Anda di halaman 1dari 19

Ketika Masa Paceklik Melanda : Kelangkaan Bahan Pangan di Indramayu 1950 -1970

A. Latar Belakang

Makanan menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi manusia di Indoneisa terutama nasi yang
menjadi makanan pokok sehari – hari bagi masyarakat. Selain sebagai makanan pokok beras
juga menjadi nilai ekonomi yang mana orang yang memiliki lahan tanah dan beras banyak
maka ia akan termasuk ke golongan masyarakat kelas atas, sedangkan masyarakat yang tidak
memiliki beras maka akan tergolong ke dalam masyarakat kelas bawah. Dikarenakan
keberadaannya sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari – hari, kebutuhan pangan seperti
beras menjadi perhatian pemerintah untuk menjaga ketersediaan pangan agar kebutuhan
rakyatnya dapat terpenuhi. Pada awal kemerdekaan, situasi kehidupan rakyatnya sangat buruk,
terutama disektor ekonomi1. Hal ini dikarenakan pada masa awal kemerdekaan itu pemerintah
sedang menata dan memperbaiki negara dari bekas jajahan, belum lagi dari para rombongan
sekutu yang berada di Indonesia, pada masa tersebut kelaparan terjadi melanda masyarakat
yang miskin, dikarenakan sulitnya supplay bahan makanan ke desa – desa dan kelangkaan
bahan pangan yang menjadi pokok rakyat dalam keberlangsungan hidupnya. Pada masa itu
selain kekurangaan ketersediaan bahan pangan masyarakat juga krisis pakaian, yang mana
pakaian yang digunakan yaitu karung goni yang tidak layak untuk dipergunakan.

Masa penjajahan Jepang di Indonesia, Indramayu dijadikan sebagai daerah pemasok


beras untuk memenuhi kebutuhan tentara Jepang yang sedang berperang. Indramayu terpilih
sebagai pemasok beras karena memiliki kualitas beras yang bagus dan lebih enak utuk dimakan
dibanding dengan daerah lainnya di Asia Tenggara2. Didukung oleh tanah dan iklim yang
subur tanaman padi mudah untuk tumbuh dan menghasilkan padi yang melimpah ketika panen
dan terlebih berkualitas. Sehingga Jepang menjadikan sebagai pemasok untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Meskipun dalam pengangkutan melakukan perjalanan yang memakan waktu
dan lama belum lagi jalur yang dilalui menggunakan jalur air membuat banyak resiko akan
keamanan beras itu sendiri.

1
Ermawati Analisis kebijakan swasembada Beras dalam Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan. Jurnal
Agribisnis Pertanian Unita. 2018 (29)
2
Grita Anggraini ( 2016) Politik Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indramayu Tahun 1942 – 1944. Jurnal
Avatara Vol 4 No. 3
Masalah – masalah ekonomi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia setelah masa
pendudukan Jepang sampai kemerdekaan Indonesia hingga masa Revolusi sangatlah besar dan
rumit. Perkebunan, pertanian hingga instalasi industri yang ada diseluruh negeri mengalami
kerusakan bahkan ada yang sampai harus tutup karena parahnya keadaan pada masa itu.
Terlebih yang paling pentingnya pada masa tersebut jumlah penduduk meningkat dengan pesat,
dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk pada tahun 1950 berjumlah 77,2 juta jiwa, pada
tahun 1955 pula mengalami kenaikan menjadi 85,4 juta jiwa, sampai pada tahun 1961 menurut
sensus penduduk berjumlah 97 juta jiwa3. Hal ini menyebabkan pula menaiknya jumlah
produksi pangan yang mesti tercukupi untuk semua rakyat. Di jawa, jumlah produksi dari tahun
1960 – 1965 mengalami penurunan, sehingga membuat pemerintah harus mengimpor makanan
untuk mencegah terjadinya kelangkaan bahan pangan.

Pada masa orde lama beras yang di impor sulit didapatkan hingga untuk beberapa waktu
kebutuhan produksi pangan di dalam negeri tidak terpenuhi, membuat rakya melangami
kekurangan pangan akibat adanya kelangkaan bahan pangan pokok4. Bahkan jika pun tersedia
maka rakyat harus membeli dengan harga yang mahal dan itu sanagan membuat rakyat menjadi
menderita. Pada masa berlangsungnya Demokrasi Terpimpin sudah ada upaya yang dilakukan
oleh pemerintah terlebih dari presiden Soekarno, untuk memenuhi kebutuhan pangan agar
meratanya kesejahteraan terhadap rakyat, sehingga pada tahun 1965 keluar kebijakan yang
dinamakan sebagai program Kasimo.5

Tujuan dari adanya program ini yakni agar tercapainya swasembada pangan, program ini
mengawali langkahnya dengan melakukan sosialisasi bagaimana cara bertani dengan efisien
dan menyebar luaskannya. Akan tetapi program ini tidaklah berjalan dengan mulus banyak
kendala yang terjadi pada masa program ini sehingga mengalami kegagalan. Hal ini
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pada saat itu, akibat dari kegagalan ini
berdampak pada terjadinya krisis pangan terutama bahan pokok yaitu beras. Karena terjadinya
krisis pangan ini pemerintah kemudian melakukan upaya untuk membuat program baru yang
dinamakan program Bimbingan Masa atau disingkat sebagai Bimas6, namun sayangnya
program ini juga gagal karena masyarakat yang sudah tidak percaya lagi terhadap pemerintah,
terlebih para petani melakukan penanaman padi hanya untuk memenuhi kebutuhannya sehari

3
M.C. Ricklef. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.
4
Achmad Suryana.2004. kemandirian Pangan menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jakarta LISPI.
Hlm.262.
5
idk
6
idk
– hari dan pemikiran para petani bahwa program ini tidak memberikan inovasi yang akhirnya
membuat program ini harus ditolak oleh para petani. Dampak dari kegagalan Bimas ini
kemudian menyebabkan kembali krisis bahan pangan pada tahun 1963. Sampai pada akhirnya
Presiden Soekarno mengeluarkan kebijakan untuk mengganti bahan pokok beras jadi jagung
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Mengingat dampak krisis pangan ini menyebabkan
banyak terjadi kelaparan diberbagai wilayah terlebih di kota – kota besar seperti Jakarta. Pun
termasuk Indramayu yang dikenal sebagai lumbung padi turut merasakan dampak dari krisis
pangan ini. adanya kelaparan berlangsung hingga akhir pemerintahan Soekarno.

Pada tahun 1965 muncul konflik politik di Indonesia. Puncak dari konflik ini
menyebabkan perpindahan kekuasaan kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto di Indonesia,
yang mana segala masalah yang ada pada masa orde lama mesti dibenahi oleh presiden
Soeharto. Namun pada masa orde baru krisis pangan kembali menyerang. Krisis ini muncul
agar pada pemerintahan Soeharto lebih mengedepankan permasalahan pangan yang menjadi
faktor utama penyebab terjadinya krisis dan memperbaiki ketahan negara yang sempat
terganggu karena adanya krisis. Setelah dilantik menjadi presiden kedua Indonesia, pada awal
masa pemerintahannya, Presiden Soeharto melakukan upaya perbaikan untuk menenuhi
kebutuhan pangan. Dalam kebijakan utamanya yakni meningkatkan swasembada pangan,
dapat dilihat dari kebijakan pembangunan lima tahun I, II, III dan IV yang bertumpu pada
sektor ekonomi.7

Indramayu8 merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat, yang bisa dibilang
memiliki sumber daya alam yang beragam dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kesejahteraan masyarakatnya, seperti : laut, penghasil ikan, tambak garam, hasil dari pertanian
serta perkebunan. Profesi masyakatnya pada saat itu sebagai petani, nelayan, pedagang, penarik
beca dan sebagainya. Dengan banyaknya sumber yang dihasilkan ini seharusnya bisa membuat
Indramayu bisa menjadi kabupaten yang maju di Jawa Barat. Namun karena kondisi pada masa
orde lama yang mana pada saat itu terjadi kelangkaan bahan pangan Indramayu turut
berdampak, banyak masyarakat Indramayu yang mengalami kelaparan akibat dari kelangkaan
pangan tersebut. Bahkan tidak sedikit masyarakat mengungsi ke kota – kota besar untuk
mengundi nasib dan mempertahankan hidupnya, meskipun keadaan di kota besar juga sama.

7
Idk
8
Wawan, Darmawan. Potret Kehiidupan Sosial – Ekonomi di Kabupaten Indramayu ( Tinjauan Historis Tahun
1970 – 2007. Portal Jurnal (10) 3
Kelaparan menjadi hal yang sangat menakutkan bagi siapa saja yang membayangkannya.
Bagaiamana tidak? Manusia selalu membuthkan asupan makan untuk keberlangsungan
hidupnya karena orang akan terbayang – bayang akan kematian, sakit dan sebagainya. Era orde
lama, masa – masa Indoneisa menata pemerintahan setelah kemerdekaan dengan proses yyang
begitu panjang, pada masa kegagalan kebijakan orde lama memberikan dampak kelangkaan
bahan pangan yang membuat manusia rela menjual pakaian, emas bahkan peralaatan rumah
hanya untuk membeli kebutuhan pangan terutama beras, rakyat akan saling berebut satu sama
lain, dari situlah akan terlihat kelas sosial, yang mana orang yang mampu makan dengan nasi
itu dianggap sebagai orang yang paling kaya, begitu pula sebaliknya golongan kelas bawah
adalah orang yang tidak mampu membeli beras. Bahkan pada masa itu banyak orang yang
memakan makanan dari tong sampah, serta disepanjang jalan bisa dijumpai para gelandangan
dan pemulung yang meninggal dijalan dengan keadaan tubuh yang terlihat tulangnya dan
mengenakan pakaian dari karung goni. Selain keadaannya yang sangat kurus sampai terlihat
tulang disekujur badannya juga berkutu akibat dari karung goni itu. Kelaparan akibat
kelangkaan bahan pangan ini sangat membuat penderitaan bagi siapa saja yang merasakannya.
Fokus dari penelitianadalah ini sejauh mana kondisi kelaparan yang terjadi di Indramayu dan
apa upaya yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1950 - 1970?

A. Ruang Lingkup Permasalahan

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang tersebut, penulis akan meneliti Ketika Masa
Paceklik Melanda : Kelaparan Di Indramayu tahun 1950 – 1970. Penelitian ini akan dibuat
rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi Indramayu sebelum tahun 1950 – 1960.


2. Bagaimana dampak kelaparan yang dirasakan masyarakat Indramayu pada tahun 1960
– 1970.
3. Bagaimana upaya – upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menangani kelaparan
pada tahun 1965 – 1970.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi Indramayu sebelum tahun 1950 – 1960.


2. Untuk mengetahui dampak kelaparan yang dirasakan masyarakat Indramayu pada
tahun 1960 – 1970.
3. Untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukan Pemerintah dalam menangani
kelaparan pada tahun 1965 – 1970.

Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan historiografi khususnya dalam kajian sejarah sosial.
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu :
- menjadi informasi bagi pembaca mengenai kelaparan di Indramayu dan digunakan
sebagai penelitian kembali untuk membahas apa yang belum dibahas dari penelitian
ini.
- Bagi Pemerintah bisa digunakan sebagai evaluasi untu terus meningkatkan
ketahanan pangann agar masyarakat tetap tercukupi kebutuhan pokoknya serta
tidak terulang kembali kelaparan di masa lalu.

C. Kajian Pustaka
Buku Sejarah Indramayu9 yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten
Indramayu. buku penelitian yang membahas swjarah Indramayu dari masa awal
pertumbuyhannya dimana, Indramayu ini didirikan oleh Raden Arya Wiralodra hingga
pasca kemerdekaan Indonesia yakni tahun 1950. Subbab yang dibahas dalam buku ini
yaitu sebagai berikut :
- periode pertama membahas mengenai masa wal dari pembentukan daerah
Indramayu yang meliputi, masa pertumbuhan Indramayu, asal – usul dari penduduk
Indramayu, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi setra kebudayaan yang
dilaksanakan.
- Periode kedua, membahas tentang Indramayu yang hidup di zaman Kerajaan
dengan segala aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya.

9
Dasuki (1977) .Sejarah Indramayu. Indramayu : Pemerintah Kabupaten Indramayu .
- Periode ketiga ini membahas awal penyebaran Islam di Indramayu sampai
runtuhnya kekuasaan kerajaan Pajajaran.
- Selanjutnya periode keempat membahas kelanjutan Indramayu yakni pada masa
kerajaan Cirebon dengan segala aspek kehidupannya.
- Berlanjut ke periode masa Kompeni, Hindia Belanda sampai penyerahan
kedaulatan Indonesia.

Kelebihan dari buku Sejarah Indramayu ini, selain membahas sejarah Indramayu, juga
membahas cerita foklor yang berkembang dan turun temurun di Indramayu. bahkan diyakini
juga seperti perisyiwa nyata yang terjadi dimasa lampau. Pada bagian akhir buku ini terdapat
lampiran – lampiran seprti daftar – daftar desa yang ada di Indramayu pada masa penelitian
berlangsung, selanjutnya terdapat juga nama – nama, gelar, masa jabatan dan keterangan dari
tahun 1527 – 1976. Berikutnya ada daftar nama – nama dari Residen Cirebon dari tahun 1686
sampai 1933. Kemudian foto – foto peninggalan dari sejarah Indramayu dan foto Bupati yang
pernah menjabat dari tahun 1906 – 1976.

Kekurangan dari buku Sejarah Indramayu yaitu dalam sumber penelitian, menggunakan
sumber dari Babad Dermayu, dan dilihat dari kepustakaannya banyak dari Babad lainnya,
seperti Babad Cirebon dan Babad Banten. Lalu dalam pembahasan suatu subbab juga yang
dijelaskan secara ringkas, jadi masih banyak hal yang masih menggantung dalam buku
tersebut, lalu buku ini merupakan buku penelitian yang dilakukan oleh sejarawan Indramayu,
namun penulisan dalam pembahasan ini juga kurang dimengerti kata – katanya.

Yang membuat buku ini berbeda dengan penelitian “ Ketika Masa Paceklik Melanda :
Kelaparan di Indramayu Tahun 1950 – 1970” adalah dilihat dari periode pembahasannya,
meskipun bertemakan penelitian yang membahas Indramayu tapi tetap saja adanya perbedaan
periode dalam penelitian ini, buku Sejarah Indramayu membahas sejarah Indramayu dari awal
perkembangannya sebelum menjadi pedukuhan sampai mpenyerahan kedulatan NKRI pada
tahun 1950. Meski pada masa kekuasaan Jepang membahasan pemberontakan yang dilakukan
beberapa desa seperti desa di Kecamatan Indramayu seperti Kecamatan Karangampel,
Lohbeber,Sindang, Losarang, Sliyeg dan Kertasemaya, terhadap kebijakan Jepang yang
semena – mena terhadap raykat yang membuat menderita dan mengalami kelangkaan bahan
pangan, yakni kebijakan pengambilan paksa padi milik rakyat oleh Jepang untuk
keberlangsungan hidup tentara Jepang dalam perang Pasifik. Hal inilah yang membuat rakyat
petani melakukan pemberontakan. Sedangan dalam penelitian Ketika Masa Paceklik Melanda
: Kelaparan di Indramayu tahun 1950 – 1970 itu terjadi pada masa orde lama dan orde lama.

Beberapa Aspek Pelaksanaan Pepelita I dan II : Sebuah Tinjauan 10 merupakan karya


penelitian dari Darmin Nasution yang diterbitkan oleh Prisma No. 1, Februari tahun1978
Tahun VII. Yang dibahas dalam penelitian ini yaitu perkembangan Produk domestik Bruto
untuk mengembangkan ekonomi Indonesia dalam dalam periode 1969 – 1973, dimana pada
masa itu produk Domesti Bruto Indonesia mengalami peningkatan lebbih cepat seperti dalam
sektor – sektor pertambangan, pengangkutan, bangunan dan juga komuikasi, manun pada
sektor pertanian jusrtu mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih rendah. Hal inilah
yang membuat Repelita 1 menetapkan sasarannya pada produksi yang optimis, perbedaan
jumlah produksi, karenanya membuat rencana laju pertumbuhan produksi tanaman pangan
untuk perkmbangan laju pertumbuhan. Kecuali seperti produski jagung sayuran dan buah –
buahan. Khusus dalam produksi beras menjadi perhatian khusu bagi pemerintah pasalnya beras
menjadi kebutuhan pangan pokok bagi rakyat Indonesia. Sehingga pada akhir Repelita I ini
tidak lagi untuk mengimpor beras. Dan dilanjutkan pada repelita II adanya rencana peningkata
produksi hasil – hasil pertanian utama serta realisasi sampai tahun 1976, hingga mencapainya
target produksi beras pada tahun 1976.

Yang membuat penelitian Darmin berbeda dengan penelitian Ketika Masa Paceklik
Melanda, Kelaparan di Indramayu Tahun 1950 – 1970, sama – sama membahas masa orde baru
dan kebijakan didalamnya. Namun pada penelitian Darmin11 fokus pada Repelita I dan II yang
mana bagaimana upaya pemerintah orde baru dalam meningkatkan peembangunan di segala
sektor. Dan pembangunan ekonomi Indonesia yang secara cepat mengalami peningkatan di
tahun 1976. Pada periode Repelita I tingkat perkembangannya telah mencapai target rencana.
Pada Repelita II dan III telah realisasi laju pertumbuhan dari Produk domestik Bruto yang
meningkat, sebuah prestasi ketika rencana dapat mencapai target, ini menuntungkan bagi
rakyat yang hidup di pedesaan. Repelita ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Orde Baru dalam menangani krisis ekonomi yang terjadi di Indoneisa.

10
Darmin, Nasution. (1978). Beberapa Aspek Pelaksanaan Repelita I dan II : Sebuah Tinjauan. Jakarta : Prisma.
Hlm.3.
11
Idk.
Masalah Pangan, Pengangguran, dan Gerakan Penghijauan di Pedesaan Jawa12 karya
William J. Collier.penelitan yang masih sama yakni diterbitka di Majalah Prisma dalam
penelitiannya membahas Gerakan Penghijauan untuk menciptakan inovasi baru untuk
mengembangkan disektor pertanian serta perkebunan. Adanya program varitas modern yang
dijalankan oleh petani, seblum adanya program tersebut para petani menjual hasil panennya
dengan jumlah yang banyak untuk mendapatkan uang, uang tersebut biasanya petani gunakan
untuk membayar hutang atau membeli kebutuhan untuk sawahnya. Sehingga setelah beberapa
bulan pasca panen petani akan kehabisan beras lalu mmembelinya ke pasar untuk
keberlangsungan hidupnya sapai panen selanjutnya tiba. Yang sangat disayng kan adalah
ketika petani menjual padinya dengan harga yang rendah, namun setelah itu ketika mereka
membeli beras harganya mahal. Karena harga beras yang tinggi ini menyebabkan pengaruh
yang membuat mereka rugi bagi para petani terlebih yang tidak memiliki lahan pertanian.
Dampaknya ketika mereka tidak memiliki uang lagi, para petani yang tidak memiliki tanah
akan menderita karena tidak bisa membeli beras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Nah dari
hal tersebut juga menyebabkan pengangguran terlebih petani yang panenenya setahun dalam 2
kali, sebelum masa bersiap bertani, para petani akan menganggur dulu karena butuh waktu bagi
tanah untuk siap ditanam, karena itulah terjadi pengangguran terhadap petani, mereka akan
kesusahan dalam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penelitian William ini relevan dengan penelitian “Ketika Masa Paceklik Melanda :
Kelaparan di Indramayu Tahun 1950 – 1970”. Hal ini dikarenakan sama – sama membahas
mengenai masalah pangan yang terjadi di Jawa terlebih dalam bahan pangan pokok beras yang
sangat perlu bagi sgera diatasi karena dampak yang akan dihasilkan bisa besar baik bagi petani
itu sendiri maupun pemerintah, terlebih masalah pangan juga menyebabkan pengangguran dan
kriminalitas dengan tingkat yang tinggi. Bedanya dengan penelitian kelaparan di Indramayu.

Buku Pemuda dan Perubahan Sosial13 yang ditulis oleh Taufik Abdullah, dalam buku ini
memang tidak membahas mengenai kelaparan secaatau kelangkaan bahan pangan, namun
dalam buku ini membahas Tingkah Laku Pemuda di daerah Miskin : kasus Beberapa Desa
Indramayu karya Saukat, Abdullah Syarwani, penulisan ini betujuan untuk menggambarkan
tingkah laku kehidupan pemuda Indramayu yang tinggal dengan kondisi alam yang terbatas

12
William, L. (1978). Masalah Pangan, Pengangguran dan Gerakan Penghijauan di Pedesaan Jawa. Jakarta :
Prisma. Hlm. 20.
13
Taufik, Abdullah. (1974). Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta : LP3S.
dengan dibandingkan pada daerah yang sempit, penulisan ini akan terlihat perbedaan
bagaimana tingkah laku maupun sikap dari pemuda yang berlatar belakang dengan kehidupan
kaya dan pemuda yang hidup dengan keadaan terbatas. Dalam buku ini juga menjelaskan
tentang faktor – faktor yang mengakibatkan terjadinya tingkah laku pemuda di Indramayu pada
tahun 70an. Dengan keadaannya yang miskin pemuda tidak dapat menjalankan pendidikan
alisan tidak bersekolah karena tidak mampu untuk membayar uang sekolah, terlebih untuk
makan pun masih kesulitan makanan yang layak. Kesempatan kerja bagi pemuda miskin di
Indramayu juga rendah, mereka tidak bisa memiliki peluang besar untuk bekerja layak seperti
di kantor ataupun perusahaan, kareana pendidikannya yang rendah, kebanyakan pekerjaan dari
pemuda miskin yaitu sebagai petani, nelayan, menarik becak atau menjadi kuli panggul di pasar
dengan bayaran yang minimum. Yang menyebabkan tingkah laku dari pemuda miskin bisa dari
faktor internal maupun eksternal. Seperti dari lingkungannya, keluarga, keadaan penduduk,
kesempatan kerja, dan lain sebagainya.

Buku ini memiliki kaitan dengan penelitian kelaparan di Indramayu, yang mana tingkah
laku pemuda miskin ini akibat dari lingkungan, dan keadaan pasa masa itu memang sedang
mencekam dan sedang tidak baik – baik saja, karena masa peralihan setelah krisis bahan pangan
yang terjadi di Indonesia dan masa upaya dari pemerintah untuk menanganinya. Dan memang
cukup sulit untuk memperbaiki krisis ini dengan waktu yang cepat. Perbaikan sarana,
informasi, ekonomi menjadi hal yang penting untuk segera dijalankan karena itu akan
membantu pemuda untuk menjalani kehidupannya yang lebih baik.

Buku Sejarah Indonesia Modern 1200 – 200814 yang ditulis oleh M. C. Rcklefs yang
dalam bahasannya membahas mulai dari kedudukan Jepang di Indonesia sampai dengan masa
orde baru, yang mana didalamnya terdapat rangkaian peristiwa di Indonesia baik dari aspek
politik, ekonomi sosial dan budaya. Seperti pada masa kedudukan di Jepang sikap tentara
Jepang berbuat kejam dan semena – mena terhadap rakyat, membuat kebijakan yang selalu
membuat rakyat Indonesia menderita, terlebih Jepang mengambil paksa padi yang merupakan
milikrakyat untuk kepentingannya dalam bertahan hidup di Perang Pasifik, kalaupun membeli,
Jepang memberikan dengan harga yang sangat rendah, tidak sesuai dengan modal yang telah
dikeluarkan oleh petani dalam bertani. Membuat banyak petani yang kekurangan modal untuk
menggarap sawah masa bertani selanjutnyaa, penduduk yang harus membeli beras dengan
harga mahal karena kekurangan bahan pangan, sampai terjadinya kelaparan. Keadaan itu

14
M.C. Ricklef. (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.
berlanjut pada masa orde lama dan orde baru, karena kegagalan kebijakan yang telah dibuat
oleh pemerintah pada masa itu.

Buku ini sangat relevan, hal ini dikarenakan membahas kelangkaan bahan pangan yang
terjadi di Indonesia karena aspek politik. Sama – sama saling menyebaban kelaparan yang
menyebaabkan korban jiwa bahkan banyak korbannya. Namun yang berbeda yaitu dari letak
daerah dan karakteristiknya, penelitian ini berfokus di Kabupaten Indramayu sebagao daerah
yang bahkan disebut sebagai limbung padi Jawa Barat namun mengalami kelaparan karena
krisis, baik itu karena politik maupun dari alamnya yang membuat panen padi di Indramayu
mengalami kegagalan.
Buku Petani, Priyayi dan Mitos Politik : Esai – Esai Sejarah15 Karya Kuntowijoyo. Buku
inimembahas mengenai radikasisasi petani yang terjad pada tahun 1960-an, dunia Priyayi yang
terjadi pada awal abad kedua puluh, dan mistisisme yang terjadi mengenai mitos – mitos politik
yang berkembang pada tahun 1700-an di daerah pantai utara Jawa dan lain sebagainya. Dari
berbagai peristiwa yang terjadi dimasa lalu buku ini membawa membacanya untuk memahami
persoalan aktual yang terjadi setiap saat dan dimana saja serta mencari jawaban dari persoalan
itu dimana jawabannya harus bijak. Selalu terdapat makna yang baru dibalik adanya sebuah
peristiwa yang terjadi yakni perubahan. Dalam buku ini membahas mengenai petani, para
priyayi, politisi, pedagang, ulama dan rakyat. Semua berjuang bersama – sama untuk menjaga
dan mempertahankan martabatnya, selain itu terdapat konflik – konflik sosial, rekayasa
politik,atau budaya, perubahan kebijakan, perlawanan budaya dan politik serta bagaimana
diplomasi dalam masyarakat internasional. Lebih detailnya buku ini membahas mengenai
Masyarakat Desa dan Radikalisasi Petani, Madura Dijual: Mengatasi keterbelakangan
Ekonomi Sebuah Kota Sekunder, Reformasi Administrasi Belanda dan Akibatnya Bagi kaum
Ningrat Madura, Memahami Madura: sebuah pendekatan social – historis, ekologi dak
Kependudukan, Sumur Ajaib: Dominasi dan Budaya Tandingan Di Surakarta pada awal abad
kedua puluh, Kekuasaan dan Budaya: Perkumpulan Abipraya di Surakarta pada awal abad
kedua puluh, Mitos Pilitik dalam Historiografi Tradisional: Kasus Kaliwungu dan Serat
Celebok, Diplomasi Amerika dan Revolusi di Indonesia 1945 – 1949 dan Citra yang Tercabik.
Buku yang Kuntowijoyo yang satu ini tentunya berbeda bahasan dengan penelitian yang akan
dikaji bisa dilihat dari segi lokasi yang mana buku Petani, Priyayi dan Mitos – Mitos Pilitik ini
ruang lingkup kajiannya berada didaerah Madura dan Surakarta sedangkan berlokasi di

15
Kuntowijoyo. (2017). Petani, Priyayi, dan Mitos Politik. Yogyakarta : Labirin dan Mata Bangsa.
Indramayu Jawa Barat dan fokus yang dikaji pun berbeda, pada penelitian ini lebih berfokus
pada kehidupan masyarakat Indramayu sebelum terjadinya kelaparan dan dampak yang terjadi
akibat kelaparn tersebut. Berdasarkan periode tahun peristiwa ini masih satu periode yakni
tahun 1960-an.
Buku Petani vs Negara; Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara16 yang
ditulis oleh Dr. Mustain, buku ini diterbitkan oleh Ar – Ruzz Media Jojgakarta cetakan I Mei
2007 dengan tebal 390 halaman. Buku ini telah memuat bahwa kebijakan yang ada di tanah
telah banyak memicu terjadinya perlawanan yang dilakukan oleh petani akibat replikasi dari
kebijakan negara yang ada sejak masa kolonial berlangsung. Terdapat sebuah persoalan hukum
yang terjadi akibat penataan tanah yang menjadi masalah pokok sebagai faktor penyebab
terjadinya sebuah konflik yang terjadi. Pada masa Orde Baru, fokus pertanahan selalu berfokus
pada kebijakan untuk pertahanan yang mana ini menjadi salah satu upaya untuk mendukung
perekonomian di Indonesia agar dapat dengan cepat memperbaiki ekonomi yang sempat kacau
pada masa orde lama. Dibandingkan pada masa orde lama yang kebijakannya cenderung lebih
populis, pada masa orde baru ini lebih memfasilitasi pemilik modal dalam rangka mengejar
pertumbuhan ekonomi kapitalisme Buku ini membahas mengenai petani sehingga dapat
membantu bagi peneliti yang hendak melakukan kajian yang bahasannya petani bukan hanya
itu buku ini juga memudahkan masyarakat yang secara umum ingin menambah wawasannya
megenai peristiwa yang terjadi dimaasalalu yang membahas sejarah gerakan petani dan
berbagai resistensi petani yanf memiliki sikap ketidakpuasan terhadap kebijakan dari
pemerintah , khususnya mengenai gerakan reklaming oleh petani terhadap tanahnya yang
dikuasai oleh negara dan pihak swasta yang didukung oleh negara, berdasarkan pada masa
kolonial , orde lama , orde baru, dan masa roformasi memiliki suatu karatkeristik yang berbeda
dan tentunya ada yang mencolok. Penulis buku menggunakan metode penjabaran wacana
dengan pendekatan sejarah yang isinya menguraikan fenomena gerakan reklaiming petani yang
tanah nya dikuas oleh persero.
Buku Gerakan Rakyat Kelaparan Gagalnya Politik Radikalisasi Petani17 yang ditulis
oleh Fajar Pratikto, diterbitkan oleh Media Presindo diterbitkan pada tahun 2000 di Jogjakarta

16
Mustain. (2007). Petani vs Negara : Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.
17
Fajar, Pratikto. (2000). Gerakan Rakyat Kelaparan Gagalnya Politik Radikalisasi Petani. Jojgakarta : Media
Presindo.
dengan tebal 224 halaman. Buku ini membahas mengenai Fenomena Gerayak menjadi sebuah
puncak dari segala hal problematik di sektor ekonomi sosial dan politik yang terjadi di Gunung
Kidul yakni pada tahun 1959 – 1964. Kelangkaan pangan yang terjadi bukan satu – satunya
paktor yang mengakibatkan peristiwa tersebut. Keadaan masyarakat di Gunung Kidul yang
mayoritasnya banyak penduduk yang miskin dan kekurangan serta mengalami kegagalan
dalam panen menyebabkan terjadinya kekurangan dalam sektor pangan. Dari sinilah menjadi
agenda politik dan sebagai pontensi untuk parpol dalam menarik simpati rakayat melalui sektor
pangan dan juga organisasi petani. Salah satu partai yang mendapat keuntungan dari keadaan
ini yaitu PKI dengan organisasi petaninya yakni BTI, dominasi PKI dan BTI dalam konstelasi
politik. karena mereka merasa tersaingi dan terancam kedudukannya di jajaran pemerintah
daerah dan kelurahannya. Gerayak sebagai strategi politik PKI dan BTI di tingkat local Gunung
Kidul secara umum tidaklah berhasil memperhebat ketengangan sosial (kelas) di daerah
pedesaan, serta tidak mampu menjadi gerakan politik yang terpadu bagi kaum tani. Padahal
kalau kita melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat desa disana pada waktu itu sangatlah
kondusif, di mana kehidupan para petani sudah melewati ambang batas subsistensi, dan sudah
masuk dalam kategorinya Scott yakni “kerawanan structural”. Namun karena kondisi itu tidak
mampu digunakan oleh PKI dan BTI dalam membolisir para petani secara terarah, dan
membuat tuntutan-tuntutan yang realities bagi mereka, maka aksi protes yang dilakukan lewat
Gerayak tidaklah bisa memiu radikalisasi massa petani secara lebih besar. Ketidakmampuan
PKI dan BTI dalam memicu radikalisasi massa petani secara luas, dimungkinkan juga kalau
kita paralelkan dengan penjelasan ekonomi politik tentang gerakan petani bahwa protes-protes
merupakan tindakan kolektif dan tergantung kepada kemampuan kelompok untuk
mengorganisir dan membuat tuntutan-tuntutan. Di sini PKI dan BTI tidak mampu memenuhi
semua tuntutan objektif itu, sehingga wajar kalau Gerayak mengalami kegagalan total. Di
samping faktor taktis organisasi, kegagalan Gerayak juga disebabkan oleh faktor structural
yakni masih terpeliharanya hubungan patron-klien antara petani miskin yang kelaparan dengan
para petani kaya (tuan rumah) yang seringkali memberikan makan kepada mereka, sehingga
mereka sudah dimobilisasi dalam suatu gerakan yang frontal menyerang tuantuannya. Di
samping itu, faktor cultural masih kuat akan nilai-nilai dan norma-norma di daerah pedesaan
telah membuat para petani menjadi ragu dan sungkan untuk bersikap “tidak sopan” dan ”kurang
ajar” kepada orang yang pernah berbaik hati kepadanya.
Buku berjudul Pemberontakan Petani Banten tahun 188818 merupakan buku yang
menggambarkan tentang pemberontakan petani yang pada awalnya menolak unsur modernitas
barat, namun dalam praktiknya pemberontakan petani dijadikan alat bagi kaum bangsawan dan
elit agama untuk mempertahankan sistem kesultanan. Dalam buku ini, Sartono Kartodirjo
mencoba menjelaskan pemberontakan petani di Banten pada tahun 1888. Sartono membuat
spesifikasi penelitian, termasuk pra-pemberontakan pertama, yang mengkaji aspek sosial
ekonomi petani saat itu, perkembangan politik, kerusuhan sosial. yang muncul, konstruksi
agama dalam masyarakat. (hal yang menghancurkan pemberontakan yang rusak). Kedua,
setelah pemberontakan meliputi kelanjutan pemberontakan sampai pemberontakan tersebut
terbunuh. Yang ketiga adalah setelah pemberontakan, yang lebih pada jalan keluar dari
pemberontakan. Pemberontakan yang terjadi di Banten merupakan bentuk protes terhadap
kolonialisme Barat. Salah satunya karena reformasi regulasi pertanian, rakyat harus membayar
pajak modal bukan pelayanan publik, ini bukannya membaik, malah semakin parah. Wajib
Pajak adalah mereka yang wajib militer, yaitu laki-laki yang berusia 15-50 tahun. Oleh karena
itu, kepala rumah tangga memikul beban yang lebih berat karena ia juga harus menafkahi
keluarganya. Selain pajak, ada aturan tentang sewa tanah. Dalam sistem sewa tanah bersama,
pembayaran harus dilakukan berdasarkan luas lahan pertanian dan produktivitasnya.
Permasalahan selanjutnya adalah adanya kontrol yang ketat dari kepala desa, namun mereka
tidak memiliki data yang akurat mengenai luas areal yang digarap oleh petani sehingga terjadi
manipulasi. Rakyat dibuat merasa memiliki tanah dan produktivitas tinggi, sehingga harus
membayar pajak yang tinggi, sedangkan elite pedesaan membayar sangat kecil. Ada peraturan
tentang penetapan pajak perdagangan kapal berdasarkan tonase/ton muatan. Setiap tonase
adalah 10 gulden. Nilai ini sangat besar sehingga akan berdampak besar pada stabilitas
perdagangan. Dari kajian – kajian yang telah dijelaskan menjadi acuan untuk melakukan
penelitian “ Ketika Masa Paceklik : Kelaparan di Indramayu Tahun 1950 – 1970” meski dengan
tempat dan ruang lingkup yang berbeda. Pada kajian ini lebih berfokus pada masyarakat
Indramayu pada tahun 1950 – 1970 yang mana pada tahun tersebut menjadi awal terjadinya
masa paceklik hingga upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kelaparan yang
terjadi karena wabah paceklik. Pada kajian dari buku – buku tersebut lebih mengarah pada

18
Sartono, K. ( 1984). Pemberontakan Petani Banten 1888, Kondisi, Jalan Peristiwa, dan Kelanjutannya
Sebuah Studi Kasus Mengenal Gerakan Sosial di Indonesia. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.
sejarah politik, dimana peristiwanya digerakkan oleh politik, meski dalam buku
pemberontakan Petani Banten 1888 fokusnya mengarah pada sosial masyarakat

D. Kerangka Konseptual
Dalam bidang sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang memegang penting dalam
peranan pembangunan, dengan adanya sektor pertanian membuat pembangunan menjadi
prioritasnya. Para petani mereka mengandalkan musim hujan sebagai sarana untuk mengairi
persawahannya, karena agar dapat memulai untuk para petani bisa bercocok tanam padi. Pada
masa itu tanah sudah siap untuk untuk bercocok tanam. Namun pada saat musim kemarau para
petani akan pusing untuk bertani karena terbatasnya air, mereka akan mengairi sawah dari kali
atau sungai yang dekat dengan sawahnya. Pada musim kemarau juga para petani akan kesulitan
memenuhi kebutuhan hidupnya, pasalnya pasca beberapa panen banyak petani yang
menganggur dan tidak memiliki uang karena ketika panen uangnya dibayarkan untuk melunasi
hutang yang dipinjam untuk modal bertani membeli pupuk, obat, dan segala macemnya. Masa
paceklik terjadi karena gagalnya panen padi akibat faktor baik dari alam, yang tingkat curahnya
tinggi, musim kemarau, datangnya penyakit pada padi seperti wereng maupun dari aspek
lainnya seperti ekonomi dan politik. Pada masa paceklik19 akan mengalami kekurangan bahan
makanan akibat gagalnya panen, pada saat itu akan terjadi kelangkaan bahan makanan yang
sulit didapat, sehingga bahan makanan akan sulit didapatkan. Lalu harga – harga bahan
makanan yang tersedia akan melonjak tinggi dengan drastis membuat masyarakat tidak
sanggup membeli. Bahkan karena langkanya bahan pangan pokok membuat terjadinya inflasi
besar yang mana uang lebih berharga dari pada beras. Menjadikan masyarakat sangat kesulitan
dan menderita.
Kelaparan20 bisa disebut sebagai suatu kondisi dimana kurangnya manusia dalam
mengkonsumsi makanan pokok. Kelaparan menjadi hal yang mengerikan bagi setiap orang
yang mendengarnya, mengapa tidak? Kelaparan dapat memberikan efek atau dampak yang
berbahaya bagi tubuh manusia, akibatnya akan memburuknya kesehatan pada manusia hingga
menyebabkan kematian. Selain itu kelaparan juga dapat menyebabkan masalah terhadap balita
seperti : tingginya tingkat kematian pada bayi, rentan terkena penyakit baik yang menular
maupun tidak, menghambat pertumbuhan pada anak dan pola pikirnya.21 Bayi meskipun

19
Sri Rejeki. (2019). Pilihan Rasional Petani Miskin Pada Musim Paceklik. Jurnal Analisa Sosiologi 8 (2).
20
Ikeu Tanziha, dkk (2005). Analisis Determinan Kelaparan. Media Gizi dan Keluarga 29 (2).
21
Idk.
mengkonsumsi Asi dan dilarang untuk memakan nasi, tetapi apabila ibunya kekurangan asupan
makanan yang sehat dan bergizi, itu akan membahayakan sang bayi, karena Asi yang
dikonsumsinya. Perubahan kondisi sosial dan ekonomi bisa menjadi faktor yang menyebabkan
terjadinya kelaparan.
Kelaparaan menjadi sebuah fenomena yang bisa menyebabkan huru hara, bagaimana
tidak? orang yang sedang mengalami lapar, ia akan mudah untuk marah dan menurunnya rasa
konsentrasi. Apapun segala cara akan dilakukan untuk menghilangkan rasa laparnya.
Kelaparan pada masa orde lama dan orde baru dipicu oleh faktor politik dan alam, gagalnya
sebuah kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah serta keadaan yang sedang kemarau dapat
mengakibatkan gagalnya panen padi, yang merugikan petani. Karena seharusnya panen
menjadi momen kebahagiaan petani yang mendapatkan untung dari modal yang dikeluarkan
untuk bertani, malah gagal dan tidak balik modal terlebih petani yang memiliki hutang untuk
kebutuhan sawahnya. Gagalnya panen membuat beras menjadi langka dan harga beras yang
melonjak tinggi, membuat rakyat resah karena beras merupakan makanan pokok yang telah
dikonsumsi secara turun temurun. Banyak rakyat yang kelaparan karena sudah tidak memiliki
uang untuk membeli beras yang akan dimasak. Akibat dari keadaan tersebut banyak yang
mengalami kelaparan, tingkat kriminalitas pun meningkat tinggi. Orang yang kehilangan
akalnya melakukan segala cara untuk mendapatkan makanan agar bisa makan, seperti
melakukan penjarahan, perampokan hingga pembunuhan terhadap orang yang menyimpan atau
menjual bahan pangan. Kondisi benar – benar sangat mencekam, disamping harus menahan
rasa kelaparan masyarakat juga takut akan kriminalitas tersebut. masyarakat mengganti
makanan pokok yang semula beras menjadi singkong, ubi – ubian, kentang, pisang, atau jagung
itupun sangat terbatas mengingat terjadi musim kemarau yang mana tanaman rentan mati.
Bahkan tak sedikit orang yang meninggal dijalan dengan kondisi yang memprihatinkan yang
mana tubuhnya kurus tinggal kulit dan tulang, sambil memegangi perutnya yang teramat sangat
menahan lapar, para pemulung yang mencari makanan di tempat sampah, yang mana makanan
itu sangat tidak layak untuk dikonsumsi. Para anak – anak banyak yang terkena penyakit
busung lapar, pertumbuhannya pun menjadi terganggu.
Indramayu22 adalah daerah yang berada di provinsi Jawa Barat yang berbentuk
Kabupaten. Sejak dari tahun 1917 hingga datangnya para tentara Jepang menduduki Indoensia,
Indramayu menjadi daerah yang makmur dan menjadi daerah lumbung padinya Jawa Barat.

22
Taufik, Abdullah. (1974). Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta : LP3S.
Hal ini dikarenakan tanah Indramayu sangat subur dan adanya aliran dari irigasi bendungan
Rentang yang terletak di Majalengka.23 Namun ketika masa kedudukan Jepang dan Revolusi
terdapat penggundulan hutan secara besar besaran menyebabkan banyak saluran irigasi yang
rusak cukup parah. Sehingga menyebabkan pula daerah persawahan mengalami kemrosotan
yang turun secara drastis, terlebih merosotnya jumlah beras dari hasil panen padi sebelum
Perang Dunia II.’ Berangsur keadaan mulai membaik, membuat Indramayu kembali menjadi
daerah penghasil padi terbanyak di Jawa Barat pada masa pendudukan Jepang, namun hal ini
tidak membuat masyarakat Indramayu senang, melainkan semakin menderita. Tentara Jepang
melakukan Penjarahan beras dari rumah ke rumah masyarakat secara paksa, mereka yang
memberontak akan langsung dibunuh di tempat dengan cara di tembak. Tujuan Jepang
mengambil beras karena beras Indramayu memiliki kualitas yang terbaik untuk dikonsumsi
para tentara Jepang. Kebijakan yang semena – mena ini mengakibatkan kelangkaan bahan
pangan dan berdampak pada kelaparan sampai banyak korban jiwa yang meninggal akibat
kelaparan. Meskipun masyarakat mengganti bahan pangannya dengan singkong, umbi –
umbian, kentang dan jagung tetap saja mereka masih mengalami kelaparan.
Terjadinya peristiwa peristiwa kelaparan ini menyebabkan pemberontakan yang
dilakukan oleh warga desa di Indramayu, dari berbagai desa untuk melawan Jepang agar tidak
bertindak kejam kembali24. Pemberontakan yang paling terkenal adalah pemberontakan petani
desa Kaplongan, hal ini karena desa Kaplongan menjadi pelopor dalam pemberontakan ini.

Penelitian kelaparan di Indramayu ini menggunakan metode penelitian sejarah sosial.


Menurut Kuntowijoyo25 bahwa sejarah sosial adalah sebuah kajian yang sejarah yang
bahasannya mengenai masalah – masalah sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat,
yang mana sejarah sosial ini kajiannya luas dan beraneka ragam. Lalu sejarah sosial juga bisa
memiliki hubungan yang erat dengan ilmu bantu lain, misalnya sejarah politik sehingga bisa
menjadi sejarah sosial – politik. Atau dalam tulisan Marc Bloch, French Rular History bukan
semata – mata sejarah dari petani, namun bisa juga dalam arti masyarakat yang sosial-
ekonomi.

23
“Laporan Bupati Kepala Daerah Indramayu”, Dalam Laporan Seminar Pembangunan Daerah Aliran Sungai
Cimanuk, 10 -13 Mei 1971 di Cipanas (Garut, Jawa Barat), Diterbitkan Oleh Pimpinan Gerakan Tani Indonesia ,
Jakarta, Hal. 16.
24
Dasuki (1977) . Sejarah Indramayu. Indramayu : Pemerintah Kabupaten Indramayu.
25
Kuntowijoyo, (2003). Metodelogi Sejarah. Yogya : Tiara Wacana.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Tahapan
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, kemudian dilakukan kritik
sumber, selanjutnya melakukan tahapan interpretasi dan yang terakhir tahapan penulisan atau
historiografi sejarah. Di tahap heruistik mendapatkan sumber berupa surat kabar Trow terbitan
2 April 1970 dari Koningklijke Bibliotheek Belanda sebanyak 1 lembar. Selanjutnya buku Dari
Orde Lama Menuju Orde Baru yang disusun oleh Major CKH. Supolo Prawotohadikusumo
Be. Hk. Yang diprosuksi Pantjuran Tudjuh dan diterbitkan pada tahun 1967 dengan jumlah
halaman 430 yang didalam bukunya membahas Pelengkap Pidato Nawaksara. Kemudian ada
sumber visual yaitu yang yang diciptakan oleh Soekarno yang berjudul “ Mari Bersuka Ria”
yang diciptakan pada tahun 1960 yang dinyanyikan dengan musik irama “Lenso” oleh
penyanyi ibu Kota yang terkenal pada masa itu yakni : Bing Slamet , Nien Lesmana, dan Rita
Zahara, lalu adanya film yang berjudul Desa Yang Dilupakan pada Tahun 1960, dengan
Produsernya Sofyan Tnadjung, disutradarai Djoko Lelono, penulisnya Pratikto dan Djoko
Lelono, diperankan oleh Bambang Hermanto, Sukarno M Noor dan lain – lain, yang
menceritakan Gunung kidul yang Tandus dan Selalu diancam Kelaparan.
Dapat dikiritk bahwa pada surat kabar Trow terbitan 2 April 1970 menjelaskan tentang
kelaparan di Indramayu, bisa dilihat dalam tahun terbitnya, lalu ada foto seorang wanita Jawa
yang menggunakan pakaian seadanya untuk menutupi tubuhnya, dilihat keadaanya sangat
kurus seperti orang yang kekurangan makan dan terlihat menderita sedang duduk sambil
tangannya memegang bambu kecil. Lalu dalam isi surat kabar tersebut menjelaskan kelaparan
yang ada di Indramayu dimana ribuan orang harus bisa bertahan hidup. Dan pemerintah
melakukan upaya dengan cara mencanangkan 100 ton beras guna memnuhi kebutuhan hidup
rakyatnya.
Lalu sumber visual lagu ciptaan Soekarno yang berjudul Mari Bersuka Ria yang
diciptakan pada tahun 1960, diiringi dengan musik irama Lenso yang mana lirik dari lagunya
:
Siapa bilang Bapak dari Blitar
Bapak kita dari Prambanan
Siapa bilang Rakyat kita lapar
Indonesia banyak makanan
Dari lirik itu menggambarkan secara tidak langsung bahwa Indonesia sedang mengalami
masa krisis kelangkaan bahan pangan, namun presiden Soekarno membuat lagu itu untuk
menghibur rakyatnya dan senantuasa optimis bahwa Indonesia akan segera baik – baik saja.
Dibuktikan dengan anjutan liriknya yaitu
Mari bergembira suka ria bersama
Hilangkan sedih dan luka
Mari nyanyi bersama
Lenyapkan duka lara
Bergembira semua
Lalalalala, mari bersuka ria.

F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terbagi menjadi lima bab yakni :
Bab pertama membahas pendahuluan yang meliputi Latar belakang, Ruang Lingkup
Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka
Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua membahas kondisi Indramayu sebelum terjadi peristwa kelaparan, mulai
dari letak geografis, kehidupan sosial dan masyarakatnya
Bab ketiga membahas tentang daerah yang terkena dampak dari kelaparan di Indramayu
dan sejauh mana kelaparan ini menyebabkan dampak yang parah.
Bab keempat membahas tentang upaya yang mestinya dilakukan oleh pemerintah
dalam menangani kelaparan, dan upayanya agar kelaparan ini tidak terulang
kembali, sehingga masyarakatnya bisa hidup dengan aman dan sejahtera.
Bab kelima membahas tentang kesimpullan dari penelitian Kelaparan di Indramayu
tahun 1950 – 1970.

Daftar Pustaka
Ermawati. (2018). Analisis kebijakan swasembada Beras dalam Upaya Peningkatan
Ketahanan Pangan. Jurnal Agribisnis Pertanian Unita. (29)

Grita Anggraini ( 2016) Politik Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indramayu Tahun
1942 – 1944. Jurnal Avatara 4(3)

M.C. Ricklef. (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.


Achmad Suryana, dkk. (2004) . kemandirian Pangan menuju Ketahanan Pangan
Berkelanjutan. Jakarta LISPI. Hlm.262.

Dasuki (1977) . Sejarah Indramayu. Indramayu : Pemerintah Kabupaten Indramayu.


Taufik, Abdullah. (1974). Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta : LP3S.
Darmin, Nasution. (1978). Beberapa Aspek Pelaksanaan Repelita I dan II : Sebuah
Tinjauan. Jakarta : Prisma. Hlm.3.
William, L. (1978). Masalah Pangan, Pengangguran dan Gerakan Penghijauan di
Pedesaan Jawa. Jakarta : Prisma. Hlm. 20.
Kuntowijoyo, (2003). Metodelogi Sejarah. Yogya : Tiara Wacana.
Mustain. (2007). Petani vs Negara : Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Fajar, Pratikto. (2000). Gerakan Rakyat Kelaparan Gagalnya Politik Radikalisasi
Petani. Jojgakarta : Media Presindo.
Sartono, K. ( 1984). Pemberontakan Petani Banten 1888, Kondisi, Jalan Peristiwa, dan
Kelanjutannya Sebuah Studi Kasus Mengenal Gerakan Sosial di Indonesia.
Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.
Kuntowijoyo. (2017). Petani, Priyayi, dan Mitos Politik. Yogyakarta : Labirin dan Mata
Bangsa.
Wawan, Darmawan. Potret Kehiidupan Sosial – Ekonomi di Kabupaten
Indramayu ( Tinjauan Historis Tahun 1970 – 2007. Portal Jurnal 10 (3).

Sri Rejeki. (2019). Pilihan Rasional Petani Miskin Pada Musim Paceklik. Jurnal
Analisa Sosiologi 8 (2).

Ikeu Tanziha, dkk (2005). Analisis Determinan Kelaparan. Media Gizi dan Keluarga
29 (2).
“Laporan Bupati Kepala Daerah Indramayu”, Dalam Laporan Seminar Pembangunan
Daerah Aliran Sungai Cimanuk, 10 -13 Mei 1971 di Cipanas (Garut, Jawa
Barat), Diterbitkan Oleh Pimpinan Gerakan Tani Indonesia , Jakarta, Hal. 16.

Sumber Primer
Surat Kabar Trow (1970). Koningklijke Bibiotheek Belanda.

Anda mungkin juga menyukai