Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan oleh

para penyuluh tingkat kecamatan dan desa tentu memerlukan pedoman sebagai arah

dalam mengelola metode penyuluhan yang di butuhkan oleh petani di pedesaan.

Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) merupakan panduan gambaran tentang

pengembangan pertanian, perikanan dan kehutanan baik yang sedang dilaksanakan

maupun yang akan dilaksanakan.

Pembangunan pertanian yang dilakukan pemerintah dewasa ini adalah untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat tani, usaha yang ditempuh oleh pemerintah

dalam rangka peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi hasil

pertanian selama ini dilaksanakan melalui penyuluhan pertanian.

Dengan demikian, taraf hidup petani beserta keluarganya dapat mencapai

kesejahteraan dan kemakmuran yang meningkat, maka untuk mencapai hal tersebut

diatas, maka SDM pertanian merupakan motor penggerak utama untuk membangun

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat tani seutuhnya sehingga arah

pembangunan pertanian ke depan sangat dibutuhkan petani handal.

Agar Revitalisasi Penyuluhan Pertanian dapat berjalan secara produktif,efektif


dan efesien, perlu di lakukan identifikasi sumberdaya dan program-program
pembangunan pertanian, baik yang digunakan oleh pemerintah, swasta maupun
masyarakat. Hal tersebut diperlukan dalam rangka penyusunan rencana
penyelenggarakan penyuluhan pertanian yang komprehensif dengan memadukan
sumberdaya yang tersedia.
Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian merupakan Rencana tertulis yang
disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan Pedoman Pelaksanaan
Penyuluhan serta sebagai alat Pengendali Pencapaian tujuan Penyuluhan. Rencana
Kerja penyuluhan pertanian yang disusun setiap tahun memuat rencana penyuluhan
tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing

1
tingkatan dengan cakupan pengorganisasian,pengelolaan sumberdaya sebagai
pelaksana penyuluhan.
Berbagai permasalahan yang di hadapi berkaitan dengan Rencana Kerja
penyuluhan pertanian antara lain:
1) Belum tertibnya penyusunan Rencana Kerja penyuluhan pertanian di semua
tingkatan.
2) Naskah Rencana Kerja penyuluhan pertanian belum sepenuhnya dijadikan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
3) Keberadaan penyuluh pertanian tersebar pada beberapa dinas/instansi,baik di
propinsi maupun kabupaten/ kota.
4) Rencana Kerja penyuluhan pertanian kurang mendapatdukungan dari
dinas/instansi terkait.
5) Penyusunan Rencana Kerja penyuluhan pertanian masih didomisili oleh petugas
(kurang partisipatif).
Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SP3K),Maka Rencana Kerja penyuluhan
pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik
lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap peningkatan
produktifitas komoditas unggulan daerah dan pendapatan petani.Dengan demikian
kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam Rencana Kerja penyuluhan pertanian ini
akan mampu merespon kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan memberikan
dukungan terhadap program-program prioritas dinas/instansi terkait.
Rencana Kerja penyuluhan pertanian di tingkat provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa/kelurahan akan menentukan besarnya pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk penyelenggaraan penyuluhan
pertanian. Hal ini sesuai dengan amanah undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 yang
menyebutkan bahwa pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan bersumber dari APBD yang jumlah
dan alokasinya disesuaikan dengan Rencana Kerja penyuluhan.
Dengan memposisikan Rencana Kerja penyuluhan pertanian secara strategis,
maka diharapkan masalah-masalah yang selama ini dirasakan menghambat persiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan Rencana Kerja penyuluhan pertanian dapat diatasi.

2
1.2 Maksud dan Tujuan

a. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian bagi para


penyelenggara
b. Memberikan acuan bagi penyuluh pertanian dalam menyusun rencana kegiatan
penyuluhan pertanian
c. Menyediakan bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk di sampaikan
dalam forum musrenbangtan tahun berikutnya

1.3 Ruang lingkup


Ruang lingkup pedoman penyusunan Rencana Kerja penyuluhan pertanian
meliputi persiapan,penyusunan,pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi Rencana
Kerja penyuluhan pertanian

1.4 Pengertian
1. Penyuluh Pertanian, baik penyuluh PNS, swasta maupun swadaya, yang
selanjutnya di sebut penyuluh adalah bahan yang akan di sampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang
meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hokum
dan kelestarin lingkungan.
2. Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahtraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sejarah perkembangan pertanian
Indonesia telah terbukti secara nyata tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
penyuluh pertanian Lapangan, baik dalam upaya meningkatkan Produktifitas
maupun mutu usaha tani pelaku utama dan pelaku usaha.
3. Sistem Penyuluhan pertanian yang selanjutnya disebut Sistem penyuluhan
adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan,
ketrampilan, sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

3
4. Revitalisasi penyuluhan pertanian adalah upaya mendudukan, memerankan,
memfungsikan dan menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud satu
kesatuan pengertian, satu kesatuan korps dan satu kesatuan arah serta kebijakan.
5. Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan di sampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang
meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi,hukum,
dan kelestarian lingkungan.
6. Pelaku Utama Kegiatan pertanian yang selanjutnya di sebut pelaku utama
adalah masyarakat petani, pekebun, peternak, beserta keluarga intinya.
7. Pelaku Usaha adalah perseorangan warga Negara Indonesia atau korporasi yang
di bentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan
dan kehutanan.
8. Petani adalah perorangan warga Negara Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu,
usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penumpang.
9. Pos penyuluhan Desa/Gampong adalah kelembagaan penyuluhan pada tingkat
Desa/gampong yang merupakan unit kerja nonstruktural yang di bentuk dan di
kelola secara partisipatif oleh pelaku utama.
10. Desa atau Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat,berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di
akui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
11. Kelompok tani (POKTAN) adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial,ekonomi,sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota.
12. Gabungan Kelompoktani (GAPOKTAN) adalah kumpulan beberapa
kelompoktani yang tergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala
ekonomi.

4
BAB II
KEADAAN

2.1 Perumusan Keadaan


Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi di
suatu wilayah pada saat Rencana kerja Penyuluhan Pertanian di susun yang di peroleh
setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Sebelum keadaan di rumuskan
perlu di lakukan pengumpulan,pengolahan dan analis data mengenai potensi,
produktifitas dan lingkungan usaha pertanian, perilaku/tingkat kemampuan pelaku
utama dan pelaku usaha,dan kebutuhan pelaku utama dalam usahanya di suatu
wilayah. Hasil analisis data dan informasi dapat di gali melalui berbagai metoda
partisipatif, diantaranya PRA (partisipatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan
pelaku utama dan pelaku usaha (RDK/RDKK) serta dari rekapitulasi Rencana Kerja
penyuluhan setingkat di bawahnya.

2.2 Kondisi keadaan di WKPP Kuala Baro B dan C


Tabel 1. Luas Tanaman Pangan Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan

Volume
No Komoditi Keterangan
Ha Ekor
1 Padi 10 -
2 Jagung 14 -
3 Kedelai 4 -
4 Ubi Kayu 5,5 -
5 Ubi Jalar 4 -
6 Kacang Tanah 12,5 -
7 Kacang Panjang 1,5 -
8 Sawi 2 -
9 Bayam 2,5 -
10 Kangkung 3 -
11 Cabe 4,5 -
12 Pare 1 -
13 Semangka 13 -
14 Pisang 2 -
15 Bengkuang 2 -
16 Durian 2 -
17 Rambutan 2 -
18 Nilam 1 -
19 Kelapa dalam 5,5 -
20 Kelapa Sawit 550 -

5
21 Kakao 26
22 Karet 12
23 Tanaman Obat-obatan 1
24 Sapi - 162
25 Kerbau - 28
26 Kambing - 263
27 Ayam - 755
28 Itik - 792

Tabel 2. Penggunaan Tanah.

No Jenis usaha Luas ( Ha ) Kondisi Keterangan

Perlu Kurang termanfaatkan


1 Padi 10
dioptimalkan dengan baik
Tanaman pangan/ Umumnya ditanami di sela-
2 65 Baik
Palawija sela tanaman sawit.
masih bisa cetah sawah
3 Lahan tegalan 272 Baik

Perlu Merupakan perkebunan


4 Perkebunan 577
rawatan sawit,

Padang
5 145 Baik Tersebar di kebun rakyat
pengembalaan
dan tanah kosong
Total 1.065

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut kelompok Jenis Kelamin Tahun 2020


Jumlah Kepala
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Keluarga
No Desa KK KK Non Jumlah
Laki-laki Perempuan Jumlah
Tani Tani
1 Kuala Baro 346 286 632 50 141 164
2 Lhok 704 765 1.469 163 315 478
3 Padang Rubek 280 320 600 45 90 135
Jumlah 1330 1371 2701 258 546 777

6
Tabel 4. Data Keragaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur (Thn)
No Desa 0-14 15-29 30-49 50-69 >70 Jumlah
1 Kuala Baro 147 219 213 45 8 632
2 Lhok
3 Padang Rubek
Jumlah

Tabel 5. Luas Lahan berdasarkan kondisi

No Sawah Perkebunan Tegalan Pekarangan Keterangan


Irigasi T.H
1. - 10 577 272 68 -

 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Wilayah Kerja Penyuluhan,


Pertanian (WKPP) Kuala Baro B dan C pada umumnya adalah petani, pedagang,
petani serta buruh perkebunan. Petani yang ada di Wilayah Kerja Penyuluhan
Pertanian (WKPP) Kuala Baro B dan C memang sudah mengerti tentang cara
penanam, pemupukan, itu disebabkan karna petani sudah menjadi petani secara turun
menurun,

 Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP)
Kuala Baro B dan C seperti yang tertera pada table 2 yaitu sawah dan sector
perkebunan juga merupakan bantuan dari pemerintah melalui dana Badan Rekontruksi
dan Rehabilitasi (BRR) pada tahun 2007 seluas 550 Ha

7
BAB III

TUJUAN

3.1 Penetapan Tujuan

Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak di capai dalam


jangka waktu 1 (satu) tahun. Tujuan dirumuskan dengan kalimat-kalimat perubahan
perilaku pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak di capai. Penetapan tujuan
tersebut di lakukan bersama sama pemerintah, pelaku utama dan pelaku usaha
sehingga rumusan tersebut berupa keinginan dan kepentingan dari kedua belah pihak.

3.2 Tujuan penyusunan Rencana Kerja :

a. Rencana Kerja penyuluhan pertanian disusun untuk memberikan arah,


pedoman dan alat pengendali pencapaian tujuan penyelengaraan penyuluhan.
b. Membangun kesediaan dan kesiapan para penyuluh dan pihak terkait dalam
penyelengaraan penyuluhan dalam wilayah Penyuluhan Pertanian (WKPP)
Kuala Baro B dan C
c. Mengatur pendayagunaan tenaga, peralatan, sarana dan prasarana serta sumber
– sumber potensi yang ada sehingga penyelengaraan penyuluhan pertanian
dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.
d. Menjadi acuan dasar bagi para penyuluh dalam Wilayah Binaan Wilayah
Penyuluhan Pertanian (WKPP) Kuala Baro B dan C, untuk menyusun rencana
kerja penyuluhan pertanian tahun 2020.
e. Menjadi Standar bagi monitoring dan evaluasi penyuluhan pertanian dalam
tahun 2020.

8
BAB IV
MASALAH

Penetapan masalah adalah perumusan faktor-faktor yang dapat menyebabkan


tidak tercapainya tujuan. Faktor-faktor tersebut terutama dicari dari kemampuan
pelaku utama dan pelaku usaha dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha.
Faktor-faktor tersebut disusun berdasarkan :
1. Apakah masalah tersebut menyangkut mayoritas pelaku utama dan pelaku
usaha dan organisasi pelaku.
2. Apakah erat kaitanya dengan program pembangunan yang sedang berlangsung
di wilayah kerja yang bersangkutan.
3. Apakah kemampuan biaya (baiya, tenaga, peralatan, dsb) tersedia untuk
pemecahan masalah. Urutan prioritas masalah dapat di lakukan dengan
menggunakan teknik factor penentu (impact-point) atau teknik peningkatan
masalah lainya.
Selain itu, penetapan masalah di lakukan secara partisipatif dengan merujuk
pada hasil identifikasi factor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan.
Penetapan masalah dilakukan dengan tahapan :

1. Menetapkan kriteria untuk menetapkan prioritas (melibatkan banyak pelaku


utama dan pelaku usaha, sebaran lokasi luas, kerugian yang diakibatkan tinggi,
kemudahan untuk mengatasi masalah, mendesak/penting.
2. Menepkan skoring/pembobotan untuk setiap kriteria sesuai dengan
kesepakatan.
3. Melakukan penilaian terhadap setiap masalah berdasarkan skoring.
4. Menetapkan prioritas masalah.

9
BAB V
CARA MENCAPAI TUJUAN

Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) Kuala Baro B dan C yang


terdiri dari 3 (tiga) desa yaitu desa Kuala Baro, Lhok dan Padang Rubek yang letak
giografisnya dekat dengan desa ke Kecamatan. Perilaku pelaku utama dan pelaku
usaha yang ada di Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) Kuala Baro B dan C
masih belum sepenuhnya menyadari tentang pentingnya kehadiran penyuluh yang di
tugaskan di wilayah kerja penyuluh, itu disadari oleh penyuluh dikarnakan para pelaku
utama dan pelaku usaha yang selama ini menganggap kehadiran penyuluh masih di
anggap membawa bantuan.
Upaya pemecahan masalah oleh Penyuluh Pertanian (WKPP) Kuala Baro B
dan C dengan cara melakukan Demontrasi Plot (Demplot), Ceramah, Anjangsana atau
Kunjungan ke Kelompok tani. Untuk lebih jelasnya pemecahan setiap masalah ini
akan dicantumkan dalam Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) baik dari pos
Penyuluhan Desa (Gampong) maupun Rencana Kerja Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) Kuala Pesisir, setelah tahap penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian
ini. Dengan pemakaian anggaran yang bersumber dari APBN dan APBD I/II, hal
itupun sesuai dengan alokasi yang disediakan bagi WKPP Kuala Baro B dan C.

10
BAB V
PENUTUP

Wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) Kuala Baro B dan C yang terdiri
dari tiga desa, mayoritas penduduknya lebih banyak petani perkebunan dibandingkan
dengan petani padi, hanya dua desa yang masih menanam padi dikarenakan lahan
sudah banyak beralih fungsi ke tanaman perkebunan.
Pelaksanaan rencana kerja dilaksanakan melalui kunjungan ke kelompok
tani. Pesan rencana kerja ini disampaikan oleh PPL ke masyarakat melalui tokoh
masyarakat dalam menggerakkan suatu program. Tokoh masyarakat akan
mengadakan rapat dalam rangka pelaksanaan program.
Rencana Kerja Penyuluh Pertanian disusun pada akhir tahun sebelumnya dan
dapat memanfaatkan data anggaran dari perencanaan Daerah Kabupaten untuk
mengetahui rencana Daerah dalam tahun depan. Pengembangan pertanian dalam
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) yang bersangkutan. Hal ini penting
diketahui untuk mengetahui apakah anggaran dapat tersedia bagi kegiatan penyuluhan
tertentu yang sesuai atau sebaliknya.
Program kerja pembangunan pertanian akan berjalan secara sukses jika
semua pihak yang terlibat bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil dan bijaksana
diharapkan kepada masyarakat untuk proaktif menjalankan program pemerintah
secara jujur, dan penuh tanggung jawab.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Vademecum Peraturan Turunan Undang-Undang No 16 Tahun


2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan,dan Kehutanan (SP3K)
2. Undang-Undang Republik Indonesia No 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
3. Anonymous. 2009. Peraturan Menteri Pertanian. No 43, tentang pembiayaan,
dan pengawasan penyuluh pertanian , perikanan, dan kehutanuan.
4. Anonymous. 2008. PERMENPAN NO. 2/ MENPAN / 2/ 2008. Tentang
Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya.

12

Anda mungkin juga menyukai