Anda di halaman 1dari 6

II.

UJI DAYA KECAMBAH BENIH


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan
suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Didalam biji terdapat embrio
yang akan tumbuh menjadi tanaman jika lingkungan mendukung untuk
terjadinya perkecambahan. Syarat yang harus terpenuhi diantaranya adalah
cukup air, suhu yang hangat, oksigen yang cukup dan ada cahaya. Pengujian
pada benih yang akan di tanam pada lahan biasanya melalui uji daya
kecambah benih.
Uji daya kecambah benih merupakan uji yang dilakukan pada benih
untuk menguji kemampuan benih untuk menjadi kecambah. Pengujian daya
kecambah benih di lakukan pada lingkungan yang sesuai dengan lingkungan
perkecambahan benih lalu menghitung presentasinya. Parameter yang
digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian
terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung.
Uji daya kecambah benih berfungsi untuk mengukur seberapa
kemamapuan benih untuk tumbuh pada lingkungan tumbuh yang sesuai.
Daya kecambah benih juga menjadi tolak ukur petani dalam memilih benih
yang akan ia gunakan. Hal ini dikarenakan benih yang telah teruji daya
kecambahnya akan menentukan besarnya keberhasilan persemaian di
lapangan. Pemilihan benih dengan daya kecambah benih yang tinggi juga
dapat meminimal biaya penyulaman karena jika daya kecambah benih tinggi
maka kesempatan benih untuk tumbuh menjadi tanaman lebih tinggi .
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum produksi dan penyimpanan benih acara Uji
Daya Kecambah Benih adalah :
a. Mengetahui daya kecambah benih
b. Mengetahui kecepatan kecambah benih

B. Tinjauan Pustaka
Kedelai atau Glycine max (L) Merr termasuk familia Leguminoceae, sub
famili Papilionaceae, genus Glycine max, berasal dari jenis kedelai liar
yang disebut Glycine unriensis. secara fisik setiap kedelai berbeda dalam
hal warna, ukuran dan komposisi

kimianya.

dan

oleh

kimia

kedelai

tersebut dipengaruhi

Perbedaan

varietas

dan

secara

fisik

kondisi dimana

tersebut dibudidayakan. Biji kedelai tersusun atas tiga komponen

utama, yaitu kulit biji, daging (kotiledon), dan hipokotil dengan


perbandingan 8: 90: 2. Sedangkan komposisi kimia kedelai adalah 40,5%
protein, 20,5% lemak, 22,2%
abu,

karbohidrat,

4,3%

serat kasar, 4,5%

dan 6,6% air (Dwinaningsih 2010).


Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran

tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam


famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputihputihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat
tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat,
hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat
yang berair dan basah (Edi dan Bobihoe 2010).
Melon ( Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman buah dari
famili Cucurbitaceae. Tanaman melon termasuk dalam division Spermatophyta
karena termasuk dalam tumbuhan berbiji. Sub-divisio Angiospermae karena
tanaman ini berbiji tertutup atau biji di dalam daun buah, kelas
Dicotyledoneae karena memiliki dua daun lembaga, sub-kelas Sympetalae
karena daun mahkota bunganya berlekatan. Buah melon merupakan komoditas
holtikultura yang telah banyak dikembangkan di Indonesia, baik dalam skala
kecil maupun agribisnis ( Daryono et al 2015).
Uji daya kecambah merupakan salah satu bentuk pengujian viabilitas
benih. Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung, yaitu
dengan cara menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara tidak
langsung, yaitu dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian
secara langsung, beberapa substrat pengujian yang dapat digunakan seperti
kertas, kapas, pasir, tanah, dan lain-lain. Namun substrat kertas lebih

banyak digunakan karena lebih

praktis

dan

memenuhi

persyaratan-

persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara modern


(Kamil 1979 dalam Purbojati dan Suwarno 2006).
Tolok ukur viabilitas benih adalah daya kecambah, sedangkan vigor
benih kecepatan berkecambah, dan daya hantar listrik (DHL), kedua variabel
ini mencerminkan kualitas benih. Kecepatan kecambah perlu diketahui karena
berhubungan dengan vigor benih. Benih yang mempunyai kecepatan kecambah
yang tinggi maka tanaman yang dihasilkan lebih tahan terhadap keadaan yang
kurang menguntungkan. Pada biji apabila kecepatan berkecambahnya tinggi
maka daya kecambahnya tinggi, tetapi belum tentu daya kecambah yang tinggi
memiliki kecepatan kecambahnya tinggi (Sutrapadja 2008).
Tidak semua embrio somatik yang di kecambahkan dapat berkembang
kecambah normal. Sebagian embrio menunjukkan perkembangan yang
abnormal (tidak berkembang menjadi tunas, atau menjadi tunas yang tidak
mampu membentuk tunas baru disertai dengan akar tidak tumbuh). Hanya
embrio yang berkecambah normal yang dapat berkembang menjadi planlet,
artinya dapat membentuk tunas dan akar hingga menjadi tanaman sempurna
(Aviv et al 2010)
Kriteria kecambah/bibit normal adalah kecambah yang
memperlihatkan kemampuan berkembang terus hingga menjadi tanaman
normal jika ditumbuhkan dalam kondisi yang
berkembang

baik

dan

diikuti

optimum;

perakaran

perkembangan hipokotil, plumula

(daun), epikotil, dan kotiledon yang tumbuh sehat; atau ada kerusakan
sedikit pada struktur tumbuhnya tetapi secara umum masih menunjukkan
pertumbuhan yang kuat dan seimbang antara pertumbuhan struktur satu
dengan yang lainnya (Sadjad 1980 dalam Wulandari 2008).
Ada dua faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkecambahan benih
yaitu faktor dalam (genetis), seperti tingkat kemasakan benih, hormon, ukuran
dan kekerasan biji dan dormansi biji, sedangkan faktor luar yaitu air,
temperatur, oksigen, dan media. Ketidakmampuan lingkungan untuk
mencukupi syarat perkecamabahan benih dapat menyebabkan benih
berkecambah abnormal. Kecambah abnormal memiliki kecambah yang

akarnya sedikit, lemas, atau bahkan mati. Selain itu kecambah abnormal juga
menujukkan gejala kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah
dan akar primer yang pendek, atau bentuknya yang cacat, perkembangannya
lemah atau kurang seimbang dari bagian yang penting, plumula yang yang
terputar, hipokotol, epikotil, kotiledon yang membengkak, akar yang pendek
(Purnobasuki 2011 dalam Chaidir et al 2015).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum produksi dan penyimpanan benih acara Uji Daya
Kecambah Benih dilaksankan pada hari Senin, 31 November 2016.
Praktikum di laksanakan pada pukul 10.00-11.30. Praktikm di laksanakan di
laboratorium ekologi dan menejemen produksi tanaman (EMPT).
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish atau gelas air mieral 200 ml (6)
2) Bak perkecambahan
3) Kertas perkecambahan
4) Media pasir
b. Bahan
1) Benih tanaman pangan: Kedelai (Glycine max)
2) Benih tanaman sayuran: Kangkung (Ipomea aqutica)
3) Benih tanaman bua : Melon (Cucumis melo L.)
3. Cara Kerja
a. Siapkan media perkecambahan berupa kertas dan pasir
b. Kecambahkan benih pada media perkecambahan Dalam Pasir (DP), Pada
Pasir(PP), Pada Kertas (PK), Antara Kertas (AK), Pada Kertas Digulung
Dalam Pasir (PKDP) dan kontrol
c. Tempatkan substratum perkecambahan pada bak perkecambahan
d. Jaga kelembaban
e. Amati kecambah normal, kecambah abnormal dan yang mati.
Perhitungan dilakukan sejak hari pertama hingga terakhir
f. Hitung daya kecambah
g. Gambar kecambah normal beserta bagian-bagiannya
4. Pengamatan yang Dilakukan
a. Kecamabah normal dan abnormal
b. Daya kecambah
c. Tinggi tanaman dan panjang akar
DAFTAR PUSTAKA
Avivi S, Prawoto A, Oetami RF. 2010. Regenerasi embriogenesis somatik pada
beberapa klon kakao indonesia dari eksplan bunga. Agronomi Indonesia
38(2): 138-143
Chaidir L, Epi, Taofik A. 2015. Eksplorasi, identidfikasi dan perbanyakan
tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) dengan menggunakan metode
generatif dan vegetatif. ISTEK 9(1): 82-103
Daryono BS, Ibrohim AR dan Maryanto SD. 2015. Aplikasi teknologi budidaya
melon ( Cucumis melo L.) kultivar gama melon basket di lahan karst

pantai porok kabupaten Gunung kidul D.I.Yogyakarta. Biogenesis 3(1):


39-46
Dwinaningsih EA. 2010. Karakteristik kimia dan sensori tempe dengan variasi
bahan baku kedelai/beras dan penambahan angkak serta variasi lama
fermentasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. UNS
Edi S, Bobihoe J. 2010. Budidaya tanaman sayuran. Jambi: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi
Fauzi AR. 2014. Pengaruh Penyiraman dan Dosis Pemupukan terhadap
Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans) pada Komposisi Media Tanam
Tanah+Pasir. J. Agrotrop 4(2): 104-111
Koentjoro Y. 2012. Efektifitas model pemangkasan dan pemberian pupuk
majemuk terhadap tanaman melon (Cucumis melo L.). Berkala Ilmiah
Agroteknologi Plumula 1(1). Program Studi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian UPN Veteran Jatim
Pulungan DMS, Haryati, Lahay RR. 2014. Pengaruh periode panen terhadap
viabilitas benih rosella (Hibiscus sabdariffa L.). J. Online Agroteknologi
2(2): 878-883
Purbojati L, Suwarno FC. 2006. Studi alternative substrat kertas untuk pengujian
viabilitas benih dengan metode uji diatas kertas. Buletin Agronomi 34(1):
55-61
Rahardjo P. 2012. Pengaruh pemberian abu sekam padi sebagai bahan desikan
pada penyimpanan benih terhadap daya tumbuh dan pertumbuhan bibit
kakao. J. Pelita Perkebunan 28(2):91-99
Sutapraja H. 2008. Pengaruh pemangkasan pucuk terhadap hasil dan kulaitas
benih lima kultivar mentimun. Hortikultura 18(1): 16-20
Wulandari A. 2008. Penentuan kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan
vigor bibit jarak pagar (Jatropha curcas Linn.). Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB

Anda mungkin juga menyukai