Anda di halaman 1dari 69

BAB 1

PENYULUHAN PERTANIAN DAN RUANG LINGKUPNYA

KD 1. : Pengenalan Terhadap Ilmu Penyuluhan dan Ruang Lingkupnya


Tujuan : 1. Menjelaskan Sejarah Penyuluhan Pertanian
2. Menjelaskan Pengertian Penyuluhan
3. Menjelaskan Ruang Lingkup Penyuluhan Pertanian/Peternakan
4. Menjelaskan Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian
5. Menjelaskan Falsafah dan Prinsip-Prinsip Penyuluhan
6. Menjelaskan Etiak Penyuluhan Pertanian

1. SEJARAH PENYULUHAN

a) Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di Jaman Purbakala

Menurut sejarah purbakala, kegiatan penyuluhan pertanian sudah dimulai di


lembah Mesopotamia sekitar 1800 tahun sebelum Kristus (Bne Saad, 1990), dan di
China dimulai pada abad ke 6 SM, ditandai dengan catatan tertulis tentang teknik-
teknik esensial dan pertanian pada 535 SM pada masa Dinasti Han (Swanson et al,
1997) disitasi (Mardikanto, 2003). Pada abad ke 2 SM sampai abad ke 4 Masehi,
banyak dijumpai tulisan-tulisan berbahasa Latin, seringkali disertai dengan gambar-
gambar tentang pengalaman praktek bertani (White, 1977) disitasi (Mardikanto,
2003).

b) Sejarah Lahirnya Penyuluhan Pertanian Modern

Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) penyuluhan atau dalam bahasa
Inggris lebih dikenal dengan istilah extension pertama kali dilakukan sekitar tahun
1867-1868, oleh James Stuart dari Trinity Colege (Cambridge). Stuart yang kemudian
dianggap sebagai Bapak Penyuluhan untuk pertama kalinya memberikan ceramah
kepada perkumpulan kaum wanita dan perkumpulan pekerja pria di daerah Inggris
Utara. Pada tahun 1871, Stuart mengusulkan pada Universitas Cambrigde agar
penyuluhan dijadikan mata kuliah, dan kemudian pada tahun 1873 Cambrigde secar
resmi menerapkan sistem penyuluhan, yang diikuti oleh Universitas London (1876)
dan Universitas Oxford (1878). Menjelang tahun 1880 kegiatan ini telah merupakan
gerakan penyuluhan tempat perguruan tinggi memperlebar sayapnya keluar kampus.
Sejak awal abad ke-20 istilah penyuluhan pertanian mulai digunalan secara
umum di Amerika Serikat untuk menunjukkan bahwa sasaran pengajaran di
Universitas tidak hanya terbatas di lingkungan kampus tetapi diperluas hingga semua
pihak yang hidup dilingkungan manapun. Penyuluhan dapat dipandang sebagi suatu
bentuk pendidikan orang dewasa yang menempatkan pengajar sebagai staf
universitas. Bertahun-tahun hal ini menjadi kegiatan utama kademi pertanian yang
memperkerjakan penyuluh pertanian daerah di setiap negara bagian. Karena
menurunnya jumlah petani dinas penyuluhan pertanian kemudian berupaya melayani
semua warga dengan memberikan informasi yang tersedia dari berbagai sumber
universitas.
Dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang berarti memberi
penerangan untuk menolong seseorang menemukanjalannya.Istilah ini digunakan
pada masa-masa kolonial bagi negara-negara jajahan belanda, walaupun sebenarnya
penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak. Indonesia misalnya, mengikuti cara
Belanda dengan menggunakan kata penyuluhan, sedangkan Malaysia
menggunakan kata extension yang arti harfiahnya adalah perkembangan. Dalam
bahasa Australia dikenal istilah forderung yang berarti menggiring seseorang ke arah
yang diinginkan, kata yang mirip istilah di Korea, yakni rural guidance. Dalam
bahasa Perancis menggunakan istilah vulgarisation yang menekankan pentingmya
menyederhanakan pesan bagi orang awam. Capasitacion dalam bahasa Spanyol yang
menunjukkan adanya keiginan untuk meningkatkan kemampuan manusia dengan
latihan.
c) Penyuluhan Pertanian di Indonesia

Banyak kalangan menyebutkan kelahiran penyuluhan pertanian di Indonesia


erat kaitannya dengan sejarah pembangunan pertanian yang diawali oleh C.G.L.
Reinwardt dengan didirikannya Kebun Raya Bogor pada tanggal 17 Mei 1817. Tetapi
almarhum Prof. Iso Hadiprodjo keberatan, dan menunjuk tahun 1905 bersamaan
dengan dibukanya Departemen Pertanian, yang antara lain memiliki tugas
melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
kegiatan penyuluhan sebelum tahun 1905 lebih berupa pemaksaan-pemaksaan yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan tanam paksa atau cultuutstelsel. Selama masa
penjajahan Jepang, kegiatan penyuluhan praktis terhenti karena apa yang dilakukan
tidak lain adalah pemaksaan-pemaksaan kepada rakyat untuk mengusahakan bahan
pangan dan produk-produk strategis yang lain (Mardikanto, 2003).
Setelah masa kemerdekaan, penyuluhan pertanian mengalami perubahan-
perubahan sebagai berikut:
1) 1945-1950, Plan Kasimo (Rencana Produksi 3 tahun, 1948-1950) yang tidak
dapat terlaksana karena adanya revolusi fisik.
2) 1950-1959, Plan Kasimo digabungkan dengan Rencana Wicaksono menjadi
Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) yang dibagi dalam 2 tahap: 1950-1955
dan 1955-1960.
Salah satu peninggalan RKI adalah dibangunnya BPMD (Balai Pendidikan
Masyarakat) di tingkat Kecamatan, dan dilaksanakannya penyuluhan pertanian
dengan pendekatan perorangan melalui sistem tetesan minyak (olievlek
sisjteem). Pada tahun 1958 dimulai kegiatan intensifikasi padi melalui kegiatan
Pada Sentra/SSB (self supporting beras).
3) 1959-1963, penyuluhan pertanian dengan pendekatan perorangan melalui
sistem tetesan minyak diganti dengan penyuluhan massal dengan teknik
tumpahan air.
4) 1963-1974, diawali dengan pengalaman demonstrasi Panca Usaha
Lengkap yang dilakukan IPB di Karawang pada tahun 1963/1964
dikembangkan Demonstrasi Massal (Den-mas) yang kemudian dikembangkan
menjadi BIMAS-SSBM (Bimbingan Masal swa Sembada bahan Makanan).
Setelah melalui proses perbaikan dalam bentuk Bimas Berdikari, Bimas Biasa,
Bimas Baru, Bimas Gotong Royong, dan Bimas Nasional yang disempurnakan
akhirnya dikembangkan menjadi program Intensifikasi Masal (INMAS).
5) 1974-1983, Bersama dengan proyek penyuluhan pertanian tanaman
panagan NFCEP, pada tahun 1976 mulai dikenalkan program Intensifikasi
Khusus (INSUS) dengan mengefektifkan penyuluhan kepada kelompok tani
melalui sistem LAKU atau training and visit.
6) 1983-1993, selama periode ini beberapa menonjol adalah; pengembangan
INSUS menjadi SUPRA INSUS ; administrasi penyuluhan ditingkat kabupaten
dialihkan dari Dinas Pertanian ke Sekretaris Pelaksana Harian BIMAS (SPHB).
7) 1993-2001, pada periode ini terjadi perubahan administrasi dipindah lagi
dari SPHB ke dinas-dinas sub sektoral. Semula pemindahan ini dimaksudkan
untuk memeratakan kegiatan penyuluahn pertanian, namun karena luas wilayah
kerja penyuluh semakin luas efektivitas LAKU menjadi berkurang, disamping
itu mutu PPl semakin tidak mampu mengimbangi kecepatan kemajuan IPTEK
dan kegiatan pelalu yang dilakukan oleh pelaku bisnis dan LSM.. Menghadapi
masalah tersebut, mulai tahun 1995 administrasi penyuluhan pertanian di
kabupaten disatukan kembali kedalam BIPP (Balai Informasi dan Penyuluhan
Pertanian).
8) 2001-hingga sekarang, seiring bergulirnya reformasi yang diikuti dengan
adanya kebijakan otonomi daerah, yang membawa konsekuensi terjadinya
perubahan organisasi pemerintah kabupaten. BIPP menjadi 3 bentuk, yaitu:
tetap, tidak jelas, dan dilebur dalam kelompok jabatan fungsional di dalam
Dinas Pertanian.
2. PENGERTIAN PENYULUHAN

Secara harfiah bahasa penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor
atau pelita atau pemberi terang (Mardikanto, 1993). Penyuluhan dalam arti umum
merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan individu
dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang
diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Definisi penyuluhan adalah suatu
usaha atau upaya untuk merubah perilaku peternak beserta dengan keluarganya, agar
mereka mengetahui dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalahnya
sendiri, baik dalam bidang usaha maupun kehidupannya (Kartasapoetra, 1991). Dari
definisi tersebut apabila dijabarkan, penyuluhan merupakan 1) suatu proses
penyebarluasan informasi yang diperlukan yang sifatnya berkembang selama
pelaksanaan pembangunan pertanian dan sub sektornya; 2) suatu sistem pendidikan
non formal yang tidak sekedar memberi penerangan tetapi berupaya memberi
perilaku yang memiliki pengetahuan, sifat progresif, serta trampil melaksanakan
berbagai kegiatan; 3) suatu pendidikan non formal yang ditujukan pada orang dewasa
atas dasar sukarela, sehingga lebih mengutamakan terjadinya dialog; 4) suatu proses
rekayasa sosial (merubah perilaku) sehingga perlu dilaksanakan secara bijak dan hati-
hati.
Penyuluhan pertanian menurut Oemboeh alwi yang disitasi oleh Deptan
(2001) adalah suatu usaha untuk memberi pengajaran, pendidikan dan bimbingan
pada petani untuk mempertinggi kecerdasan mereka umumnya, pengetahuan teknik
pertanian khususnya, membangkitkan kerjasama serta giat menolong dirinya sendiri
sehingga dapat mengahasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Ditambahkan oleh Ir. Salmon Padmanagara yang juga disitasi oleh Deptan (2001)
mengartikan penyuluhan pertanian sebagai sistem pendidikan diluar sekolah (non
formal) untuk para petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda tani) dengan tujuan agar
mereka mampu, sanggup, dan berswadaya memperbaiki/meningkatkan
kesejahteraannya sendiri serta masyarakat.
Sedangkan menurut Hasmosoewignjo dan A.Garnadi yang disitasi oleh
Kartasapoetra (1991) penyuluhan pertanian adalah pendidikan rakyat tani, baik
dilaksanakan dirumah, di tempat-tempat tertentu atau dimana saja para petani dapat
ditemui. Ditambahkan oleh Jack Ferner yang juga disitasi oleh Kartasapoetra (1991)
penyuluhan pertanian adalah cara mengemukakan teori-teori, prosedur, dan cara-cara
yang terutama menyampaiakan teknologi baru yang didapat dari aktivitas penelitian
melalui ilmu pertanian, ilmu sosial kepada para petani secara proses pendidikan non
formal, sehingga para petani dibekali pengetahuan praktis guna menghadapi
tantangan dan masalah-masalah yang akan dan seadng dihadapi.

3. RUANG LINGKUP PENYULUHAN PERTANIAN

Penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal memiliki unsur-unsur


yang saling terkait dan berpengaruh terhadap hasil akhir proses penyuluhan. Unsur-
unsur penyuluhan pada prinsipnya merupakan suatu faktor yang terdapat pada
kegiatan penyuluhan pertanian dan sub sektornya termasuk sektor peternakan,
meliputi penyusunan/perencanaan program penyuluhan, pemilihan metode, materi,
media, pelaksanaan program, komunikasi (penyampaian pesan) pada sasaran, serta
evaluasi program penyuluhan.

4. FUNGSI dan TUJUAN PENYULUHAN

a) Fungsi Penyuluhan (Kartasapoetra, 1991), yaitu:

1) Memberi jalan kepada sasaran untuk


mendapatkan/memenuhi kebutuhannya
2) Menjembatani gap antara praktek yang biasa dilakukan
oleh masyarakat sasaran dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang
3) Penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan
regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran
4) Pemberian pendidikan serta bimbingan secara kontinyu
b) Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu
kegiatan penyuluhan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Ibrahim, (2003)
klasifikasi tujuan penyuluhan dapat dibedakan menurut dimensi waktu dan
ruang lingkupnya. Ditinjau dari dimensi waktu tujuan penyuluhan dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Tujuan Jangka Pendek (1-3 tahun), yaitu untuk
menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas
usaha tani di pedesaan, yang menyangkut perubahan tingkat pengetahuan,
perubahan kecakapan atau kemampuan, perubahan sikap, dan perubahan
motif tindakan petani
2) Tujuan Jangka Panjang (> 3 tahun), yaitu agar
tercapai peningkatan taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan
hidup yang lebih terjamin.
Sedangkan ditinjau dari dimensi ruang lingkup, tujuan penyuluhan dibedakan
menjadi empat, yaitu:
1) Tujuan nasional, tujuan nasional penyuluhan pertanian nasional pada
umumnya tidak berbeda dengan tujuan regional, yaitu untuk meningkatkan
produksi, meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan devisa, memperbaiki gizi masyarakat melalui diversifikasi
pangan serta mempertahankan/memperbaiki sumber alam dan air.
2) Tujuan regional
3) Tujuan usaha tani, merupakan tujuan yang diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan petani, berupa peningkatan produksi, peningkatan pendapatan
dan taraf hidup.
4) Tujuan khusus, memperbaiki perilaku petani melalui peningkatan
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan motivasi.

5. FALSAFAH dan PRINSIP-PRINSIP PENYULUHAN

a) Falsafah Penyuluhan (Mardikanto, 1993) dapat dirumuskan:

1. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah


pengerahuan, sikap, dan ketrampilan masyarakat
2. Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat (pria, wanita, termasuk
anak-anak) untuk menjawab kebutuhan keinginannya
3. Penyuluhan bertujuan membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya
sendiri
4. Penyuluhan adalah belajar sambil bekerja, dan percaya tentang apa yang
dilihatnya
5. Penyuluhan adalah pengembangan individu, pemimpin mereka, dan
pengembangan dunia secara keseluruhan
6. Penyuluhan adalah suatu bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kebahagiaan masyarakat
7. Penyuluhan adalah pekerjaan yang diselaraskan dengan budaya masyarakat
8. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati
dan saling mempercayai antara yang satu kepada yang lainnya
9. Penyuluhan merupakan kegiatan dua arah
10. Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang berkelanjutan
b) Prinsip-Prinsip Penyuluhan

Prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan


pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara
konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku secara umum, dapat diterima secara
umum dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai pengamatan dalam kondisi
yang beragam. Dengan demikian prinsip dapat dijadikan sebagai landasan
pokok yang benar bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bertolak
dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu kegiatan pendidikan, maka
penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:
1. Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/menerapkan sesuatu, karena
melalui mengerjakan mereka akan mengalami proses belajar (baik
menggunakan pikiran, perasaan, dan ketrampilan) yang akan terus diingat
untuk jangka waktu yang lebih lama.
2. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik dan bermanfaat, sebab perasaan senang/puas atau tidak
senang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan
belajar/penyuluhan dimasa-masa mendatang.
3. Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan
kegiatan lainnya, sebab setiap orang cenderung menghubungkan
kegiatannya dengan peristiwa lainnya (Mardikanto, 2003).

6. ETIKA PENYULUHAN

Etika merujuk pada tata pergaulan yang khas atau ciri-ciri perilaku yang dapat
digunakan mengidentifikasi, mengasosiasikan diri, dan dapat merupakan sumber
motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu yang memilikinya.
Menurut Muhamad (1987) yang disitasi oleh Mardikanto (2003), etika bukanlah
peraturan tetapi dekat dengan nilai-nilai moral untuk membangkitkan kesadaran
untuk beritikad baik dan jika dilupakan atau dilanggar akan berakibat pada
tercemarnya pribadi yang bersangkutan, kelompoknya, dan anggota kelompok yang
lain.
Sehubungan dengan etika tersebut, seorang penyuluh harus mampu
meragakan:
1. Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, jujur, dan disiplin
2. Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan
masyarakat
3. Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai penyuluh yang andal,
yaitu berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, memiliki tanggungjawab yang
besar dalam melaksanakan tugasnya, memiliki jiwa kerjasama yang tinggi,
dan berkemampuan untuk bekerja teratur
4. Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan kerjasama
yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskan diri, dan selalu berusaha
meningkatkan kemampuan

TUGAS

Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok besar (A dan B), kemudian masing-


masing membuat makalah dengan tema:
1) Kelompok A : Kondisi dunia penyuluhan pertanian dan sub sektornya di
Indonesia saat ini dan kendala yang dihadapi
2) Kelompok B : Peran penyuluhan pertanian dan sub sektornya terhadap
pembangunan pertanian

SOAL LATIHAN
1. Jelaskan secara singkat proses lahirnya penyuluhan pertanian
modern!
2. Ceritakan secara singkat sejarah penyuluhan pertanian di
Indonesia!
3. Sebutkan pengertian penyuluhan secara umum dan definisi
penyuluhan pertanian menurut Oemboeh Alwi!
4. Sebutkan fungsi dan tujuan penyuluhan!
5. Apa yang dimaksud dengan falsafah dan prinsip-prinsip
penyuluhan? Jelaskan!

BAB II
PROSES BELAJAR DALAM PENYULUHAN

KD 2 : Proses Belajar Dalam Penyuluhan


Tujuan : 1. Menjelaskan penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan
2. Menjelaskan jenis-jenis belajar
3. Menjelaskan cara-cara dan prinsip-prinsip belajar
4. Menjelaskan ciri-Ciri kegiatan belajar
5. Menjelaskan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses
belajar

Penyuluhan ditinjau dari teori pembelajaran (learning theory) merupakan


pendidikan orang dewasa yang harus dibedakan dengan pendidikan formal lainnya.
Sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan kegiatan penyuluhan
dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh masyarakat sasaran.
Sehubungan dengan proses belajar didalam pelaksanaan penyuluhan diperlukan
pemahaman lebih lanjut terhadap:

a. JENIS BELAJAR
1. Multiple Discrimination, yaitu kemampuan untuk memberikan respon yang
benar terhadap beragam stimulus yang berbeda
2. Belajar Konsep (Concept Learning), yaitu mengabstraksikan ide/realita dalam
pikirannya, dan berdasarkan konsep yang disusunnya tersebut yang
bersangkutan memberi respon yang tepat menurut konsep yang dikuasainya
3. Belajar Prinsip (Principle Learning), yaitu mempelajari hubungan konsep-
konsep yang memiliki arti tertentu menurut aturan tertentu
4. Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving Learning), yaitu
mempelajari cara-cara memecahkan masalah yang sedang dihadapai
(Mardikanto, 1993).
b. CARA-CARA BELAJAR

1. Belajar Dengan Peniruan (Trimition Learning)


Belajar dengan peniruan merupakan proses belajar yang dilakukan melalui
peniruan atas ide atau contoh-contoh (baik berupa obyek maupun kegiatan
yang dapat diamati)
2. Belajar Dengan Kondisi/Kebiasaan (Condicionaring)
Pada proses belajar seperti ini, warga belajar dihadapakan pada kondisi-
kondisi tertentu yang mendukung dan merangsang proses belajar
3. Belajar Dengan Mengartikan (Meaningfull Learning)
Pada proses belajar seperti ini, warga belajar diberikan sebanyak mungkin
rangsangan untuk menggunakan pikirannya guna mengartikan segala sesuatu
yang diajarkan
5. Belajar Dengan Kesadaran

Tujuan
Kebutuhan
Keinginan
Kemauan

Motivasi Belajar
Kesadaran/Usaha Aktif
Untuk Belajar

Berhasil Gagal

Frustasi

(Mardikanto, 1993).
c. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

1. Prinsip Latihan, yaitu proses belajar yang dibarengi dengan aktivitas fisik
untuk lebih merangsang kegiatan anggota badan, melalui proses belajar atau
belajar sambil melakukan kegiatan yang dialami oleh warga belajar
2. Prinsip Menghubung-hubungkan, yaitu proses belajar dengan cara
menghubung-hubungkan perilaku lama dengan stimulus-stimulus baru
3. Prinsip Akibat, yaitu belajar dengan melihat/mempertimbangkan manfaat
yang diperoleh dari suatu kegiatan penyuluhan
4. Prinsip Kesiapan, yaitu proses belajar dengan memperhatikan kesiapan fisik
dan mental, baik bagi penyuluh maupun sasaran penyuluhan
(Mardikanto, 1993).

d. CIRI-CIRI KEGIATAN BELAJAR

1. Belajar adalah proses aktiv dan tidak ada kegiatan belajar yang tanpa
aktivitas, artinya di dalam kegiatan belajar setiap individu yang belajar harus
melakukan aktivitas, baik aktivitas fisik (anggota badan, indera, otak) maupun
aktivitas mental (perasaan dan kesiapan)
2. Belajar hanya dapat dilakukan untuk individu yang belajar, artinya kegiatan
belajar harus dilakukan sendiri oleh individu yang memiliki kemauan belajar,
dan sama sekali tidak bias diwakilkan kepada orang lain, sebab individu yang
belajar harus menerima atau mengalami sendiri stimulus-stimulus yang
diajarkan, dan harus memberikan sendiri feed back atas stimulus yang
diajarkan
3. Kemampuan belajar setiap individu tidak sama, baik yang disebabkan faktor
genetis (jenis kelamin, intelegensia, bakat) maupun karena adanya pengaruh
faktor lingkungan
4. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman, karena pengalaman masa lalu
yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kecenderungannya untuk merasa
memerlukan dan siap menerima pengetahuan-pengetahuan baru.
5. Proses belajar melalui indera, setiap stimulus yang diberikan kepada warga
belajar pada umumnya diterima oleh indra (penglihatan, pendengaran,
gerakan, perasaan, pikiran, dll)
6. Proses belajar dipengaruhi oleh kebutuhan yang dirasakan, motivasi seseorang
untuk belajar merupakan salah satu karakteristik individu yang merupakan
peubah terpenting yang menentukan hasil belajar, sedang motivasi sendiri
ditentukan oleh kebutuhan yang dirasakan
7. Proses belajar dihambat atau didorong oleh hasil belajar yang pernah diraih,
individu yang pernah memiliki hasil belajar yang baik, pada umumnya
memiliki kemauan belajar yang tinngi, dan sebaliknya
8. Proses belajar dipengaruhi oleh lingkungan belajar, salah satu variabel yang
menentukan keberhasilan belajar adalah lingkungan pendidikan, baik
lingkungan yang berarti tempat tinggal maupun lingkungan
diselenggarakannya pendidikan
(Mardikanto, 1993).

e. FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

1. Tujuan belajar
Merupakan salah satu pembentuk motivasi untuk belajar yang dilakuklan
individu. Menurut Kibler, dkk. (1981) yang disitasi oleh Mardikanto (1993)
sedikitnya ada 3 macam tujuan belajar, yaitu:
a) Hanya sekedar ingin tahu
b) Pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang hanya dapat
dipenuhi dari hasil belajarnya
c) Pemenuhan kebutuhan jangka panjang yang hanya
dapat dipenuhi dari hasil belajarnya
d) Pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang tidak
berkaitan langsung dengan hasil belajarnya
e) Pemenuhan kebutuhan jangka panjang yang tidak
berkaitan langsung dengan hasil belajarnya
2. Tingkat aspirasi atau cita-cita
Bagi warga belajar yang memang memiliki aspirasi untuk meraih prestasi
sebaik-baiknya akan mendorong untuk lebih aktif kegiatan belajar, dan
sebaliknya
3. Pengertian tentang hal yang dipelajari
Pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dipelajarinya akan mendorong
atau bahkan menghambat proses belajarnya, jika dia ternyata tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang segala sesuatu yang dipelajarinya
4. Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan
Jika seseorang memiliki pengetahuan bahwa keberhasilannya hanya dapat
dicapai melalui proses belajar maka ia akan memiliki semangat belajar yang
tinggi sehingga hasil belajar yang dicapainya juga semakin baik
5. Umur
Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi
belajar, karena akan mempengaruhi minatnya terhadap macam pekerjaan
tertentu sehingga umur seseorang juga akan berpengaruh terhadap
motivasinya untuk belajar. Selain itu umur juga akan berpengaruh kepada
tingkat kematangan seseorang baik secara fisik maupun emosional yang
sangat menentukan kesiapannya dalam belajar
6. Kapasitas Belajar
Merupakan kemampuan atau daya tampung seseorang untuk menerima
rangsangan-rangsangan atau pengalaman-pengalaman baru. Kapasitas belajar
seseorang dipengaruhi oleh keadaan fisik (jenis kelamin), keadaan psikis
(umur dan tingkat pendidikan), maupun lingkungan (sosial budaya
masyarakat). Tingkat hubungan jenis kelamin dengan kapasitas belajar Cecco
(1996) yang disitasi oleh Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa untuk
kegiatan belajar yang memerlukan kemampuan otot yang lebih berat,
kapasitas pria biasanya lebih baik, sebaliknya untuk kegiatan belajar yang
memerlukan ketelitian dan kesabaran wanita memiliki kapasitas yang lebih
baik. Hubungan umur dengan kapasitas belajar Dahama dan Bhatnagar (1980)
yang disitasi oleh Mardikanto (1993) menyatakan bahwa kapasitas belajar
seseorang umumnya berkembang cepat sampai umur 20 tahun, dan semakin
berkurang hingga pada puncaknya sampai dengan umur 50 tahun. Keadaan
social budaya masyarakat juga akan membatasi kapasitas belajar seseorang,
masyarakat yang lebih kosmopolit umumnya memiliki kapasitas belajar yang
lebih tinggi dibanding dengan kapasitas belajar dikalangan warga masyarakat
yang masih tertutup
7. Bakat
Merupakan faktor bawaan/hereditas yang akan mempengaruhi proses belajar
seseorang, terutama untuk bidang-bidang tertentu. Seseorang hanya akan
menunjukkan kelebihannya (disbanding yang tidak berbakat) jika memperoleh
rangsangan yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya, tetapi sebaliknya jika
kepadanya kurang diberikan stimulus yang sesuai, hasil belajarnya dapat lebih
rendah disbanding yang tidak berbakat tetapi memperoleh stimulus berupa
latihan yang terus menerus
(Mardikanto, 1993).
Dalam kegiatan penyuluhan proses belajar/pendidikan yang dilakukan adalah
pendidikan orang dewasa (adult education/andragogie), yaitu:
1) Proses belajar mengajar yang berlangsung secara lateral/horizonta, sebagai
proses belajar bersama yang partisipatip dimana semua pihak yang terlibat
saling bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman.
2) Kedudukan penyuluh tidak berada diatas atau lebih tinggi dibanding
petaninya, melainkan dalam posisi sejajar.
3) Peran penyuluh bukan sebagai guru yang harus menggurui petani/masyarakat,
melainkan sebatas sebagai fasilitator yang membantu proses belajar.
4) Dalam persiapan kegiatan penyuluhan perlu memperhatikan karakteristik
orang dewasa yang pada umumnya telah mengalami kemunduran
penglihatan, pendengaran, dan daya tangkap atau penalaran.
5) Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan,
terutama menyangkut:
a) Kegiatan yang sedang dan akan segera dilakukan
b) Masalah yang sedang dan akan dihadapi
c) Perubahan-perubahan yang diperlukan
6) Tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan sebaiknya disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat
7) Keberhasilan proses belajar tidak diukur dari seberapa banyak terjadi
transfer of knowledge, tetapi lebih memperhatikan seberapa jauh terjadi
dialog/diskusi antar peserta kegiatan.
Berkaitan dengan proses belajar yang berlansung dalam kegiatan penyuluhan,
perlu diperhatikan pentingnya:
1) Proses belajar yang tidak harus melalui sistem sekolah yang
memungkinkan semua peserta dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
bersama
2) Tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup dalam
arti pentingnya rangsangan, dorongan, dukungan, dan pendampingan terus
menerus secara berkelanjutan.
3) Tempat dan waktu penyuluhan harus disepakati dulu dengan peserta
kegiatan dengan lebih mempertimbangkan kepentingan/kesediaan mereka.
4) Tersedianya perlengkapan penyuluhan (alat bantu/alat peraga)
5) Materi ajaran tidak harus bersumber dari texbook tetapi dapat dari
media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, pertunjukan kesenian, dll.
6) Materi ajaran tidak harus baru (up to date), tetapi dapat juga berupa
cerita kuno, atau praktek-praktek lama yang sebenarnya sudah pernah
dilakukan tetapi telah lama ditinggalkan.
7) Sumber bahan ajar tidak harus berasal dari orang pintar, tokoh
masyarakat atau pejabat tetapi dari siapa saja
8) Pengembangan kebiasaan untuk bersama-sama mengkaji atau
mengkritisi setiap inovasi
9) Kehadiran fasilitator atau narasumber tidak selalu harus diterima
sebagai penentu, tetapi cukup sebagai pertimbangan
(Mardikanto, 2003).

SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dalam


penyuluhan?
2. Sebut dan jelaskan secara singkat jenis-jenis belajar?
3. Sebut dan jelaskan secara singkat cara-cara belajar?
4. Sebut dan jelaskan secara singkat prinsip-prinsip
belajar?
5. Sebut dan jelaskan secara singkat ciri-ciri belajar?
6. Sebut dan jelaskan secara singkat faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi proses belajar?
7. Bagaimana seharusnya proses belajar bagi orang
dewasa dalam penyuluhan?

BAB III

KOMUNIKASI, ADOPSI, DAN DIFUSI INOVASI


DALAM PENYULUHAN

KD 3. : Proses komunikasi, adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan


Tujuan : 1. Menjelaskan proses komunikasi dalam penyuluhan
2. Menjelaskan inovasi dalam penyuluhan dan karakteristiknya
3. Menjelaskan proses adopsi inovasi dalam penyuluhan
4. Menjelaskan proses difusi inovasi dalam penyuluhan

1. INOVASI

Inovasi menurut Ibrahim (2003) merupakan segala sesuatu yang menyangkut


ide, cara-cara ataupun obyek yang dianggap baru bagi seseorang atau masyarakat.
Pengertian baru disini mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh
pikiran (cognitive), tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh
seluruh lapisan masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam
pengertian belum dilaksanakan oleh masyarakat. Inovasi dapat berupa barang
(bersifat fisik), yaitu inovasi yang menimbulkan konsekuensi tindakan kongkret yang
mudah dalam menilai keberhasilannya, seperti terasiring, reboisasi, dll. Inovasi juga
bisa bersifat non fisik menimbulkan tindakan yang sulit menilai tingkat
keberhasilannya, misalnya petani sadar hukum dan sadar menjadi anggota koperasi.
Suatu inovasi mudah atau sulit diterima masyarakat sangat dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri. Sedikitnya terdapat lima karakteristik inovasi yang
dapat mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi inovasi oleh masyarakat, yaitu:
1. Keuntungan Relatif
Suatu inovasi akan lebih mudah diterima oleh masyarakat apabila inovasi
tersebut secara ekonomi menguntungkan, biaya awal rendah, resiko kecil,
hemat tenaga, hemat waktu, dan sebagainya. Penyuluh dapat mempercepat
proses adopsi inovasi dengan memperbaiki dan meningkatkan keuntungan
relatif inovasi bagi petani sasaran.
2. Kompatibilitas
Suatu inovasi akan mudah diterima oleh masyarakat apabila sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma sosial, pengalaman petani sebelumnya, ide-ide
yang disuluhkan sebelumnya, serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Apabila penyuluh mampu mengintroduksi inovasi yang sesuai dengan nilai-
nilai atau norma yang ada, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan
masyarakat maka dapat menimbulkan perilaku positif dan memperbaiki
kredibilitas penyuluh. Inovasi yang bersifat demikian ini akan mudah diadopsi
oleh sasaran.
3. Kompleksitas
Suatu inovasi yang sulit dipahami (kompleks) relatif lebih sulit diterima oleh
masyarakat dan sebaliknya. Jadi semakin kompleks suatu inovasi maka
rendah tingkat adopsinya.
4. Trialibilitas
Menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk dapat dicoba dalam skala
kecil. Suatu inovasi yang dapat dicoba dalam skala kecil, misalnya seluas
petak percontohan secara psikologis relatif mudah diadopsi daripada teknologi
yang harus diadopsi secara keseluruhan.
5. Observabilitas
Menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk menghasilkan output yang
dapat dilihat orang lain. Inovasi yang hasilnya secara positif dapat dilihat
dengan indera penglihat masyarakat akan lebih mudah diterima. Suatu inovasi
yang dapat dilihat, digambarkan dan dikomunikasikan dengan orang lain akan
cepat diadopsi daripada yang bersifat sebaliknya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa inovasi non materi dan ide-ide abstrak lebih lambat diadopsi
daripada inovasi yang dapat dilihat.

2. KOMUNIKASI

Definisi komunikasi secara umum merupakan suatu proses penyampaian


pesan dari sumber ke penerima pesan, atau dengan kata lain komunikasi merupakan
suatu proses pertukaran pesan-pesan verbal (tertulis) maupun non verbal (dengan
isyarat gerak tubuh) diantara si pengirim dengan si penerima untuk mengubah tingkah
laku* yang meliputi aspek kognitive, afektive, dan psikomotor Ibrahim (2003).
Sedangkan komunikasi pertanian menurut Soekartawi (1988), merupakan pernyataan
antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secar
perorangan maupun berkelompok dengan menggunakan lambang-lambang tertentu.
Didalam suatu proses komunikasi akan terkandung salah satu dari 3 macam tujuan
komunikasi, yaitu:
1. Informatif (memberikan informasi/berita)
2. Persuasive (membujuk)
3. Intertainment (memberikan hiburan)
Ditambahkan oleh Ibrahim (2003), suatu proses komunikasi akan dapat
berlangsung apabila minimal terdapat tiga unsur komunikasi, yaitu sumber (sender
atau source), pesan (message), dan penerima (receiver). Dalam perkembangannya
proses penyuluhan juga membutuhkan adanya saluran atau media (channel).
1). Sumber
Sumber komunikasi adalah individu yang mengirim pesan/informasi. Dalam
penyuluhan sumber adalah penyuluh atau agen pembaharu. Sebelum sumber
mengirimkan pesan, maka dia harus menciptakan pesan yang akan dikirim. Ada
5 faktor yang terdapat pada sumber yang sangat menentukan keberhasilan
proses komunikasi, yaitu ketrampilan, sikap mental, pengetahuan, sistem sosial,
dan kebudayaan. Kaitannya dengan keberhasilan proses komunikasi
penyuluhan, penyuluh sebagai sumber pesan, dituntut untuk berusaha:
a. Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi
b. Menyampaikan pesan dengan cara/bahasa yang mudah
dipahami
c. Bersikap baik (meskipun sadar tidak disukai)
d. Memahami, mengikuti atau setidaknya tidak menyinggung
nilai-niali sosial budaya sasaran
(Mardikanto, 2003).
2). Pesan
Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada penerima. Pesan
dalam penyuluhan identik dengan materi penyuluhan. Pesan ditinjau dari
wujudnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pesan verbal yang
merupakan pesan tertulis (misal surat, buku, leaflat, memo) serta pesan non
verbal yaitu pesan tak tertulis yang dapat berupa percakapan lisan, telephone,
isyarat, bahasa tubuh ekspresi muka, dan sebagainya. Persyaratan utama agar
pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, adalah:
a. Mengacu kepaad kebutuhan masyarakat dan disampaikan
pada saat sedang dan atau segera dibutuhkan
b. Disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami
c. Tidak memerlukan korbanan yang memberatkan
d. Memberikan harapan peluang keberhasilan yang tinggi
dengan tingkat manfaat yang merangsang
e. Dapat diterapkan sesuai dengan kondisi pengetahuan,
ketrampilan, sumber daya yang dimiliki, dsb)
(Mardiakanto, 2003).
3). Saluran
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan sumber pada
penerima. Saluran yang biasa digunakan dalam proses komunikasi dapat berupa
gelombang suara atau cahaya. Dalam perkembangannya untuk menyampaikan
pesan dapat digunakan TV, surat kabar, dan sebagainya tetapi saluran pokoknya
adalah gelombang suara dan cahaya. Agar pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan jelas maka saluran yang digunakan harus bebas hambatan tau
gangguan. Baik gangguan teknis (jika menggunakan media massa), ataupun
gangguan sosial budaya dan psikologis (jika menggunakan media antar pribadi).
4). Penerima
Penerima adalah individu yang memperoleh pesan/informasi. Dalam
penyuluhan penerima adalah masyarakat sasaran atau audience yang tugasnya
menginterprestasikan pesan/informasi yang berasal dari sumber
Melalui komunikasi proses perubahan perilaku yang menjadi tujuan
penyuluhan sebenarnya dapat dilakukan melalui 4 cara:
1) Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang
dilakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai
dia mau mengikuti apa yang dikehendaki komunikator
2) Secara pervasion atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang
sama secara berulang-ulang sampai sasaran mengikuti kehendak komunikator
3) Secara compulsion atau teknik pemaksaan tidak langsung, dengan
cara menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus menuruti kehendak
komunikator
4) Secara coersion atau teknik pemaksaan secara langsung, dengan
cara memberiakn sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut
atau melanggar anjuran yang diberikan
(Mardikanto, 2003).

3. ADOPSI INOVASI

a. Pengertian

Adopsi adalah suatu proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan
(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psicomotoric) pada diri seseorang
setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasaran.
Karena adopsi merupakan hasil dari kegiatan penyampaian pesan penyuluh yang
berupa inovasi, maka proses adopsi dapat digambarkan sebagai proses komunikasi
yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya perubahan
perilaku.
KOGNITIVE

Informatif

PSIKOMOTORIK

INOVASI ADOPSI INOVASI


Pesan Perubahan Perilaku

Persuasife dan
Intertainmen AFEKTIVE

(Mardikanto, 1993)

b. Tahapan Adopsi
Pada dasarnya proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyaraakat
mau menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri. Tahapan-tahapan adopsi
sebagai berikut:
1. Awarennes (kesadaran), yaitu sasaran mulai sadar
tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh
2. Interest, yaitu tumbuhnya minat yang seringkali
ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih
banyak/jauh tentang tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi
yang ditawarkan penyuluh
3. Evaluation, yaitu penilaian terhadap baik buruknya atau
manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada
penilaian ini, masyarakat tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek
teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek sosial budaya,
bahkan juga sering ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan
kebijakan pembangunan nasional dan regional
4. Trial, yaitu tahapan mencoba dalam skala kecil untuk
lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih
luas lagi
5. Adoption, yaitu tahapan akhir dari suatu proses adopsi
yang ditandai dengan adanya pelaksanaan dengan penuh keyakinan
berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dialkukan/diamati sendiri
(Mardikanto, 2003).

c. Fungsi-Fungsi Adopsi

Dalam pendekatan fungsi-fungsi proses adopsi terdapat empat tahapan penting


yang dilakukan penyuluh, yaitu:
1. Pengetahuan yang cukup mengenai inovasi
2. Membentuk sikap yang positif terhadap inovasi
3. Membuat keputusan-keputusan untuk menghadapi inovasi
4. Mengkonfirmasikan keputusan untuk mengadopsi atau menolak inovasi

d. Ukuran Adopsi Inovasi

Tergantung dari pendekatan ilmu yang digunakan, adopsi inovasi dapat diukur
dengan beragam tolok ukur (indiaktor) dan ukuran. Jika menggunakan ilmu
komunikasi, adopsi inovasi dapat dilihat jika sasaran telah memberikan respon berupa
perubahan perilaku atau pelaksanan seperti apa yang diharapkan. Jika menggunakan
pendekatan ilmu pendidikan adopsi inovasi dapat dilihat dari terjadinya perilaku atau
perubahan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang dapat diamati secara langsung
maupun tak langsung.
Didalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi biasa
dilakukan dengan tolok ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu dengan
membandingkan antara rekomendasi yang ditetapkan dengan jumlah dan kualitas
penerapan yang dilakukan dilapangan. Sehubungan dengan itu Mardikanto (1994)
yang disitasi Mardikanto (2003) mengukur tingkat adopsi dengan 3 tolok ukur, yaitu
kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang
dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah diberi inovasi
baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan
rekomendasi yang disampaikan oleh penyuluh.

4. DIFUSI INOVASI

Difusi Inovasi merupakan perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang
telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran yang
sama. Setiap penyuluh diharapkan dapat mempercepat proses adopsi/difusi inovasi
melalui:
1. Melakukan diagnosa terhadap masalah-masalah masyarakat, serta kebutuhan-
kebutuhan nyata yang belum dirasakan masyarakatnya
2. Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas menjadi tidak puas dengan
kondisi yang dialaminya
3. Menjalin hubungan yang erat dengan masyarakat sasaran, dan bersamaan
dengan itu semakin menunjukkan kesiapannya membantu mereka
4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran
5. Memantapkan hubungan dengan masyarakat, dan pada akhirnya melepaskan
mereka untuk berswakarsa dan berswadaya dalam melakukan perubahan-
perubahan tanpa harus menggantungkan bantuan
(Mardikanto, 1993).

SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan: a. Inovasi c. Adopsi
b. Komunikasi d. Difusi
2. Sebut dan jelaskan secara singkat unsur-unsur komunikasi!
3. Sebut dan jelaskan secara singkat proses perubahan dalam komunikasi!
4. Sebut dan jelaskan secara singkat : a. tahapan adopsi b.fungsi adopsi
BAB IV

MATERI PENYULUHAN

KD 4 : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan


Tujuan : Menjelaskan materi penyuluhan

Dalam proses komunikasi antara penyuluh dengan sasaran, penyuluh akan


menyampaikan segala sesuatu yang menyangkut ilmu dan teknologi, kesemuanya itu
disebut materi penyuluhan. Dengan kata lain materi penyuluhan adalah semua isi
yang terkandung dalam setiap kegiatan penyuluhan. Selaras dengan pengertian
inovasi pesan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Pesan Ideologis, adalah konsep dasar yang melandasi dan dijadikan alasan
untuk melaksanakan perubahan-perubahan atau pembanguna yang
direncanakan demi terwujudnya perbaikan mutu hidup
2. Pesan Informatif, adalah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan dan
bergantung pada pesan ideologisnya.
Sumber informasi dalam materi penyuluhan sangat beragam, baik yang
dihasilkan oleh peneliti, penyuluh, maupun masyarakat pengguna sendiri yang lebih
dahulu telah menerapkan inovasi yang diterpakan. Dari beragam sumber materi
tersebut, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Sumber resmi dari instansi pemerintah, baik yang bersal dari:
1) Departemen/dinas-dinas terkait
2) Lembaga penelitian dan pengembangan
3) Pusat-pusat pengkajian
4) Pusat-pusat Informasi
5) Pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh
2. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat,
yang khusus bergerak dibidang penelitian, pengkajian dan penyebaran
informasi
3. Pengalaman petani, baik dari pengalaman usahataninya sendiri, atau hasil dari
petak pengalaman yang dilakukan secara khusus dengan bimbingan
5. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya informasi pasar dari para
pedagang
(Mardikanto, 1993).
Ditinjau dari sifatnya materi penyuluhan dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Materi penyuluhan yang berisikan pemecahan masalah yang sedang dan akan
dihadapi
Merupakan kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat sasaran,
karena itu didalam setiap kegiatan penyuluhan materi ini harus diutamkan.
2. Materi penyuluhan yang berisikan petunjuk atau rekomendasi yang harus
dilaksanakan
Materi yang seringkali sangat diharapkan meskipun kurang memperoleh
prioritas dibanding dengan materi yang berisi pemecahan masalah, karena itu
materi yang seperti ini hanya dibatasi pada petunjuk/rekomendasi yang harus
segera dilaksanakan.
3. Materi penyuluhan yang bersifat instrumental
Biasanya berkaitan dengan upaya peningkatan dinamika kelompok, dorongan
bagi tumbuhnya swakarsa, swakarya, dan swasembada, atau hal-hal tang
berkaitan dengan kemandirian yang lain.
(Mardikanto, 1993).
Materi penyuluhan agar dapat diterima, dan diaplikasi oleh masyarakat
sasaran, selain harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat harus pula:
1. Sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat sasaran sehingga mampu
dipraktekkan
2. Mengena pada perasaannya, tidak bertentangan dengan tata ada, kepercaan
dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat
3. Memberi atau mendatangkan keuntungan ekonomis
4. Mengesankan dan merangsang masyarakat untuk melaksanakan perubahan
cara berfikir, cara kerja dan cara hidup menuju perkembangan dan kemajuan
5. Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat sasaran sehingga
mendorong kegiatannya
6. Menggairahkan masyarakat seakan-akan mereka terbujuk untuk selalu
memperhatikan, menerima, serta menerapkan dalam kegiatan sehari-hari
Materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan harus memperoleh
tanggapan serta penghayatan yang baik dari masyarakat sasaran, karena itu materi
penyuluhan harus memiliki sifat sebagai berikut:
1. Menguntungkan secara nyata (profitable)
Setelah peserta penyuluhan melaksanakan materi penyuluhan tersebut, secara
nyata benar-benar akan merasakan keuntungannya
2. Melengkapi dan mengimbangi (complementary)
Materi penyuluhan harus dapat melengkapi kegiatan yang sifatnya
mengadakan keseimbangan dengan keadaan sekarang yang telah berkembang
3. Sederhana dan memudahkan (simplicity)
Materi penyuluhan hendaknya cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan
oleh peserta penyuluhan yang umumnya memiliki skil yang rendah
4. Sesuai dan tidak bertentangan (compatibility)
Materi sama sekali tidak boleh bertentangan dengan tata cara adat dan norma
yang ada di masyarakat, karena bertentangan tidak akan memperoleh respon
5. Perimbangan materi dengan pemilikan ilmu (availability)
Sehubungan dengan materi yang disuluhkan maka dalam hal ini penyuluh
harus menguasai latar belakang ilmunya
6. Dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata yang cepat (immediate aplicability)
Materi penyuluhan harus dapat merangsang para peserta penyuluhan sesuai
dengan sifatnya. Dalam hal ini perlu diketahu sifat para petani mau
melaksanakan kegiatan yang hasilnya segera dapat bermanfaat
7. Tidak mahal (inexpensiveness)
Materi penyuluhan hendaknya tidak memerlukan biaya tambahan yang besar
bagi penerapannya
8. Resiko sedikit (law risk)
Materi penyuluhan hendaknya dimantapkan sekali agar ketika diterapkan atau
dilaksanakan oleh petani tidak menanggung resiko yang besar baik bagi
keberhasilannya maupun dalam kegagalannya
9. Pengaruhnya harus mengagumkan (spectakuler impact)
Materi penyuluhan harus dapat menimbulkan hasil yang pengaruhnya besar
sehingga para petani akan demikian tertarik untuk selanjutnya menerapkan
apa yang dianjurkan
10. Dapat diperluas/dikembangkan (expandable)
Materi penyuluhan setelah dipraktekkan dapat dikembangkan oleh para petani
sendiri dalam berbagai situasi dan kondisi, oleh karena itu materi penyuluhan
harus fleksibel dan tidak terlalu spesifik
(Kartasapoetra, 1991).

SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan materi penyuluhan?
2. Sebutkan sumber-sumber materi penyuluhan!
3. Sebutkan macam materi penyuluhan ditinjau dari sifatnya!
4. Sebutkan syarat-syarat materi penyuluhan agar mudah diterima oleh
masyarakat!
5. Sebutkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh materi penyuluhan agar mudah
dihayati oleh masyarakat!
BAB V

METODE PENYULUHAN

KD 4 : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan


Tujuan : Menjelaskan metode penyuluhan

Penyuluhan memiliki kegiatan-kegiatan tertentu agar tujuan yang diinginkan


tercapai. Kegiatan tersebut harus dialaksanakan secara teratur dan terarah, oleh
karena itu memerlukan adanya metode tau cara-cara yang dapat digunakan, yang
harus bersifat mendidik, membimbing dan menerapkan, sehingga para petani dapat
menolong dirinya sendiri, mengubah memperbaiki tingkat pemikiran, tingkat kerja
serta tingkat kesejahteraan hidupnya.
1. Prinsip-Prinsip Metode Penyuluhan

Setiap penyuluh perlu memahami prinsip-prinsip metode penyuluhan yang


dapat dijadikan sebagai landasan untuk memilih metode yang tepat, meliputi:
1) Pengembangan untuk berfikir kreatif
Melalui penyuluhan bukanlah dimaksudkan agar masyarkat sasaran selalu
menggantungkan diri pada petunjuk, nasehat atau bimbingan penyuluhan.
Tetapi sebaliknya melalui penyuluhan harus mampu dihasilkan petani yang
mampu dengan upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapi,
serta mampu mengembangkan kreativitas untuk memanfaatkan setiap potensi
dan peluabg yang dijumpainya untuk terus menerus memperbaiki mutu
hudupnya
2) Tempat yang paling baik adalah tempat kegiatan sasaran
Kegiatan penyuluhan sebaiknya dilaksanakan di lingkungan pekerjaan
(kegiatan) sasaran, hal ini dimaksudkan:
a) Tidak banyak mengganggu/menyita waktu rutinitasnya
b) Penyuluh dapat memahami betul keadaan sasaran, termasuk
masalah-masalah yang sedang dihadapi, potensi serta peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk perbaiakan mutu hidup mereka
c) Kepada sasaran dapat ditunjukkan contoh-contoh nyata
tentang masalah dan potensi serta peluang yang ditemukan di lingkungan
pekerjaan sendiri
3) Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya
Sebagai makluk sosial, setiap individu akan selalu berusaha menyesuaikan diri
dengan perilaku orang-orang disekitarnya. Karena itu kegiatan penyuluhan akan
lebih efisien jika diterapkan hanya kepada beberapa warga masyarakat terutama
yang diakui dilingkungannya sebagai panutan yang baik
4) Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran
Keakraban hubungan antara penyuluh dengan sasaran sangat penting, karena
dengan keakraban itu akan tercipta keterbukaan mengemukakan masalah dan
menyampaikan pendapat
5) Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan
Metode yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap
(dalam arti sikap dan pikiran) dan atas dasar kesadaran ataupun pertimbanagan
nalarnya sendiri melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidup
(Mardikanto, 1993).

2. Pendekatan-Pendekatan Untuk Memilih Metode Penyuluhan

Pemilihan metode penyuluhan dapat dilakukan dengan metode pendekatan


sebagai berkut:
a. Metode Penyuluhan Dalam Proses Komunikasi
1. Metode penyuluhan menurut media yang digunakan
1) Media lisan
2) Media cetak
3) Media terproyeksi
2. Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluh dan sasaran
1) Komunikasi langsung
2) Komunikasi tak langsung
3. Metode penyuluhan menurut keadaan psiko-sosial sasaran
1) Pendekatan perorangan
2) Pendekatan kelompok
3) Pendekatan massal
b. Metode Penyuluhan Dalam Pendidikan Non Formal
Salah satu ciri utama yang membedakan pendidikan formal dan non
formal adalah pendidikan non formal dapat diselenggarakan kapan saja dan
dimana saja. Dengan demikian metode yang akan diterapkan dalam
pelaksanaan penyuluhan dapat menerapkan metode pendidikan formal, seperti
ceramah, diskusi, dan belajar mandiri, atau metode yang tidak pernah
diterapkan dalam sistem pendidikan formal seperti kunjungan rumah ke
rumah, anjangsana, dan sebagainya.
(Mardikanto, 1993).

3. Ragam Metode Penyuluhan

a. Metode individu kunci/kontak tani


Merupakan metode yang menggunakan individu-individu kunci sebagai
sasaran utamapenyuluhan, artinya didalam kegiatan penyuluhan penyuluh
selalu melakukan kontak pribadi secar berkelanjutan dengan individi-individu
kunci tersebut, untuk kemudian dapat diteruskan kepada seluruh warga
masyarakat sebagai penyuluh sukarela
b. Surat-menyurat
Merupakan metode penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh melalui
pengiriman barang cetakan (gambar, leaflet, buletin, majalah, dll) kepada
sasaran, baik peroranagn (individu-individu kunci), anggota masyarakat biasa,
maupun kelompok
c. Anjangkarya dan Anjangsana
Baik metode anjangsana dan anjangkarya keduanya merupakan metode
kunjungan, yaitu penyuluhan yang dilaksanakan oleh seorang penyuluh
dengan melakukan kunjungan pada sasarannya secara perorangan atau
kelompok, baik di rumah/tempat tinggal (anjangsana), taupun ditempat
mereka biasa melakukan kegiatan sehari-hari (anjangkarya)
d. Karyawisata
Tidak banyak berbeda dengan metode anjangsana dan anjangkarya, bedanya
adalah:
1) Penyuluh dengan mengajak sasaran (perorangan maupun kelompok)
mengunjungi obyek-obyek yang sudah direncanakan
2) Dalam karyawisata kegiatan penyuluhan dibarengi dengan upaya
menghibur sasaran penyuluhannya
e. Demonstrasi
Metode penyuluhan dengan cara menunjukkan, membuktikan, memeragakan
sesuatu senyata-nyatanya membuktikan keunggulan suatu inovasi yang
dikenalkan adan atau menunjukkan cara kerja yang benar yang harusnya
dikerjakan
f. Pertemuan (kuliah, ceramah, dan diskusi)
1) Ceramah : merupakan metode pertemuan yang paling sederhana,
umumnya diselenggarakan didalam suatu tempat tertentu (terbuka dan
tertutup), dengan jumlah peserta yang cukup besar (50-500 orang)
2) Kuliah : pada umumnya dilakukan ditempat tertutup dengan
junlah sasaran relatif kecil (50 orang), sehingga sasaran memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk menyampaikan pendapat
3) Diskusi : berbeda dengan ceramah dan kuliah pada metode
sasaran memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menyampaikan
informasi, baik berupa pendapatnya sendiri maupun tanggapan atas
informasi yang disampaikan penyuluh. Peran penyuluh relatif kecil hanay
sebagai fasilitator atau nara sumber, dan bukan semata-mata sebagai
sumber inforamasi atau informan
g. Kelompencapir
Merupakan kelompok yang secara rutin memburu informasi dari media masa
(radio, televisi, atau media cetak) yang dinilainaya bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan atau untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi, dan mendiskusikannya dalam pertemuan berkala yang telah mereka
sepakati bersama
h. Pertemuan umum
Tidak banyak berbeda dengan metode pertemuan kelompok, bedanya adalah:
1) Diselenggarkan ditempat terbuka sehingga dapat menampung
banyak jumlah peserta
2) Karena jumlah peserta yang sangat banyak kepada sasaran sama
sekali tidak ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat pribadinya
i. Pameran
Berbeda dengan metode pertemuan umum yang hanya menyampaikan materi
secara lisan, dalam metode pameran penyuluhan disampaikan baik secara
lisan, tertulis, terproyeksi, atau bahkan dengan peragaan dan demonstrasi
j. Kampanye
Merupakan pelaksanan beragam metode yang telah dikemukakan secara
serentak pada waktu yang hampir bersamaan dan mencakup wilayah yang
luas
k. Media Cetak
Penyuluhan yang menggunakan media cetak (hasil cetakan berupa: tulisan,
gambar, atau campuran antara tulisan dan gambar) sebagai saluran atau media
komunikasinya

l. Pertunjukan, Sandiwara, Role-playing


Kegiatan penyuluhan yang dikaitkan dengan penyelenggaraan suatu
pertunjukan (kesenian) baik yang dilaksanakan khusus untuk penyuluhan atau
yang dilaksanakan dengan menyampaikan pesan yang ingin disuluhkan
kepada sutradara/pemain agar disisipkan dalam dialog atau adegan-adegan
yang diamainkan
m. Film, Telivisi, dan Radio kaset
Kegiatan penyuluhan yang menggunakan film, televisi, dan radio kaset
sebagai media atau saluran
(Mardikanto, 1993).
SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan metode penyuluhan?
2. Sebut dan jelaskan secara singkat prinsip-prinsip metode penyuluhan!
3. Jelaskan bagaimana pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan dalam
memilih metode penyuluhan?
4. Apa yang anda ketahui tentang:
a) Anjangsana
b) Anjangkarya
c) Demonstrasi
d) Kelompencapir
e) Kampanye
f) Pertemuan Umum
g) Pameran

BAB VI

MEDIA PENYULUHAN

KD 4 : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan


Tujuan : Menjelaskan media penyuluhan

1. Arti, Fungsi, dan Manfaat Media Penyuluhan

Dalam proses komunikasi pada penyuluhan diperlukan adanya media


penyuluhan, yaitu saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi
penyuluhannya dan sasaran. Fungsi media penyuluhan menurut Kartasapoetra (1991),
ada lima, yaitu:
1. Fungsi Edukatif, merupakan fungsi utama dari setiap kegiatan media
komunikasi yaitu mendidik
2. Fungsi Sosial, media komunikasi tidak saja memberi informasi yang otentik
dan pengalaman kehidupan, tapi juga memberi konsep yang sama pada setiap
orang
3. Fungsi Ekonomi, pada masyarakat yang maju media komunikasi digunakan
secara intensif disemua bidang, sehingga untuk memajukan ekonomi disuatu
negara diperlukan media komunikasi yang modern sehingga perkembangan
akan lebih cepat
4. Fungsi Politik, pemerataan pembangunan fisik, material, dan mental spiritual
5. Fungsi Seni dan Budaya, dengan media komunikasi orang akan terangsang
kreativitasnya termasuk menciptakan teknologi disegala bidang. Kemajuan
dibidang teknologi kemudian akan mendorong perubahan kehidupan semua
dimensi kebudayaan manusia.
Manfaat atau nilai dari media penyuluhan adalah meletakkan dasar-dasar
kongkrit untuk berfikir, memperbesar perhatian sasaran, membuat materi lebih
mantap, menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan berfikir lebih efisien.
Media penyuluhan sebagai perantara yang dapat dipercaya dapat
menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran, hendaknya memiliki sifat-sifat:
1. Dinamis dan dapat menyatukan berbagai pihak
2. Sederhana tetapi mapan dan tepat dalam penampilannya
3. Mudah diikuti dan diperoleh kedua belah pihak, baik oleh penyuluh maupun
masyarakat sasaran
4. Mengandung isi kegiatan yang praktis dan dapat diselenggarakan oleh
masyarakat
5. Murah pembiayaannya, baik dipandang dari pihak penyuluh maupun dari
pihak para petani
6. Tanggap dan giat mengembangkan cara-cara kerja atau teknologi baru
7. Dapat menimbulkan pengaruh positif
8. Dapat mengadakan hubungan secara terbuka yang seluas-luasnya dengan
segala pihak
(Kartasapoetra, 1991).

2. Ragam Media Penyuluhan


1) Benda
Tentang benda yang dapat digunakan sebagai alat peraga/media penyuluhan,
ada beberapa macam, antara lain:
a) Sampel atau contoh, yaitu benda atau barang asli yang dapat
dibawa penyuluh untuk dijelaskan pada sasaran, misal: contoh
pakan/hijauan, contoh vaksin
b) Model atau tiruan, biasanya digunakan sebagai alat peraga
jika barang asli sulit didapat atau volumenya terlalu besar sehingga tidak
memungkinkan untuk dibawa atau terlalu kecil sehingga sulit diamati,
misal: contoh mesin penetas ayam, contoh mesin pembuat ransum
c) Specimen atau benda asli yang telah diawetkan, karena benda
asli sulit didapat
2) Barang Cetakan
a. Pamflet atau selebaran
Merupakan barang cetakan yang berupa selembar kertas yang bergambar
dan bertuliskan, yang dibagikan oleh penyuluh ke sasaran, disebarkan
dijalan raya, disebarkan lewat udara melalui pesawat atau helikopter
b. Leaflet dan folder
Seperti halnya pamflet keduanya merupakan barang cetakan yang juga
dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan, bedanya adalah
Umumnya dibagikan secara langsung pada
sasaran
Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat
menjadi 2 (4 halaman), sedang folder dilipat menjadi 3 (6 halaman)
atau lebih
Leaflet dan folder lebih banyak mengandung
tulisan daripada gambar
c. Brosur atau boklet
Merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan (lebih
dominan) yang berbentuk buku kecil setebal 10-25 halaman dan paling
banyak 50 halaman
d. Placard dan poster
Keduanya merupakan barang cetakan dengan ukuran relatif besar untuk
ditempel ditembok, di pohon, atau direntangkan di tepi jalan. Placard lebih
banyak berisikan tulisan, sedangkan poster lebih banyak berisikan
gamabar
e. Flipchart atau peta singkap
Sekumpulan poster selebar kertas koran, yang digabungkan menjadi satu,
diaman masing-masing berisi pesan terpisah yang jika digabungkan
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan yang ingin disampaikan
secara utuh
f. Photo
Merupakan salah satu alat peraga yang dimaksudkan untuk mengenalkan
onovasi atau menunjukkan bukti-bukti kegiatan
g. Flanelgraph
Merupakan alat peraga berupa potongan gambar atau tulisan yang
ditempelkan pada papan magnit atau kertas flanel
3) Gambar yang Diproyeksikan
a. Transparancy sheet
Lembaran mika/plastik bergambar atau bertulisan yang diproyeksikan ke
layar denganmenggunakan overhead projector
b. Slide film
Suatu hasil karya photografi yang berupa film positif yang diberi bingkai
untuk diproyeksikan ke layar dengan menggunakan slide projector
c. Film strip
Seperti halnya slide fim hanya saja masing-masing gambar tidak
dipisahkan dan diberi bingkai, tetapi menjadi satu rangkaian yang tak
terpisahkan
d. Movie film
Merupakan perkembangan lebih lanjut dari film strip, bedanya adalah
obyek yang diproyeksikan tidak berwujud gambar mati melainkan gambar
bergerak, disamping itu biasanya telah diisi dengan suara dubbing
sehingga benar-benar menyerupai asli
e. Video dan TV
Merupakan karya photografi yang jika diproyeksikan ke layar dapat
menghasilkan gambar bergerak dan bersuara seperti halnya movie film
4) Lambang Grafika
a. Grafik
yaitu hubungan antar dua peubah yang digambarkan dalam bentuk titik,
garis, atau gambar-gamabar tertentu yang mudah dipahami
Didalam praktek terdapat berbagai macam grafik antara lain : grafik garis,
grafik batang, area graph atau solid graph, pie chart atau segmented
curve, pictorial statistical graph
b. Diagram
Merupakan lambang grafika yang berupa gambar penampangdari suatu
benda/alat tertentu yang ingin dijelaskan baik dalam bentuk penampang
melintang maupun penampang membujur
c. Bagan, Schema, atau chart
Merupakan gambar dari hubungan antar bagian atau sub sistem tertentu
yang ingin dijelaskan
(Mardikanto, 1993).

TUGAS

Mahasiswa dibagi kedalam beberapa kelompok, kemudian diminta membuat media


penyuluhan berupa (pilih salah satu):
a. benda tiruan c. leflat e. poster
b. pamflet d. folder f. peta singkap
Tema media penyuluhan bebas!!!!

SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksud media penyuluhan?


2. Sebut dan jelaskan secara singkat fungsi dari media penyuluhan!
3. Uraikan manfaat dari media penyuluhan!
4. Sebutkan sifat-sifat media penyuluhan yang baik!
5. Gambarkan pengklasifikasian media penyuluhan!

BAB VII

PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN

KD 4 : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan


Tujuan : Menjelaskan pengertian dan tahapan perencanaan program
penyuluhan
1. Pengertian Tentang Perencanaan Program Penyuluhan

Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang berdasarkan


fakta mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan
yang diharapakan atau yang dikehendaki. Selaras dengan pengertian tersebut, adanya
suatu perencanaan program penyuluhan akan memberikan kerangka kerja yang dapat
dijadikan acuan oleh para penyuluh dan semua pihak yang terlibat (termasuk
masyarakat sasaran), untuk mengambil keputusan tentang kegiatan-kegiatan yang
seharusnya dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembangunan yang diinginkan.
Dari definisi perencanaan program diatas, dapat disimpulkan beberapa pokok pikiran
yang meliputi:
1. Perencanaan program merupakan suatu proses yang berkelanjutan
Artinya, perencanaan program merupakan suatu rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan
(kebutuhan, keinginan, minat) yang dikehendaki
2. Perencanaan program dirumuskan oleh banyak pihak
Artinya dirumuskan oleh penyuluh bersama-sama masyarakat sasarannya
dengan didukung para spesialis
3. Perencanaan program dirumuskan berdasarkan fakta (bukan dugaan), dan
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
4. Perencanaan program meliputi perumusan tentang keadaan masalah, tujuan
dan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
5. Perencanaan program dinyatakan secara tertulis
Artinya perencanaan program merupakan pernyataan tertulis tentang keadaan,
masalah tujuan, cara mencapai tujuan, dan rencana evaluasi atas hasil
pelaksanaan program yang telah dirumuskan

2. Arti Penting Perencanaan Program Penyuluhan


Setiap upaya perubahan yang berencana apapun bentuk kegiatannya
memerlukan bentuk partisipasi dari masyarakat. Oleh sebab itu Kelsey dan Hearne
(1955) yang disitasi oleh Mardikanto (1993) selalu menekankan pentingnya
pernyataan tertulis yang jelas dan dapat dimengerti oleh warga masyarakat yang
diharapkan akan berpartisipasi. Melalui cara demikian perubahan yang telah
direncanakan tersebut dapat dijamin kelangsungannya dan selalu memperoleh
partisiapsi masyarakat. Adapun alasan yang melatarbelakangi diperlukannya
perencanaan program dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa
yang harus dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya
2. Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat umum,
dengan adanya acuan tertulis diharapkan dapat mencegah terjadinya salah
pengertian dan dapat dengan mudah dikaji ulang setiap saat
3. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran
penyempurnaan yang baru. Dalam pelaksanaan program penyuluhan
seringkali muncul sesuatu yang mendorong perlunya revisi bagi
penyempurnaan perencanaan program. Karena itu dengan adanya pernyataan
tertulis dapat dikaji seberapa jauh usulan revisi tersebut dapat diterima/ditolak
agar tujuan yang diinginkan tetap dapat dicapai
4. Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dan harus dicapai, yang
perkembangannya dapat diukur dan dievaluasi. Unyuk mengetahui seberapa
jauh tujuan telah dapat dicapai diperlukan pedoman yang jelas yang dapat
diukur dan dapat dievaluasi setiap saat, oleh siapapun juga sesuai dengan
patokan yang telah ditetapkan
5. Memberikan pengertian yang jelas terhadap pemilihan tentang:
a. Kepentingannya dari masalah-masalah insidental (yang dinilai akan
menuntut perlunya revisi program)
b. Pemantapan dan perubahan-perubahan sementara (jika memang
diperlukan revisi program)
6. Mencegah kesalahanpahaman tentang tujuan akhir, dan mengembangkan
kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan
7. Memberikan kelangsungan dalam diri personel, selama perubahan
berlangsung. Artinya setiap personel yang terlibat dalam pelaksanaan dan
evaluasi program selalu merasakan pentingnya kontinyuitas program sampai
tercapainya tujuan yang diharapkan.
8. Membantu pengembangan kepemimpinan, yaitu dalam menggerakkan semua
pihak yang terlibat dan menggunakan sumber daya yang tersedia dan dapat
digunakan untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki
9. Menghindarkan pemborosan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu) dan
merangsang efisiensi pada umumnya
10. Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan didalam masyarakat dan yang
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat setempat

3. Karakteristik Perencanaan Program Penyuluhan Yang Baik

Beberapa karakteristik perencanaan program yang baik, meliputi:


1. Mengacu pada kebutuhan masyarakat
2. Bersifat komprehensif
3. Luwes
4. Merupakan proses pendidikan
5. Beranjak dari sudut masyarakat
6. Memerlukan kepimpinan lokal yang handal
7. Menggunakan teknik-teknik dan penelitian untuk memperoleh informasi
8. Mengharapkan partisipasi masyarakat, agar mereka dapat membantu diri
mereka sendiri
9. Menerapkan evaluasi secara berkelanjutan

3. Filosofi Perencanaan Program Penyuluhan


Penyusunan perencaan program penyuluhan yang baik perlu memperhatikan
filosofi program penyuluhan, yang meliputi:
1. Bekerja berdasarkan kebutuhan yang dirasakan (felt need)
Artinya program yang akan dirumuskan harus bertolak dari kebutuhan yang
telah dirasakan masyarakat, sehingga program tersebut benar-benar dirasakan
sebagai upaya pemecahan masalah atau pencapaian tujuan yang dikehendaki
oleh sasaran
2. Bekerja dilandasi oleh anggapan bahwa masyarakat ingin dibebaskan dari
penderitaan dan kemiskinan
Artinya setiap program yang dirancang haruslah benar-benar diupayakan
untuk dapat memperbaiki mutu kehidupan masyarakat, dan bukannya
merupakan program yang terlalu banyak menuntut pengorbanan masyarakat
demi tercapainya tujuan yang dikehendaki oleh perumus program
3. Harus dianggap bahwa masyarakat menginginkan kebebasan
Artinya masyarakat bebas dalam menentukan/memilih garis hidupnya sendiri
dan memutuskan bentuk-bentuk ekonomi, kepercayaan, lembaga politik, dan
pendidikan yang mereka inginkan demi tercapainya peningkatan mutu hidup

4. Nilai-nilai dalam masyarakat harus dipertimbangkan selayaknya


Artinya rumusan program harus sudah mencakuo dan mempertimbangkan
nilai-nilai kerjasama, keputusan kelompok, tanggung jawab sosial,
kepercayaan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan
5. Membantu dirinya sendiri (self help)
Artinya secara nyata warga masyarakat harus diarahkan (atau setidak-tidaknya
dilibatkan) untuk mau dan mampu merencanakan dan melaksanakan sendiri
setiap pekerjaan yang diupayakan untuk memecahkan masalah mereka sendiri
yang akan dirumuskan dalam program
6. Masyarakat adalah sumber daya yang terbesar
Artinya dalam perumusan program penyuluhan harus sebesar-besarnya
memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia di dalam masyarakat sasaran
sendiri, baik: modal, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
kelembagaan yang sudah ada
7. Program mencakup perubahan sikap, kebiasaan, dan pola pikir
Artinya perumusan program harus mencakup banyak dimensi perilaku
manusia

4. Tahapan Perencanaan Program Penyuluhan

Sebagai suatu sistem pendidikan, tahapan dalam perencanaan penyuluhan


dapat mengadopsi tahapan-tahapan perumusan program pendidikan, yang meliputi:
1. Pengumpulan data keadaan, merupakan kegiatan pengumpulan data dasar
yang diperlukan untuk merumuskan masalah, tujuan, dan cara untuk mencapai
tujuan kegiatan yang direncanakan. Data yang dikumpulkan harus mencakup:
a. Keadaan sumber daya, yang meliputi:
1) Sumberdaya alam, berupa ciri-ciri umum keadaan alam (jenis tanah,
iklim, dll) dan hal khusus yang sering dihadapi kaitannya dengan
kondisi alam (banjir, kekeringan, dan bencana lain yang sering terjadi)
2) Sumberdaya manusia, menyangkut ciri-ciri penduduk (keragaman
jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dll), kelembagaan, adat
istiadat, serta nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
3) Kelembagaan, baik kelembagaan ekonomi maupun kelembagaan
sosial yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
4) Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
baik untuk kegiatn penyuluhan atau kegiatan masyarakat sasaran
b. Teknologi yang telah digunakan, baik yang menyangkut bahan/alat, teknik
atau cara-cara, maupun rekayasa sosial yang akan dilaksanakan
c. Peraturan yang berlaku, termasuk didalamnya kebijakan-kebijakan
pembangunan nasional yang sudah ditetapkan dan ketentuan khusus yang
diberlakukan ditingkat lokal
2. Analisis data keadaan, merupakan kegiatan yang mencakup:
a. Analisis tentang deskipsi data keadaan
b. Penilaian atas keadaan sumber daya, teknologi, dan peraturan yang
berlaku
c. Pengelompokan data keadaan kedalam:
1) Data aktual dan data potensial
2) Keadaan yang ingin dicapai dengan yang sudah dapat
dicapai
3) Teknologi yang dapat digunakan/dikembangkan dan
yang sudah digunakan
4) Peraturan-peraturan yang sudah berlaku dan yang dapat
diberlakukan
3. Identifikasi masalah, merupakan upaya untuk merumuskan hal-hal yang tidak
dikehendaki atau faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan
yang dikehendaki. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan menganalisis
kesenjangan:
a. Antara data potensial dengan data aktual
b. Antara keadaan yang ingin dicapai dan sudah dicapai
c. Antara teknologi yang seharusnya diterapkan dengan yang sudah
dilaksanakan
d. Antara peraturan yang harus diberlakukan dengan praktek atau kenyataan
yang dijumpai dalam penerapan peraturan-peraturan tersebut
Sehubungan dengan identifikasi masalah terdapat adanya 4 kondisi yang dapat
menyebabkan terjadinya masalah, yaitu:
a. Bila terjadi penyimpangan dengan pengalaman masa lalu atau adanya
kondisi baru yang berbeda dengan kondisi yang lama atau yang sudah
biasa dihadapi.
b. Bila terjadi penyimpangan antara rencana atau harapan dengan kenyataan-
kenyataan yang dihadapi
c. Bila ada orang luar yang membawa masalah baru kepada sistem sosial
yang bersangkutan
d. Bila ada pesaing yang dirasakan akan membahayakan atau mengurangi
kepuasan-kepuasan yang sudah dapat dinikmati
4. Pemilihan masalah yang akan dipecahkan
Berkaitan dengan hal ini, yang perlu diperhatikan dalam perencanaan program
penyuluhan adalah:
a. Pemilihan pemecahan masalah yang benar-benar menyangkut kebutuhan
nyata yang sudah dirasakan masyarakat
b. Pemilihan pemecahan masalah-masalah strategis yang berkaitan dengan
banyak hal, yang harus ditangani bersama-sama oleh banyak pihak secara
terpadu
c. Pemilihan pemecahan masalah yang harus segera diupayakan
5. Perumusan tujuan, dari hasil pemilihan masalah yang akan dipecahkan,
tahapan berikutnya yang harus dilaksanakan adalah perumusan tujuan atau
sasaran-sasaran yang hendak dicapai. Dalam perumusan tujuan perlu
diperhatikan agar sasaran yang hendak dicaapi haruslah realistis, baik ditinjau
dari kemampuan sumberdaya (biaya, jumlah dan kualitas tenaga) maupun
waktu yang tersedia. Tujuan yang ditetapkan tidak selalu harus dapat
memecahkan semua permasalahan sampai tuntas tetapi dapat dirumuskan
secara bertahap dengan target-target yang realistis
6. Perumusan alternatif pemecahan masalah, merupakan kegiatan yang harus
dilakukan untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah sesuai dengan
realita yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa acuan
dalam merumuskan alternatif pemecahan masalah, yaitu:
a. Pertimbangkan semua kemungkinan yang dapat diusahakan
untuk memecahkan masalah
b. Kesampingkan pemecahan masalah yang diluar kemampuan
penyuluhnya sendiri atau di luar batas kewenangan lingkup kegiatan
penyuluhan
c. Rumuskan hasil atau sasaran kegiatan yang akan dicaapi dari
setiap alternatif pemecahan masalah, dengan mempertimbangkan:
1) Tingkat kemudahan dan kompleksitas pemecahan masalah
2) Tingkat penerimaan masyarakat atas pemecahan masalah yang
ingin direncanakan dan ingin dicapai
3) Apakah pemecahan masalah tersebut dapat dilaksanakan atau tidak
7. Perumusan cara mencapai tujuan, pada hakekatnya merupakan suatu
perumusan rencana kegiatan yang hendak dilakukan dalam rangka pemecahan
masalah demi tercapainya tujuan-tujuan yang dikehendaki. Berkaitan dengan
cara menacapai tujuan ini, sejauh mungkin diupayakan agar:
a) Metode yang dipilih harus benar-benar efektif dengan jumlah
korbanan (modal, tenaga, waktu) yang palaing kecil
b) Menggunakan bahan dan peralatan yang sudah tersedia atau
mudah disediakan serta mudah dioperasionalkan
c) Jumlah unit dan frekuensi kegiatan disesuaikan dengan
kebutuhan
d) Pihak-pihak yang dilibatkan (terutama fasilitator) dipilih dari
sumber yang dipercaya, terlatih, dan komunikatif
e) Lokasi kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,
dengan selalu mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia
f) Waktu kegiatan tidak terlalu mengganggu kegiatan sasaran dan
disesuaikan dengan kebutuhan/pemanfaatan oleh sasaran
g) Jumlah dana sekecil mungkin dan sumber dana sejauh mungkin
memanfaatkan swadana masyarakat
8. Pengesahan program penyuluhan
Sebelum program penyuluhan yang dirumuskan dilaksanakan, terlebih dulu
harus memperoleh pengesahan. Pengesahan program penyuluhan tidak cukup
diberikan oleh penguasa sebagai penentu kebijakan pembangunan, tetapi lebih
dari itu harus memperoleh pengesahan dari tokoh-tokoh masyarakat sasaran
penyuluhan, agar dalam pelaksanaannya nanti benar-benar memperoleh
dukungan serta partisipasi dari masyarakat
9. Pelaksanaan kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan masalah utama yang harus
diperhatikan adalah bagaimana cara memperoleh partisipasi dari masyarakat
sasaran, karena pelaksanaan kegiatan penyuluhan harus dilakukan pada waktu
yang tepat (sesuai dengan tujuan dan kebutuhan sasaran), serta lokasi yang
tepat
10. Rencana Evaluasi
Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai
tujuan yang diinginkan, adanya evaluasi dari setiap kegiatan mutlak diadakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, rencana evaluasi harus mencakup:
a. Evaluasi awal (perencanaan), evaluasi selama pelaksanaan kegiatan, dan
evaluasi akhir
b. Evaluasi fisik dan non fisik (pengelolaan administrasi dan keuangan)
c. Evaluasi tujuan dan proses untuk mencapai tujuan

11. Rekonsiderasi
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertimbangkan kembali
rumusan perencanaan program yang ada, baik yang dilakukan sebelum
pelaksanaan program maupun selama proses pelaksanaan kegiatan.
Rekonsiderasi diperlukan jika ternyata terjadi keadaan-keadaan yang diluar
dugaan, seperti bencana alam, kenaikan harga, adanya kebijakan baru, dan
sebagainya
(Mardikanto, 1993).

TUGAS

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian masing-masing kelompok


membuat perencanaan program penyuluhan dengan tema bebas!!!

SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan program


penyuluhan?
2. Uraikan pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian
perencanaan penyuluhan?
3. Uraikan alasan mengapa perencanaan program
penyuluhan perlu dibuat?
4. Sebutkan karakterisrik dari perencanaan program
penyuluhan yang baik!
5. Uraikan filosofi yang ada pada perencanaan program
penyuluhan!
6. Uraikan tahapan penyusunan perencanaan program
penyuluhan!
BAB VIII

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN

KD 4 : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan


Tujuan : Menjelaskan pengertian, ragam, dan tahapan evaluasi penyuluahan

1. Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan


istilah dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai
suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedanga diamati.
Bertolak dari pengertian tersebut, dapat kita temukan beberapa hal yang merupakan
pokok pikiran tentang evaluasi, yang mencakup:
a. Kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa, atau
suatu obyek
b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau
pengetahuan yang kita miliki
c. Melakukan penilaian atas segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil
perbandingan atau pengukuran yang kita lakukan
Sehubungan dengan pokok-pokok pengertian diatas, kegiatan evaluasi selalu
menacakup kegiatan:
a. Observasi (pengamatan)
b. Membandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang dihadapai
c. Pengambilan keputusan/penilaian atas obyek yang diamati
Disamping itu dari pengertian diatas terdapat pokok pikiran bahwa evaluasi
merupakan kegiatan terencana dan sistematis, yang meliputi:
a. Pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta
b. Penggunaan pedoman yang telah ditetapkan
c. Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-
pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu
d. Pengambilan keputusan atau penilaian

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan


yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang ditetapkan, tau
untuk mengetahui tingkat kesenjangan (diskrepansi) antara keadaan yang telah
dicapai dengan keadaan yang dikendaki atau seharusnya dapat dicapai, sehingga akan
dapat diketahui tingkat efektivitas atau efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan,
untuk selanjutnya dapat segera diambil langkah-langkah guna meningkatkan tingkat
efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti yang dikehendaki.

3. Kegunaan Evaluasi

1. Kegunaan operasional, yaitu:


a. Melalui evaluasi dapat diketahui cara yang tepat untuk mencapai tujuan
yang dikendaki
b. Melalui evaluasi dapat dilakukan perubahan-perubahan, modifikasi dan
supervisi terhadap kegiatan yang dilaksanakan
c. Melalui evaluasi akan dapat dikembangkan tujuan-tujuan serta analisis
informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan
2. Kegunaan analisis bagi pengembangan program, yang mencakup:
a. Untuk mengembangkan dan mempertajam tujuan program dan
perencanaannya
b. Untuk menguji asumsi-asumsi yang digunakan
c. Untuk membantu dalam mengkaji ulang proses kegiatan demi tujuan akhir
yang dikehendaki
3. Kegunaan kebijakan, yang mencakup:
a. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dirumuskan kembali strategi
pembangunan, pendekatan yang digunakan, serta asumsi-asumsi dan
hipotesis-hipotesis yang akan diuji
b. Untuk menggali dan meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang
hubungan antar kegiatan pembangunan, yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan dimasa-masa mendatang

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi

Kegiatan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang terdiri


atas:
a. Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari
kegiatan perencanaan program
b. Setiap evaluasi harus memenuhi persayaratan obyektif, menggunakan
pedoman yang telah dibakukan, menggunakan metode pengumpulan data
yang tepat dan teliti, serta menggunakan alat ukur yang tepat
c. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur
tujuan evaluasi yang berbeda pula
d. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif dan uraian kuantitatif
e. Evaluasi harus efektif dan efisien

5. Ragam Evaluasi

a. Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif


Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan terhadap program
atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum program atau kegiatan itu
sendiri dilaksanakan
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan wsetelah program
selesai dilaksanakan
b. On-going Evaluation dan Ex-post Evaluation
On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program
atau kegitan masih/sedang dilaksanakan
Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program
atau kegiatan yang direncanakan telah selesai dilaksanakan
c. Evaluasi Intern dan Ekstern
Evaluasi intern adalah evaluasi yang diadakan atas inisiatif, dan
dilaksanakan oleh orang-orang atau aparat yang terlibat langsung dengan
program
Evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak luar (diluar
organisasi pemilik/pelaksana program) meskipun terkadang inisiatif
muncul bukan dari orang luar
d. Evaluasi Teknis dan Evaluasi Ekonomis
Evaluasi teknis adalah kegiatan evaluasi yang sasaran dan ukurannya
menggunakan ukuran-ukuran teknis (fisik)
Evaluasi ekonomis adalah evaluasi yang sasarannya pengelolaan keuangan
dan menggunakan ukuran-ukuran ekonomi
e. Evaluasi Program, Pemantauan, dan Evaluasi Dampak Program
Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali
draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program
dilaksanakan
Evaluasi pemantauan adalah proses pengumpulan informasi (data dan
fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selam proses
pelaksanaan program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya
keadaan-keadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program
Evaluasi dampak program adalah evaluasi yang diarahkan untuk
mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan
oleh pelaksanaan program yang telah direncanakan
f. Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilaksanakan itu sesuai (dalam
arti kuantitatif dan kualitatif) dengan proses kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan didalam program
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang
seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik
dalam pengertian kuantutatif maupun kualitatif

6. Kualifikasi Evaluasi Yang Baik


Sesuai dengan landasan dan prinsip-prinsip evaluasi, maka untuk memperoleh
hasil evaluasi yang baik setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, artinya tujuan harus
dimengerti oleh setiap orang dan tidak menimbulkan salah paham. Dilain
pihak tujuan harus spesifik sehingga jelas apa yang harus dievaluasi dan
bagaiaman pengukurannya
2) Menggunakan instrumen yang tepat dan teliti, artinya alat ukur yang
digunakan harus benar-benarmampu mengukur yang seharusnya diukur, selain
itu alat ukur harus teliti sehingga jika alat tersebut digunakan oleh siapapun,
dan dikenakan siapapun asal kondisinya relatif sama akan dapat menghasilkan
data/hasil pengukuran yang sama pula
3) Memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan perilaku
sasarannya mengenai sikap dan ketrampilan
4) Evaluasi harus praktis, artinya dapat dilaksanakan oleh aparat
pelaksananya sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
7. Tahapan Evaluasi

Sebagai suatu proses ilmiah evaluasi yang baik harus dirancang sebagai suatu
proses kegiatan bertahap yang mencakup tahapan-tahapan:
1. Perumusan tujuan evaluasi
2. Perumusan indikator dan parameter
3. Pengukuran Indikator dan parameter
4. Penetapan metode evaluasi
5. Pelaporan

1) Perumusan Tujuan Evaluasi

Secara umum dapat dinyatakan bahwa tujuan evaluasi adalah segala informasi
yang ingin diketahui dari program yang dievaluasi itu. Sehingga seringkali tujuan
evaluasi menjadi tidak jelas atau kurang spesifik. Oleh sebab itu setiap pelaksanaan
evaluasi tidak boleh hanya memperhatikan judul evaluasi, tetapi harus memahami
tujuan evaluasi yang secara jelas dan terinci. Melalui pemahaman seperti ini, barulah
diketahui:
a. Apa yang sebenarnya ingin dievaluasi
b. Siapa sasaran evaluasi
c. Sampai seberapa jauh luas cakupan evaluasi
d. Apa ukuran-ukuran yang akan digunakan untuk mengevaluasi
e. Apa dan bagaimana hasil evaluasi yang akan dilaporkan

2) Perumusan Indikator dan Parameter Evaluasi

Untuk dapat melakukan evaluasi dengan baik, tentu terlebih dahulu harus
diketahui segala sesuatu yang akan dievaluasi, apa ukuran-ukuran atau pedoman
untuk mengukur dan bagaimana cara mengukurnya. Oleh sebab itu, dalam setiap
evaluasi harus dirumuskan terlebih dahulu tentang ukuran atau indikator dan alat ukur
atau parameter yang akan diterapkan. Berkaitan dengan hal ini, perlu diketahui
tentang adanya indikator fisik atau ukuran-ukuran yang diberikan berdasarkan kondisi
fisik yang diamati, dan indikator non fisik atau ukuran-ukuran yang tidak dapat
dengan mudah diamati secara fisik, melainkan harus digali melalui jawaban atas
pertanyaan yang disampaikan dengan cara-cara lain. Selain indikator fisik dan non
fisik, juga dikenal keragaman konsep yang akan diukur, yaitu indikator teknis,
indikator ekonomis, dan indikator sosial.

3) Pengukuran Indikator dan Parameter

Pengukuran indikator dan parameter evaluasi, merupakan salah satu kegiatan


yang harus sudah dipersiapkan sebelum pengumpulan data untuk evaluasi
dilaksanakan. Hal ini sangat penting karena untuk menghindari subyektivitas,
pedoman pengukuran sangat diperlukan untuk merumuskan instrumen yang akan
digunakan dalam pengumpulan data.

4) Metode Evaluasi

a. Rancangan Evaluasi
Pada umumnya kegiatan pengumpulan data untuk evaluasi dirancang sebagai
suatu penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survai. Melalui
metode survai dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan fakta yang
menggambarkan keadaan atau gejala yang diamati secara tepat
b. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Seperti dalam pelaksanaan penelitian dengan metode survai pada umumnya,
di dalam evaluasi seringkali hanya dilakukan terhadap sebagian kecil contoh
atau populasi, dan jarang sekali dilakukan pengumpulan data secara sensus
(terhadap seluruh obyek penelitian atau sensus)
c. Rincian Data yang Diperlukan
Pada dasarnya untuk keperluan evaluasi diperlukan:
1. Data Sekunder, yaitu data yang berasal dari rekaman data yang dimiliki
oleh pelaksana program atau pihak-pihak yang dilibatkan dalam program
tersebut
2. Data Primer, yaitu data yang berasal dari hasil pengamatan, hasil
wawancara, atau jawaban tertulis terhadap pertanyaan yang diajukan
kepada responden
d. Teknik Pengumpulan Data
Seperti halnya dalam pelaksanaan penelitian pada umumnya, pengumpulan
data dilakukan dengan beragam cara, antara lain pengamatan langsung,
wawancara, maupun pengajuan pertanyaan pada responden
e. Perumusan Instrumen Evaluasi
Untuk melakukan pengumpulan data, kegiatan perumusan instrumen
merupakan salah satu kegiatan terpenting dan sulit dilakukan. Sebab selain
menentukan ketepatan dan ketelitian data yang akan diperoleh, kegiatan
perumusan instrumen tidak semudah yang diduga oleh orang-orang yang
belum biasa melakukan evaluasi
f. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan sebaiknya terlebih dahulu dilakukan uji
ketapatan dan uji ketelitiannya. Disamping itu, untuk evaluasi pengetahuan
dikenal juga adanya uji derajat kesukaran dan daya beda, yaitu suatu uji coba
instrumen yang dialkukan untuk mengukur tingkat kesukarannya, agar
instrumen tersebut tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar
g. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menerapkan teknik
analisis kuantitatif dan teknik analisis kualitatif
5. Pelaporan

Penulisan laporan tidak berbeda dengan penulisan laporan penilitian pada


umumnya, baik dalam sistematika, pokok-pokok isi laporan yang disampaikan,
maupun bahasa, serta tata tulis yang digunakan. Laporan hasil evaluasi program
penyuluhan harus memuat:
1) Judul laporan evaluasi
2) Pendahuluan a. Latar belakang
b. Masalah dan tujuan evaluasi
c. Kegunaan evaluasi
3) Landasan-landasan teoritis dan konsep-konsep
yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi
4) Indikator dan parameter serta pengukurannya
5) Metode evaluasi
6) Gambaran umum tentang program yang
dievaluasi dan pelaksanaannya
7) Hasil-hasil evaluasi
8) Kesimpulan dan rekomendasi
(Mardikanto, 1993).

TUGAS

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan program


penyuluhan yang pada bab sebelumnya telah disusun. Kemudian dari pelaksanaan
program tersebut, mahasiswa melakukan evaluasi program penyuluhan

SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan evalausi program penyuluhan?


2. Sebut dan jelaskan secara singkat a. ragam evaluasi
b. tahapan evaluasi
BAB IX

SISTEM LATIHAN DAN KUNJUNGAN KERJA (LAKU)

KD 5. : Sistem Latihan dan Kunjungan Kerja (LAKU)


Tujuan : Menjelaskan pengertian, tujuan, serta mekanisme penyelenggaraan
LAKU

1. Pengertian Sistem Latihan dan Kunjungan Kerja (LAKU)

Pengertian sistem kerja LAKU dapat dikemukakan sebagai berikut:


a. Latihan untuk para Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) yang bertugas
diwilayah-wilayah kerja penyuluh pertanian atau WKPP dengan bertempat di
Balai Penyuluh Pertanian
b. Kunjungan Kerja, yaitu kunjungan para PPL kepada sasaran ditempat usaha
sasaran di masing-masing wilayah kelompoknya.

2. Tujuan Sistem Latihan dan Kunjungan Kerja (LAKU)

Tujuan utama dilaksanakannya sistem kerja LAKU adalah sebagai berikut:


a. Mengusahakan adanya hubungan yang berkesinambungan antara sasaran
dengan sumber-sumber teknologi baru yang berkembang sesuai dengan
kemajuan jaman
b. Memperkecil jurang pemisah antara masyarakat sasaran dengan pihak peneliti
c. Dengan terjalinnya hubungan yang baik antara masyarakat sasaran dengan
pihak peneliti, maka peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat akan
tercapai, selain itu para peneliti akan lebih efektif dalam menemukan
teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Penyelenggaraan Latihan di Balai Penyuluh Pertanian

Penyelenggaraan latihan di Balai Penyuluhan Pertanian dalam rangka


menyukseskan sistem kerja LAKU meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan Latihan
1. Menambah dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan
para penyuluh baik secara teori maupun praktek
2. Menghimpun cara memecahkan masalah-masalah yang dihadapi ditingkat
lapangan
b. Prinsip-Prinsip Latihan
1. Latihan hendaknya dilaksanakan secara tertib, teratur dan
berkesinambungan
2. Latihan hendaknya dibatasi pada topik yang penting pada saat itu
(relevan), ini berarti materi latihan harus sesuai dengan kondisi dilapangan
3. Pembahasan topik harus mendalam
4. Latihan hendaknya mencakup baik praktek dan teori
5. Latihan hendaknya memberi kesanggupan memecahkan masalah-masalah
teknis dilapangan yang tengah dihadapi masyarakat
6. Instruktur atau pelatih hendaknya ahli dalam materi pelajaran yang
diberikan
c. Materi latihan
Bahan-bahan atau materi latihan sudah seharusnya mencakup bahan-bahan
baik pengetahuan maupun ketrampilan yang akan menjadi bekal bagi para
penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhannya terhadap sasaran, oleh
karena itu:
1) Bahan-bahan latihan harus relevan dengan
aktivitas di lapangan, dengan berdasarkan kepada:
Urgensi bagi daerah yang
bersangkutan
Masalahnya terdapat didaerah
yang bersangkutan
2) Bahan-bahan latihan
disesuaikan denagn program-program pembangunan yang sedang dan
akandikembangkan untuk daerah yang bersangkutan
3) Bahan-bahan latihan
disesuaikan dengan faktor penentu produksi (impact point)
4) Bahan-bahan latihan yang
diberikan hendaknya bersifat membantu para penyuluh dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dilapangan
5) Bahan-bahan latihan
hendaknay dilengkapi dengan iktisar rencana pelajaran (silabus) dan
kurikulum
d. Acara Latihan
Didalam setiap acara latihan hendaknya diperhatikan tentang pembagian
waktu, sehingga acara latihan tersebut mencerminkan:
1. penambahan pengetahuan dan ketrampilan
2. pemecahan masalah
3. perencanaan 2 minggu yang akan datang

4. Penyelenggaraan Kunjungan Kerja

Penyelenggaraan kunjungan kerja meliputi:


a. Tujuan Kunjungan Kerja
1. Menyampaikan informasi baru kepada masyarakat sasaran
2. Menyampaikan dan mengajarkan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
3. Bersama-sama dengan sasaran memeriksa keadaan lapangan untuk
mengetahui masalah yang dihadapi dilapangan
4. Membina masyarakat sasaran agar mereka suka dan bisa menyampaikan
masalah-masalah yang sedang mereka hadapi
5. Menampung masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan pada waktu
kunjungan untuk dibawa ke dalam pertemuan di Balai Penyuluh Pertanian

b. Prinsip-Prinsip Kunjungan Kerja


1. Pelaksanaan kunjungan harus tertib, teratur dan berkelanjutan
2. Pelaksanaan kunjungan adalah ditempat usaha dari masyarakat
3. Kunjungan kerja ditujukan pada kelompok yang sudah dipilih secara acak
4. Kunjungan kerja harus sanggup ikut membantu memecahkan masalah-
masalah teknis dilapangan yang dihadapi sasaran
5. Pada penyelenggaraan kunjungan kerja dipergunakan metode penyuluhan
yang sesuai dengan keadaan masyarakat sasaran
c. Materi Kunjungan Kerja
1. Bahan-bahan kunjungan harus ikut menempatkan masalah-masalah
dilapangan pada waktu itu
2. Bahan-bahan diskusi disesuaikan dengan masalah yang terdapat
dilapangan yang kemudian dipecahakan secara bersama-sama
3. Bahan-bahan diskusi hendaknya bersifat menambah pengetahuan dan
ketrampilan masyarakat sasaran
4. Bahan-bahan diskusi mencakup juga perencanaan bahan yang akan
didiskusikan 2 minggu yang akan datang
(Kartasapoetra, 1991).

SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan: a. Latihan Kerja
b. Kunjungan Kerja
2. Sebutkan tujuan dari sistem latihan dan kunjungan kerja!
3. Uraikan penyelenggaraan a. Latihan Kerja
b. Kunjungan Kerja

Daftar Pustaka

Deptan, 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani, Jakarta

Ibrahim, J.T. Armand, S dan Harpowo. 2003. Komunikasi Penyuluh Pertanian.


Bayumedia Publissing dan UMM Press, Malang

Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bimi Aksara, Bandung

Mardikanto, T. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Puspa, Solo

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta

Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press, Jakarta

Van den Ban, A.W. and H.S. Hawkins. 1999. Agricultural Extension. Diterjemahkan
oleh Agnes Dwina Hardianti. Kanisius, Yogyakarta
KATA PENGANTAR

Pembangunan apapun kegiatan yang dilaksanakan pada hakekatnya selalu


bertujuan untuk terus memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan manusia. Pada
kenyataannya pelaksana utama pembangunan adalah waga masyarakat sendiri yang
pada umumnya termasuk golongan yang lemah, baik dalam permodalan, tingkat
pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai, bahkan sering pula lemah dalam
semangatnya untuk maju guna memperoleh kehidupan yang lebih baik. Karena itu
kegiatan penyuluhan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalamproses pembangunan, agar mereka
memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan
mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan.
Penyuluhan adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa Jurusan Produksi
Ternak Fakultas Pertanian UNS, dengan bobot 3 SKS. Tujuan pembelajaran umum
(TPU) mata kuliah penyuluhan agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang peranan
penyuluhan dalam proses pembangunan di Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa buku ajar mata kuliah penyuluhan ini, masih jauh
dari sempurna untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
guna penyempurnaan dan pengembangan buku ajar mata kuliah ini. Akhirnya
penyusun berharap semoga buku ajar penyuluhan mata kuliah penyuluhan ini dapat
berguna.
Surakarta, November 2005

Penyusun

HANDOUT MATA KULIAH

PENYULUHAN

Disusun oleh:
Tim Dosen

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN/PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI
SURAKARTA
2005

Anda mungkin juga menyukai