PENDAHULUAN
sektor ini. Begitu pentingnya pertanian di Indonesia bisa dilihat dari periode sejarah
tanaman Indonesia. Seperti kedatangan awal bangsa Eropa yang bertujuan untuk
mencari lada dan komoditas pertanian lainnya. Pada abad ke-19, pemerintah koloial
1
Mubyarto, Politik Pertanian dan PengembanganPedesaan, (Jakarta; Sinar Harapan, 1994),
hlm. 15.
2
Salah satu buku yang membicarakan tentang hal ini adalah Rusli Amran, Sumatra Barat
Hingga Plakat Panjang, (Jakarta: Sinar Harapan, 1961), hlm 17. Paada halaman ini, Rusli Amran
memaparkan daerah-daerah di Sumatera Barat yang menghasilkan lada, juga komoditas lainnya,
hingga kemudian didatangi dan dikuasai Belanda. Selanjutnya sejak 1940 diperkenalkan sistem
tanam paksa/cultuurstelsel).
Belanda, dan semakin mengembangkannya. Selanjutnya, pemerintah Orde Lama
Program ini juga bentuk lanjutan dari program yang dilakukan pemerintah Kolonial
Belanda, yang disebut Olie Vlek, kedua program tersebut tidak banyak menuai
keberhasilan.3
Beberapa tahun sejak pemerintah Orde Baru resmi berkuasa setelah peristiwa
membawa perubahan kepada petani. Salah satu perubahan yang didobrak oleh
tanam yang lebih efektif. Selain berguna bagi masyarakat, kebijakan ini juga
kelompok tani. Kebijakan ini diadopsi dari sistem pembangunan pertanian Amerika
yang digagas oleh John C. Tyler dan Thomas E. Leavey tahun 1922. Kebijakan ini
3
Leon A Mears “Kebijaksanaan Pangan” dalam Anne Booth, ekonomi Orde Baru, (Jakarta:
LP3ES, 1990), hlm. 39.
4
Lihat Bustanul Arifin, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2004),
hlm. 7.
petani melalui kinerja kelompok. Makanya pada masa ini kelompok tani sering
petani/kelompok tani dalam lahan pertanian yang jauh lebih luas dalam satu
masyarakat. Masyarakat yang sejak awal menggantungkan hidup mereka dari hasil
pertanian, merasa dimudahkan dengan adanya kerja sama antar petani dan bantuan
hanya sistem kongsi lahan pertanian, khususnya oleh orang-orang yang setali
waris.6 Lahan-lahan baru yang ditemukan, langsung digarap dan dijadikan sawah-
sawah, dan dikerjakan bersama oleh anggota keluarga dan anggota kaum. 7 Tanah
keluarga dan kaum yang masing-masing disebut tanah pusako tinggi dan tanah
ulayat (common property), tanah yang tidak bisa dijual, hanya bisa digarap
tani oleh pemerintah Orde Baru. Pasalnya, kebijakan ini memudahkan kelompok
5
Sri Nuryati dan Dewa K.S. Swastika, “Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi
Pertanian”, Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 29 No. 2, Desember 2011, hlm. 116-117.
6
Ibrahim Dt. Sanggono Dirajo, curaian Adat Minangkabau, (Padang: Kristal Multi Media),
hlm. 157.
7
Edison MS dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo di Minangkabau: Budaya Hukum Adat
di Minangkabau, (Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2010), hlm.263.
8
A.A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta:
PT. Grafiti Pers, 1964), hlm.151 & 163.
informasi penting dari pemerintah, dan tentu saja bertujuan untuk meningkatkan
petani masyarakat Sumatera Barat, penulis mencoba melihat dari data sensus
pertanian yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 tentang rumah
tangga usaha pertanian tahun 2003 dan tahun 2013. Data jumlah rumah tangga
usaha pertanian (subsektor Pertanian) pada tahun 2003 dan tahun 2013 sebagai
perikanan (84.940 dan 63.252), kehutanan (65.771 dan 59.918), dan jasa pertanian
Sumber: bps.go.id10
pangan, dan lainnya, memang terjadi sedikit penurunan, tetapi dalam usaha
pelembagaan petani dalam poktan. Salah satu daerah yang antusias menyambut
9
Pujiharto, “Kajian Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai
Kelembagaan Pembangunan Pertanian di Pedesaan”, Jurnal Agritech Vol. XII No. 1, Juni 2010,
hlm. 65.
10
Lebih lanjut, lihat
https://st2013.bps.go.id/dev2/index.php/site?id=13&wilayah=Sumatera%Barat, diakses pada
tanggal 24 Mei 2019 pukul 4.40 WIB.
program poktan adalah Kabupaten Padang Pariaman, di mana, di daerah ini, sampai
tahun 2014, telah berdiri sebanyak 1.250 kelompok tani (poktan). Kecamatan yang
memiliki poktan terbanyak adalah Lubuk Alung dengan jumlah 123 kelompok,
selanjutnya disusul oleh Kecamatan VII Koto Sungai Sariak sebanyak 107
kelompok, kemudian di bawahnya Batang Anai dan Nan Sabaris sebanyak 101
yang terbagi 21 poktan di Nagari Sintuk dan 28 poktan di Nagari Toboh Gadang.11
pertanian.go.id.12
mereka terdiri dari petani, pekebun dan peternak. Menurut keputusan Menteri
11
Rekap Kelompok Tani berdasarkan Kelas Kelompok Provinsi Sumatera Barat Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2014. Simultan: Sistim Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian.
https://app2.pertanian.go.id/simluh2014/viewreport/rekapkec_poktan_kelas.php?id_prop=13&pro
p_utuh=1306, diakses pada 24 Mei 2019 pukul 00.28 WIB.
12
Link lebih lengkap:
https://app2.pertanian.go.id/simluh2014/viewreport/rekapdesa_listpoktankelas.php?id_prop=13&p
rop_utuh=1306&kc=1306021&ds=130602102, diakses pada tanggal 24 Mei 2019 pukul 1. 58
WIB.
13
ibid. aturan ini kemudian diperbarui pada tahun 2016, lihat juga Permentan No. 67 Tahun
2016, hlm. 7.
Kelompok tani yang telah berdiri sejak tahun 1995, fokus pada usaha
pertanian sawah/padi, peternakan sapi dan pakan sapi, dan budidaya ikan. Untuk
menunjang usaha mereka, Poktan Taruko Ampalam bekerja sama dengan pihak
lain, seperti penjual pupuk. Poktan ini juga kerap diberikan pelatihan-pelatihan oleh
pendapatan.
Pada periode awal, sebelum tahun 2000-an, Poktan Taruko Ampalam masih
belum banyak kemajuan. Selain masih baru, penyuluhan dari pemerintah juga
kelompok mereka, khususnya dalam usaha budidaya ikan. Pada masa itu, poktan
pelatihan. Perkembangan pertanian sawah justru terasa sejak tahun 2010, sejak
poktan ini mengganti bajak kerbau dengan traktor, dan juga berkat pengetahuan dari
berubah.
tentang perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam Kelompok Tani Taruko
Ampalam. Tentang bagaimana para anggota menjalankan roda organisasi dan roda
usaha pertanian mereka. Tentang permodalan, proses produksi, hasil produksi dan
pemasaran akan dikaji lebih lanjut. Juga yang paling penting, tentang manfaat,
secara ekonomi dan sosial, yang didapat melalui kelompok tani hingga merereka
bertahan selama lebih dari dua dekade. Lebih lanjut, penelitian ini diberi judul:
B. Pembatasan masalah
nagari sintuk toboh gadang merupakan suatu wilayah yanng berada di kabupaten
padang pariaman serta masih merupakan daerah penghasil beras serta komoditi
tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang baik. Masuknya bagaimana petani
memenuhi kebutuhan pangan dengan wilayah yang baik untuk meanam tanaman
pangan di sintuak toboh gadang, yang mengakibatkan begitu besar peranan petani
Batasan masalah yang diangkat dalam penelitian ini ada dua lingkup yang
menjadi perhatian antara lain: batasan spatial dan batasan temporal. Batasan
batasan masalah mengenai lingkup waktu atau rentang waktu dari bentuknya
kelompok tani Taruko Ampalam dimulai dari tahun 1995 hingga tahun 2018.
Batasan awal diambil tahun 1995 dikarenakan pada tahun tersebut merupakan
tujuan dari dibentuknya kelompok tani Taruko Amlam. Batasan akhir tahun
2018, dikarenakan pada tahun tersebut merupakan pengumpulan data serta
dikaji menjadi lebih jelas perlu dirumuskan melalui beberapa pertanyaan, yaitu
sebagai berikut :
Ampalam?
Penelitian ini tidak sekadar mendokumentasikan masa lalu tanpa ada hal yang
berguna bagi peneliti dan orang banyak nantinya. Adapun tujuan penelitian ini
adalah:
D. Studi Relevan
mencari karya-karya berupa buku, jurnal, laporan penelitian dan karya ilmiah lain
yang relevan dengan topik yang penulis bahas. Karya-karya yang penulis temukan
Studi Relevan pertama yang penulis temukan adalah buku karya Bustanul
mengalami sedikit peningkatan dari tahun ke tahun serta diiringi dengan ketidak-
stabilannya harga pangan dan aspek aspek penunjang dari peranan pemerintah
E. Kerangka Analisis
Penelitian kelompok tani Taruko Ampalam Nagari Sintuk ini diarahkan pada
penelitian sejarah sosial ekonomi. Sejarah sosial ekonomi merupakan gejala sejarah
yang dimanefastasikan dalam aktifitas kehidupan sosial dan aktifitas ekonomi suatu
Petani adalah individu atau kelompok yang bertempat tinggal di desa serta
tanaman pangan, lahan yang akan digarap dapat berupa lahan kering maupun lahan
basah atau berawa untuk ditanami tanaman yang memiliki umur relatif singkat
sebagai mata pencarian. Petani melakukan kegiatan bertani adalah sebagai kegiatan
14
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta
:Gramedia, 1992), hlm. 50.
15
Bambang Ruditio, Adaptasi Sosial Budaya Masyarakat Minangkabau, (Padang: Pusat
Penelitian Unand, 1991), hlm. 50.
redfield memberikan dua pengertian tentang petani yaitu pertama, petani ialah
orang yang hidup dari pertanian yang merupakan mata pencarian dan suatu usaha
memenuhi kebutuhan hidup tanpa memncari keuntungan. Kedua, para petani yang
menanamkan modal kembali serta melihat tanahnya sebagai modal komoditi bukan
Tanaman yang menjadi komoditi uatama adalah padi yang menjadi tanaman
yang diolah menjadi beras selain menjadi pemenuh kebubutuhan pangan dapat
dikarenakan kebutuhan pangan masyarakat yang tinggi terhadap padi atau beras
sebagai makanan pokok. Agar hasil dari tanaman padi tetap bagus bahkan
meningkat, petani harus paham bagaimana keadaan lahan yang akan ditanami serta
keadaan iklim wilayah yang menjadi lahan pertanian. Selain keadan tanah dan alam,
yang menjadi factor penentu adalah harus fahamnya petani jenis padi atau tanaman
yang akan ditanam dilahan yang telah ditentukan. Kesalahan dari pemilihan
tanaman yang akan ditanam terjadi karena kurang faham atau mengerti jenis serta
kecocokan tanaman terhadap tanah serta iklim wilayah. Peranan pemerintah dalam
Petani sawah adalah petani yang mengolah lahan basah untuk ditanami
tanaman padi yang memang membutuhkan lahan yang basah. Petani menggarap
lahan basah dapat di lakukan secara individu ataupun secara berkelompok atau
gotong royong, dikarenakan bertani adalah mata pencaharian masyarakat
sederhana yang membuat hasil pertanian masih sedikit serta masa atau waktu dalam
mengolah lahan masih dalam waktu yang lama, agar hasil pertanian meningkat
taruko Ampalam dinagari Sintuk diperlukan metode penelitian yang bersifat ilmiah.
Metode sejarah terdiri dari serangkaian kerja dan teknik-teknik pengujian otentiteas
(keaslian) sebuah informasi.16 Metode adalah suatu prosedur, teknik ataupun cara
melakukan penyelidikan yang sistematis yang dipakai sesuai untuk suatu ilmu
Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode penelitian sejarah,
pertanian masyarakat.
Kelompok tani adalah kumpulan dari beberapa orang petani yang memiliki
visi misi dalam pertanian yang membentuk himpunan atau kelompok yang
memiliki struktur keanggotaan serta disahkan oleh badan atau lembaga yang
16
Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (Padang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri
Padang, 1999), hlm. 32.
memberikan solusi dari kelompok yang di awasi. Kelompok tani memiliki
panen dari lahan yang diolah oleh petani atau anggota kelompok tani. Kelompok
tani memiliki program yang memiliki tujuan pengembangan dari jumlah produksi,
pengembangan lahan serta kerjasama yang dialakuakan oleh petani dengan baik
pedagang, instansi pemerintah ataupun swasta dalam hal pemasaran dan modal
kumpulkan.
pengelompokan fakta-fakta.
sejarah.17
17
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 10.
Dalam melakukan penulisan ini peneliti akan melakukan pengumpulan sumber-
sumber yang akan dipakai, baik itu sumber primer ataupun sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber utama yang mana berupa arsip-arsip ataupun
ini adalah berupa sk kelompok tani Taruko Ampalam, surat faktur pembelian serta
surat keterangan upah pekerja serta faktur jual beli. Sumber primer selain berupa
data atau dokemn tertulis dapat berupa sumber primer lisan yaitu wawancara
dengan pelaku utama kelompok tani Taruko Ampalam atau ketua kelompok tani
jurnal, serta data BPS Kecamatan Sintuk Toboh Gadang dan lain sebagiannya.
Tahapan kedua yaitu kritik sumber yang merupakan upaya untuk mendapatkan
keaslian dan kredibilitas data yang telah dikumpulkan peneliti untuk dikritik. Dalam
kritik. Dalam kegiatan kritik sumber dibagi menjadi dua yaitu, kritik intern dan
kritik ekstern. Kritik inten adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber
yang diteliti, apakah sumber yang diteliti dapat dipercaya keasliannya, tidak
dimanipulasi, serta dapat dicocokkan dan lain-lain. Kritik ekstern adalah usaha
untuk mendapatkan otentisitas sumber dengan melihat keaslian fisik sumber, baik
bahan baku sumber yaitu kertas, serta gaya tulisan, kalimat kata-katanya serta
Tahapan ketiga adalah interpretasi berupa penafsiran yang akan merajuk kepada
fakta yang sebenarnya. Dalam tahapan ini perlu dilakukan deskripsi, narasi, dan
analisis sehingga tercipta sebuah cerita sejarah yang mengandung narasi yang
bersifat subyektif.
menuliskan kembali fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah diuji atau
dianlisis kebenarannya kedalam bahasa yang ilmiah. Fakta yang didapatkan akan
G. Sistematika Penulisan
Dalam rangka mebahas permasalahan yang akan diteliti, maka akan dilakukan
tinjauan pustaka, metode penelitian dan bahan sumber serta sistematika penulisan.
serta kagamaan.
Nagari Sintuk dari tahun 1995 s/d 2018 yang terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab