam sayuran kacang panjang.
7. 85 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan
menanam sayuran mentimun.

19
8. 85 % petani belum memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan
menanam sayuran lainnya.
9. 95 % petani belum mengetahui tentang budidaya tanaman sayuran
secara hidroponik.

g. Aneka Cabe
1. 75 % petani belum terampil dalam pembuatan bibit cabe .
2. 80 % lahan pekarangan rumah belum dimanfaatkan untuk menanam
cabe secara optimal.
3. 90 % petani belum mau dan mampu menanam aneka cabe dengan
menggunakan polybag dilahan pekarangan rumah secara optimal
4. 80 % petani belum mengetahui dan terampil dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit pada tanaman cabe.

4.1.2. Peternakan
a. Sapi
1. 75 % peternak belum mengetahui tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan Hijauan Makanan Ternak secara addlibitum dalam
penggemukan ternak.
2. 95 % peternak belum mengetahui dan terampil tentang cara pembuatan
pakan konsentrat.
3. 90 % peternak belum mengetahui tentang cara pemeliharaan ternak
secara intensif.
4. 75 % peternak belum mengetahui dan terampil tentang cara pencegahan
dan pengendalian penyakit pada ternak.
5. 95 % peternak belum mengetahui tentang cara pembuatan kompos dari
kotoran ternak dari 5 % menjadi 15 %.
6. 85 % peternak belum menerapkan sanitasi kandang dengan baik.

b. Kambing dan Domba


1. 75 % peternak belum mengetahui tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan Hijauan Makanan Ternak secara addlibitum dalam
penggemukan ternak.
2. 95 % peternak belum mengetahui dan terampil tentang cara pembuatan
pakan konsentrat.
3. 95 % peternak belum mengetahui dan terampil tentang cara pembuatan
permen jilat.

20
4. 90 % peternak belum mengetahui tentang cara pemeliharaan ternak
secara intensif.
5. 75 % peternak belum mengetahui dan terampil tentang cara pencegahan
dan pengendalian penyakit pada ternak.
6. 95 % peternak belum mengetahui tentang cara pembuatan kompos dari
kotoran ternak dari 5 % menjadi 15 %.
7. 85 % peternak belum menerapkan sanitasi kandang dengan baik.

c. Unggas
1. 85 % masyarakat belum mengetahui tanda-tanda unggas yang
terserang flu burung.
2. 95 % masyarakat belum mengetahui tentang cara pencegahan dan
pengendalian flu burung.
3. 90 % masyarakat belum paham akan pentingnya sanitasi kandang.
4. 95 % masyarakat belum menjadikan ternak unggas sebagai komoditi
usaha yang diunggulkan.

7.1.3. Perkebunan
1. 65 % petani belum mau dan mampu menerapkan cara pemupukan
berimbang pada tanaman karet sesuai anjuran.
2. 65 % petani belum mau dan mampu menerapkan cara pemupukan
berimbang pada tanaman kelapa sawit sesuai anjuran.

4.1.4. Kelembagaan
1. 65 % kelompok tani belum mengetahui dan terampil dalam tata cara
pengelolaan administrasi kelompok tani yang benar.
2. 95 % kelompok tani belum mempunyai usaha kelompok.

IV.2Non Perilaku
4.2.1. Tanaman Pangan
1. Terbatasnya ketersediaan benih dan bibit tanaman pangan dan
hortikulktura
2. Terbatasnya ketersediaan pupuk kompos
3. Terbatasnya ketersediaan pupuk bersubsidi

21
4. Terbatasnya ketersediaan polybag

4.2.2. Peternakan
1. Keterbatasan modal usaha

4.2.3. Perkebunan
1. Terbatasnya ketersediaan bibit karet dan kelapa sawit di desa
2. Terbatasnya ketersediaan pupuk bersubsidi

4.2.4. Kelembagaan
1. 100 % kelompok tani belum berbadan hukum.

V. RENCANA KEGIATAN

Rencana kegiatan Penyuluhan Pertanian desa Pagar Jati Kecamatan


Benakat secara rinci tergambar di dalam :
1) Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD).
2) Rencana Kegiatan Untuk Mengikhtiarkan Kemudahan Penyuluhan.
3) Matriks Programa Penyuluhan Pertanian.

22
VI. PENUTUP

Demikianlah Programa Penyuluhan Pertanian kami susun, kami


menyadari bahwa Programa Penyuluh Pertanian ini jauh dari kesempurnaan.
Hal ini tidak lepas dari keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang
kami miliki oleh karena itu kami mengharapkan saran serta kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga
Programa Penyuluhan Pertanian ini dapat bermanfaat dalam pembangunan
pertanian di Indonesia pada umumnya dan Kecamatan Benakat Desa Pagar
Jati pada khususnya.

23
24

Anda mungkin juga menyukai