Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

OTONOMI DAERAH
Diajukan sebagai Tugas PKn
Guru Pembimbing : Dra. Umi Munawaroh

Disusun Oleh :
1. Rizal Efendi (23)
2. Junyawan Adi H.S. (16)

SMP NEGERI 1 PARANG


Tahun Pelajaran 2016/2017
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban
daerah otonom (desentralisasi) guna untuk mengatur serta mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah tersebut yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu implementasi tuntutan


globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah tersebut
kewenangan yang luas, nyata dan memiliki tanggung jawab, terutama dalam
hal mengatur, memanfaatkan, serta menggali berbagai sumber-sumber
potensi yang terdapat di daerahnya masing-masing.

Apabila di masa terdahulu kita menganut sistem sentralisasi, yaitu pengaturan


dan pemberdayaan dikendalikan oleh daerah pusat, otonomi daerah ini
merupakan penerapan dari sistem desentralisasi yang memberikan
kewenangan bagi daerah non-pusat untuk menggali potensinya sendiri.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh pelaksanaan otonomi daerah yang
telah dijalankan oleh pemerintah.

Penentuan Upah Minimum Regional. Penentuan upah minimum


sangat ditujukan agar setiap masyarakat merasakan pemerataan
pendapatan semaksimal mungkin.
Pajak daerah. Dari pernyataan bahwa otonomi daerah memberikan
kewenangan bagi wilayah non-pusat, maka dilaksanakan pajak yang
dipungut setiap daerah untuk membangun sarana masing-masing.
Penggunaan kurikulum pendidikan setempat. Setiap daerah
memiliki budaya dan norma yang berbeda-beda. Demi melaksanakan
otonomi daerah, maka pemerintah memperbolehkan setiap daerah
menggunakan kurikulum setempat untuk mempelajari bahasa daerah
dan lain-lain.
Pengembangan daerah. Karena wewenang yang diberikan pada
setiap pemerintah daerah, maka pemerintah daerah pun harus
bertanggungjawab untuk mengembangkan daerah masing-masing dan
melaporkannya kepada pemerintah pusat.
OTONOMI DAERAH UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kesejahteraan Masyarakat

Kabupaten Gorontalo berupaya mendongkrak kesejahteraan masyarakat di dalam cakupan


wilayahnya, bercita-cita mewujudkan harapan otonomi daerah (Otda). Berbagai inovasi
pembangunan yang dilakukan mampu melahirkan strata kehidupan masyarakat yang
berkualitas. Pemerintah Kabupaten Gorontalo menempuh kebijakan melalui tiga fokus
pembangunan daerah sebagai langkah untuk membina kehidupan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan pertanian.

Kabupaten Gorontalo terus mengedepankan pembangunan sesuai cita-cita otda, dalam


meningkatkan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta
mengedepankan interkoneksitas antar daerah di Provinsi Gorontalo. Penyelenggaraan
pembangunan di Kabupaten Gorontalo kian menunjukkan kemajuan, baik dari sisi
profesionalisme pelayanan publik oleh aparatur, maupun penyelenggaraan program-program
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bahkan beberapa program yang diterapkan telah
beroleh pengakuan semua pihak bahkan telah diadopsi menjadi kebijakan nasional

Pemerintah Kabupaten Gorontalo melahirkan berbagai program pelayanan publik untuk


menjawab kebutuhan sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Adapun rogram-program
tersebut adalah Program Pembina Desa, Government Mobile, Mapping Government, Program
Desa Laboratorium Pemerintahan, Klinik Pelayanan Publik, Deregulasi Perizinan, Program
Pegawai Mitra Kinerja, Kotak Pengaduan Kinerja, Desa Global
Sektor Pendidikan
Komitmen pembangunan sektor pendidikan mendapat prioritas utama diantara tiga sektor
unggulan yang ada. Hal ini, dipertegas dengan alokasi anggaran sektor pendidikan dari tahun ke
tahun meningkat.

Pemerintah Kabupaten Gorontalo mendapatkan kucuran dana melalui kemitraan dengan pihak
lembaga atau negara donor. Yaitu, pertama, Pilot BERMUTU (Better Education Reformed
Managing Universal Teacher Upgrading) dari Bank Dunia, kedua, Program MGP-ME
(Mainstreaming Good Practic in Basic Education) dari UNICEF. Ketiga, Program WDD/WSD
(Whole Distric Development Whole School Depelopment) dari Negara
Australia. Keempat, Program Penanggulangan Flu Burung dari Negara Jerman. Kelima,Program
Pertukaran Guru bekerja sama dengan Amerika; dan Program UNDP (sementara dalam
rintisan).

Pemerintah Daerah melakukan berbagai kebijakan yang dicanangkan seperti : pengembangan


sarana dan prasarana pendidikan, program kualifikasi dan sertifikasi guru, peningkatan
kompetensi guru dan siswa, dan legimitasi penyelenggaraan pendidikan (Perda Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan).
Sektor Kesehatan

Pembangunan sektor kesehatan masyarakat di Kabupaten Gorontalo menjadi fokus program


pembangunan daerah yang bertujuan menjamin terwujudnya masyarakat yang sehat dan
cerdas. Salah satu programnya adalah pembebasan layanan dasar kesehatan bagi seluruh
masyarakat pada poskesdes, puskesmas pembantu, puskesmas dan Medical Center diseluruh
wilayah Kabupaten Gorontalo.

Program lainnya yaitu pemberian santunan duka diberikan kepada warga penduduk kabupaten
Gorontalo keluarga yang wafat diatas 60 Tahun sebesar 500 ribu Rupiah. Hal ini merupakan
upaya deteksi dini dan meningkatkan partisipasi masyarakat agar lebih peduli pada kesehatan
pribadi, keluarga, dan lingkungan.

Program Dokter Keluarga adalah pola pelayanan kesehatan dengan metode Cegah Dini, Terapi
Cepat dan Tindak Tuntas. Dengan demikian petugas kesehatan tidak menunggu saja di pusat
layanan tetapi mendatangi langsung warga dan memberikan layanan medis secara tuntas.

Perubahan paradigma sektor kesehatan, yang semula berorientasi pada aspek kuratif,
difokuskan kearah preventif dan promotif serta dibebaskan dari aspek komersionalisasi (PAD).

Kebijakan sektor pembangunan bidang kesehatan, dirumuskan dan dikembangkan lewat empat
aspek permasalahan yakni : pengembangan sarana infrastuktur dan pelayanan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan program desa, revitalisasi posyandu, dan aspek
ketenagaan serta pembiayaan.
Sektor Pertanian

Penguatan ekonomi kerakyatan pada kelompok potensial, lebih mengedepankan sektor


pertanian dengan prime mover pertanian melalui REVITALISASI PERTANIAN, dimana potensi
sektor pertanian sangat memungkinkan, mengingat lahan produktif cukup luar, yaitu tanah
persawahan/basah 13.087 Ha, lahan kering 48.479 Ha, perkebunan 34.549 Ha, selain itu luas
lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman hortikultura/tanaman pertanian lainnya seluas 9.846
Ha.

Dalam rangka optimalisasi Revitalisasi Pertanian, didukung oleh rencana strategi bidang
pertanian, antara lain ;Pertama, menjamin ketersediaan keragaman pangan dan pengembangan
pangan lokal alternative disetiap wilayah rawan pangan. Kedua, memberikan kesempatan kerja
seluas-luasnya bagi komunitas petani dan menciptakan kawasan agribisnis produktif, Ketiga,
mengembangkan mekanisasi teknologi pertanian dan perkebunan serta menjamin ketersediaan
bibit unggul. Keempat, penguatan kelembagaan sektor pertanian dan perkebunan. Untuk
mewujukan terselenggaranya pembangunan sektor pertanian, telah dirumuskan beberapa
kebijakan, antara lain ; Penetapan hari Sabtu sebagai Hari Krida Pertanian, Take over lahan
Tebus Gadai seluas 35,22 Ha, Pembuatan lumbung pangan, Penyediaan prasarana
penunjang pertanian, berupa pengadaan traktor, pompa air lahan pertanian, peningkatan dan
pembuatan jalan tani, pengembangan pupuk bio kultur (pabrik pupuk lokal), Penetapan harga
dasar jagung, Program Pengembangan pertanian dan perkebunan.

Untuk pengembangan produksi pertanian dikembangkan lewat sistem pengairan (irigasi) dan
teknologi. Seluruh petani yang ada bergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan)
dibawah bimibingan/pembinaan tenaga ahli dibidang pertanian dalam setiap pengolahan
produksi.
DILEMA TRANSPORTASI: Wajah 17 Tahun
Otonomi Daerah di Negeri Angkot

Suatu ketika pada 2003, Presiden Megawati Soekarno Putri yang kini sudah lengser bertanya kepada
G.T Soerbakti, Ketua Umum Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) periode itu, soal
transportasi publik.

Pak Soerbakti, di Bogor itu kok angkotnya banyak sekali yah? tanya
presiden seperti ditirukan Soerbakti saat bercerita di Terminal Kampung
Rambutan Jakarta, September tahun lalu.
Pendiri dan pemilik perusahaan transportasi Lorena Group itu persisnya lupa
apa jawabannya kepada presiden, tapi inti jawaban terkait dengan penerapan
UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.
UU otonomi daerah yang disahkan oleh Presiden BJ Habibie pada 7 Mei 1999
itu mengatur soal desentralisasi atau penyerahan wewenang pemerintahan
pusat kepada daerah otonom. Sejak regulasi itu ada, bergulirlah otonomi
daerah ditambah dengan muncul UU No.25/2005 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pemda pun punya kekuatan modal karena pembangunan tak lagi berpijak
pada pusat, melainkan pada kebutuhan dan kepentingan daerah.
Undangundang ini sebetulnya bukan pionir karena soal otonomi daerah
lebih dulu diperkenalkan dalam Keppres No.11/1996 tentang Hari Otonomi
Daerah, tapi lantaran kuatnya gerakan reformasi era 19981999, UU No.22
pun lahir.
Setelah itu, regulasi ini diperbaiki dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintah
Daerah yang disahkan oleh Presiden Megawati pada 15 Oktober 2004.
Penyempurnaan ini dalam upaya mensinkronkan dengan pengembangan
demokrasi lokal; pilkada langsung.

Anda mungkin juga menyukai