Anda di halaman 1dari 28

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Penyuluhan

2.1.1. Sejarah Perkembangan Penyuluhan Pertanian

Kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun

1905 bersamaan dengan dibukanya departemen pertanian (Department Van

Landbouw) oleh pemerintah Hindia Belanda, institusi yang bentuk tersebut antara

lain memiliki tugas melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, sedangkan

pelaksanaannya dilakukan oleh pejabat pangreh praja (PP). Pada tahun 1910 dibentuk

dinas penyuluhan pertanian (Landbouw Voorlichting Dienst), tetapi baru benar-benar

berperan sebagai lembaga penyuluhan pertanian yang mandiri sejak diubah menjadi

dinas pertanian provinsi terlepas dari PP pada tahun 1918 (Mardikanto, 1993).

Kegiatan penyuluhan dimasa kemerdekaan telah dimulai dengan dibentuknya

balai pendidikan masyarakat desa (BPMD) kemudian dilanjutkan dengan balai

penyuluhan pertanian (BPP) dengan metode latihan dan kunjungan (Mardikanto,

2009). Penyuluh sebagai ujung tombak pembangunan pertanian di era Bimas telah

memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan produksi pertanian

khususnya produksi padi, sehingga pada tahun 1984 pemerintah republik Indonesia

memperoleh penghargaan dari FAO sebagai negara yang berhasil mencapai

swasembada beras (Suprapto, 2009).

Memasuki dasawarsa 1990-an semakin dirasakan menurunnya peran

penyuluhan pertanian di Indonesia yang dikelola pemerintah (Departemen Pertanian).

8
9

Hal ini terjadi karena selain terjadi perubahan struktur organisasi penyuluhan, juga

semakin banyak pihak-pihak yang melakukan penyuluhan pertanian (perguruan

tinggi, swasta, LSM dll) serta semakin beragamnya sumber-sumber informasi/inovasi

yang mudah diakses oleh petani. Pada tahun 1995 terjadi perubahan struktur

kelembagaan penyuluhan pertanian melalui SKB Mendagri-Mentan tentang

pembentukan balai informasi penyuluhan pertanian (BIPP) di setiap Kabupaten.

Namun demikian, kinerja kelembagaan ini pun banyak menuai kritik karena dianggap

kurang berkoordinasi dengan dinas-dinas teknis terkait (Mardikanto, 2009).

Kondisi seperti ini semakin diperburuk dengan diberlakukannya Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dimana peran penyuluh

pertanian dalam mendukung program pembangunan pertanian mengalami penurunan

yang sangat drastis (Suprapto, 2009). Mencermati kondisi seperti ini, pemerintah

mengeluarkan kebijakan tentang revitalisasi penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan (RPPK) yang dicanangkan pada tanggal 15 Juni 2005 di Purwakarta oleh

presiden republik Indonesia, hingga pada tahun 2006 berhasil disahkannya Undang-

undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan sebagai landasan kebijakan, program, kelembagaan, ketenagaan,

penyelenggaraan, pembiayaan, dan pengawasan penyuluhan pertanian (Warya, 2008).

2.1.2. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari

sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud

perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L, 2005). Dalam

bukunya A.W. van den Ban dkk. (1999) dituliskan bahwa penyuluhan merupakan
10

keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan

tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat

keputusan yang benar. Penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya

iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang

menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya

dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri

(Soeharto, N.P.2005).

2.1.3. Sumber Daya Manusia Penyuluh Pertanian

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi

ekonomi, yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki

keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global yang

selama ini terabaikan. Dalam kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut

kondisi sumberdaya manusia pertanian di daerah yang perlu mendapatkan perhatian

yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya petani. Kedua sumber daya tersebut

merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan program pembangunan

pertanian.

Dalam Undang-undang No. 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan, disebutkan bahwa penyuluh adalah perorangan

warga Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan dibidang pertanian, baik

merupakan penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya. Adapun yang menjadi tugas

pokok penyuluh adalah mempersiapkan, melaksanakan, mengembangkan,

mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian, sehingga penyuluh

dituntut mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh di lapangan,


11

dengan menjadi mitra kerja petani sebagai fasilitator. Dalam melakukan pilihan

inilah, petani mendapatkan bantuan dari penyuluh pertanian dan pihak lain yang

berkepentingan dalam bentuk hubungan kemitrasejajaran sehingga tidak terjadi

pemaksaan (Anonim, 2005).

Sementara itu salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah

kelompok fungsional yaitu kelompok penyuluh pertanian lapangan (PPL), di mana

penyuluh pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau

berhadapan langsung dengan petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk

meningkatkan sumberdaya petani di bidang pertanian, di mana untuk menjalankan

tugas ini di masa depan penyuluh harus memiliki kualitas sumberdaya yang handal,

memiliki kemandirian dalam bekerja, profesional serta berwawasan global.

“Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang (1). Membantu petani

menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan; (2).

Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari

analisis tersebut; (3). Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan

terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki petani; (4). Membantu petani memperoleh pengetahuan

yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat

yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5).

Membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah

optimal; (6). Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya; dan

(7). Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka

dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan” ( Van Den Ban, et.al. 2003).
12

2.1.4. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Sebagai suatu kegiatan, penyuluhan pertanian dilakukan untuk mencapai suatu

keinginan atau tujuan. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-

formal bagi petani dan keluarganya. Tujuan penyuluhan pertanian adalah

meningkatkan perilaku dan kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraannya. Agar tujuan dapat dicapai melalui kegiatan yang tepat, maka

rumusan tujuan harus memenuhi kriteria yang baik. Kriteria tujuan yang baik adalah

spesifik (specific), menggambarkan arah yang akan dicapai; dapat diukur

(measurable), dapat diketahui setiap kemajuan yang dicapai; dapat dicapai

(achieveable), memiliki dimensi jarak (remoteness); realistis (realistic), memiliki

kerangka jumlah dan jenis kegiatan yang dapat dicapai, memiliki jangka waktu (time

bond) sehingga dapat ditentukan lama pencapaiannya, serta menjadi "motivasi" yaitu

pernyataan tujuan harus dapat menggambarkan dengan jelas "kebutuhan" dari orang-

orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan. Tujuan suatu kegiatan penting

dirumuskan dengan kriteria yang baik, alasannya antara lain adalah: (a) untuk

memprediksi waktu pencapaian, (b) memprediksi kebutuhan sumber daya (manusia,

finansial, sarana dan prasarana), (c) memberikan pedoman dan arah kegiatan, (d)

mudah dilakukan monitoring dan evaluasi dalam usaha/kegiatan pencapaian tujuan,

serta mudah dilakukan perbaikan sebelum terjadi kesalahan yang lebih besar.

Rumusan tujuan perlu dilengkapi dengan rincian kegiatan untuk mencapai tujuan.

Jenis-jenis tujuan penyuluhan pertanian dibedakan atas dasar: (a) dampak yang

dihasilkan, (b) tingkatan tujuan, (c) waktu pencapaian, (d) komponen perilaku sasaran

yang akan diubah, dan (e) aspek usahatani. Uraian satu jenis tujuan akan selalu terkait
13

dengan uraian jenis tujuan yang lain. Dalam menetapkan tujuan penyuluhan

pertanian, karakteristik sasaran penyuluhan harus dipahami sehingga pencapaian

tujuannya benar-benar diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan sasaran

penyuluhan.

Petani merupakan orang dewasa yang telah memiliki karakteristik antara lain:

(a) memiliki pengalaman, (b) kematangan emosi, (c) mampu berinteraksi dengan

lingkungannya, dan (d) menyadari dan mampu berperan di masyarakat. Orang

dewasa juga memiliki konsep-konsep yang telah melekat pada dirinya, khususnya

dalam proses belajar; yaitu konsep diri, konsep pengalaman, konsep kesiapan belajar,

dan konsep orientasi atau perspektif waktu. Dari uraian konsep orang dewasa, maka

rumusan tujuan penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan seharusnya

disesuaikan dengan cara belajar orang dewasa, yaitu: (1) cara belajar yang langsung

dari pengalaman petani; (2) proses belajar yang terjadi antara penyuluh dan petani

dengan kedudukan sama; (3) proses belajar yang dikembangkan atas dasar kebutuhan

belajar akibat tuntutan situasi setempat yang terus berubah; dan (4) suatu proses

belajar yang bersifat self-learning dan kemandirian warga belajar yang berlangsung

dalam situasi kehidupan yang nyata yang dituntut untuk dapat diimplikasikan dalam

kegiatan penyuluhan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

2.2. Peran Penyuluh Pertanian

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang

yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan

dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan
14

seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai

dengan harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian, 2009). Hal ini sesuai

dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) yang menyatakan penyuluh pertanian

merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah

perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu

mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang

lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya,

melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan

lebih baik, adapun peran penyuluh pertanian sebagai berikut :

Peran Penyuluh

Pemimpin Penasehat Teknisi

Gambar 1. Peran Penyuluh Pertanian (Suhardiyono, 1992)

a. Pemimpin

Berperan sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan memotivasi petani

agar mau merubah cara berfikir, cara kerjanya agar timbul keterbukaan dan mau

menerima cara-cara bertani baru yang lebih berdaya guna dan berhasil, sehingga

tingkat hidupnya lebih sejahtera.

b. Penasehat

Berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberikan petunjuk-

petunjuk dan membantu para petani baik dalam bentuk peragaan atau contoh-contoh

kerja dalam usahatani memecahkan segala masalah yang dihadapi.


15

c. Teknisi

Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang

baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun

demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan dan

ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan jasa

konsultan yang diminta petani (Suhardiyono, 1992).

Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan

pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani

mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen

penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai

sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani.

Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan

produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan

yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia. Pembangunan seperti

ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda dari

cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang efektif

sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang berkembang

(Ilham, 2010).

Dalam mengembangkan tugasnya penyuluh tidak hanya berada pada satu posisi

saja tetapi penyuluh bisa menempatkan dirinya pada posisi didepan , ditengah atau

dibelakang.
16

a. Posisi Depan

Manakala berada di posisi depan, penyuluh harus bisa memberi tauladan

kepada petani seperti cara bertani menggunakan teknologi maju, mengatasi

serangan hama penyakit.

b. Posisi tengah

Manakala berada di posisi tengah, penyuluh berada ditengah-tengah petani,

berdialog dengan petani dan bisa mengkreasikan karsa bersama petani,

mengintegrasikan modernisasi dengan tradisi petani sehingga tercipta suatu

sistem yang sangat berharga.

c. Posisi belakang

Manakala berada di posisi belakang, penyuluh menjadi pendorong para petani

sehingga para petani sebagai pelaksana agribisnis bisa berorientasi mencapai

nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan.

Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat dilihat dengan indikator banyaknya

petani, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian yang mampu mengelola dan

menggerakkan usahanya secara mandiri, ketahanan pangan yang tangguh, tumbuhnya

usaha pertanian skala rumah tangga sampai menengah berbasis komoditi unggulan di

desa. Selanjutnya usaha tersebut diharapkan dapat berkembang mencapai skala

ekonomis. Semua itu berkorelasi pada keberhasilan perbaikan ekonomi masyarakat,

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, lebih dari itu akan bermuara

pada peningkatan pendapatan daerah. Kedepan arah pembangunan, menuju pada

industrialisasi di bidang pertanian melalui pengembangan agribisnis yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan
17

lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama

masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam

pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam memanage

usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola

sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam

membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia

khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian (Suhardiyono, 1992).

Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya memiliki

kemampuan tinggi. Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus ditingkatkan

sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan

pembangunan pertanian. Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani

membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara

berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani.

Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk

mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan

menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing

masing pilihan tersebut (Suhardiyono, 1992).

Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat

disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian

sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan

tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab

rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan


18

dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai

antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan educator, motivator, konsultan dan

pendamping petani.

1. Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan

Pembangunan merupakan upaya melakukan perubahan dan pembaharuan

yang dilakukan oleh suatu masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Pembangunan

pertanian merupakan salah satu aspek pembangunan tersebut. Keberhasilan

pembangunan pertanian berarti akan secara signifikan menentukan kesejahteraan

masyarakat Indonesia, sebab 56,50% rumah tangga di Indonesia merupakan rumah

tangga pertanian (Hasil Sensus Pertanian Tahun 2003). Pembangunan pertanian

bukan hanya meningkatkan aspek ekonomi saja, tetapi harus dibarengi dengan

pembangunan aspek manusia. Petani harus menjadi bagian dalam kegiatan

pembangunan pertanian. Pengalaman masa lalu dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta perubahan-perubahan lingkungan telah mempengaruhi arah

pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada pembangunan individu petani.

Peningkatan kualitas individu akan menentukan keterlibatan petani

dalampembangunan, sehingga secara aktif berpartisipasi termasuk menikmati hasil

pembangunan.

Dengan demikian, pembangunan pertanian memiliki pengertian: sebagai

upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat petani, yaitu melalui peningkatan

kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas dirinya sehingga petani mampu

secara dinamis memanfaatkan peluang dan mengatasi segala bentuk ancaman,

tantangan, hambatan, dan gangguan yang merupakan kendala untuk meraih


19

kesejahteraan yang diidamkan. Saat ini, pembangunan pertanian mengarah pada

pembangunan sistem dan usaha agribisnis, yang memerlukan dukungan SDM petani

yang baik. SDM petani harus mencerminkan sebagai masyarakat: (1) teknologi, (2)

terbuka dan transparan, serta (3) madani. Untuk menghasilkan SDM petani dengan

kualitas tersebut, perlu upaya pemberdayaan petani, yaitu melalui kegiatan

penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-

formal bagi petani agar memiliki kualitas perilaku sesuai pembangunan, sehingga

penyuluhan merupakan penggerak dan pemercepat pembangunan. Penyuluhan

pertanian memiliki peran penting, yaitu sebagai kegiatan yang merupakan katalis,

pendamping, perantara, dan penemu solusi bagi pembangunan pertanian.

Keberhasilan penyuluhan pertanian ditentukan pula oleh profesionalitas penyuluh,

yang memiliki tugas utama sebagai pembimbing, pendorong, motivator, komunikator,

dan lain-lain (Mardikanto, 1993).

2. Fungsi Penyuluhan Pertanian

Menurut Departemen Pertanian (2009), fungsi penyuluh pertanian adalah :

1. Menyebarluaskan informasi pembangunan pertanian di wilayah kerjanya

dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi dan prinsip dari

pembangunan pertanian.

2. Bersama petani atau kelompok tani membangun kelembagaan petani yang

kuat.

3. Mendorong peran serta dan keterlibatan petani atau kelompok tani dalam

pembangunan pertanian di wilayahnya.

4. Membangkitkan dan menumbuh kembangkan jiwa kepemimpinan petani.


20

5. Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam penyusunan rencana kegiatan

usahatani di wilayah kerjanya.

6. Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam mengakses teknologi,

informasi pasar, peluang usaha dan permodalan.

7. Memfasilitasi petani atau kelompok tani untuk memformulasikan rencana

usahatani dalam bentuk proposal. Memberikan bimbingan dan memecahkan

masalah petani atau kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna

menjalin kemitraan usaha di bidang pertanian.

3. Tugas Penyuluhan Pertanian

Departemen Pertanian (2009), uraian tugas dari penyuluh pertanian sebagai

berikut:

1. Menginventarisir data monografi wilayah, potensi, agroekosistem, kelompok

tani dan gapoktan, produksi usaha tani dan kelembagaan ekosistem pedesaan.

2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dan mencari pemecahannya.

3. Membantu menyusun RDKK.

4. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian.

5. Meningkatkan PSK (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani.

6. Membimbing penerapan usaha tani terpadu.

7. Menyusun secara periodik di wilayah kerjanya.

2.3. Prinsip-prinsip Penyuluhan Pertanian

Prinsip adalah pedoman atau pegangan kerja yang berupa konsep yang lebih

bersifat konkrit dan operasional untuk melakukan suatu kegiatan. Prinsip juga
21

merupakan rumusan suatu kegiatan yang bersifat relatif lebih operasional

dibandingkan falsafahnya. Tujuan atau manfaat prinsip adalah memberikan arah dan

batasan yang lebih jelas dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. Dengan

demikian, prinsip penyuluhan pertanian adalah pedoman atau pegangan kerja yang

lebih konkrit dan operasional dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyuluhan

pertanian, yang disepakati pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan penyuluhan (A.G

Kartasapoetra, 1987). Padmowihardjo (2001) menjelaskan 7 prinsip belajar orang

dewasa terutama untuk kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Orang dewasa

belajar dengan baik apabila dia secara penuh mengambil bagian dalam setiap

kegiatan, (2) Orang dewasa belajar dengan baik apabila menarik bagi dia dan ada

kaitan dengan kehidupannya sehari-hari, (3) Orang dewasa belajar dengan sebaik

mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis, (4) Dorongan dan

semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar

lebih baik, (5) Orang dewasa belajar dengan sebaik mungkin apabila dia mempunyai

kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya, dan

keterampilannya dalam waktu yang cukup, (6) Poses belajar dipengaruhi oleh

pengalaman yang lalu dan daya fikir warga belajar, (7) Saling pengertian yang baik

yang sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan

dalam belajar.

2.4. Sistem Penyuluhan Pertanian

Sistem penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk/perangkat dari unsur-

unsur penyuluhan pertanian yang menghidupkan pengelolaan pertanian secara teratur


22

dan terpadu. Dalam sistem penyuluhan pertanian keterpaduan antar- komponennya

itu diarahkan/ditujukan untuk mengubah keadaan petani/nelayan dan keluarganya

agar mampu mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

hidupnya. Komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian menurut Slamet

(2001) terdiri dari :

1. Sasaran penyuluhan, adalah kelompok petani yang merupakan pihak yang

terlibat secara langsung dengan proses produksi.

2. Penyuluh, merupakan jembatan antara petani dengan sumber-sumber

informasi.

3. Kelembagaan petani, sebagai wadah kumpulan petani yang terlibat secara

langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian.

4. Kelembagaan sistem agribisnis, wadah pelaku agribisnis yang tidak hanya

berorientasi pada proses produksi, tetapi juga pada penanganan pascapanen

dan pemasarannya.

5. Lembaga pendidikan, sebagai lembaga yang mempersiapkan penyuluh agar

memiliki kemampuan yang lebih tinggi baik dari segi teknik bertani maupun

cara penyampaian informasi kepada petani.

6. Lembaga penelitian, merupakan lembaga yang menyediakan penemuan-

penemuan baru untuk diintroduksikan pada petani.

7. Sumber informasi, berupa pihak-pihak yang memiliki informasi yang

bermanfaat bagi petani sebagai pengguna informasi, atau bagi pihak lain yang

memegang peranan dalam kegiatan penyuluhan pertanian.


23

Dalam sistem penyuluhan pertanian, tiap-tiap komponen memiliki fungsi dan

peran sendiri-sendiri, namun dalam menjalankan fungsi dan perannya itu harus

tercipta suatu kerja sama yang erat sehingga tujuan penyuluhan dapat dicapai.

2.5. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Dalam UU No. 16 tahun 2006, disebutkan bahwa sasaran penyuluhan

pertanian adalah pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama adalah petani yang

merupakan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau koperasi yang

mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropastur, penangkaran

satwa dan tumbuhan di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha

tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. Pelaku usaha adalah perorangan

warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang

mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah masyarakat petani

termasuk keluarganya.Walaupun secara harfiah pengertian sasaran mengarah pada

kesan objek suatu kegiatan, tetapi dalam hal ini sasaran penyuluhan sudah diarahkan

untuk menjadi subjek atau orang yang mempunyai peranan utama dalam

pembangunan pertanian. Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, penting bagi

seorang penyuluh untuk memahami sasarannya. Memahami sasaran berarti

memahami pula ciri-ciri utama sasaran penyuluhan yang sebagian besar merupakan

masyarakat pedesaan. Ciri-ciri tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

pelaku kebijakan dalam menentukan program pembangunan di pedesaan.


24

Selain ciri pribadi masyarakat sasaran, perlu pula diketahui tentang

karakteristik wilayah penyuluhan serta karakteristik sosial budaya masyarakat

sasaran. Karakteristik wilayah penyuluhan berkaitan dengan struktur fisik wilayah

serta pola pemukiman masyarakat pada umumnya. Struktur fisik wilayah sasaran

berkaitan dengan ciri-ciri geografis wilayah, dari hal tersebut penyuluh dapat

memperhitungkan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pola pemukiman

biasanya mencerminkan kehidupan sosial yang umumnya terdapat pada wilayah

tersebut. Karakteristik sosial budaya sasaran merupakan faktor sensitif dan

merupakan faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian. Karakteristik ini

menyangkut nilai-nilai, norma sosial, pola pelapisan sosial, struktur kekuasaan dan

pengaruh, serta adanya organisasi sosial yang kuat di antara masyarakatnya.

2.6. Tinjauan Kelompok Tani

2.6.1. Pengertian kelompok tani

Kelompok tani adalah gabungan dari beberapa petani yang bergabung dan

bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Kelompok tani

dibentuk atas dasar (1) Kepentingan bersama antara anggota, (2) Berada pada

kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara anggota, (3)

Mempunyai kader pengelolaan yang berdedikasi untuk menggerakkan petani, (4)

Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya, (5) Mempunyai

kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, (6)

Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh masyarakat setempat.


25

Membangun kelompok tani yang ideal diperlukan dukungan sumber daya

manusia yang berkualitas melalui pembinaan yang berkelanjutan. Proses penumbuhan

dan pengembangan gapoktan yang kuat dan mandiri diharapkan secara langsung

dapat menyelesaikan permasalahan petani, pembiayaan dan pemasaran. Berdasarkan

Peraturan Mentri Pertanian No. 273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang pedoman

pembinaan kelembagaan petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan

sistem agribisnis, peningkatan peran, peran serta petani dan anggota masyarakat

pedesaan. Kelompok tani merupakan kelembagaan ekonomi di pedesaan yang

didalamnya bergabung orang-orang yang bermata pencaharian sebagai petani.

Kelompok tani sebagai aset kelembagaan dari kementrian pertanian diharapkan dapat

dibina dan dikawal selamanya oleh seluruh komponen masyarakat pertanian mulai

dari pusat, provinsi, kab/kota hingga kecamatan untuk dapat melayani seluruh

kebutuhan petani dipedesaan.

2.6.2. Fungsi Kelompok Tani

a. Kelas belajar; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)

serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga

produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang

lebih sejahtera.

b. Wahana kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat

kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok

tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya
26

akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan.

c. Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota

kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan

usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik

dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

2.6.3. Klasifikasi Kelompok Tani

1. Kelompok Tani Pemula

Kelompok tani dibentuk dan dipersiapkan oleh tim teknis sebagai program

kementrian pertanian telah melakukan pelatihan kepada pengurus dan pengelolaan

gapoktan. Setelah pelatihan maka dilakukan pendampingan oleh penyuluh dan PMT

dengan maksud dan harapan dana penguatan modal usaha. Ciri-ciri kelompok tani

pemula :

a. Kelompok tani dapat mengkoordinasi anggota untuk memanfaatkan dana

penguatan modal usaha dalam membiayai usaha produktif sesuai dengan

usulan. Penyaluran dana setelah sesuai dengan rencana usaha bersama.

b. Seluruh anggota sepakat untuk menggulirkan dana dalam bentuk simpan pinjam

serta mempunyai aturan yang disepakati dan diikuti seluruh anggota masyarakat

namun tidak maksimal dalam mengorganisir dana masyarakat dalam rangka

penambahan aset.

c. Berdasarkan indikator-indikator penilaian kinerja Kelompok tani maka

kelompok tani pemula berada pada skala nilai 0 s/d 105.


27

2. Kelompok Tani Lanjut

Kelas lanjut merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula dimana

kelompoktani-nelayan sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih

terbatas, dengan mempunyai nilai 251 sampai dengan 500. Cirinya, kelompok inti

menyelenggarakan demfarm dan gerakan-gerakan terbatas, kegiatan kelompok dalam

perencanaan (terbatas), pemimpin formal aktif, kontaktani maupun tokoh

lainnya telah bekerjasama dengan baik.

3. Kelompok Tani Madya

Kelompok tani madya merupakan kelompok tani pemula yang dibina dan

didampingi secara baik oleh tim teknis kab/kota sehingga dapat meningkatkan tingkat

keswadayaan kepengurusan dan organisasi serta dana. Ciri-ciri kelompok tani madya

sebagai berikut :

a. Adanya kesungguhan anggota dan pengurus untuk mengoptimalkan kinerja

organisasi dan meningkatkan akumulasi dana, keswadayaan dana dari anggota

dan meningkatkan laba dari operasional dana bantuan modal usaha.

b. Kelompok tani telah dapat membagi struktur kepengurusan khusus mengelola

dana dalam format simpan pinjam.

4. Kelompok Tani Utama

Kelompok tani yang sudah mengelola dan menjaga pengaliran dana serta dana

keswadayaan dalam format usaha simpan pinjam. Ciri-ciri Kelompok tani utama

yaitu :
28

a. Kelompok tani secara reguler dan konsisten telah melaksanakan rapat

anggota.

b. Sudah membagi kepengurusan pada gapoktan.

c. Sudah memiliki aturan organisasi AD/ART.

d. Memiliki pencatatan atau pembukuan manajemen yang baik.

e. Sudah menerapkan pola dan sistem pelayanan anggota.

f. Memiliki dana keswadayaan yang tumbuh secara progresif.

Kecamatan Manggeng merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Aceh

Barat Daya, yang berada di pertengahan kecamatan, yaitu Kecamatan Tangan-tangan

dan Lembah Sabil. Di kecamatan manggeng itu sendiri terdapat 73 kelompok tani, 4

(empat) kelompok tani lanjut, 50 (lima puluh) kelompok tani pemula dan 18

(sembilan) kelompok tani madya.

2.7. Karakteristik Responden dan Pengembangan Kelompok Tani

2.7.1. Karakteristik Penyuluh

Adapun yang menjadi karakteristik penyuluh adalah sebagai berikut :

1. Umur, adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan. Pengukurannya

dalam jumlah tahun usia responden sejak ia dilahirkan sampai tahun penelitian

dilakukan. Setiap item pertanyaan diberi skor 1-3. Dalam penelitian umur

responden ini diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: (1) muda (≤ 43) , (2)

sedang (44-49) dan (3) tua (≤ 50).

2. Masa kerja, adalah lamanya penyuluh bekerja, pengukurannya dalam tahun sejak

penyuluh yang bersangkutan mulai bekerja sampai saat wawancara dilakukan


29

dalam satu tahun. Setiap item pertanyaan diberi skor 1-3. Data hasil pengukuran

diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: (1) sedikit (< 8 tahun), sedang (9-10

tahun) dan (3) banyak (> 11 tahun).

3. Tingkat Pendidikan Formal, adalah jenjang ilmu tertinggi yang pernah diikuti

oleh penyuluh. Pengukuran dengan menghitung jenjang terakhir responden

mengikuti pendidikan formal (yang sederajat). Setiap item pertanyaan diberi skor

1-3. Data hasil pengukuran diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: (1) rendah

(SLTA), (2) sedang (Diploma) dan tinggi (S1, D4, S2 dan S3).

4. Motivasi Kerja, adalah besarnya kecendrungan dorongan responden, baik secara

intrinsik maupun ekstrinsik untuk bekerja sebagai penyuluh. Pengukuran

dilakukan terhadap tingkat motivasi responden dalam bekerja. Setiap item

pertanyaan diberi skor 1-3. Data hasil pengukuran diklasifikasikan dalam 3

kategori, yaitu: (1) rendah (5), (2) sedang (6-10) dan (3) tinggi (11-15).

5. Tingkat Pemanfaatan media, adalah jumlah penggunaan media penyuluh

berkaitan dengan bidang tugas. Pengukuran dilakukan terhadap tingkat

pemanfaatan media oleh penyuluh. Setiap item pertanyaan diberi skor 1-3. Data

hasil pengukuran jumlah diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu: (1) Jarang (≤ 2),

(2) kadang-kadang (3-4) dan (3) sering (≥ 5).

6. Jumlah Kelompok Binaaan, adalah banyaknya kumpulan petani yang dibina oleh

penyuluh. Pengukuran dilakukan terhadap jumlah kelompok binaan yang dibina

penyuluh. Setiap item pertanyaan diberi skor 1-3. Data hasil pengukuran
30

diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: (1) sedikit (≤ 1-7), (2) sedang (14) dan

(3) banyak (≥ 20).

2.7.2. Karakteristik Responden Ketua Kelompok Tani

Karakterisitik responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Umur

Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan. Pengukurannya

dalam jumlah tahun usia responden sejak ia dilahirkan sampai tahun penelitian

dilakukan. Setiap item pertanyaan diberi skor 1-3. Dalam penelitian umur responden

ini diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: (1) muda (≤ 43) , (2) sedang (44-49) dan

(3) tua (≤50).

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap

yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.

Semakin tinggi tingkat pendidikan kelompok tani makan akan semakin tinggi kualitas

sumber daya manusia. Pengukuran dengan menghitung jenjang terakhir responden

mengikuti pendidikan formal (yang sederajat). Setiap item pertanyaan diberi skor 1-3.

Data hasil pengukuran diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: (1) rendah (SLTA),

(2) sedang (Diploma) dan tinggi (S1, D4, S2 dan S3) (Mujiburahmad, 2015).

c. Pengalaman Menjadi Ketua Kelompok Tani

Pengalaman seseorang dalam menjadi kelompok tani memiliki peranan

terhadap perolehan informasi sebanyak-banyaknya terutama terhadap inovasi. Dalam

melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan kelompok tani

itu aktif secara mandiri.


31

d. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyaknya tanggungan keluarga maka akan berpengaruh terhadap

beban yang dipikul oleh kelompok tani yang ditandai dengan semakin banyak

anggota keluarga semakin berat juga beban yang diperoleh (Siregar, 2013).

2.7.3. Pengembangan Kelompok Tani

Dalam upaya pengembangan kelompok tani yang ingin dicapai adalah

terwujudnya kelompok tani yang dinamis, dimana para petani mempunyai disiplin,

tanggung jawab dan terampil dalam kejarsama mengelola kegiatan usahataninya,

serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah yang

lebih besar dan bersifat komersial, kelompok tani dapat dikembangkan melalui

kerjasama antar kelompok dengan membentuk gabungan kelompok tani (gapoktan)

yang merupakan Wadah Kerja Sama Antar Kelompok Tani (WKAK).

Pengembangan kelompok merupakan serangkaian proses kegiatan

memampukan/memberdayakan kumpulan anggota masyarakat yang mempunyai

tujuan bersama. Proses pengembangan kelompok dimulai dari proses pengenalan

akan program, berlanjut pada kajian keadaan pedesaan secara partisipatif dan

diperkuat ketika masyarakat merasa mereka perlu berbagi tugas dan tanggung jawab

dalam melakukan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang

mereka hadapi. Pendekatan pengembangan kelompok belajar dari pengalaman

lapangan selama bekerjasama dengan kelompok masyarakat, di bawah ini merupakan

beberapa hal penting dalam pendekatan pengembangan kelompok meliputi

keanggotaan, orientasi program, keswadayaan, pembuat keputusan dan peran


32

masyarakat. Diharapkan, pendamping dalam memfasilitasi kegiatan kelompok

masyarakat dapat memperhatikan aspek-aspek penting di bawah ini (Sukino, 2009).

Pengembangan kelompoktani diarahkan pada peningkatan kemampuan

kelompoktani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota

dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompoktani menjadi organisasi

petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain :

a. Pengalaman bertani

1. Program penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman bertani

2. Lamanya kelompok tani berdiri

3. Kelanjutan kelompok tani

b. Norma dan aturan kelompok

1. Peraturan yang dibuat kelompok tani

2. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar peraturan

3. Jumlah anggota yang mentaati peraturan

c. Prestasi Kelompok

1. Aktif dalam mengikuti perlombaan

2. Menciptakan ide dan iovasi baru

3. Inovasi/penemuan terbaru sehingga memiliki keunggulan dalam bidang

tertentu

2.8. Skala Instrumen ( Model Skala Sikap)


33

Adapun yanag menjadi skala instrumen dalam penelitian ini adalah skala

likert. Menurut Riduwan dan Akdon (2007) pengertian Skala Likert adalah skala yang

didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang

terendah atau sebaliknya. Dengan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan

menjadi indikator variabel. Indikator yang terukur ini dapat dijadikan sebagai titik

tolak dalam pembuatan pertanyaan dan pernyataan yang perlu dijawab oleh

responden.

Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka pilihan dari responden

tersebut diberi Skor, misalnya yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Likert

No Instrumen Skor
1 Sangat mudah/sangat setuju/Sangat positif 5
2 Mudah/Setuju/Postif 4
3 Sedang/Ragu-ragu/Netral 3
4 Sulit/Tidak Setuju/Negatif 2
5 Sangat Sulit/Sangat Tidak Setuju/Sangat Negatif 1
Sumber : Sugiyono (2009).

2.9. Penelitian Terdahulu

a. Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.

Dalam penelitian Mujiburrahmad dengan judul Kinerja Penyuluh Pertanian di

Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Pidie secara keseluruhan hasil kinerjanya

berada dalam kategorirendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya beberapa aspek

kinerja yaitu: evaluasidan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian,

pengembangan profesitermasuk dan penunjang tugas penyuluh pertanian. Faktor


34

karakteristik internal penyuluh pertanian yang berhubungan dengan kinerja penyuluh

adalah: masakerja, dan jumlah kelompok binaan, sedangkan yang tidak berhubungan

adalah: umur, tingkat pendidikan formal, motivasi kerja dan pemanfaatan media.

Faktor eksternal karakteristik petani yang berhubungan nyata dengan kinerja

penyuluh adalah: dukungan administrasi dan kondisi lingkungan kerja, sedangkan

yangtidak berhubungan nyata adalah: ketersediaan prasarana dan sarana,

keterjangkauan daerah tempat bekerja dan tingkat partisipasi aktif petani. Faktor

kompetensi tugas penyuluh yang berhubungan dengan kinerja penyuluh pertanian

adalah: penerapan prinsip belajar orang dewasa, kemampuan berkomunikasi dan

kemampuan bekerjasama, sedangkan pengelolaan program penyuluhan dan

pengelolaan kegiatan penyuluhan tidak berhubungan nyata.

b. Peran Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)

Hasil dari penelitian Fadila Ayu Larasati dengan judul Peran Penyuluh

Kehutanan Swadaya Masyarakat (Pksm) Dalam Membantu Masyarakat Mendapatkan

Izin Hutan Kemasyarakatan (Hkm) Di Kecamatan Sendang Agung Kabupaten

Lampung Tengah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh tingkat peran pksm dalam

klasifikasi tinggi dengan peran pendamping sebagai dinamisator, mediator, fasilitator,

motivator, serta edukator. Faktor internal pendamping yang memiliki tingkat

hubungancukup kuat dengan peran pksm adalah jumlah tanggungan keluarga,

lamabertugas, dan kekosmopolitanan, sedangkan umur, pendapatan, serta

keterdedahan informasi memiliki hubungan yang sangat rendah. Faktor eksternal

pendampingyang memiliki tingkat hubungan cukup kuat dengan peran pendamping


35

adalah pengakuan keberhasilan dan intensitas supervisi, sarana prasarana memiliki

tingkat hubungan sangat rendah dengan peran pendamping.

c. Perbandingan Peran Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)

Dalam penelitian Siswadi Irwanto dengan judul skripsi Perbandingan Peran

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap Pengembangan Usahatani Padi Organik

di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, kabupaten Serdang Bedagai dan Desa

Karang Anyar, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera

Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan nyata antara Peran

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap Pengembangan Usahatani Padi Organik

di Desa Lubuk Bayas, dan Desa Karang Anyar. (2) Ada perbedaan nyata Dampak

Peran Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap Pengembangan Usahatani Padi

Organik di Desa Lubuk Bayas, dan Desa Karang Anyar .

Anda mungkin juga menyukai