Anda di halaman 1dari 3

Tugas Manajemen Penyuluhan

Nama : Ayu Tesa Kristin Tarigan


Nim : 20031104033
M.k : Manajemen penyuluhuhan

Sejarah singkat penyuluhan


Menurut sejarah purbakala, kegiatan penyuluhan pertanian sudah dimulai di lemabah
Mesopotamia sekitar 1800 tahun sebelum cristus (Bne Saad, 1990), dan di China dimulai
pada abad ke-6 SM, ditandai dengan catatan tertulis tentang teknik-teknik esensial dan
pertanian pada 533 SM pada masa Dinasti Han (Swanson et al, 1997).
Pada abad ke-2 SM sampai dengan abad ke-4 Masehi, banyak dijumpai tulisan-tulisan-
gambar berbahasa Latin, seringkali disertai dengan gambar tentang pengalaman praktik
bertani (White, 1997).
Swanson et al (1997) mencatat adanya beberapa kondisi yang diperlukan bagi
kelahiran penyuluhan pertanian, yang ditandai oleh :
a. Adanya praktek-praktek baru dan temuan-temuan penelitian
b. Kebutuhan tentang pentingnya informasi untuk diajarkan kepada petani
c. Tekanan terhadap perlunya organisasi penyuluhan
d. Ditetapkannya kebijakan penyuluhan
e. Adanya masalah-masalah yang dihadapi di lapangan
Banyak kalangan yang menyebut kelahiran penyuluhan pertanian di Indonesia bersamaan
dengan dibangunnya Kebun Raya Bogor pada 1817. Tetapi almarhum Prof. Iso Hadiprodjo
keberatan, dan menunjuk tahun 1905 bersamaan dengan dibukanya Departemen pertanian,
yang anatara lain memiliki tugas melaksanakan kegiatan penyuluhan Pertanian sebagai awal
kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia.
Hal ini disebabkan, karena kegiatan “penyuluhan” sebelum 1905 lebih berupa pemaksaan-
pemaksaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan “tanam paksa” atau cultuurstelsel.
Selama masa penjajahan Jepang, kegiatan penyuluhan pertanian praktis terhenti, karena apa
yang dilakukan tidak lain adalah pemaksaan-pemaksaan kepada rakyat untuk mengusahakan
bahan dengan dan produk-produk strategis yang lain.
Setelah masa kemerdekaan, penyuluhan pertanian mengalami perubahan-perubahan sebagai
berikut:
1. 1945 – 1950, Plan Kasino (Rencana Produksi 3 tahun, 1948 – 1950) yang tidak dapat
terlaksana karena terjadinya revolusi fisik.
2. 1950 – 1958. Plan Kasino digabung dengan Rencana Wisaksono menjadi Rencana
Kesejahteraan Istimewa (RKI) yang dibagi dalam dua tahap: 1950 –1960.
Salah satu “peninggalan” RKI adalah dibangunnya BPMD (Balai Pendidikan Masyarakat
Desa) di tingkat Kecamatan, dan dilaksanakan penyuluhan pertanian dengan pendekatan
perorangan melalui system tetesan-minyak (elievlek sijsteem).
Pada tahun 1958, dimulai kegiatan intensifikasi padi melalui kegiatan Padi Sentra/SSB (self
supporting beras).
3. 1959 – 1963, penyuluhan perorangan melalui teknik tetesan minyak diganti dengan
penyuluhan masal dengan teknik tumpahan-air.
Pada periode ini, kita kenal Gerakan Swa Sembada Beras/SSD dan KOGM (Komando
Operasi Gerakan Makmur) yang pada 1970 diubah menjadi SSBM (Swa Sembada Bahan
Makanan).
4. 1963-1974. Diawali oleh pengalaman demonstrasi Panca Usaha lengkap yang
dilakukan oleh ipb di kerawang pada 1963/1964 dikembangkan demostrasi masal (Den mas)
yang kemudian dikembangkan menjadi BIMAS – SSBM(Bimbingna masal Swasembada
Bahan Makanan).
Setelah melalui perbaikan-perbaikan dalam bentuk Bimas Berdikari, Bimas Biasa, Bimas
Baru, bimas Gotong Royong (1968-1970), dan Bimas Nasional yang disempurnakan (1970 –
1973) akhirnya dikembangkan menjadi program Insefikasi Masal (INMAS).
Sejak pelaksanaan Bimas Nasional ynag disempurnakan, mulai dikenal Unit Desa (seluas 600
– 1000 ha) yang didalamnya tersedia “catur sarana Unit Desa” yaitu : PPL, KUD, BRI Unit
Desa dan kios sarana produksi.
5. 1974 – 1983. Bersamaan denga proyek penyuluhan pertanian tanaman pangan NFCEP
(National Food Crops Extension Project), pada 1976 mulai dikenalkan kegiatan Intensifikasi
Khusus (INSUS) dengan mengefektifkan penyuluhan kepada kelompok tani melalui sistem
kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU) atau Training dan Visit (TV).
Keberhasilan INSUS ini sejak 1979 kemudian dikembangkan menjadi beragam OPSUS
(Operasi Khusus) di beberapa daerah yang dinilai terlambat, seperti OPSUS Tekat Makmur
(NTB) opsus Lapo Ase 9sumsel).
6. 1983 – 1993. selama periode ini, beberapa hal yang menonjol adalah :
a. Pengembangan INSUS menjadi SUPRA INSUS menggunakan 10 jurus teknologi, yang
anatara lain dengan menggunakan Pupuk Pelengkap Cair (PPC), Zat Pengatur Tubuh (ZPT)
dan pemupukan (makro) yang berimbang.
b. Admistrasi penyuluhan ditingkat Kabupaten di alihkan dari Dinas Pertanian (pangan) ke
Seketaris Pelaksana Harian BIMAS (SPHB).
7. 1993 – 2001. Pada periode ini terjadi perubahan admistrasi penyuluhan dipindah lagi
dari SPHB ke Dinas-dinas sub sektoral. Semula, perubahan ini dimaksudkan untuk
memeratakan kegiatan penyuluhan pertanian yang sejak awal lebih terfokus pada tanaman
pangan ke semua sub sektor. Tetapi, karena luas wilayah kerja Penyuluh semakin luas,
efektivitas LAKU menjadi berkurang. Di samping itu mutu PPL semakin tidak mampu
mengimbangi kecepatan kemajuan IPTEK dan kegiatan kemajuan Penyuluhan yang
dilakukan oleh pelaku Bisnis dan LSM. Menghadapi masalah tersebut, mulai tahun 1995
administrasi penyuluhan pertanian di Kabupaten disatukan kembali ke dalam BIPP (Balai
Informasi dan Penyuluhan Pertanian). Sayangnya koordinasi BIPP dengan Dinas-dinas
terkait tidak selalu akrab. Akibatnya, penyuluhan yang dilakukan tidak selalu serasi dan
mendukung kebutuhan Dinas-dinas terkait.
8. 2001-hingga sekarang. Seiring bergulirnya reformasi yang diikuti kebijakan Otonomi
Daerah, yang mem,bawa konsekuensi terjadinya perubahan Organisasi Pemerintah
Kabupaten. Bipp menjadi 3 (tiga) bentuk yaitu : tetap, tidak jelas, dan dilebur dalam
kelompok Jabatan Fungsional di dalam Dinas Perrtanian.
Meskipun kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia telah berlangsung hampir se
abad, tetapi kehadirannya sebagai ilmu tersendiri baru dilakukan sejak dasawarsa 60’an yang
dikenal melalui Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA). Tulisan-tulisan tentang
penyuluhan pertanian, masih ditulis dalam bentuk booklet yang diterbitkan oleh Departemen
Pertanian, yang anatara lain ditulis oleh : Hasmosoewignyo arifin Mukadas, dan Sukandar
Wiriatmadja. Sedang buku teks tentang penyuluhan yang pertama kali, ditulis oleh Soejitno
pada tahun 1968.
Dilingkungan perguruan tinggi, ilmu penyuluhan pertanian baru dikembangkan sejak 1976
bersamaan dengan dibukanya jurusan Penyuluhan Pertanian di Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Sedang untuk program S1, program studi penyuluhan dan komunikasi perrtanian baru dibuka
sejak 1998. Sebelum itu, di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada) ilmu penyuluhan
pertanian diajarkan dalam mata kuliah Paedagogiek Penyuluhan Pertanian.

Tujuan jangka Panjang dan jangka pendek


penyuluhan jangka pendek yaitu menumbuhkan perubahan-perubahan dalam diri
petani yang mencakup tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi
petani terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan.Tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu
peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga kesejahteraan hidup petani terjamin.

Anda mungkin juga menyukai