Anda di halaman 1dari 7

OPTIMALISASI PERAN BPP DALAM MEWUJUDKAN VISI DAN MISI BUPATI MENUJU KETAHANAN

PANGAN

PENDAHULUAN.

LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia, yang harus dipenuhi setiap saat.
Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak azasi manusia sebagai mana
tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan UU No.18 Tahun 2012
tentang pangan dimana ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketersediaan
pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhan dapat mencipatakan ketidakstabilan ekonomi, berbagai
gejolak sosial dan politik. Ketahanan pangan kita tidak lepas dari sifat produksi komoditi pangan itu
sendiri yang musiman dan berfluktuasi karena sangat mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
Karakteristik komoditi pangan yang mudah rusak, lahan produksi petani yang terbatas, sarana dan
prasarana pertanian yang kurang memadai juga lemahnya penanganan panen dan pasca panen,
kalau tidak dilengkapi dengan kebijakan pangan yang sangat tangguh maka akan sangat merugikan
baik untuk produsen maupun konsumen.

Dalam mewujudkan ketahanan pangan pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas
Pangan dan Pertanian sudah banyak melakukan terobosan sesuai dengan Visi dan Misi Bupati.
Adapun Visi Bupati yaitu “ Mewujudkan Purwakarta Istimewa “, sedangkan Misi Bupati itu ada 4:

Misi 1

Meningkatkan Kualitas Pendidikan,Kesehatan,dan Kesejahteraan Sosial

Misi 2

Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik,Akuntabel,dan Professional

Misi 3

Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur dan Pengembangan Pariwisata Berwawasan lingkungan


yang berkelanjutan

Misi 4

Mewujudkan Perekonomian Rakyat yang Kokoh berbasis Desa

Yang terkait dengan tupoksi Dinas Pangan dan Pertanian terdapat pada misi ke 4, dimana
pemerintah Daerah focus pada pertumbuhan ekonomi rakyat di pedesaan, sebagian besar pelaku
usaha pada sektor pertanian berada di pedesaan.

Berdasarkan PERDA Kabupaten Purwakarta Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah, sedangkan penyesuaian Nomenklatur, tugas dan fungsi diatur oleh

Peraturan Mentri Pertanian Nomor 43 Tahun 2016 tentang Pedoman nomenklatur,Tugas dan
Fungsi Dinas urusan Pangan dan Dinas urusan Pertanian Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota .
Tindak lanjut daris aturan tersebut diatas Bupati Purwakarta Mengeluarkan PERBUB NOMOR 117
Tahun 2020 TENTANG “Kedudukan,Susunan Organisasi,Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Pangan Dan Pertanian.”

Adapun Susunan Organisasi Pada Dinas Pangan dan Pertanian terdiri dari:

a) Kepala Dinas;
b) Sekertariat,terdiri atas:
1. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;
2. Subbagian Keuangan;dan
3. Subaggian Kepegawaian dan Umum
c) Bidang Tanaman Pangan,terdiri atas:
1. Seksi Budidaya Tanaman Serealia;
2. Seksi Budidaya Tanaman Aneka Kacang dan Ubi;
3. Seksi Pasca Panen Tanaman Pangan.
d) Bidang Perkebunan dan Holtikultura,terdiri atas:
1. Seksi Budidaya Tanaman Holtikultura;
2. Seksi Produksi dan Sumber Daya Perkebunan;
3. Seksi Pengembangan,Pengendalian dan Usaha Perkebunan.
e) Bidang Sumber Daya Pertanian,terdiri atas:
1. Seksi Sarana dan Prasarana;
2. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air;
3. Seksi Penyuluhan
f) Bidang Ketahanan Pangan,terdiri atas:
1. Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan;
2. Seski Harga dan Kerawanan Pangan;
3. Seksi Konsumsi,Penganekaragaman dan Keamanan pangan.
g) UPTD terdiri dari:
1. UPTD Perlindungan Tanaman,kela A;
2. UPTD Balai Benih,kelas A
3. UPTD Cadangan Pangan Daerah,kelas B;dan
4. UPTD Balai Alat Mesin,Bina Usaha dan Pembiayaan,kelas B;
h) Jabatan Fungsional

Berdasarkan SOTK tersebut Penyuluh Pertanian termasuk dalam Jabatan Fungsional yang wilayah
kerja nya berada pada Balai Penyuluh Pertanian { BPP }.

Balai Penyuluh Pertanian {BPP} mempunyai lokasi yang sangat strategis yaitu berada di masing –
masing kecamatan, jumlah BPP yang saat ini dimiliki Dinas Pangan dan Pertanian ada 17 BPP { 10
BPP berlokasi di tanah milik Pemerintah Daerah sedangkan 7 BPP masih menggunakan tanah milik
orang lain }, Jumlah Penyuluh yang dimiliki terdiri dari : 33 orang Penyuluh PNS, 2 Orang Penyuluh
CPNS, 28 orang THL yang didanai oleh Propinsi dan 27 orang THL yang didanai dari Kabupaten.
Saking strategisnya peran dan fungsi BPP Mentri Pertanian mengeluarkan Peraturan Mentri
Pertanian No. 49 Tahun 2019 tentang komando strategis pembangunan pertanian {Konstratani}
merupakan gerakan perubahan pembangunan pertanian melalui Optimalisasi tugas, fungsi dan
peran BPP. Setidaknya ada lima peran BPP sebagai Konstratani; pertama sebagai pusat data dan
inpormasi, kedua pusat Gerakan pembangunan pertanian, ketiga pusat pembelajaran, ke empat
pusat konsultasi agribisnis dan ke lima pengembangan jejaring kemitraan. Ujung tombak
pembangunan pertanian di BPP idealnya terdiri dari Penyuluh Pertanian, Pengendali Organisme
Pengganggu Tanaman {POPT}, Medik Veteriner, Para Medik Veteriner. Program Konstratani adalah
pemberdayaan BPP, seperti memberdayakan Teknologi Inpormasi, jaringan, penyuluh, matri tani,
poktan/gapoktan, KUB operator IT, medik veteriner, paramedik veteriner dan POPT.

MASALAH

Berdasarkan eksisting , ada beberapa pelaksanaan yang belum optimal antara lain :

1. Belum adanya regulasi yang mengatur tentang pembentukan BPP


2. Belum semuanya bangunan BPP dibangun di lahan Pemerintah daerah
3. Belum idealnya jumlah maupun disiplin ilmu yang berada di BPP
4. Belum terpenuhinya sarpras BPP sebagai lima peran konstratani.
Untuk hal dimaksud saya mengambil judul karya tulis “ Optimalisasi Peran BPP dalam
mewujudkan Visi dan Misi Bupati menuju ketahanan Pangan “.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah strategis dan inovasi dalam mengatasi permasalahan yang pelaksanaannya belum optimal
antara lain :

1. Membuat regulasi terkait pembentukan Balai Penyuluh Pertanian berupa PERBUB.


PERBUB ini sangat diperlukan sebagai keabsahan di bentuknya Balai Penyuluh Pertanian,
salah satunya dengan adanya program KONSTRATANI yang menjadi sarat disalurkanya
bantuan pembiayaan pada Balai Penyuluh Pertanian dari Kementrian Pertanian harus dapat
memperlihatkan regulasi dibentuknya BPP.
2. Meyakinkan Pemerintah Daerah untuk dapat menyiapkan lahan sebagai lokasi dibangunya
BPP. Dengan memiliki lahan sendiri yang memadai BPP dapat membuat petak percontohan
sebagai lahan uji coba benih, pupuk maupun ternak unggul untuk meyakinkan petani dalam
melakukan usaha taninya.
3. Mengusulkan penambahan SDM Penyuluh Pertanian baik ke Pusat maupun pada
pemerintah Daerah sesuai kopetensi yang dibutuhkan. Idealnya satu orang penyuluh
pertanian membina 8 kelompok petani atau satu kecamatan minimal terdapat 8 orang
penyuluh pertanian.
4. Mengusulkan anggaran sesuai dengan kebutuhan sehingga sarana dan prasarana yang
diperlukan BPP dapat terpenuhi baik dari jumlah maupun mutu. Meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan penyuluh yang ada melalui Pendidikan dan pelatihan.

Sebagai negara agraris Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang
didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan
tinggal di pedesaan. Dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu
kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian. Perubahan
sistem pemerintahan dari paradigma yang berorientasi pada sentralisasi ke desentralisasi,
telah memberikan konsekuensi sangat luas dan mendalam pada sistem tata pemerintahan
daerah di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari bergesernya status dan kedudukan
suatu kelembagaan dalam keseluruhan formasi tata pemerintahan daerah. Konsekuensi dari
perubahan tersebut adalah pada batasan kekuasaan dan wewenang suatu kelembagaan dalam
mengimplementasikan proses-proses regulasi, legislasi dan kebijakan publik.
Pembentukan kelembagaan dalam masyarakat tidak terlepas dari peranan individu,
kelompok atau pemerintah sehingga lembaga-lembaga yang hidup dalam masyarakat yang
ada bersifat informal dan ada pula yang tercipta secara formal baik dari masyarakat maupun
luar masyarakat. Pergeseran paradigma penyuluhan dari teknik budidaya menuju sistem
usaha agribisnis, telah mengubah sistem kelembagaan penyuluhan dari pendekatan agribisnis
dan partisipatif yang tadinya hanya terdiri dari sub sistem petani, penyuluh dan kelembagaan
struktural, menjadi subsistem petani, penyuluh, pelaku agribisnis lainnya.
Kelembagaan penyuluhan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang hal
itu memungkinkan adanya pembagian kerja yang lebih jauh, peningkatan pendapatan,
perluasan usaha dan kebebasan untuk memperoleh peluang usaha. Dalam kehidupan nyata,
kelembagaan dapat menjadi perubahan dalam proses pembangunan dengan demikian
kelembagaan dapat dianggap sebagai penyebab segala perubahan pembangunan. Sehingga
kelembagaan yang ada dalam masyarakat sudah mengalami dinamika perubahan berbagai
zaman .
Selain faktor tersebut faktor stuktur sosial masyarakat, termasuk di dalamnya
perubahan dan dinamika ekonomi mikro dan makro, dan faktor kultural merupakan faktor-
faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat perubahan bersama kelembagaan dan
organisasi tersebut. Dengan kata lain, terdapat tiga pilar "penopang" kelembagaan, yakni pilar
regulative, normative dan cultural Sebagai sebuah profesi maka penyuluh pertanian harus
mempunyai suatu standard kompetensi
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Purwakarta adalah lembaga
yang membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Bidang Penyuluhan
Petanian, Perikanan, dan Kehutanan serta Bidang Ketahanan Pangan yang bertanggung jawab
langsung kepada Bupati Kabupaten Purwakarta melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
Purwakarta dengan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1. Menyusun kebijakan teknis bidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
serta bidang ketahanan pangan
2. Menyusun rencana program penyuluhan di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan
serta ketahanan pangan
3. Melaksanakan, mengembangkan mekanisme tata kerja dan metode penyuluhan
4. Melaksanakan penyimpulan, pengelolaan, pengawasan, dan penyebaran materi
penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha
5. Menyusun kebijakan teknis dibidang penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan, serta bidang ketahanan pangan
6. Menyusun rencana program penyuluhan disektor pertanian, perikanan, dan kehutanan
serta ketahanan pangan
7. Melaksanakan, mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan
Dalam mewujudkan ketahanan pangan pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta melalui
Dinas Pangan dan Pertanian sudah banyak melakukan terobosan sesuai dengan Visi dan Misi
Bupati. Adapun Visi Bupati yaitu “ Mewujudkan Purwakarta Istimewa “, sedangkan Misi
Bupati itu ada 4:
Misi 1
Meningkatkan Kualitas Pendidikan,Kesehatan,dan Kesejahteraan Sosial
Misi 2
Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik,Akuntabel,dan Professional
Misi 3
Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur dan Pengembangan Pariwisata Berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan
Misi 4
Mewujudkan Perekonomian Rakyat yang Kokoh berbasis Desa
Yang terkait dengan tupoksi Dinas Pangan dan Pertanian terdapat pada misi ke 4
Berdasarkan PERDA Kabupaten Purwakarta Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah.
Penyesuaian nomenklatur,Tugas dan Fungsi Sebagaimana diatur Oleh Peraturan Mentri
Pertanian Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Pedoman nomenklatur,Tugas dan Fungsi Dinas
urusan Pangan dan Dinas urusan Pertanian Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota .Berdasarkan aturan tersebut diatas Bupati Purwakarta Mengeluarkan
PERBUB NOMOR 117 Tahun 2020 TENTANG “Kedudukan,Susunan Organisasi,Tugas dan
Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pangan Dan Pertanian.”
Adapun Susunan Organisai Pada Dinas Pangan dan Pertanian terdiri dari:
i) Kepala Dinas;
j) Sekertariat,terdiri atas:
4. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;
5. Subbagian Keuangan;dan
6. Subaggian Kepegawaian dan Umum
k) Bidang Tanaman Pangan,terdiri atas:
4. Seksi Budidaya Tanaman Serealia;
5. Seksi Budidaya Tanaman Aneka Kacang dan Ubi;
6. Seksi Pasca Panen Tanaman Pangan.
l) Bidang Perkebunan dan Holtikultura,terdiri atas:
4. Seksi Budidaya Tanaman Holtikultura;
5. Seksi Produksi dan Sumber Daya Perkebunan;
6. Seksi Pengembangan,Pengendalian dan Usaha Perkebunan.
m) Bidang Sumber Daya Pertanian,terdiri atas:
4. Seksi Sarana dan Prasarana;
5. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air;
6. Seksi Penyuluhan
n) Bidang Ketahanan Pangan,terdiri atas:
4. Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan;
5. Seski Harga dan Kerawanan Pangan;
6. Seksi Konsumsi,Penganekaragaman dan Keamanan pangan.
o) UPTD terdiri dari:
5. UPTD Perlindungan Tanaman,kelas A;
6. UPTD Balai Benih,kelas A
7. UPTD Cadangan Pangan Daerah,kelas B;dan
8. UPTD Balai Alat Mesin,Bina Usaha dan Pembiayaan,kelas B;
p) Jabatan Fungsional
Melihat dari peran dan fungsi BPP menurut Peraturan Mentri Pertanian No. 49 Tahun 2019
tentang komando strategis pembangunan pertanian {Konstratani} merupakan gerakan
perubahan pembangunan pertanian melalui Optimalisasi tugas, fungsi dan peran BPP.
Setidaknya ada lima peran BPP sebagai Konstratani;
1. melaksanakan koordinasi dan sinergi kegiatan pembangunan pertanian (sub sektor
tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan) di kecamatan, antara lain:
a. pendataan dan penguatan data potensi pertanian di kecamatan, meliputi luas baku
lahan, luas tanam, produksi, luas panen, produktivitas, alat mesin pertanian pra panen
dan pasca panen, dan pengolahan hasil dan pemasaran produk per komoditas;
b. penguatan pos penyuluhan desa;
c. penguatan Kelembagaan Petani dan KEP;
d. pengusulan anggaran pelaksanaan kegiatan pembangunan Pertanian;
e. fasilitasi pengembangan kemitraan petani
f. atau kelompok tani dan pelaku usaha; dan pendampingan, pengawalan, dan
penyusunan rencana pelaksanaan program pembangunan pertanian, antara lain
varietas, benih atau bibit, pupuk, obat- obatan, pakan, pola tanam, kalender tanam,
pascapanen, rencana definitif kelompok tani (RDK) atau rencana delinitif kebutuhan
kelompok (RDKK);
2. membentuk, mengawal, dan mendampingi brigade sub sektor sesuai spesifik lokasi;
3. melaksanakan latihan, kunjungan, supervisi, dan kegiatan pemberdayaan program
pembangunan pertanian;
4. melakukan identifikasi permasalahan dan upaya pemecahannya; dan
5. menyusun, menyajikan, dan melaporkan hasil pelaksanaan program pembangunan
pertanian kepada Ketua Kostrada dan melalui Teknologi Informasi.

Anda mungkin juga menyukai