Anda di halaman 1dari 8

PEMBANGUNAN PERTANIAN DI DESA NUNMAFO KECAMATAN INSANA

KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

PROPOSAL

OLEH:

GRADIANA KINO CEUNFIN

12200030

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk menambah produksi
pertanian untuk tiap- tiap konsumen yang sekaligus mempertinggi pendapatan. Desa Nunmafo
merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi
Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas desa ini sekitar 30,00 km persegi dengan populasi ditahun
2020 berjumlah 2.013 jiwa, dan kepadatan 67 jiwa/km. Jumlah penduduk desa ini tahun 2020
berjumlah 2.013 jiwa, dimana laki- laki sebanyak 1.075 jiwa. Desa ini memiliki 17 Rukun Tetangga
(RT), 5 Rukun Warga (RW) dan 3 dusun. Penduduk asli Timor Tengah Utara ialah suku
Timor,Tetum, Dawan dan beberapa pendatang dari wilayah lain di Nusa Tenggara Timur maupun luar
provinsi, demikian juga yang ada disini. Sementara itu, bahasa yang digunakan di kawasan ini selain
bahasa indonesia , penduduk lokal memakai bahasa Timor.

Data usia kerja penduduk memiliki beragam macam atau jenis pekerjaan. Data tahun 2020
mencatat bahwa pada umumnya penduduk bekerja sebagai Petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), guru,
kemudian pensiunan, TNI/ Pollisi, buruh serta pekerjaan lainnya.

Komoditas pertanian di Desa Numafo adalah tanaman Buah Naga ( Hylocereus


costaricensis), Tanaman dengan buah berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang
baru bagi dunia pertanian Indonesia. Kelompok Tani Oefeu merupakan salah satu Kelompok Tani di
Desa Nunmafo yang membudidayakan tanaman buah naga daging merah ( Hylocereus costaricensis)
sejak tahun 2013. Berdasarkan data yang diperoleh dari 3 tahun terakhir yaitu tahun 2015 produksi
buah naga sebanyak 48.960 buah/ pohon, tahun 2016 produksi buah naga sebanyak 55.080
buah/pohon dan tahun 2017 produksi buah naga sebanyak 61.200 buah/pohon. ( Sumber: Kelompok
Tani Oefeu tahun 2015-2017). Selain tanaman buah naga, komoditas pertanian yang ada di Desa
Nunmafo yaitu Jagung, Padi, Kacang-kacangan, dan juga Sayuran yang dibudidayakan di Desa
Nunmafo pada musim-musim tertentu.

Kendala atau permasalahan yang terjadi adalah pada saat Kelompok Tani Oefeu sudah maju
dengan produksi buah naga yang melimpah, kemudian terjadi pembubaran kelompok tani akibat biaya
sewa lahan yang naik akibat permintaan dari pemilik tanah. Sehingga para anggota dengan terpaksa
mengambil setiap pohon buah naga yang sudah menjadi milik mereka lalu ditanami kembali pada
lahan pribadi masing-masing, sehingga kelompok tani yang sudah dibentuk dan maju terpaksa harus
dibubarkan akibat dari masalah lahan di disewah. Hingga saat ini, masyarakat di Desa Nunmafo
mengambil hasil produksi buah naga dari lahan pribadi mereka dan memiliki penghasilan yang lebih
besar dari hasil produksi buah naga tersebut dan pendapatkan keuntungan yang cukup.

Solusi yang dapat kami berikan kepada masyarakat adalah ketika mereka melakukan sebuah
kegiatan dalam pembangunan desa, mereka wajidb berpartisipasi dalam kegiatan tersebut agar
nantinya mereka bias tau apa tujuan dari pembangunan desa tersebut. Contohnya seperti diadakan
kegiatan sosialisasi bagi masyarakat desa dan kegiatan lainnya.
BAB II

TEORI PENDUKUNG

2.1 Pembangunan Pertanian

Pembangunan secara geografi tidak dapat dilepaskan dari ruang permukaan bumi yang
menjadi tempat berpijak. Oleh karena itu, tidak dapat dilepaskan dari tanah baik sebagai sumber daya
maupun sebagai lahan tempat pertumbuhan dan pembangunan berlangsung. Tanah sebagai sumber
daya, dapat menyediakan kesuburan tanah, bahan bangunan, bahan dasar industry termasuk
penyediaan energy. Tanah sebagai lahan, memberikan tempat bagi prasarana dan sarana
pembangunan. Baik tanah sebagai sumber daya maupun sebagai lahan dipengaruhi oleh lokasi. Lokasi
merupakan sumber daya abstrak yang memiliki nilai ekonomis dan strategi. Lokasi tanah atau lahan
yang baik memberikan dasar pesatnya pertumbuhan dan pembangunan.

Menurut Nurmala, dkk. (2012, hlm. 1) Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali
dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur
menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju pertambahan
manusia. Sedangkan menurut Mubyarto (1989, hlm. 16) pertanian dalam arti luas mencakup:
Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut
perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan,
dan perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan
laut).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pertanian adalah aktivitas
pemanfaatan sumber daya alam baik hayati ataupun hewani yang bisa menghasilkan dan dapat di
pergunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.

Sektor pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi
memang merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusinya dalam
pendapatan nasional, peranannya dalam dalam pemberian lapangan kerja pada penduduk yang
bertambah dengan cepat, kontribusinya dalam penghasilan devisa dan lain-lain. Penelitian yang lebih
mendalam atas proyek-proyek dan program-program repelita akan mengungkapkan dengan jelas
bahwa pembangunan pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Pertanian mempunyai hubungan erat dan
kait mengkait dengan sektorsektor perekonomian lainnya misalnya sektor perdagangan, pendidikan
dan sebagainya. Untuk mempercepat proses pembangunan pertanian terbukti diperlukan peningkatan
kegiatan yang simultan dalam hampir semua sektor yang ada. Departemen dalam negeri,
perhubungan, penerangan, tenaga kerja, transmigrasi dan koperasi, bahkan departemen sosial dan
agama ikut mengambil bagian yang aktif dalam usaha-usaha pembangunan inti dari departemen
pertanian.
Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang mengikuti sektor industri,
tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi
melalui penelitian-penelitian, pengembangan teknologi pertanian yang terus menerus, pembangunan
prasarana sosial dan ekonomi pedesaan dan investasi-investasi oleh negara dalam jumlah besar.
Pertanian kini dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sektor) yang diharapkan mendorong
perkembangan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya
pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan
hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak dan nelayan,
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta
meningkatkan ekspor. Menurut Saragih (dalam Asriani, 2003, hlm. 148) dalam upaya perwujudan
konsep pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia, diperkirakan akan terwujud melalui
pendekatan strategi pembangunan agribisnis nasional

1. Pembangunan agroindustri sebagai motor penggerak agribisnis. Di masa lalu, ketoka orientasi
pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi motor penggerak
sektor agribisnis adalah usahatani. Di masa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah
kepada orientasi pasar, dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin
menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor
agribisnis harus berubah dari usahatani kepada industri pengolahan (agroindustri).
2. Pengembangan strategi pemasaran. Pembangunan sektor agribisnis yang berorientasi pasar
menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting, bahkan paling menentukan
keberhasilan. Pengembangan strategi pemasaran ini semakin penting peranannya terutama
mengahadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan.
3. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Agar sektor agribisnis mampu menyesuaikan diri
terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya
pemanfaatan dan pengembangan teknollogi, serta pembangunan kemampuan sumber daya
manusia agribisnis sebagai actor pengembangan sektor agribisnis.
4. Penataan dan pengembangan struktur agribisnis. Penataan dan pengembangan sektor
agribisnis perlu memperoleh perhatian yang serius. Penetaan dan pengembangan struktur
agribisnis diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu (1) mengembangakan struktur agribisnis
yang terintegrasi secara vertikal mengikuti satu aliran produk (produk line). (2)
mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani agar dapat merebut nilai tambah yang
ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.
5. Pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis. Selama ini, lokasi perkembangan agroindustri
nasional umumnya berorientasi pada konsentrasi konsumen seperti sektor perkotaan dan di
pulau jawa yang merupakan pusapusat konsumen. Di masa yang akan datang, orientasi lokasi
agroindustri tersebut telah diubah. Dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi sentra
produksi bahan baku.
6. Pengembangan infrastruktur agribisnis. Untuk mendukung pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan sektor agribisnis tersebut, diperlukan pengembangan infrastruktur agribisnis.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pada hari kamis tanggal 24 Mei 2023 kami melakukan penelitian di Desa Nunmafo
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Survei merupakan suatu aktifitas atau kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu kepastian informasi dengan cara mengambil sampel dan menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpulan data.
b. Wawancara adalah suatu percakapan dua orang yang dilakukan oleh pewawancara dan
narasumber.
c. Observasi adalah metode dengan menggunakan pengamatan langsung, pencatatan sistematis
didaerah penelitian.

3.3 Konsep Pengamatan

Konsep yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Idenntitas responden meliputi Nama, Umur, Jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan.
2. Pendidikan yang ditempuh responden dalam mengikuti pendidikan formal.
3. Gambaran umum masyarakat dalam pembangunan pertanian di Desa Nunmafo
4. Pengalaman responden dalam pembangunan pertanian yang sudah diterapakan selama ini di
Desa Nunmafo.

4.4 Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan induktif. Penggunaan desain penelitian ini untuk memberikan gambaran mengenai
efektivitas kebijakan pemekaran dalam meningkatkan pembangunan di kecamatan pasca
pemekaran. Peneliti bermaksud memperoleh gambaran (deskripsi) yang mendalam berdasarkan
data dan fakta yang ditemui di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses
penelitian ini adalah wawancara dan observasi saja. Data dianalisis untuk mendapatkan simpulan
yang berkaitan upaya pembangunan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai