PENDAHULUAN
1
Dengan demikian dalam rangka menerapkan strategi penyuluhan pertanian untuk
mernbangun kemandiriaan, prakarsa tanggmg jawab serta partisipasi masyarakat tani dalam
pembangunan pertanian adalah terwujudnya “Programa Penyuluhan Pertanian”
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Programa Penyuluhan Pertanian di Tingkat Kecamatan Jelbuk Tahun
2016 adalah :
1. Memberi arah, pedoman, tujuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian di wilayah
Kecamatan Jelbuk ;
2. Menjadi acuan dasar dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian
ditingkat Wilayah Binaan (Wilbin) di Wilayah Kecamatan Jelbuk;
3. Sebagai dasar pembinaan, evaluasi, monitoring dan pelaporan tingkat keberhasilan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian serta sebagai dasar dalam penentuan
kebijaksanaan penyelenggaraan penyuluhan di wilayah Kecamatan Jelbuk pada tahun
berikutnya.
BAB II
KEADAAN
2
A. Sumber Daya Alam
Posisi Kecamatan Jelbuk ada pada garis meridien 113 045’30,81’’derajat bujur timur dan
8005’2,3’’derajat lintang selatan. Kecamatan Jelbuk mempunyai luas wilayah 65,06 Km2 dengan
ketinggian rata-rata 185 meter dari atas permukaan laut. Kecamatan Jelbuk terdiri dari 6 desa
yaitu : Jelbuk, Panduman, Sukowiryo, Sukojember, Sugerkidul dan Sucopangepok. Seluruh desa
berkualifikasi Desa Swakarya. Jarak Kecamatan Jelbuk ke pusat kota Jember berjarak 12 Km.
Batas Kecamatan Jelbuk yaitu sebelah Utara Kabupaten Bondowoso disebelah Timur Kecamatan
Sukowono sebelah Selatan Kecamatan Arjasa dan sebelah Barat Pegunungan Argopuro.
Temperatur udara di Kecamatan Jelbuk 30° celsius. Pada musim hujan berkisar 28°
celsius. Musim hujan berlangsung antara bulan oktober sampai dengan bulan april. Sedangkan
musin kemarau berlangsung dari bulan mei sampai dengan bulan september. Dengan curah hujan
pada tahun 2016 sebesar 2575 mm/tahun.
Ketinggian tempat 0 - 25 dpl :..0...km2, 25 - 100 dpl :..0... km2, 100 – 500
dpl :..32,64...km2. 500 - 1.000 dpl :..19,29...km2, 1.000 - 2.005 dpl :..12,73... km2. > 2.005 dpl
:...0,4.. km2. Kemiringan wilayah 0 - 2° :..1,02. km2, 2° - 15° :.24,61.. km2, 15° - 40° :..9,32.. km2
, >40 :..30,11..km2.
Pemanfaatan lahan sangat menentukan jenis komoditas pertanian yang dikembangkan di
Kecamatan Jelbuk. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Jelbuk berdasarkan tata ruang dibedakan
antara lain sebagai berikut :
Lahan Sawah Irigasi Teknis : 912,1 Ha.
Lahan Sawah Irigasi 1/2 Teknis : 353,7 Ha.
Lahan Sawah Sederhana : 0 Ha.
Lahan sawah Irigasi Kecamatan : 0 Ha.
Lahan Sawah Tadah Hujan : 48,5 Ha.
Lahan Tegal : 1891,0 Ha.
3
Berdasar hasil registrasi tahun 2016 jumlah penduduk Kecamatan Jelbuk sebanyak
32.276 jiwa yang terdiri dari 17.144 jiwa perempuan dan 15.132 jiwa laki-laki. Usia produktif
sekitar 13.199 jiwa (18-56 Tahun).
Berdasarkan Data BPS Jermber Tahun 2015 jumlah petani di Kecamatan Jelbuk sebanyak
11.390 kepala keluarga, yang terdiri dari petani pemilik dan petani penggarap sebanyak 3796
orang dan buruh tani sebanyak 7.594 orang. Kepemilikan lahan oleh petani relatif sempit,
sebagian besar di bawah 0,3 Ha.
b. Jumlah Penyuluh/Petugas Pertanian
Jumlah Penyuluh di Kecamatan Jelbuk sampai saat ini masih dialokasikan pada Dinas
Pertanian Kabupaten Jember dengan rincian sebagai berikut :
a. Penyuluh Pertanian PNS : 2 orang
b. THL-TB Penyuluh Pertanian : 3 orang
c. POPT : 1 orang
2.1 Kelembagaan Penyuluh
Kegiatan penyuluhan belum dilaksanakan secara koordinasi;
Kegiatan penyuluhan masih berorientasi keproyekan;
Programa Penyuluhan Pertanian belum sesuai dengan kebutuhan petani;
Penyelenggarakan penyuluhan pertanian masih dilaksanakan secara parsial;
Materi dan metode Penyuluhan pertanian belum sesuai dengan kebutuhan petani dan
wilayah;
Koordinasi dalam kegiatan penyuluhan belum dilakukan secara optimal;
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum melibatkan pihak pengusaha;
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum mengarah kepada penyediaan teknologi
pertanian spesifik lokalita;
Pendampingan dan pengawalan kelembagaan petani belum dilaksanakan secara optimal;
Kegiatan administrasi penyuluh belum sesuai dengan standart minimal administrasi;
Belum terukurnya hasil kegiatan penyuluhan pertanian.
2.2 Kelembagaan Petani
Belum semua Kelompok Tani berfungsi secara optimal dalam meningkatkan kemandirian
petani (sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit produksi, kelompok usaha);
Eksistensi Kelompok Tani masih rendah ( Struktur Organisasi, Keanggotaan,
Administrasi dan Kegiatan);
Jumlah Kelembagaan Petani adalah sebagai berikut:
Kelompok Tani : 48 kelompok
1) Pemula : 17 kelompok
2) Lanjut : 31 kelompok;
3) Madya : 0 kelompok
4
4) Utama : 0 kelompok.
Belum semua Kelompok Tani tahu/mengerti tentang gabungan kelompok tani (maksud,
tujuan dan manfaat);
HIPPA belum melakukan fungsinya secara optimal.
5
b. Produksi :
Padi : 14.078,58 ton; Jagung : 2.490,03 ton; Kedele : 0 ton; Kacang Tanah : 387,85
ton; Ubi Kayu : 1476 ton; Ubi Jalar : 108,5 ton; Kacang Panjang : 0 ton; Cabe Besar :
0 ton; Cabe Rawit : 4.260,18 ton. Rambutan : 1618 Kwt, Jeruk : 0 Kwt, Alpokat :
1095 Kwt, Durian : 1860 Kwt, Langsep/Duku : 120 Kwt, Salak : 6 Kwt, Belimbing :
14 Kwt, Jambu biji : 18,75 Kwt, Jambu Air : 0 Kwt, Mangga : 1870,8 Kwt,
Manggis : 32 Kwt, Nangka : 56,25 Kwt, Pepaya : 142,5 Kwt, Pisang : 1806,25 Kwt,
Sirsak : 8,75 Kwt, Sukun : 15 Kwt, Petai :101,25 Kwt, Melinjo : 3 Kwt, Nanas : 0,28
Kwt.
6
BAB III
TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan penyuluhan adalah membantu petani
dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memecahkan berbagai masalah yang menyangkut
usahataninya sebagai bagian dari sistem agribisnis, sehingga menghasilkan perilaku profesional
dalam bentuk :
a. Perilaku usahawan (enterpreneur) yang rasional dalam mengambil keputusan usaha
yang didasarkan atas permintaan pasar dan saluran pemasaran yang tepat.
b. Pengelolaan usaha yang efisien disertai kemampuan bekerjasama diantara sesama
petani maupun antara petani dan pengusaha agroindustri dan sektor ekonomi per
Kecamatanan lainnya.
c. Kepemimpinan yang berkembang secara mandiri kearah berkembangnya sistem
pengguna aktif berbagai kesempatan dan informasi usaha yang tersedia.
d. Usaha yang berorientasi pelestarian sumberdaya alam sehingga dapat mewujudkan
pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
e. Penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relatif cepat melalui kemandirian
dalam mencari, menganalisa dan mengambil keputusan atas informasi yang tersedia.
f. Ketahanan pangan ditingkat keluarga, masyarakat lingkungan daerah dan nasional.
Sasaran kegiatan penyuluhan adalah peningkatan kemampuan pengetahuan, sikap dan
keterampilan ( PKS ) petani untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas produktivitas usahatani.
Sasaran tersebut dapat diukur berdasarkan tingkat penerapan teknologi masing-masing kegiatan
usahatani baik penenerapan teknologi maupun sosial ekonomi yang menjadi faktor penentu
( impact point ).
Disamping itu penyuluh sebagai pelaku utama dalam penyelenggaraan penyuluhan perlu
diberdayakan sehingga ada keseimbangan antara pelaku dan sasaran yang diinginkan, sehingga
penyelenggaraan penyuluhan dapat berjalan secara efektif, efisien dan profesional.
7
Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian sesuai dengan tupoksinya yang
mengarah pada penyelenggaraan penyuluhan sesuai prinsip-prinsip penyuluhan
partisipatif;
Menyusun materi dan metode penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani dan wilayah
untuk pengembangan agribisnis komoditas unggulan di daerah;
Meningkatkan koordinasi dalam penyelenggaraan penyuluhan di lapangan;
Mengupayakan terjalinnya kemitraan usaha dalam penyelenggaraan penyuluhan dengan
swasta;
Mengupayakan jejaring kerjasama antar peneliti, perguruan tinggi, penyuluh pertanian
dan petani dalam penyediaan teknologi pertanian spesifik lokalita.
Meningkatkan kegiatan sistem kerja laku secara berencana dan berkelanjutan;
Mengadakan kegiatan administrasi penyuluh dengan standart minimal administrasi;
Melaksanakan kegiatan evaluasi dan pelaporan sistem kerja laku.
3.2 Kelembagaan Petani
Mengadakan benah kelompok tani untuk mewujudkan kelembagaan petani agar :
Kelompok Tani berfungsi secara optimal dalam meningkatkan kemandirian petani
(sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit produksi, kelompok usaha);
Meningkatkan Eksistensi Kelompok Tani agar berkembang dan terlaksana dengan baik
( Struktur Organisasi, Keanggotaan, Administrasi dan Kegiatan)
Keberadaan Kelompoktani : 48 kelompoktani
Pemula dari 17 kelompoktani menjadi 15 kelompoktani
Lanjut dari 31 kelompoktani menjadi 27 kelompoktani
Madya dari 0 kelompoktani menjadi 6 kelompoktani
Utama dari 0 kelompoktani menjadi 0 kelompoktani
Terwujudnya Gabungan Kelompok Tani yang tumbuh dan berkembang.
Meningkatkan fungsi kelembagaan HIPPA dan GHIPPA.
Prioritas sasaran dalam benah kelompok tani dan pemberdayaan Gabungan Kelompok
Tani adalah :
o Perencanaan,
o Permodalan dan
o Kemitraan.
3.3 Potensi Usaha Petani
8
Mengembangkan diversifikasi dan intensifikasi usaha;
Meningkatkan dan mengembangkan mekanisasi kegiatan pasca panen;
Mengembangkan dan menciptakan produk unggulan spesifik lokalita dengan
memperhatikan kwalitas dan kwantitas;
Meningkatkan jejaring kerjasama antara peneliti, perguruan tinggi dan penyuluh
untuk transfer teknologi pertanian kepada petani.
3.4 Produktivitas Usaha Petani
Meningkatkan upaya pengembangan sistem budidaya secara optimal (Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu);
Meningkatkan pengelolaan produk unggulan lokalita secara optimal;
Meningkatkan penanganan pasca panen;
Meningkatkan pengendalian OPT.
Capaian produktivitas dan produksi usaha petani adalah :
a. Produktivitas :
Padi : 46,51 Kwt/Ha; Jagung : 48,92 Kwt/Ha; Kedele : 0 Kwt/Ha; Kacang Tanah :
22,29 Kwt/Ha; Ubi Kayu : 180 Kwt/Ha; Ubi Jalar : 155 Kwt/Ha; Kacang Panjang : 0
Kwt/Ha; Cabe Besar : 0 Kwt/Ha; Cabe Rawit : 112,11 Kwt/Ha. Rambutan : 0,15
Kwt/ph, Jeruk : 0 Kwt/ph, Alpokat : 0,6 Kwt/ph, Durian : 0,6 Kwt/ph,
Langsep/Duku : 0,1 Kwt/ph, Salak : 0,02 Kwt/ph, Belimbing : 0,08 Kwt/ph, Jambu
biji : 0,015 Kwt/ph, Jambu Air : 0 Kwt/ph, Mangga : 0,6 Kwt/ph, Manggis : 0,15
Kwt/ph, Nangka : 0,25 Kwt/ph, Pepaya : 0,15 Kwt/ph, Pisang : 0,085 Kwt/ph,
Sirsak : 0,07 Kwt/ph, Sukun : 0,6 Kwt/ph, Petai : 0,15 Kwt/ph, Melinjo : 0,02
Kwt/ph, Nanas : 0,008 Kwt/rumpun.
b. Produksi :
Padi : 14.078,58 ton; Jagung : 2.490,03 ton; Kedele : 0 ton; Kacang Tanah : 387,85
ton; Ubi Kayu : 1476 ton; Ubi Jalar : 108,5 ton; Kacang Panjang : 0 ton; Cabe Besar :
0 ton; Cabe Rawit : 4.260,18 ton. Rambutan : 1618 Kwt, Jeruk : 0 Kwt, Alpokat :
1095 Kwt, Durian : 1860 Kwt, Langsep/Duku : 120 Kwt, Salak : 6 Kwt, Belimbing :
14 Kwt, Jambu biji : 18,75 Kwt, Jambu Air : 0 Kwt, Mangga : 1870,8 Kwt,
Manggis : 32 Kwt, Nangka : 56,25 Kwt, Pepaya : 142,5 Kwt, Pisang : 1806,25 Kwt,
Sirsak : 8,75 Kwt, Sukun : 15 Kwt, Petai :101,25 Kwt, Melinjo : 3 Kwt, Nanas : 0,28
Kwt.
9
Memfasilitasi usulan kepada pihak yang berwenang untuk pengadaan sarana dan
prasarana petani dalam sistem agribisnis.
Menyusun rancang bangun dan untuk mewujudkan kawasan/sentra agribisnis spesifik
lokalita sebagai pusat pertu.mbuhan ekonomi wilayah.
Memfasilitasi usulan kebijakan dan regulasi yang diperlukan dalam pengembangan
agrtibisnis.
Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam menangani agribisnis.
3.6 Perilaku Petani
Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani agar ikut berperan
dalam aktivitas keanggotaan kelembagaan petani;
Meningkatkan fungsi/manfaat kelembagaan petani untuk menumbuhkan minat petani
dalam melaksanakan aktivitas kegiatan;
Meningkatkan pemahaman, kemampuan pelaksanaan Panca Kemampuan (PAKEM)
Kelompoktani.
3.7 Kebutuhan Petani
Memfasilitasi Petani untuk “AKSES” memperoleh pinjaman modal usaha tani dari
perbankan atau mitra kerja lain yang berkaitan dengan agunan sebagai persyaratan
memperoleh fasilitas kredit/pinjaman;
Memfasilitasi usulan tentang perbaikan dan pengadaan infrastruktur pertanian;
Memfasilitasi usulan bantuan alsintan usaha hulu, usahatani dan usaha hilir.
10
BAB IV
MASALAH
11
60% belum terjadinya jejaring kerjasama antara petani dengan peneliti, perguruan tinggi
dan penyuluh dalam transfer teknologi pertanian.
4.4 Produktivitas Usaha Tani
55% petani belum melaksanakan sistem budidaya tanaman dan pemanfaatan lahan secara
optimal;
65% petani belum mengelola produk unggulan lokalita secara optimal;
65% petani belum melaksanakan penanganan pasca panen sesuai anjuran;
40% petani belum mengendalikan OPT secara tepat.
4.5 Lingkungan Usaha Tani
80% petani belum terkelola dengan kelambagaan dan manajemen agribisnis yang efektif,
efisien dan profesional.
40% petani belum memiliki dan memanfaatkan sarana dan prasarana dalarn sistem
agribisnis.
40% petani belum mampu mewujudkan kawasan/sentra agribisnis sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah.
70% petani belum tahu tentang kebijakan dan regulasi untuk pengembangan agrtibisnis.
70% petani belum merasakan adanya koordinasi lintas sektoral dalam menangani
agribisnis.
4.6 Perilaku Petani
70% petani belum tahu manfaat/fungsi kelembagaan petani (Kelompoktani, Gapoktan);
70% petani belum mau berkumpul/berorganiasi;
70% petani belum tahu Panca Kemampuan (PAKEM) Kelompoktani.
4.7 Kebutuhan Petani
70% petani mengalami kesulitan untuk "AKSES" kredit keperbankan karena kekurangan
agunan sebagai persyaratan memperoleh fasilitas kredit / pinjaman
40% belum memadainya infrastruktur pertanian dalam mendukung usaha petani untuk
peningkatan produksi pertanian.
40% petani belum memiliki alsintan usaha hulu, usahatani dan usaha hilir.
12
BAB VI
PENUTUP
36
13