Anda di halaman 1dari 9

Pahit getirnya menjadi ujung tombak pembangunan pertanian Indonesia menajdi obor bagi petani demi

tercapainya kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat petani sebagai manusia

Fakta ini tentu menjadi kegalauan tersendiri bagi kami dan juga sang dokter masyarakat. di satu sisi lain
mereka mengemban tugas sebagai seorang penyuluh yang memiliki cita-cita Mulia, menjadi harapan
petani yang kondisinya lumpuh sampai saat ini tanpa pendampingan langsung dari sang dokter
masyarakat.

dilain sisi mereka harus bertahan dari berbagai macam perlombaan perlombaan kebijakan yang justru
makin tidak mendukung bahkan mengesampingkan cita-cita Mulia mereka demi kepentingan Tirani.
Posisi penyuluhan saat ini bagaikan buah simalakama dikesampingkannya kebijakan penyuluh membuat
penyuluh hanya memiliki dua pilihan bertahan tanpa bisa berbuat banyak atau terbawa arus kebijakan
yang semakin semrawut. sederhana saja tak lain dan tak bukan korban di sini hanyalah petani

Lalu Dimanakah esensinya tugas seorang penyuluh Apakah hilang terbawa bersama rumah yang
dijadikan sebagai naungan yang juga menjadi pusat kendali untuk mengatur kebijakannya sendiri

History perjalanan kebijakan pemerintah kaitannya dalam penyuluhan pertanian.

Penyuluhan pertanian telah ditetapkan di Indonesia bahkan Sebelum masa kemerdekaan Republik
Indonesia, pada masa penjajahan Belanda yang dikenal dengan istilah pangreh Praja yang mana
sistemnya adalah dengan memaksa rakyat untuk menjalankan sistem pertanian yang pada akhirnya
pada tahun 1911 setelah pergantian pimpinan dibentuklah dinas penyuluhan pertanian yang memiliki
asas perbaikan individu dengan memberikan pengetahuan kepada petani sesuai dengan inisiatif dan
kesukarelaan petani. sistem ini ini berlanjut hingga Jepang masuk dan menjajah Indonesia dengan
kembali menerapkan sistem kerja rodi yang memaksa rakyat untuk bekerja.

Masa yang kedua adalah pada masa kemerdekaan dari tahun 1945 sampai 1966 salah satu upaya yang
penting dalam pengembangan pembangunan pertanian adalah dengan rencana mendirikan pusat
pendidikan bagi masyarakat pedesaan di tiap kecamatan yaitu dengan sistem rencana kesejahteraan
istimewa atau dikenal dengan rki yang mana sistem rki ini merupakan gabungan dari rencana Kasimo
dan Wicaksono
Pendekatan dan metode yang dilakukan masih sama dengan era sebelum kemerdekaan, sehingga pada
tahun 1958 intensifikasi produksi padi dilakukan dengan sistem petani mendapat kredit berupa benih
pupuk dan uang.

pendekatan penyuluhan diubah dari pendekatan perorangan menjadi pendekatan kelompok namun
pendekatan ini pun juga tidak memberikan hasil yang baik. Hal ini disebabkan karena sistem
pemerintahan yang masih terpimpin. dengan kata lain sistem pemerintahan yang di mana semua
kegiatan bermuara pada satu komando. Meskipun yang telah merdeka sejak 1945 Indonesia belum
bebas dari tekanan, tahun 1965 kegiatan penyuluhan pertanian belum memberikan hasil yang lebih baik
terhadap pembangunan pertanian. hal ini akibat sistem komando yang tetap dilakukan dalam kegiatan
pembangunan pertanian bukan atas dasar kesukarelaan petani terlibat dalam kegiatan tersebut
misalnya perintah penerapan teknologi baru kepada petani tanpa petani bisa memilih atau menolak.
Demikian juga pembentukan kelompok tani yang tidak didasari kebutuhan petani.

Pada masa ke-ke-3 dimulai pada periode 1967-1998 pada tahun 1969 mulai diterapkan kegiatan
pembangunan melalui pendekatan 5 tahun atau disebut dengan pelita. periode 1959 sampai 1977
dikenal dengan periode Pelita 1.

Pada periode ini ditetapkan penyuluh harus dapat secara nyata menunjang pembangunan pertanian
dengan prioritas pada upaya untuk mencapai Swasembada beras. melalui Keppres Nomor 95/1959
dibentuk badan pengendali Bimas dengan tujuan dan sasaran yang tepat. Periode ini merupakan awal
periode emas bagi kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia. tampak jelas disini bahwa bimas
merupakan tonggak awal kegiatan penyuluhan modern bagi Indonesia sehingga swasembada beras
dicapai oleh Indonesia pada tahun 1984 di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto

Dinamika lembaga yang menangani penyuluhan berdasarkan Keppres Nomor 24/1983 dibentuk
Direktorat penyuluhan pada semua Direktorat Jenderal lingkup pertanian dan pusat penyuluhan pada
Badan PIKLABLUP. Di tingkat 1 dan 2 cabang Dinas Pertanian dibentuk masuk dinas dan seksi
penyuluhan setelah 10 tahun berjalan Keppres Nomor 83 /1993 menghapus Direktorat penyuluhan dan
direktorat jenderal tanaman pangan dan hortikultura perkebunan peternakan dan Perikanan

Tahun 1984 dibentuk Departemen Kehutanan yang terpisah dengan Departemen Pertanian melalui
Keppres Nomor 15/1984 terkait dengan penyuluhan Kehutanan juga berpindah ke Departemen
Kehutanan melalui nomor sk mentan nomor 96/kpst/ot/210/2/1994 dibentuk pusat penyuluhan
pertanian atau disebut dengan pusluhtan yang bertanggung jawab pada Menteri pertanian. Pusluhtan
secara administrasi dibina oleh Sekjen dan secara teknis dibina oleh Dirjen sesuai dengan bidang tugas
masing-masing.
Melalui kepres nomor 4/1990 Badan Diklatluh pertanian diubah menjadi Badan Pendidikan dan latihan
atau Diklat pertanian.

Sementara pusat penyuluhan pertanian diubah menjadi pusat pendidikan dan latihan penyuluhan
pertanian yang disebut dengan Pusdiklat luhtan. Hal ini dapat berdampak pada implementasi kegiatan
penyuluhan di lapangan.

pada tahun 1986 ditetapkan jabatan fungsional penyuluh, sejak itulah dimulai penerapan sistem angka
kredit

pada tahun 1989 sistem laku di evaluasi oleh pusat pengembangan agribisnis atau PPA dan proyek naeb
3 evaluasi menunjukkan laku tidak berfungsi sebagai mana mestinya

Periode ini ditandai dengan mulai diserahkannya urusan penyelenggaraan penyuluhan pertanian ke
daerah dengan dikeluarkan nya SKB mendagri dan Menteri Pertanian nomor 65 tahun 1991.

Dimana tanggung jawab penyelenggaraan penyuluhan pertanian di tingkat pusat berada di tangan
mentan dibantu oleh Dirjen di lingkup deptan dan kepala Badan Pendidikan dan latihan Pertanian atau
bplp.

Di tingkat 1 dan 2 penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh kepala daerah TK 1/2 dan dibantu oleh
Kepala Dinas dati 1/2 lingkup pertanian. Bimbingan teknis penyuluhan di daerah dilakukan oleh kakanwil
untuk Deti 1 dan salah satu kepala dinas Dati 2 di lingkup pertanian bimbingan teknis penyuluhan di
daerah dilakukan oleh kakanwil untuk dati 1 dan salah satu kepala dinas dati 2 dilingkup pertanian yang
ditunjuk oleh bupati atau walikota.

Mekanisme ini merupakan perubahan yang cukup mendasar dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian
di Indonesia yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi. perubahan sistem penyuluhan ini diikuti
oleh perubahan peran BPD yang semula berfungsi sebagai pusat kegiatan penyuluhan satuan
administrasi pangkal PPL dan tempat demontrasi menjadi unit penunjang kegiatan di bidang penyuluhan
pertanian. pusat kegiatan penyuluhan dan satuan administrasi PPL kemudian ada di dinas dinas lingkup
pertanian. Aset bpp diserahkan ke pemerintah daerah kecuali penyuluh yang berpendidikan Sarjana
Pertanian. dampak lebih adalah wkppp yang semula ditetapkan atas dasar hamparan area wilkel atau
jumlah kelompok ditetapkan atas dasar kondisi perkembangan pertanian yang bersifat dinamis dalam
pengelolaan dinas lingkup pertanian yang dipilih atas dasar komoditas dominan di wilayah itu

kebijakan ini menunjukkan adanya kecenderungan pola penyuluhan monovalen atau pendekatan
komoditi spesifik. Bpp sebagai unit penunjang juga telah dipisahkan menjadi BPP perkebunan, BPP
tanaman pangan, BPP perikanan dan BPP peternakan
Kondisi penyuluhan selama periode 1991 sampai 1996 banyak digambarkan sebagai masa suram atau
masa lagu Kelabu bagi penyuluhan pertanian di Indonesia

pengelolaan BPP sebagian besar mengalami kemunduran sebagai unit penunjang maka PBB tidak lagi
menyusun program dan tidak merupakan markas atau homebase dari petani dan nelayan

Disamping itu terjadi hubungan yang kurang serasi antara penyuluh, keadaan ini disebabkan karena
semakin berkembangnya egoisme sub sektoral di antara dinas dinas lingkup pertanian.

mulai tahun 1996 berdasarkan kepada SKB menteri dalam negeri dan Menteri Pertanian nomor 54
tahun 1996 dan nomor 301/kpts/lp/120/4/96 tentang pedoman penyelenggaraan penyuluhan pertanian
dibentuk Balai informasi dan penyuluhan pertanian atau disebut dengan BIPP yang merupakan unit kerja
organik yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati atau wali kota madya

Bipp menjadi satuan administrasi pangkal dari para penyuluh Namun ternyata bahwa proses penarikan
penyuluh dari masing-masing dinas ke bipp tidak berjalan dengan mulus karena banyak dinas merasa
keberatan

Belum semua kabupaten atau kota di Indonesia mengukuhkan kelembagaan bipp sebagai penyelenggara
penyuluhan telah dimulai pelaksanaan otonomi daerah pada tahun 2001

otonomi daerah ternyata membuat nasib penyuluhan pertanian lebih centang berentang lagi.

Struktur kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten yang bernama Balai informasi dan penyuluhan
pertanian atau disebut bIpp mendadak diubah sontak di sebagian besar daerah tingkat 2. Hal ini
menyebabkan rumah para Penyuluh Pertanian menjadi tidak sama di setiap daerah. di mana ada yang
tetap di BIPp dan yang lain berubah menjadi kipp unit dibawah dinas lingkup pertanian yang mengisi
bidang dan seksi upt dan Hanya berupa kelompok jabatan fungsional di dinas

Pada tahun 2005 kelembagaan penyuluhan pertanian di kabupaten atau kota meliputi Bipp 23 buah,
badan 10 buah, kantor 67 buah, sub dinas 86 buah, Seksi 24 buah, upt 25 buah kelompok jabatan
fungsional 140 buah dan 61 kabupaten atau kota tidak jelas kelembagaan penyuluhan pertanian nya dan
hanya 3557 dari 5187 Kecamatan
Dengan demikian pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan. Kementerian
Kehutanan telah terpisah dari Kementerian Pertanian sejak tahun 1984.

pada masa pemerintahan gusdur 1999 sampai tahun 2001 menyusulku terbentuknya Departemen
Kelautan dan Perikanan kini menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan atau disebut dengan KKP
yang terpisah dari Kementerian Pertanian, dengan pemisahan ini terdapat institusi-institusi penyuluhan
yang menangani penyuluhan bidang pertanian Kehutanan dan Perikanan secara terpisah

pada tanggal 15 November diberlakukan undang undang nomor 16 tahun 2006 tentang sistem
penyuluhan pertanian Perikanan dan Kehutanan atau sp3k, undang undang ini dapat dikatakan sebagai
salah satu undang-undang yang monumental

untuk pertama kalinya hal-hal yang berkaitan dengan sistem penyuluhan diatur secara yuridis formal

di dalam undang-undang ini juga ditetapkan misalnya masing-masing kementerian telah menetapkan
pembentukan komisi penyuluhan nasional sesuai bidang tugasnya.

Yang pertama ada komisi penyuluhan pertanian nasional yang kedua adalah komisi penyuluhan
perikanan nasional dan Komisi penyuluhan kehutanan nasional

Di provinsi dan kabupaten atau kota telah dibentuk Komisi pada masing-masing lokasi dan melalui
Peraturan Presiden nomor 10/2011 telah dibentuk badan koordinasi nasional penyuluhan pertanian
Perikanan dan Kehutanan

untuk hal-hal yang bersifat teknis juga telah ditetapkan acuan-acuan peraturan pelaksanaan dari
undang-undang nomor 16 tahun 2006 program penyuluhan misalnya telah disusun di tingkat nasional
provinsi maupun kabupaten kota sementara lembaga lembaga penyelenggaraan penyuluh juga telah
dibentuk pada masing-masing tingkat administrasi pemerintahan

dapat menyatakan bahwa dalam hal peraturan perundangan kegiatan penyuluhan telah mendapatkan
dukungan legal formal yang memadai.

Kegiatan penyuluhan di Indonesia telah menunjukkan bahwa terdapat dinamika yang menarik dalam
hal-hal yang berkaitan dengan penyuluhan sejak dari masa kemerdekaan sampai saat ini dengan
memperhatikan deskripsi history terdahulu serta mencermati sistematika yang terdapat dalam Bab
undang-undang Nomor 16 tahun 2006 masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan dibagi menjadi kelembagaan penyuluhan ketenagaan penyuluhan dan penyelenggaraan
penyuluhan

Dalam undang-undang Nomor 16 tahun 2006 penyelenggaraan kegiatan penyuluhan meliputi 4 pokok
bahasan yang pertama adalah programa penyuluhan mekanisme kerja dan metode materi serta peran
serta dan kerjasama

Program penyuluhan menjadi acuan utama penyelenggaraan penyuluhan karena programa dinilai
sebagai pedoman baku yang harus diacu oleh pihak terkait dengan kegiatan penyuluhan

hal ini sejalan dengan batasan beberapa peraturan dalam undang-undang tersebut yaitu Bahwa
programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah
dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. lebih lanjut dinyatakan bahwa
program penyuluhan disusun secara bertingkat sejak dari program penyuluhan Desa kecamatan
kabupaten dan kota Provinsi sampai dengan program penyuluhan nasional.

Agar dapat diperoleh konsistensi kegiatan penyuluhan maka penyuluh perlu menyusun rencana kerja
penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan yang ada. Dengan demikian programa penyuluhan
benar-benar ditempatkan dalam posisi yang sangat menentukan

Lebih lanjut ditetapkan bahwa kegiatan penyuluhan yang dilakukan harus disusun dengan menggunakan
pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta
kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.

Masalah yang sering ditemui di lapangan adalah bahwa programa penyuluhan sering terlambat disusun
atau bahkan tidak ada sama sekali. Dalam keadaan ini maka penyuluh menyusun rencana kerja
penyuluhan dengan Berdasarkan pengamatan dan pemahamannya terhadap masalah yang dihadapi
sehari-hari di lapangan.

Dalam hal melaksanakan penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha ini maka penyuluh swasta
dan penyuluh swadaya dapat atau bahkan seyogyanya berkoordinasi dengan penyuluh PNS
sementara itu undang-undang nomor 16 tahun 2006 menyebutkan bahwa materi penyuluhan adalah
bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha
dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi teknologi, rekayasa sosial, manajemen dan ekonomi.

DiKaitkan dengan pelaksanaan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 maka pelaksanaan undang-
undang Nomor 16 tahun 2006 ternyata kemudian menimbulkan beberapa masalah yang dinilai
mengganggu kelancaran pelaksanaan penyuluhan di lapangan. pokok persoalan di nilai berhubungan
dengan situasi bahwa di satu pihak undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan otonomi seluas-
luasnya kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. di
pihak lain undang-undang Nomor 16 tahun 2006 mengatur tentang kelembagaan penyuluhan sejak dari
pusat provinsi kabupaten atau kota sampai ke tingkat desa atau kelurahan.

dalam hal komisi penyuluhan misalnya di tingkat pusat masing-masing Kementrian memiliki sendiri
komisi penyuluhan sesuai dengan bidang tugasnya sementara di tingkat provinsi dan kabupaten kota
komisi penyuluhan adalah gabungan dari bidang bidang pertanian Perikanan dan Kehutanan. keadaan
ini dinilai dapat menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya di lapangan.

Masalah juga muncul dalam hal satmintal penyuluh pada kabupaten kota yang hanya memiliki dinas
lingkup pertanian Perikanan dan Kehutanan penyuluh berada pada dinas terkait apabila juga terdapat
badan pelaksana penyuluhan maka berada pada badan tersebut.

Untuk Badan pelaksana penyuluhan hampir semuanya meliputi bidang pertanian Perikanan dan
Kehutanan. hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana perimbangan jumlah masing-
masing penyuluh serta bagaimana kebijakan pelaksaan penyuluhan dilakukan.

dalam kondisi perkembangan ilmu dan teknologi saat ini maka bidang keahlian perlu dikembangkan.
untuk itu diperlukan pembahasan lebih mendalam tentang penerapan pendekatan polivalen dalam
pelaksanaan penyuluhan.

Masalah menjadi makin berkembang manakala badan yang menangani penyuluhan bergabung dengan
badan yang menangani ketahanan pangan sehingga misalnya menjadi bernama badan ketahanan
pangan dan penyuluhan pertanian Perikanan dan Kehutanan. Terdapat peluang bahwa apabila hal ini
terjadi porsi kegiatan penyuluhan akan menjadi berkurang intensitasnya

Juga curahan perhatian badan yang bersangkutan terhadap kegiatan penyuluhan dapat menjadi
berkurang.
ketenagaan penyuluh juga menarik untuk diperhatikan pada tahun 2003 sampai 2014 jumlah Penyuluh
Pertanian adalah sekitar 48000 orang, penyuluh perikanan sebanyak 12178 orang dan penyuluh
kehutanan sebanyak 4056 orang. Menteri Pertanian menyatakan bahwa jumlah Penyuluh Pertanian
masih belum mencukupi untuk dapat mencapai target 1 penyuluh untuk melayani 1 desa. Karena jumlah
desa pada saat di Indonesia adalah sekitar Rp70.000. Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyatakan
bahwa jumlah penyuluh perikanan masih kurang jumlahnya karena jumlah penyuluh perikanan ideal
untuk Indonesia adalah sebanyak 15350 orang. pernyataan yang sama dinyatakan oleh Kepala Badan
penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia kehutanan dinyatakannya bahwa jumlah
penyuluh kehutanan ideal adalah sebanyak 21000 orang.

di samping keterbatasan jumlah ketenagakerjaan.

keterbatasan dalam latihan yang juga dinilai menjadi masalah besar dalam hal ketenagaan penyuluh.
pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa beberapa penyebab yang telah tergolong senior bahkan
belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan.

Tetapi hal ini dengan adanya undang-undang otonomi daerah Mengubah sistem dari sentralisasi
menjadi desentralisasi yang kemudian hal ini mempengaruhi tatanan kelembagaan penyuluhan
pertanian. Bagaimana tidak yang mulanya kelembagaan penyuluhan pada eselon 2 yang berupa badan
koordinasi penyuluh atau bakorluh seketika bergeser keekselen empat yang berupa Balai Penyuluhan
Pertanian atau BPP.

fakta ini kemudian menjadikan posisi penyuluh tidak memiliki ruang gerak utamanya dalam hal
pengambilan kebijakannya sendiri yang mendukung kegiatan penyuluhan pertanian.

Setelah melihat history perjalanan kebijakan penyuluhan pertanian saat ini penyuluhan pertanian
dihadapkan oleh tantangan besar di era industri four point Zero dengan dibentuknya komando strategi
pembangunan pertanian Indonesia atau kostratani yang dibentuk oleh menteri pertanian Republik
Indonesia.

Target Kementerian Pertanian membangun komando strategi pembangunan pertanian dari pusat hingga
tingkat kecamatan.

Organisasi dari kostratani terdiri dari kostranat yang berada di tingkat nasional konstrawil yang berada di
tingkat provinsi, kostrada yang berada di tingkat kabupaten atau kota dan kostratani yang berada di
tingkat kecamatan.
Dicamatan kostratani dikomandani oleh Camat dan sebagai ketua harian kepala Balai Penyuluhan
Pertanian sekaligus sebagai sekretariat

Di kabupaten atau kota Kostrada dikomandani oleh bupati atau walikota dan sebagai ketua harian
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten atau kota sekaligus sebagai sekretariat

Di provinsi Kostrawil yang dikomandani oleh Gubernur dan sebagai kepala harian kepala dinas pertanian
provinsi dan Balai pengkajian teknologi pertanian sebagai secretariat

Kostranat dikomandani oleh menteri pertanian Republik Indonesia sebagai ketua harian sekaligus
sebagai sekretariat

Kostratani dibangun untuk mengoptimalkan tugas dan peran Balai Penyuluhan Pertanian dalam
menggerakkan pembangunan pertanian di kecamatan

Sungguh ironi ketika penyuluh dijadikan sebagai Garda terdepan pembangunan pertanian Indonesia,
namun kelembagaannya tidak memposisikan penyuluh sebagai pusat kendali untuk mengatur
kebijakannya. salah satunya dalam hal ketenagaan penyuluh, perekrutan tenaga penyuluh yang memang
berdasarkan bidang keilmuannya bukan hanya dijadikan sebagai batu loncatan untuk mengisi Formasi
formasi dalam struktur kelembagaan.

Bukan Tanpa Alasan Marilah Belajar dari sejarah bahwa kegiatan penyuluhan yang tidak menanamkan
nilai dan asas penyuluhan didalamnya hanya akan melahirkan sebuah kecacatan dan ketergantungan
bukan kemandirian yang akan membawa petani mampu meningkatkan kesejahteraan harkat dan
martabat petani sebagai manusia

Anda mungkin juga menyukai