OTONOMI DAERAH
Diajukan sebagai Tugas PKn
Guru Pembimbing : Dra. Umi Munawaroh
Disusun Oleh :
1. Rizal Efendi (23)
2. Junyawan Adi H.S. (16)
Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh pelaksanaan otonomi daerah yang
telah dijalankan oleh pemerintah.
Kesejahteraan Masyarakat
Pemerintah Kabupaten Gorontalo mendapatkan kucuran dana melalui kemitraan dengan pihak
lembaga atau negara donor. Yaitu, pertama, Pilot BERMUTU (Better Education Reformed
Managing Universal Teacher Upgrading) dari Bank Dunia, kedua, Program MGP-ME
(Mainstreaming Good Practic in Basic Education) dari UNICEF. Ketiga, Program WDD/WSD
(Whole Distric Development Whole School Depelopment) dari Negara
Australia. Keempat, Program Penanggulangan Flu Burung dari Negara Jerman. Kelima,Program
Pertukaran Guru bekerja sama dengan Amerika; dan Program UNDP (sementara dalam
rintisan).
Program lainnya yaitu pemberian santunan duka diberikan kepada warga penduduk kabupaten
Gorontalo keluarga yang wafat diatas 60 Tahun sebesar 500 ribu Rupiah. Hal ini merupakan
upaya deteksi dini dan meningkatkan partisipasi masyarakat agar lebih peduli pada kesehatan
pribadi, keluarga, dan lingkungan.
Program Dokter Keluarga adalah pola pelayanan kesehatan dengan metode Cegah Dini, Terapi
Cepat dan Tindak Tuntas. Dengan demikian petugas kesehatan tidak menunggu saja di pusat
layanan tetapi mendatangi langsung warga dan memberikan layanan medis secara tuntas.
Perubahan paradigma sektor kesehatan, yang semula berorientasi pada aspek kuratif,
difokuskan kearah preventif dan promotif serta dibebaskan dari aspek komersionalisasi (PAD).
Kebijakan sektor pembangunan bidang kesehatan, dirumuskan dan dikembangkan lewat empat
aspek permasalahan yakni : pengembangan sarana infrastuktur dan pelayanan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan program desa, revitalisasi posyandu, dan aspek
ketenagaan serta pembiayaan.
Sektor Pertanian
Dalam rangka optimalisasi Revitalisasi Pertanian, didukung oleh rencana strategi bidang
pertanian, antara lain ;Pertama, menjamin ketersediaan keragaman pangan dan pengembangan
pangan lokal alternative disetiap wilayah rawan pangan. Kedua, memberikan kesempatan kerja
seluas-luasnya bagi komunitas petani dan menciptakan kawasan agribisnis produktif, Ketiga,
mengembangkan mekanisasi teknologi pertanian dan perkebunan serta menjamin ketersediaan
bibit unggul. Keempat, penguatan kelembagaan sektor pertanian dan perkebunan. Untuk
mewujukan terselenggaranya pembangunan sektor pertanian, telah dirumuskan beberapa
kebijakan, antara lain ; Penetapan hari Sabtu sebagai Hari Krida Pertanian, Take over lahan
Tebus Gadai seluas 35,22 Ha, Pembuatan lumbung pangan, Penyediaan prasarana
penunjang pertanian, berupa pengadaan traktor, pompa air lahan pertanian, peningkatan dan
pembuatan jalan tani, pengembangan pupuk bio kultur (pabrik pupuk lokal), Penetapan harga
dasar jagung, Program Pengembangan pertanian dan perkebunan.
Untuk pengembangan produksi pertanian dikembangkan lewat sistem pengairan (irigasi) dan
teknologi. Seluruh petani yang ada bergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan)
dibawah bimibingan/pembinaan tenaga ahli dibidang pertanian dalam setiap pengolahan
produksi.
DILEMA TRANSPORTASI: Wajah 17 Tahun
Otonomi Daerah di Negeri Angkot
Suatu ketika pada 2003, Presiden Megawati Soekarno Putri yang kini sudah lengser bertanya kepada
G.T Soerbakti, Ketua Umum Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) periode itu, soal
transportasi publik.
Pak Soerbakti, di Bogor itu kok angkotnya banyak sekali yah? tanya
presiden seperti ditirukan Soerbakti saat bercerita di Terminal Kampung
Rambutan Jakarta, September tahun lalu.
Pendiri dan pemilik perusahaan transportasi Lorena Group itu persisnya lupa
apa jawabannya kepada presiden, tapi inti jawaban terkait dengan penerapan
UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.
UU otonomi daerah yang disahkan oleh Presiden BJ Habibie pada 7 Mei 1999
itu mengatur soal desentralisasi atau penyerahan wewenang pemerintahan
pusat kepada daerah otonom. Sejak regulasi itu ada, bergulirlah otonomi
daerah ditambah dengan muncul UU No.25/2005 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pemda pun punya kekuatan modal karena pembangunan tak lagi berpijak
pada pusat, melainkan pada kebutuhan dan kepentingan daerah.
Undangundang ini sebetulnya bukan pionir karena soal otonomi daerah
lebih dulu diperkenalkan dalam Keppres No.11/1996 tentang Hari Otonomi
Daerah, tapi lantaran kuatnya gerakan reformasi era 19981999, UU No.22
pun lahir.
Setelah itu, regulasi ini diperbaiki dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintah
Daerah yang disahkan oleh Presiden Megawati pada 15 Oktober 2004.
Penyempurnaan ini dalam upaya mensinkronkan dengan pengembangan
demokrasi lokal; pilkada langsung.