Anda di halaman 1dari 53

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan di Indonesia telah ada sejak lama yang memprioritaskan


sektor pertanian. Di samping itu pula visi pembangunan pertanian tahun 2015-2019
ialah terwujudnya sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan
beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumberdaya lokal
untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Dengan tujuan pembangunan
untuk meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan kedaulatan
pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian.
Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergy serta
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan meningkatkan kualitas
kinerja aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan professional.
Penentuan fokus pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian dalam
pelaksanaannya akan membutuhkan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan
sektor pertanian, baik itu secara formal dan juga non formal diantaranya adalah
dukungan dari para petani sebagai salah satu pelaku utamanya (Damanik, 2016).
Undang-undang No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan juga Kehutanan (UUSP3K) mensyaratkan perlunya sumberdaya
manusia berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan serta
organisasi bisins agar peran sektor pertanian dapat ditingkatkan. Sehubungan dengan
hal itu, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian.
Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian juga mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam proses pembangunan pertanian, khususnya dalam
pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama
dan pelaku usaha (Tahitu, 2013).
Kegiatan penyuluhan pertanian perlu ditata dan dikembangkan sedemikian
rupa agar harapan, kepuasan dan kapasitas petani sebagai sasaran penyuluhan
pertanian dapat terpenuhi dengan baik. Kualitas pelayanan penyuluhan yang baik
menjadi salah satu penentu keberhasilan pembangunan pertanian. Melalui
penyuluhan pertanian, pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian
2

diharapkan mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan diri dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahterannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UUSP3K,
2006).
Abubakar et al, (2015) menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertanian merupakan serangkaian proses yang berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan petani; untuk itu materi dan metode penyuluhan pertanian merupakan
bagian dari kualitas kegiatan penyuluhan pertanian. Kualitas penyuluhan pertanian
dapat diketahui dengan cara membandingkan kepuasan para petani atas layanan yang
diterima dengan layanan yang diharapkan petani.
Keberadaan penyuluh pertanian sebagai ujung tombak dari proses
penyelenggaraan pembangunan pertanian diharapkan mampu menyampaikan pesan-
pesan inovasi sesuai kebutuhan para petani serta mampu untuk menerjemahkan
kebijakan dari pemerintah terkait dengan pembangunan pertanian. Dengan kata lain,
penyuluhan pertanian diharapkan mampu memenuhi kebutuhan petani untuk
mengembangkan usahataninya sehingga petani merasa puas (Mujiburrahmad,
Baihaqi, Manyamsari, 2020). Dalam hubungannya dengan metode-metode dalam
penyuluhan, untuk meningkatkan efektivitas metode, pemilihan dan penggunaan
metode harus didasarkan atas kondisi para petani, yaitu perhatian, minat,
kepercayaan, hasrat, tindakan dan kepuasan. Kondisi petani penting diperhatikan
agar penyuluhan yang dilakukan dapat ikut membantu para petani memenuhi
kebutuhannya, sehingga dengan demikian menimbulkan kepuasan bagi petani dan
penyuluhan seperti itu merupakan penyuluhan yang berkualitas.
Puspadi (2010) menjelaskan bahwa pada hakekatnya kualitas dari kegiatan
penyuluhan pertanian merupakan fungsi kualitas sumberdaya manusia penyuluh
pertanian. Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian diukur dengan lima indikator,
yaitu: (1) materi penyuluhan pertanian, (2) domain yang disentuh dalam
melaksanakan rangkaian kegiatan penyuluhan pertanian, (3) memfasilitasi
keputusan-keputusan dari petani, (4) keberpihakan kepada petani, dan (5) intensitas
kunjungan penyuluh pertanian ke wilayah binaannya. Kualitas pelayanan penyuluhan
3

diharapkan dapat menimbulkan kepuasan bagi petani yang selanjutnya akan


bermanfaat dalam upaya ikut meningkatkan kapasitasnya. Kepuasan para petani
terhadap jasa penyuluhan utamanya akan ditentukan oleh tingkat terpenuhinya
kebutuhan petani oleh penyuluhan yang ada yang selanjutnya dapat meningkatkan
kapasitas petani.
Penyuluhan pertanian berperan penting bagi pembangunan pertanian, sebab
peyuluhan merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha
pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.
Oleh karena itu kegiatan penyuluhan pertanian harus dapat mengakomodasikan
asprirasi dan peran aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya melaui
pendekatan partsisipatif. (Rangga, Mutolib, Yanfika, Listiana, Nurmayasari, 2020).
Peningkatan kinerja penyuluh pertanian sangat menentukan pembangunan
pertanian masa depan yang pada dasarnya untuk meningkatkan penghasilan sektor
pertanian. Petani masa depan adalah meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumberdaya. Karakteristik petani berupa: (1) kegiatan produksi yang menggunakan
pendekatan pengembangan sistem usahatani (agribisnis), (2) mempunyai sifat yang
lebih rasional sebab didukung oleh pendidikan yang tinggi, (3) pemilihan alternatif
teknologi, sepenuhnya atas keputusan sendiri yang berdasarkan pengalaman, dan
ketersediaan informasi. Informasi sama pentingnya dengan faktor produksi antara
lain tanah, tenaga kerja dan modal (Far Far, 2011).
Kota Ambon terletak di Pulau Ambon sekaligus sebagai ibukota Provinsi
Maluku. Luas wilayah daratan adalah 359,45 km, sementara luas wilayah laut adalah
17,55 km. Sebagian besar daratan terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal
seluas kurang lebih 186,90 km2 atau 51,99 persen dan daerah daratan dengan
kemiringan sekitar 10 persen seluas 55 km2 atau 15,30 persen dari luas wilayah
daratan. Seperti halnya di daerah-daerah lain di Indonesia, pada daerah daratan di
Kota Ambon juga terdapat daerah pertanian. Jenis pertanian cukup beragam seperti
palawijaya, buah-buahan, sayur mayur, peternakan, dan perikanan laut (Damanik,
2016).
Perkembangan petani dalam mengusahakan usahataninya perlu di tunjang
dengan sistem penyuluhan yang efektif, usahatani yang berkembang di desa nania
4

adalah usahatani sayuran. Banyaknya daerah sebagai produsen sayuran di Kota


Ambon termasuk di Kecamatan Teluk Ambon Baguala. Kota Ambon adalah salah
satu daerah yang cukup banyak memproduksi tanaman sayur, baik jenis maupun
kuantitasnya serta kualitasnya melalui teknik budidaya yang baik. Kecamatan Teluk
Ambon Baguala adalah salah satu daerah yang memberikan kontribusi terhadap
produksi tanaman sayuran dan merupakan pemasok sayuran ke Kota Ambon.
Tanaman sayuran adalah salah satu komoditas hortikultura yang sangat prospektif
untuk dikembangkan seiring dengan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, ketersediaan teknologi serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan
pasar internasional yang terus mengalami peningkatan. Kendala yang dihadapi dalam
usahatani sayuran adalah kecilnya skala usaha dan kemampuan sumber daya manusia
yang rendah menyebabkan rendahnya kemampuan dalam memanfaatkan sumber-
sumber informasi. Pada kenyataannya, sumber informasi sangat penting bagi petani
sebab hal tersebut merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap petani dalam mengelola
usahataninya (Far Far, 2011).
Kecamatan Teluk Ambon Beguala mengalami penurunan produksi jumlah
sayuran pada tahun 2020. Pada Tahun 2019 jumlah produksi sayuran di Kecamatan
Teluk Beguala sebesar 2.158,5 ton, namun pada tahun 2020 jumlah produksi sayuran
di Kecamatan ini sebesar 2.008,9 ton. Artinya jumlah produksi sayuran di
Kecamatan Teluk Ambon Beguala mengalami penurunan sebesar 149,6ton pada
tahun 2020. Di antara 3 kecamatan lainnya, kecamatan ini merupakan kecamatan
yang mengalami penurunan jumlah produksi sayuran dalam jumlah yang besar. Hal
ini sesuai dengan yang dipaparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Perbandingan Jumlah Produksi Sayuran di Kota Ambon menurut Kecamatan
Tahun
Kecamatan
2018 2019 2020
Nusaniwe 238 107,2 128,1
Sirimau 20 15,8 16
Leitimur Selatan 54 14,3 15,2
Teluk Ambon Beguala 1867 2158,5 2008,9
Sumber: BPS Kota Ambon, Kota Ambon dalam Angka 2021
5

Beberapa tahun terakhir terlihat bahwa produksi tanaman sayuran di daerah


tersebut mengalami penurunan produksi yang dikarenakan kurangnya perhatian dari
berbagai unsur terkait terhadap pola usahatani yang dikembangkan. Padahal minat
petani dalam mengembangkan usahatani sayuran semakin meningkat. Hal tersebut
didorong oleh daya beli masyarakat yang meningkat, kesadaran gizi dan tersedianya
teknologi usahatani yang tepat sasaran. Di Kecamatan Teluk Ambon Baguala,
dimana potensi sumber daya alam yang masih cukup luas untuk pengembangan
usahatani pertanian khususnya komoditi tanaman sayuran.
Bagi para petani di Desa Nania, kehadiran penyuluh sangat di harapkan,
terutama untuk membantu para petani dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi, namun pada kenyataannya belum semua permasalahan petani dapat diatasi.
Hal ini menimbulkan berbagai tingkat kepuasan petani terhadap penyelenggaran
penyuluhan yang ada. Beragam tingkat kepuasan petani menggambarkan tujuan
penyuluhan pertanian belum sepenuhnya tercapai, sehubungan dengan itu diperlukan
suatu kajian tentang kualitas pelayanan penyuluh pertanian dan kepuasan petani
terhadap pelayanan tersebut serta kaitannya dalam pengembangan usahatani di Desa
Nania Kecamatan Teluk Ambon Baguala. Kualitas penyuluhan diharapkan dapat
memberikan kepuasan bagi petani dalam menerima materi yang diberikan dengan
metode yang diterapkan serta dilengkapi dengan kepribadian penyuluh yang
menarik. Maka dari itu kegiatan penyuluhan yang kurang sehingga aspek kepuasan
petani sehingga manfaat penyuluhan belum dirasakan petani.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kualitas pelayanan penyuluhan pertanian, kepuasan petani dan


kapasitas petani dalam pengembangan usahatani sayuran di Desa Nania
Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon?
2. Bagaimana Kaitan kualitas pelayanan penyuluhan dengan tingkat kepuasan
petani sayuran di Desa Nania Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota
Ambon?
6

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan Kualitas Pelayanan Penyuluhan Pertanian, Kepuasan Petani


dan Kapasitas Petani di Desa Nania Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota
Ambon.
2. Mendeskripsikan Kaitan Kualitas Pelayanan Penyuluhan Dengan Tingkat
Kepuasan Petani di Desa Nania Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota
Ambon

1.4. Luaran Penelitian

1. Skripsi yang telah disahkan

2. Artikel ilmiah yang akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Upaya pembangunan pertanian erat kaitannya dengan upaya pengembangan


sumberdaya manusia, khususnya para petani, karena para petani yang mengatur dan
menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan ternak dalam usahataninya.
Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya serta
masyarakat pelaku agribisnis khususnya melalui pendidikan non formal di bidang
pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi,
sosial dan politik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pendapatan dan
kesejahteraan hidupnya.
Penyuluhan berperan penting dengan harapan pengembangan kelompok tani
untuk meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani beserta
keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perbaikan sikap
petani dalam mengelola usahataninya dan meningkatkan profesionalisme penyuluh
pertanian melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi agar dapat melaksanakan
penyuluhan yang intensif kepada pelaku utaman dan pelaku usaha (Afrinawati,
2016).
Dalam pelaksanaan penyuluhan telah dituangkan fungsi penyuluh pertanian
menurut jenjang jabatan dan kepangkatannya. Di indonesia tugas pokok dan fungsi
penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian dan untuk
mengembangkan kemampuan petani-nelayan dalam menguasai, memanfaatkan dan
menerapkan teknologi baru sehingga bertani lebih baik, berusaha lebih
meguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya penyuluh pertanian harus memiliki kemampuan
dalam menetapkan materi sesuai kebutuhan petani serta menggunakan metode
penyuluhan yang sesuai dengan keadaan petani.
Penyuluhan adalah sebagai keterlibatan seseorang dalam melaksanakan
komunikasi informasi secara sadar guna membantu sesamanya memberikan pendapat
sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Penyuluh juga dapat menjadi sarana
kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi
8

petani tidak mampu mencapai tujuannya sebab keterbatasan pengetahuan dan


wawasan. Sebagai sarana kebijakan, hanya apabila sejalan dengan kepentingan
pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan untuk mewujudkan
tujuan petani (Van Den Ban, 1999).
Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan dengan sistem pendidikan
nonformal guna mengubah perilaku orang dewasa agar mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan
mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk
menyelesaikan persoalan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup (Marbun,
2019). Hal serupa juga dikatakan oleh penelitian (Karim, 2018) bahwa penyuluhan
pertanian ialah pendidikan non formal untuk setiap petani beserta keluarganya di
mana kegiatan dalam hal pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh lapangan
kepada setiap petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar.
Penyuluhan pertanian menurut Undang-Undang No. 15/2006 adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha untuk dengan tujuan mereka mau
dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya dalam
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi dari lingkungan hidup. Kegiatan
penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman antara lain: penyebarluasan
informasi, penerangan atau penjelasan, pendidikan non formal (luar sekolah),
perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial),
perubahan sosial (perilaku tiap individu, nilai-nilai, hubungan antar individu dan
kelembagaan), serta pemberdayaan masyarakat (Mardikanto, 2009).
Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian
dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu:
1) memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan
pelaku usaha. 2) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke
sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat
mengembangkan usahanya 3) meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial,
dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha 4) membantu pelaku utama dan
9

pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi


ekonomi yang memiliki daya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik serta berkelanjutan 5) membantu menganalisis dan memecahkan
masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan
pelaku usaha dalam mengelola usaha 6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan
pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan 7) melembagakan nilai-nilai
budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern
bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

2.2. Kualitas Pelayanan Penyuluhan

2.2.1. Pengertian Pelayanan

Batinggi dan Badu (2009), mengemukakan bahwa berdasarkan Kamus Umum


Bahasa Indonesia; pelayanan kata dasarnya adalah layan dan kata kerjanya adalah
melayani, artinya menolong, menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain.
Sementara itu S. Lukman dan Moenir dalam Batinggi dan Badu (2009), juga
mengatakan “pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain secara fisik dan
menyediakan kepuasan pelanggan”.
Pelayanan adalah kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai
aspek usaha atau aktivitas bisnis yang bergerak di bidang jasa (Batinggi dan Badu,
2009). Pelayanan akan sangat menentukan dalam setiap kegiatan di masyarakat jika
di dalamnya terdapat persaingan
2.2.2. Pengertian Kualitas Pelayanan
 Kualitas adalah “segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan” (Batinggi dan Badu, 2009).
 Tjiptono (2007), mendefinisikan kualitas jasa/pelayanan berfokus pada pada
upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.
 Pelayanan pada dasarnya memberikan presepsi secara konkrit mengenai
kualitas suatu layanan. Konsep kualitas layanan merupakan suatu revolusi
secara menyeluruh, permanen dalam mengubah cara pandang manusia dalam
10

menjalankan atau mengupayakan usaha-usahanya yang berkaitan dengan


proses dinamis, berlangsung, terus menerus dalam memenuhi harapan,
keinginan, dan kebutuhan serta persepsi.
 Batinggi dan Badu (2009), mengemukakan bahwa pelayanan merupakan
suatu proses. Oleh karena itu objek utama dari pelayanan ialah proses itu
sendiri. Pelayanan sebagai suatu proses antara lain ada beberapa unsur, tugas
layanan, prosedur layanan, kegiatan layanan, pelaksanaan layanan. Unur
tersebut akan membentuk proses kegiatan yang berkaitan antara satu sama
lainnya. Konsepsi kualitas pelayanan merupakan suatu standart kualitas yang
harus dipahami dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan.
2.3. Materi Penyuluhan
Berdasarkan UUSP3K Pasal 27 ayat (1) dinyatakan bahwa materi penyuluhan
dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha degan
memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan, dan
kehutanan. Selanjutnya pada pasal 27 ayat (2) dinyatakan bahwa materi penyuluhan
sebagaimana dmaksud pada ayat (1) berisi unsur pengembangan sumberdaya
manusia dan peningkatan modal sosial, serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi,
informasi, ekonomi, menajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan.
Penyuluhan adalah suatu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan
dengan upaya perbaikan dan pembangunan sektor demi tercapainya peningkatan
kualitas, produktivitas, dan meningkatnya pendapatan petani dan kesejahteraan
keluarganya. Menurut Hawkins (2012), penyuluhan dikenal secara luas dan diterima
oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluahn, tetapi tidak
demikian halnya pada masyarakat luas. Penyuluhan merupakan salah satu pendidikan
non formal yang diberikan kepada petani. Penyuluhan yang diberikan kepada petani
biasanya disebut dengan penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan kepada para petani memiliki dasar-dasar
penyuluhan yang sebenarnya dialami oleh para petani. Konsep-konsep penyuluhan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
11

 Pengetahuan
Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai.
agen penyuluhan adalah meniadakan hambatan tersebut dnegan cara menyediakan
informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi.
 Motivasi
Sebagian petani kurang memiliki motivasi mengubah perilaku karena
perubahan yang diharapkan berbenturan dengan motivasi yang lain. agen penyuluhan
memberikan motivasi pada para petani yang sedang melakukan aktivitas usaha tani.
 Sumber daya
Beberapa organisasi penyuluhan bertanggung jawab untuk meniadakan
hambatan yang disebabkan oleh kekurangan sumber daya.
 Wawasan
Sebagian petani kurang memilki wawasan untuk memeperoleh sumber daya
yang diperlukan, sehingga tugas para penyuluh adalah memberikan suatu informasi
terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh petani.
 Kekuasaan
Penyedia informasi yang tidak mungkin membawa perubahan dalam hal
kekuasaan petani.
Peranan penyuluhan dalam memberikan pengetahuan kepada petani dapat
berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi kepada petani, sebagai proses
penerangan atau memberikan penjelasan, sebagai proses perubahan perilaku petani
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan), dan sebagai proses pendidikan.
2.4. Kepuasan Petani
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UUSP3K), arti penyuluhan pertanian adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
12

Menurut Kotler dalam Husin (2009) kepuasan adalah tingkat perasaan


seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dibandingkan
dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara
kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan petani sangat bergantung pada
harapan petani. Faktor yang menentukan kepuasan petani adalah kualitas
1qqpelayanan yang terfokus pada ketepatan pelayanan, dimensinya yaitu keandalan,
kesigapan penyuluh dalam merespon masalah yang disampaikan petani, dimensinya
yaitu daya tanggap, keramahan penyulahan dalam menyampaikan informasi,
dimensinya yaitu jaminan, kemudahan petani dalam menghubungi penyuluh serta
kemampuan penyuluh berkomunikasi dengan petani yang dimensinya yaitu empati
serta penampilan penyuluh pada saat melayani petani, dimensinya bukti langsung
atau nyata (Umar 2003 dalam Abubakar dan Siregar 2010).
2.5. Usahatani
Usahatani pada dasarnya adalah proses pengorganisasian alam, lahan, tenaga
kerja dan modal untuk menghasilkan output pertanian. Menurut Soekartawi (1995)
bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat
mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang
melebihi input.
Kadarsan (1993), Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga
kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu
di lapangan pertanian. Keberhasilan suatu usahatani dapat dilihat dari besarnya
pendapatan yang di peroleh petani dalam mengelola usahataninya.
Dalam kegiatan usahatani selalu diperlukan faktor-faktor produksi berupa
lahan, tenaga kerja, dan modal yang dikelola seefektif dan seefisien mungkin
sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Faktor produksi adalah semua yang
diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Faktor produkasi dikenal pula dengan istilah input dan korbanaan
13

produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja dan aspek menajemen adalah factor produksi yang terpenting.
Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut
dengan fungsi produksi.

2.6. Kapasitas Petani

Kapasitas diartikan sebagai kemampuan petani dalam menjalankan fungsi-


fungsi usahanya, memecahkan masalah, dan merencanakan usaha untuk mencapai
tujuan serta daya adaptasinya dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
dilingkungannya. Kapasitas secara umum diartikan sebagai kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang. Kapasitas perlu dikembangkan untuk membangun potensi
manfaat dalam peningkatan informasi dan transfer pengetahuan (Badamas, 2009).
Menurut Liou (Fatchiya 2010), kapasitas mengarah pada konteks kinerja,
kemampuan, dan kapabilitas. Sejalan dengan hal itu juga, Milen (Fatchiya 2010)
mendefenisikan kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau efisien untuk
menjalankan secara tepat fungsi-fungsi secara efektif. Efesien dan berkelanjutan.
Kapasitas petani yaitu daya yang dimiliki petani untuk menjalankan usahatani
ideal sesuai dengan tujuan yang diharapkan (better farming, better business, friendly
environment, dan better living) (marliati, 2005). Tingkat kapasitas yang dimiliki
tersebut menyangkut pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi petani dalam mengelola usahatani dalam bentuk
kemampuan teknis, manajerial, dan social
(Suprayitno, 2011; Anantanyu, 2011; dan Subagio, 2008), selain itu terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kapasitas petani diantaranya peran
penyuluh, karakteristik petani, tingkat pengalaman belajar petani, dan ketersediaan
Informasi.
Faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan capacity building
diantaranya yaitu: kelompok tani, intensitas belajar petani, peran penyuluh, pengaruh
pihak luar, dukungan kearifan local, karakteristik petani. Selain itu faktor lain yang
berpengaruh dalam peningkatan capacity building yaitu berupa tingkat ketersediaan
14

informasi dan tingkat pengalaman belajar petani, tingkat dukungan sosial budaya
(Subagio,2008; Nasrul, 2012; Herman, 2008, Balaji, 2015).
Kegiatan pengembangan kapasitas (capacity building) merupakan bagian
tahapan dari proses penyebaran inovasi kepada petani tapi sering berjalan tidak
sesuai dengan harapan, sebagaimana yang dinyatakan oleh (Slamet, (2003); Alam,
(2015) yang menyebutkan bahwa masalah pertanian bukan hanya masalah teknologi
tapi juga bagaimana mendiseminasikan informasi sampai ke petani yang jumlahnya
banyak dan tersebar luas, hingga petani berpartisipasi.
Petani merupakan individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial yang secara
ilmiah selalu memiliki kapasitas yang melekat pada dirinya. Perkembangan kapasitas
petani senantiasa terkait dengan pengaruh lingkungan usahatani yang melingkupi
keberadaan petani. Dalam menjalankan kegiatan usahatani, agar petani dapat berhasil
melakukan usahatani, diperlukan kapasitas petani yang tinggi sehingga sapat
mengidentifikasi potensi, mengatasi permasalahan dan memanfaatkan peluang
sehingga usahatani yang dijalankan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
15

2.7. Penelitian Terdahulu


Tabel 2 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode Alat Hasil
Analisis
Inta P. N. Menata Kembali Penelitian ini Hasil analisis menunjukkan bahwa pena
Damanik, Kelompok Tani di adalah analisis tani di Kota Ambon mutlak diperlukan m
2016 Kota Ambon terhadap studi mendata Kembali keberadaan kelompok
kepustkaan keanggotaan dan pengurus kelompok t
yang PPL, menghidupka dan melestarikan
dilakukan keseriusan pemerintah dalam melaksanak
secara 16/2006. Kelima upaya tersebut bertujuan
deskriptif kelompok tani menjadi kelompok tani
kualitatif. sebagai wahana belajar dan bekerjasama b

Risyat Pemanfaatan Penelitian ini Hasilnya adalah informasi yang diterima da


Alberth sumber informasi menggunakan banyak digunakan adalah melalui saluran in
Far-Far, usahatani oleh metode simple informasi melalui media massa. Kemudian i
2011 petani sayuran di random petani adalah informasi subsistem budida
Desa Waiheru sampling dan menggunakan bibit, menggunakan obat-o
Kota Ambon” penentuan mesin, menggunakan lahan, waktu dan cara
sampel dari tiga tanaman dan informasi subsistem hilir seperti
kelompok tani
diambil masing-
masing 10
responden dari
tiap kelompok
tani
Afrinawati Efektivitas Metode yang Efektivitas penyuluhan pertanian pada usah
, Mustafa penyuluhan digunakan ialah 94,8% dari sebelum adanya kegiatan peny
Usman, pertanian terhadap metode analisis mana artinya terdapat peningkatan pendapa
dan pendapatan deskriptif sebelumnya hanya Rp.20.194.705 per Ha
Akhmad usahatani padi dengan besar meningkat menjadi Rp.30.046.062 per Ha per
Baihaqi, sawah di sampel
2016 Kecamatan penelitian 52
Indrapura
Kabupaten Aceh
Besar”
Irlan Pembinaan Metode yang Hasilnya adalah penyuluhan pertanian kep
Karim & kelompok tani digunakan ialah. berjalan dengan baik di mana sering infor
Jusrin oleh penyuluh Jenis penelitian seluruh anggota kelompok tani tentang pem
Kadir, pertanian di Desa deskriptif Pelatihan yang diberikan oleh penyuluh perta
2018 Bulalo Kecamatan dengan sumber belum efektif karena tidak semua anggota k
Kwandang data yaitu bantuan tersebut.
Kabupaten observasi dan
Gorontalo Utara wawancara
kepada
informan dan
16

Nama Judul Metode Alat Hasil


Analisis
melakukan
pencatatan data
sekunder yang
berkaitan
dengan
penyuluhan,
pelatihan, dan
pendampingan.

Desy Peran penyuluh Metode yang Hasilnya menunjukkan penyuluhan perta


Natasha pertanian dalam digunakan ialah komunikator, fasiliator, dan innovator t
V.D. pengembangan metode survei signifikan terhadap pengembangan kelompok
Marbun, kelompok tani dengan regresi
Sriroso tanaman linear berganda.
Satmoko, hortikultura di Dengan
dan Siwi Kecamatan pengambilan
Gayatri, Siborongborong sampel
2019 Kabupaten dilakukan
Tapanuli” dengan
mengambil
jumlah petani
tanaman
hortikultura
sebanyak 120
orang

Melivis E. Kualitas Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa pen


Tahitu, Pelayanan dirancang bertani berhubungan dengan penilaian
2013 Penyuluhan sebagai penyuluhan pertanian, luas lahan pertanian
Pertanian dan penelitian survei petani terhadap penampilan penyuluh perta
Kepuasan Petani dengan penyuluh pertanian, materi penyuluhan pe
dalam pengambilan terkait dengan penilaian ketepatan penyul
Pengembangan sampel 38 penyuluhan dan metode berkaitan dengan
Usahatani (Kasus responden mengidentifikasi potensi usahatani, sedang
di Desa dengan simple petani tidak berhubungan dengan kamampuan
Sukadamai random penyuluhan pertanian terkait dengan penila
Kecamatan sampling dari pertanian, ketepatan pelayanan penyuluhan
Dramaga 50 petani di dengan kemampuan petani dalam mengiden
Kabupaten Bogor) Desa sedangkan karakteristik pribadi petani tid
Sukadamai. kemampuan petani.
Analisis data
dilakukan
dengan statistik
deskriptif untuk
menggambarkan
distribusi
responden pada
17

Nama Judul Metode Alat Hasil


Analisis
setiap variabel
yang diukur,
sedangkan
statistik
inferensial
digunakan
untuk melihat
hubungan antar
variabel, dalam
hal ini
digunakan
analisis Korelasi
Rank Spearman

2.8. Kerangka Pemikiran


Berkut ini dapat digambarkan kerangka pemikiran yang dijadikan dasar
pemikiran dalam penelitian ini. kerangka tersebut merupakan dasar pemikiran dalam
melakukan analisis. Dalam penelitian ini yang dapat dilihat dari bagan kerangka pikir
di bawah ini.

Karakteristik Pribadi
Petani

Umur
Pendidikan Formal
Pendidikan non formal Kepuasan Petani
Lama berusahatani
Luas lahan Ketepatan pelayanan Kapasitas Petani
Tanggungan Keluarga penyuluhan
Penampilan penyuluh Mengidentifikasi Potensi
saat melayani petani Mengatasi permasalahan
Keramahan penyuluh berusahatani
dalam penyampaian
Kualitas Pelayanan informasi
Penyuluhan

Persiapan penyuluhan
pertanian
Kesesuaian materi
penyuluhan
Metode penyuluhan
pertanian
18

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


Kualitas pelayanan penyuluhan diketahui denga cara membandingkan
kepuasan petani atas pelayanan yang mereka terima dengan pelayanan yang mereka
harapkan. Menurut Zeithaml dan J.M Bitnar (Umar, 2003), faktor yang menentukan
kepuasan petani adalah kualitas pelayanan yang terfokus pada ketepatan pelayanan,
kesigapan penyuluh, keramahan penyuluh dalam menyampaikan informasi,
kemudian kemudahan petani dalam menghubungi penyuluh serta kemampuan
penyuluh dalam berkomunikasi dengan petani, penampilan penyuluh pada saat
melayani petani. Dengan menjaga kualitas pelayanan penyuluhan maka petani dapat
membangun kepercayaan dengan memperoleh kepuasan yang pada nantinya akan
mengembangkan usahataninya.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama (dua) bulan terhitung sejak bulan Oktober
2022 hingga Desember 2022. Lokasi penelitian ini di tentukan secara sengaja.
Pelaksanaan penelitian di desa Nania Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota
Ambon sebagai salah satu pemasok sayuran segar di Kota Ambon

3.2. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sensus.
Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi
sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatakan informasi yang
spesifik (Usman & Akbar, 2008). Dengan demikian, penelitian ini merupakan jenis
penelitian sensus dengan bantuan kuisioner, dimana respondennya adalah seluruh
populasi petani yang ada di Desa Nania

3.3. Populasi Dan Sampel

Menurut Sugiyono, (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristuik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang berada di Desa Nania
Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon yang berjumlah 16 orang

3.4. Pengumpulan Data

Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini dibedakan atas data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumbernya yakni dari petani
sayuran dan informan kunci. Data primer merupakan data utama yang digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian. Data tersebut diperoleh melalui wawancara
(interview), dan observasi dengan panduan kuesioner (daftar pertanyaan) yang
merupakan perwujudan dari variable dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder
yang mengalami proses pengolahan terlebih dahulu oleh pihak lain di luar penelitian
yang bersangkutan. Disamping data primer dan sekunder dilakukan pengamatan
20

(observasi) terhadap situasi di lokasi penelitian, seperti kondisi lahan usahatani,


panen dan pemasaran hasil.

3.5. Teknik Analisi Data

Analisis data adalah upaya atau cara mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut bisa di pahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui
kualitas pelayanan penyuluhan dan kepuasan petani serta kapasitas petani dan
menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) untuk melihat tingkat
kesesuaian kualitas pelayanan penyuluhan dan kepuasan petani.
Penelitian ini menggunakan 3 kategori, yaitu Sangat Setuju, Setuju, dan Tidak
Setuju. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval kelas,
yaitu: (Siegel, S. 1997)
Range
Interval Kelas=
k
Keterangan:
Range : Selisih nilai tertinggi dan terendah
K : Jumlah kelas
Analisis tujuan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA)
yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian sebagai berikut:
i
X
Tki = i x 100%
Y
Keterangan:
Tki = Tingkat Kesesuaian Responden
Xi = Skor Penilaian Kualitas Pelayanan
Yi = Skor Penilaian Kepuasan Petani
21

3.6. Defenisi Operasional

1. Penyuluhan adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi yang
memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat
(petani) untuk mengatasi berbagai masalah, sehingga dapat mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Penyuluh juga dikenal dengan sebutan juru penerang.
Biasanya penyuluh atau juru penerang menjalankan perannya dengan cara
mengadakan ceramah, wawancara dan diskusi bersama.
2. Luas lahan adalah besarnya lahan yang digunakan untuk berusahatani
3. Metode penyuluhan adalah cara yang digunakan dalam menyampaikan pesan
kepada petani agar terjadi perubahan perilaku dan ketrampilan.
4. Umur adalah lama hidup petani dalam tahun yang di hitung sejakdilahirkan
sampai penelitian dilakukan.
5. Pendidikan formal adalah jumlah tahun aktif responden mengikuti proses
belajar mengajar di lembaga pendidikan formal (sekolah) sampai saat
penelitian dilakukan.
6. Lama berusahatani adalah lamanya waktu mulai berusahatani hingga
penelitian di laksanakan.
7. Penampilan Penyuluh adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri
penyuluh saat melayani petani, dalam hal ini cara berpakaian, cara berbicara.
8. Tanggungan keluarga ialah berapa banyak anggota keluarga yang belum ada
pekerjaan atau penghasilan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Lokasi Penelitian

Secara administrasif Desa Nania termasuk dalam wilayah Kecamatan Teluk


Ambon Baguala, Kota Ambon. Luas wilayah Desa Nania adalah 100 Ha terdiri dari
daratan 98 Ha yang terbagi antara lain: Luas pemukiman 40 Ha, Luas Kuburan 3 Ha,
Perkantoran 2 Ha, Luas Prasarana Umum 7 Ha, Pertanian 10 Ha, dan Hutan 36 Ha
serta laut 2 Ha, sedangkan panjang garis pantai sepanjang 2 km, dengan batas-batas
sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Petuanan Negeri Passo
• Sebelah Selatan : Teluk Ambon
• Sebelah Barat : Kampung Waiheru (Hitu)
• Sebelah Timur : Kampung Negari Lama
Kondisi topografi sebagian besar Desa Nania khusus pada daerah sebelah Utara
adalah berlereng dan berbukit dengan kemiringan rata-rata di atas 15⁰, sedangkan
pada daerah permukiman relatif datar dan linier sepanjang pantai yang membujur
dari arah Barat ke Timur. Sebagian kota Ambon yang memiliki iklim tropis, kondisi
iklim di Desa Nania sangat dipengaruhi oleh 2 musim besar meliputi musim Timur
atau musim hujan dan musim Barat atau musim panas. Musim Timur atau musim
hujan berlangsung dari awal bulan April sampai dengan bulan Oktober dengan curah
hujan yang cukup tinggi berkisar antara bulan Juni-Agustus, sedangkan musim panas
berlangsung dari bulan Oktober-April. Pada kedua musim ini juga diselingi dengan
musim pancaroba yakni peralihan musim Timur ke musim Barat pada bulan Oktober
dan November serta musim Barat ke musim Timur pada bulan Maret dan April.
4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Desa Nania sebanyak 3.641 jiwa, terdiri dari laki-laki
sebanyak 1.842 jiwa dan perempuan 1.799 jiwa. Melihat gambaran komposisi
penduduk pada tabel di bawah ini ternyata komposisi penduduk pada usia 15-45
tahun memiliki jumlah jiwa terbanyak yakni sebanyak 1.427 jiwa atau 58%,
selanjutnya usia 45 tahun ke atas sebanyak 1.353 jiwa atau 28%, usia 6-14 tahun
23

sebanyak 639 jiwa atau 10%, dan terendah adalah usia 0-5 tahun sebanyak 222 jiwa.
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompak Umur
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan (Jiwa) Jumlah
(Tahun) (Jiwa) (Jiwa)
1 0-5 85 137 222
2 6-14 332 307 639
3 15-45 708 719 1.427
4 45 ke atas 717 636 1.535
Sumber: Pemerintah Desa Nania, 2022
4.2. Bidang Ekonomi
4.2.1. Mata Pencaharian
Dari jumlah penduduk Desa Nania sebanyak 3.641 jiwa, ternyata sebagian besar
yakni 191 orang bekerja sebagai petani, selanjutnya sebagai nelayan 12 orang, PNS
sebanyak 108 orang, TNI/POLRI sebanyak 64 orang, tukang ojek sebanyak 100
orang, pedagang sebanyak 137 orang, pengusaha sebanyak 30 orang, peternak
sebanyak 17 orang pengrajin sebanyak 49 orang dan pension sebanyak 32 orang.
Dalam sistem pemerintahan, ternyata wilayah adaministratif Desa Nania juga
membawahi 3 RW, dengan sendirinya penduduk pada RW ini memiliki mata
pencaharian yang jelas sehingga sangat berpengaruh pada pendapatan riil masyarakat
dan turut memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembangunan Desa Nania. Mata
pencaharian utama yang sangat membantu peningkatan pendapatan keluarga pada
ketiga RW, yakni:
RW.001, Aktivitas kegiatan masyarakat RW.001 lebih banyak terfokus pada
kegiatan pertanian sayur-sayuran, kasbi, tanaman perkebunan seperti cengkih,
nelayan, pedagang, pengusaha dan buruh bangunan. RW.002, Aktivitas kegiatan
utama masyarakat RW.002 lebih terfokus pada kegiatan pertanian, coklat,
pertukangan, peternakan, wiraswasta dan buruh bangunan.RW.003, Aktivitas
kegiatan utama masyarakat RW.003 lebih terfokus pada k egiatan pertanian,
pedagang, wiraswasta dan buruh bangunan.
24

Tabel 2 Penduduk Menurut Mata Pencaharian


No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) %
1 Petani 191 22,87
2 Nelayan 12 1,44
3 Pegawai Negeri 108 12,92
Sipil
4 Pensiun 32 3,83
5 Karyawan 157 18,80
6 Tukang Ojek 100 11,98
7 Buruh Pelabuhan 2 0,24
8 Pedagang 137 16,41
9 Pengusaha 30 3,59
10 Peternak 17 2,04
11 Pengrajin 49 5,87
Jumlah 835
Sumber: Pemerintah Desa Nania, 2022

4.2.2. Pendapatan Masyarakat


Pendapatan sangat tergantung dari jenis mata pencaharian utama yang
dilakukanan oleh masing-masing anggota keluarga. Dari jumlah penduduk Desa
Nania yang beraktivita dengan mata pencaharian tetap sangat berpengaruh pada
pendapatan riil keluarga. Informasi yang diperoleh ternyata pendapatan riil rata-rata
keluarga di Desa Nania jumlah masyarakat yang berpenghasilan lebih kecil dari Rp
1.000.000, - bulan adalah 659 orang, lebih besar dari Rp 1.000.000, - hingga lebih
kecil dari Rp 5.000.000, - setiap bulan adalah 204 orang dan yang berpendapatan
lebih besar dari Rp 5.000.000, - setiap bulan adalah 30 orang.
25

Tabel 3 Rata-rata pendapatan masyarakat per bulan


No Rata-rata pendapatan masyarakat (Rp) Jumlah orang
1 < 1.000.000 659
2 < 1.000.000 - < 5.000.000 204
3 > 5.000.000 30
Jumlah 893
Sumber; Pemerintah Desa Nania
4.2.3. Pertanian
Usaha pertanian di Desa Nania, lebih terfokus pada tanaman sayur-sayuran,
pisang, umbi-umbian (singkong, ubi jalar, talas) dengan luas areal tanam sebesar 21
Ha. Untuk tanaman pisang luas areal sebesar 6 Ha dengan hasil produksi rata-rata
tiap tahun sebanyaj 2,3 Ton, tanaman umbi-umbian luas areal sebesar 5 Ha dengan
hasil produksi rata-rata tiap tahun 3 Ton, tanaman sayur-sayuran luas areal sebesar
10 Ha dengan hasil produksi rata-rata tiap tahun sebanyak 15 Ton (lihat tabel 7).
Khusus untuk tanaman sayur-sayuran menjadi salah satu primadona usaha, pertanian
masyarakat Desa Nania selain usaha perkebunan, karena hasil panennya menjadi
komoditas andalan karena telah memiliki akses psar yang jelas yakni di jual pada
pasar di Kota Ambon.
Tabel 6 Jenis Tanaman, Luas Lahan dan Jumlah Produksi Pertahun
No Jenis Tanaman Luas Lahan Produksi Pertahun
Perkebunan (Ha) (Ton)
1 Sayur-sayuran 10 15
2 Pisang 6 2-3
3 Umbi-Umbian 5 3
Sumber; Pemerintah Desa Nania
4.3. Bidang Sosial Budaya
Tantangan membangun bidang social budaya kedepan adalah bagaimana
menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan kualitas sumberdaya manusia
yang masih rendah, sarana dan prasarana pendidikan serta perkembangan kehidupan
sosial bermasyarakat.
26

4.3.1. Pendidikan
Keunggulan kompetitif kualitas masyarakat di setiap jenjang pendidikan
menunjukkan kemajuan suatu daerah dan merupakan potensi yang cukup besar bagi
pembangunan masyarakat. Kualitas pelayanan kepada masyarakat seyogianya perlu
didukung dengan sumberdaya manusia yang berkualitas. Pendidikan anggota
masyarakat Desa Nania sangat bervariasi mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
dengan Magister.
Selain ketersediaan sumber daya manusia sebagai penggerak pembangunan di
masyarakat, juga tersedia berbagai prasarana dan sarana pendidikan baik, yang di
bangun dan dikelola oleh pemerintah maupun lembaga keagamaan/swasta meliputi:
Tabel 7 Jumlah Fasilitas Pendidikan
No Jenis Pendidikan Unit
1 Paud 2
2 Taman Kanak-kanak 2
3 Sekolah Dasar 5
4 SMP 2
5 SMA/SMK 1
Sumber: Pemerintah Desa Nania
4.3.2. Kesehatan
Bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
dan menjadi hak setiap warga negara. Olehnya itu, masyarakat berhak untuk
mendapat pelayanan keehatan yang baik, dan kualitas serta ditunjang dengan
prasarana dan sarana, sumberdaya maupun obat-obatan yang memadai. Optimalisasi
pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah Kota Ambon (Dinas Kesehatan) dan
jejaringnya, sangat mempengaruhi peningkatan derajat Kesehatan di masyarakat.
Keberhasilan pelayanan Kesehatan di Desa Nania, selain ditunjang dengan
kontinuitas pelayanan oleh petugas kesehatan dan jejeringnya yakni Dokter, bidan,
tenaga medis, Kesling, Gizi dan juga tersedia beberapa fasilitas dan infrastruktur
Kesehatan seperti 1-unit Puskesmas, 3 Posyandu Balita, 1 Posyandu Lansia dan 2
Puskesdes.
27

4.4. Gambaran Umum UPTD BPP Nania


UPTD Penyuluhan Pertanian Adalah dibentuk dengan Peraturan Walikota
Nomor 35 tahun 2009, dan wilayah kerja meliputi 3 kecamatan, yaitu: Kecamatan
Teluk Ambon, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Total jumlah Desa/Negeri/ Kelurahan 23 Wilayah Binaan.
 Wilayah Kerja UPTD BPP NANIA
Wilayah Kerja Kecamatan Teluk Ambon (9.368 Ha), terdiri dari 8 Desa,
antara lain:
a). Desa Laha : 1.700 Ha
b). Desa Tawiri : 568 Ha
c). Desa Hative Besar : 3.000 Ha
d). Desa Wayame : 750 Ha
e). Desa Rumah Tiga : 2.839 Ha
f). Kelurahan Tihu : 33 Ha
g). Desa Poka : 278 Ha
h). Desa Hunuth : 200 Ha
Wilayah Kerja Kecamatan Teluk Ambon Baguala (4.011 Ha), terdiri dari 6
Desa, antara lain:
a). Desa Waiheru : 600 Ha
b). Desa Nania : 12 Ha
c). Desa Negeri Lama : 450 Ha
d). Desa Passo : 1.138 Ha
g). Kelurahan Lateri : 201 Ha
f). Kelurahan Halong : 1.600 Ha
4.5. Distribusi Petani
4.5.1. Disribusi Petani Berdasarkan Umur
Umur merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan berusahatani dan
juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi petani terhadap penyerapan dan
pengambilan keputusan dalam menerapkan eknologi baru maupun inovasi baru pada
usahataninya. Menurut Badan Pusat Statistik (2009), umur (0-14 tahun) belum
produktif, (15-64 tahun) produktif dan Umur >64 tahun merupakan umur tidak
28

produktif.
Data pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa Sebagian besar petani di Desa
Nania berada pada usia muda sampai dewasa. Presentase petani yang berusia tua (>
60 tahun) relatif lebih sedikit (25,00%) di bandingkan dengan petani yang berusia
muda (35-47) dan dewasa (48-60) 37,50%. Ini berarti petani masih punya semangat
dan masih sangat mampu dalam berusahatani. Maka bisa dilihat bahwa sektor
pertanian bagi mereka itu sangat penting dalam memberikan harapan untuk
kebutuhan mereka serta penghidupan.
Tabel 8 Umur Petani Di Desa Nania
Umur Kategori (thn) Jumlah Responden Persentase
(Orang) %
Muda 35 – 47 6 37,50
Dewasa 48 – 60 6 37,50
Tua >60 4 25,00
Jumlah 16
Sumber: Data Primer, 2022

4.5.2. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal


Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu, oleh sebeb itu pendidikan sangat penting bagi
setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
pola pikir seseorang dalam menghadapi sesuatu sehingga membuat cara pengambilan
keputusan berbeda-beda. Dengan menempuh pendidikan juga kemampuan petani
dalam menerima teknologi baru dan informasi tentang pertanaian, serta dapat
menerapkannya.
Tabel 9 menunjukkan tingkat pendidikan formal petani di Desa Nania lebih
banyak berpendidikan hanya sampai Sekolah Dasar, (67,75) berarti petani sangat
memperkuat pandangan masyarakat bahwa pekerjaan sebagai seorang petani
merupakan pekerjaan yang selalu mengandalkan kekuatan fisik tanpa memerlukan
pendidikan dan kemampuan yang memadai. Sedangkan pendidikan petani pada
tingkat Sekolah Menengah Pertama (25,00%). Pada tingkat S1 1 orang (6,25%) ini
29

bisa dilihat bahwa kedepannya petani dapat memiliki pola pikir yang lebih terbuka
dan dapat menciptakan hal-hal baru untuk mengembangkan usahtani.
Maka dapat dilihat bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi kurang tertarik
bekerja di sektor pertanian karena bagi mereka bekerja di sektor pertanian kurang
menarik, baik dari sisi penampilan maupun pendapatan dalam berusatani.
Tabel 9 Tingkat Pendidikan Petani di Desa Nania
Pendidikan Formal Kategori Jumlah Persentase
Responden (%)
(Orang)
Rendah SD 11 67,75
Sedang SMP/SMA 4 25,00
Tinggi PT 1 6,25
Jumlah 16
Sumber: Data Primer, 2022
4.5.3. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non-Formal
Menurut Prijono dan Pranka (subagio 2008) mengatakan bahwa pendidikan non
formal umumnya merupakan jalur pendidikan luar sekolah yang di selenggarakan
oleh masyarakat guna meningkatkan kemampuan dan ilmu pengetahuan serta
ketrampilan yang diperoleh warga, belajar dari limgkungan pendidikan formal ke
dalam lingkungan pekerjaan. Pendidikan non formal adalah keterlibatan petani dalam
mengikuti kegiatan seperti pelatihan atau pun penyuluhan pertanian dalam satu tahun
terakhir, Pendidikan non formal yang diikuti oleh responden dapat mempengaruhi
pemikiran, keterampilan, dan sikap petani terhadap suatu inovasi baru dan dapat
dikembangkan.
Di desa Nania dalam beberpa tahun terakhir ini petani tidak selalu mengikuti
pendidikan non formal seperti pelatihan, kalaupun ada itu hanya sebagaian kecil
orang saja yang mengikuti. Dalam hal ini yang selalu mengikuti pelatihan yang
berkaitan dengan sektor pertanian hanya sebatas ketua-ketua kelompok tani.
Kegiatan pelatihan yang diikuti petani di Desa Nania hanya 1 orang pada tahun 2018
adalah tentang pelatihan pengembangan usahatani, alasan dari memngikuti pelatihan
tersebut ialah, menambah wawasan tentang usahatani, dan juga mendapat hal-hal
30

baru yang sangat bermanfaat serta dapat menciptakan inovasi-inovasi baru.


4.5.4. Distribusi Petani Berdasarkan Luas Lahan
Luas lahan pertanian merupakan gambaran mengenai luas lahan yang
diusahakan oleh petani di Desa Nania tersebut, luas lahan juga merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam usahatani serta usaha pertanian. Berdasarkan hasil
penelitian luas lahan pertanian yang di miliki petani di Desa Nania dominannya
sempit atau kecil (0,1 – 0,4 ha) 56,25%. Kemudian petani yang memliki luas lahan
(0,5– 0,8 ha) 43,75%. Petani yang memiliki luas lahan rata-rata semua lahan
pertanian yang disewakan dan juga milik pemerintah. Luas lahan pertanian di Desa
nania banyak sudah di ahli fungsi lahan seperti membuat gedung-gedung besar serta
kegiatan usaha lainnya.
Tabel 10 Luas Lahan Di Desa Nania
Luas Lahan Kategori Jumlah Persentase
(ha) Responden (%)
(orang)
Sempit 0,1 – 0,4 9 56,25
Sedang 0,5 – 0,8 7 43,75
Luas > 0,8 0 0,00
Jumlah 16
Sumber: Data Primer, 2022
4.5.5. Distribusi Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Pengalaman usahatani petani merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam mengembangkan kegiatan usahtani. Semakin berpengalaman petani dalam
berusahatani, maka banyak hal yang di ketahui petani, munculnya motivasi dan ide-
ide baru yang terus di kembangkan. Dari tabel 11 diketahui petanimemiliki
pengalaman usahatani masih tergolong pendek atau belum lama mempunyai
pengalaman (2-8 thn) 37,50%). Sedangkan pengalaman usahatani (9-15 thn) 31,25%.
Dan petani yang sudah berpengalaman sangat lama (16-22 thn) 31,25%.
31

Tabel 11 Pengalaman Berusahatani Petani


Pengalaman Berusahatani Kategori Jumlah Persentase
(thn) Responden (%)
Pendek 2–8 6 37,50
Sedang 9 – 15 5 31,25
Panjang 16 - 22 5 31,25
Jumlah 16
Sumber: Data Primer, 2022
4.5.6. Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluaraga merupakan banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
istri, dan anak-anak serta orang lain yang turut serta dalam keluarga atau hidup
dalam satu rumah yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Menurut BKKBN,
2010) jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang
berada dalam tanggungan keluarga.
Petani di Desa Nania memiliki jumlah tanggungan keluarga tergolong sedikit (2-
4 orng) 87,50%. Dan (5-7 orang) 12,50%. Oleh karena itu jumlah tanggungan akan
meningkatkan petani untuk terus mengembangkan usahatani dan petani dapat
memilikin potensi untuk meningktakan perekonomian keluarga mereka.
Tabel 12 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani
Jumlah Anggota Kategori Jumlah Persentase
Keluarga Responden (orang) (%)
Sedikit 2-4 14 87,50
Sedang 5–7 2 12,50
Banyak >7 0 0,00
Jumlah 16
Sumber: Data Primer, 2022
4.6. Kualitas Pelayanan Penyuluhan, Kepuasan Petani, dan Kapasitas Petani
dalam Pengembangan Usahatani
4.6.1. Kualitas Pelayanan Penyuluhan
Kualitas pelayanan adalah landasan utama untuk mengetahui tingkat kepuasan
yang dimiliki petani dan di anggap baik apabila pelayanan yang di berikan sesuai
dengan yang di harapkan, jika melebihi yang diharapakn maka dapat dikatakan
32

pelayanan yang di berikan sangat baik dan memuaskan. Kualitas pelayanan sangat
penting di pahami karena berdampak langsung pada citra sebuah usaha. Karena
kualitas yang baik akan sangat menguntungkan usaha yang dijalankan, dalam hal ini
usahatani sayuran.
Tabel 13 Kualitas Pelayanan Penyuluhan Pertanian dalam Pengembangan Usahatani
Sayuran di Desa Nania Kecamatan Baguala
Indikator Kualitas Kategori Jumlah Persentase Kisaran
No Pelayanan Responde
Penyuluhan n
Pertanian (n = 16)
1 Persiapan Rendah 16 – 18 2 12,50 16 - 24
Penyuluhan Sedang 19 – 21 10 62,50
Tinggi 22 – 24 4 25,00
2 Pelaksanaan Rendah 14 – 15 13 81,25 14 - 19
Penyuluhan Sedang 16 – 17 2 12,50
Tinggi 18– 19 1 6,25
3 Kesesuaian Metode Rendah 14 – 16 4 25,00 14 – 22
Penyuluhan Sedang 17 – 19 9 56,25
Tinggi 20 – 22 3 18,75

Sumber: Analisis Data Primer, 2022


Tabel 13 menunjukkan bahwa ketiga indikator kualiatas pelayanan penyuluhan
pertanian di Desa Nania Kecamatan Baguala pada indikator pertama dan ketiga
tergolong kategori sedang dan indikator kedua tergolong kategori rendah. Pada
indikator pertama, persiapan penyuluhan merupakan salah satu hal penting sebelum
pelaksanaan penyuluhan di laksanakan, maka dari itu persiapan penyuluhan yang
terencana dengan baik akan mempermudah penyuluh pertanian untuk melaksanakan
penyuluhan guna mencapai tujuan penyuluhan yaitu perubahan perilaku, ketrampilan
dan pengetahuan petani. Pada indikator persiapan penyuluhan berada pada kategori
sedang karena dalam membuat rencana pengumpulan data potensi wilayah, membuat
rencana usahatani sayuran pada wilayah binaan kemudian menyediakan ala-alat
bantu yang di butuhkan petani itu belum maksimal semuanya terpenuhi yang mana
33

identifikasi potensi wilayah itu sendiri bertujuan agar mengetahui permasalahan dan
potensi-potensi yang dimilki serta rencana usahtani oleh wilayah binaan tersebut.
“Menurut Hj (57 tahun) ia mengatakan bahwa kesiapan penyuluh dalam melayani
kami itu baik, namun hanya saja dengan adanya pemberian-pemberian bantuan dari
pemerintah itu kadang kami petani Nania tidak mendapatkan itu. Misalnya pupuk,
itu kan salah satu kebutuhan yang paling kami perlukan otomatis pupuk itu harus
kita beli sendiri, sekarang ini pupuk apalagi sudah sangat mahal mau dan tidak mau
yah kita harus tetap bali. Kami mendapat pupuk dari penyuluh terakhir bulan
delapan, hingga saat ini sudah tidak lagi. Begitupun dengan alat-alat yang di
dapatkan. Rata-rata kami petani di sini alat-alat yang di pakai milik sendiri .”
Indikator kualitas pelayanan penyuluhan pada pelaksanaan penyuluhan yang
berkaitan dengan kesesuaian materi penyuluhan yang di sampaikan kepada petani.
Penyampaian materi penyuluhan di lihat pada tabel di atas maka tergolong kategori
rendah, karena bagi petani belum sangat membantu dalam mengembangkan usahtani,
walaupun belum sepenuhnya paham akan materi untuk kebutuhan petani. Dimana
menurut petani penyampaian materi penyuluh yang di berikan belum terlalu di
pahami dengan baik, mulai dari materi yang di buat tentang kebutuhan petani,
kemudian materi tentang pembudidayaan tanaman sayuran mulai dari penyiapan
benih, sampai pada pasca panen, cara mengatasi masalah yang terjadi, materi tentang
menjaga keberlanjutan usahatani sayuran hingga pada perkembangan pasar.
“Pak B (54 thn), mengatakan tentang kesesuaian materi penyuluhan yang di
berikann penyuluh kepada kami di sini, mau di bilang berbeda juga tidak, karena
kan apa yang diberikan penyuluh bagi kami itu semacam memperlengkapi atau
menyempurnakan apa yang sudah kami tau tentang berusahatani. Sekarang ini kan
dunia sudah semakin canggih, jadi materi yang kami dapart bukan hanya dari
penyuluh tetapi juga lewat media sosial, media cetak. Youtube yang sering kami
pakai untuk nonton tentang kegiatan pertanian, misalnya kebutuhan kami apa saja
yang harus kami butuhkan, kemudian pembudidayaan tanaman sayuran pasca
panen hingga pada cara-cara mengatasi permasalahan usaha tani yang terjadi di
lokasi pertanian kami. Jadi pelaksanaan penyuluhan belum terlalu maksimal bagi
kami biasanya penyuluh langsung ke lapangan jadi kami berinteraksi langsung,
maka penyampaian materi itu bisa saja kami menyakan lamgsung dan di jelaksan
langsung.”
34

Kesesuaian metode penyuluhan, melalui pendekatan penyuluhan dengan metode


ceramah, diskusi atau tanya jawab dan metode kunjung lapang. Metode kunjung
lapang adalah kunjungan yang dilakukan penyuluh ke tempat kerja sasaran penyuluh
(petani). Penyuluh pertanian kunjungan lapang dilakukan di lahan-lahan pertanian
atau ke lokasi pengolahan pasca panen. Yang mudah untuk dipahami yaitu dengan
menggunkan metode tanya jawab dan ceramah, karena dengan mudah sekali bagi
mereka untuk berinetraksi langsung dengan penyuluh dalam membahas
permasalahan keadaan usahatani yang di hadapai pada lokasi pertanian. Maka dari
itu dengan adanya metode penyuluhan yang diterapkan oleh penyuluh yang menurut
petani juga masih harus disesuaikan lagi dengan keadaan petani agar pelayanan lebih
berkualitas dan lebih baik. Penyuluh pertanian menggunakan sistem kerja kunjung
lapangan supaya adanya keakraban terjalinnya hubungan yang akrab antara penyuluh
pertanian dengan petani, keterpaduan anatara pelaksanaan pelatihan penyuluh dengan
kunjungan kepada petani, materi yang di sampaikan berupa kebutuan petani dalam
pengembangan usahataninya. Keberhasilan penyuluh dalam pembangunan pertanian
sangat ditentukan oleh kemampuan dan semangat kerja penyuluh dalam
meningkatkan kinerjanya.
“Kesesuaian metode penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh bagi kami di
sini sudah tepat. Kedatangan penyuluh kami sabut dengan baik, dan
mengajak penyuluh untuk berdiskusi dengan teman-teman petani, biasanya
dalam bentuk kelompok-kelompok di gubuk tani kami, dikarenakan ada
beberapa kelompok tani di desa Nania, kata pak Y salah satu petani Desa
Nania. Ketika penyuluh melakukan pendekatan-pendekatan ke lokasi, saya
sangat senang, karena saya dapat langsung bertatap muka dengan penyuluh
dan bisa berdiskusi, saya dapat menyampaikan apa saja keluhan dan
masalah yang terjadi pada jenis komoditi saya dan juga pembudidayan
sayuran. Nah kemudian penyuluh menulis semua keluhan dan masalah yang
kami sampaikan dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah tersebut.
Satu halnya juga waktu kunjung lapangan harus disesuaikan dengan
kegiatan kami (bpk Y, 52 tahun).”
35

4.6.2. Tingkat Kepuasan Petani


Kepuasan petani berhubunganan langsung dengan kualitas pelayanan yang di
berikan sesuai dengan tingkat kinerja penyuluh dengan harapan petani. Menurut
Kotler, 1994 dalam Tjiptono (2004) mengungkapkan kepuasan petani sebagai tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa harapan dan kinerja yang dirasakan
merupakan komponen pokok kepuasan konsumen / pelanggan.
Tingkat kepuasan petani sayuran di desa Nania melihat pada dua hal yakni
Ketepatan Pelayanan Penyuluhan dan Penampilan Penyuluh. Kepuasan petani
merupakan salah satu faktor kualitas pelayanan yang terfokus pada ketepatan
pelayanan, dimana dimensinya antara lain yaitu, keandalan (reliability), kesigapan
penyuluh dalam merespon masalah yang disampaikan petani, dimensinya yaitu, daya
tanggap (responsivines), keramahan penyuluh dalam menyampaikan informasi,
dimensinya yaitu jaminan (insurance), kemudahan petani dalam menghubungi
penyuluh serta kemampuan penyuluh berkomunukasi dengan petani yang
dimensinya yaitu empati (empathy), serta penampilan penyuluh pada saat melayani
petani, dimensinya yaitu bukti langsung/nyata (tangibels), (Zeithmal dan J.M Bitnar
dalam Umar, 2003).
Tabel 14 Kepuasan Petani Dalam Pengembangan Usahatani Sayuran
No Tingkat Kategori Jumlah Persentase Kisaran
Kepuasan Responden (%)
Petani n = 16
1 Ketepatan Rendah 16 – 18 3 18,75 16 – 24
Pelayanan Sedang 19 – 21 7 43,75
Penyuluhan Tinggi 22 – 24 6 37,50

2 Penampilan Rendah 18 – 19 7 43,75 18 – 21


Penyuluh Sedang 20 – 21 9 56,75
Tinggi < 21 0 0,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2022
36

Indikator ketepatan pelayanan penyuluhan tergolong dalam kategori sedang. Di


karenakan pelayanan dalam menyelesaikan keluhan petani, memberikan informasi
yang jelas dan muda di pahami oleh petani kemudian penyuluh mendorong petani
untuk berinovasi dan menciptakan hal-hal atau ide-ide baru, memerhatikan
kebutuhan yang perlukan petani serta menjalin hubungan baik dengan petani belum
memadai dalam membantu akan kebutuhan petani.
“Menurut bpk R (45 tahun) selama ini pelayanan yang di berikan penyuluh sudah
sangat membantu kami terutama dalam mengembangkan usahatani. Penyuluh
mudah di hubungi dan juga sangat baik sekali membangun hubungan interaksi
dengan kami. Satunya lagi bahasa yang di pakai memakai Bahasa Indonesia yang
lengkap namun dengan bahasa yang dapat kami mengerti yaitu bahasa yang kami
gunakan setiap hari. Dalam menangani masalah atau keluhan yang kami alami, itu
penyuluh selalu membantu dengam cara penyuluh langsung menjawab apa yang
menjadi keluhan dan masalah yang terjadi, itu penyuluh mengumpulkan kami
semua, untuk membahas semua hal yang berkaitan dengan usahatani kami.
Biasanya selalu mengumpulkan kami perkelompok-kelompok, kemudian disitu kami
semua saling bertukar pikiran dengan penyuluh. Melihat sekarang ini banyak lahan-
lahan pertanian sudah di pakai sebagai tempat untuk membangaun gedung-gedung
besar dan lainnya. Penyuluh juga memberikan ide-ide baru atau hal-hal baru
kepada kami untuk mengembangkan usahatani kami kedepan agar menjadi lebih
baik, untuk itu kedepannya harus lebih baik pelayanannya”.
Penyuluh mempunyai peran-peran antara lain, penyuluh sebagai inisiator yang
senantiasa selalu memberikan gagasan atau ide-ide baru. Penyuluh sebagai fasilitator
yang selalu memberikan jalan keluar atau kemudahan-kemudahan, baik dalam
menyuluh atau proses belajar mengajar maupun dalam fasilitas dalam memajukan
usahataninya. Dalam hal ini memfasilitasi kemitraan usaha, berakses ke pasar,
permodalan dan sebagainya. Penyuluh sebagai motivator, senantiasa membuat petani
tahu, mau dan mampu.
Penampilan penyuluh dalam melayani petani itu sangat baik, dilihat dari cara
berpakaiannya, kemudian cara berbicara dengan menggunakan kata-kata atau bahasa
yang mudah mengerti dan dipahami oleh petani dan bagaimana penyuluh
37

menghargai dan menghormati keberadaan petani.

4.6.3. Kapasitas Petani Untuk Pengembangan Usahatani


Kapasitas diartikan sebagai kemampuan petani dalam menjalankan fungsi-fungsi
usahanya, memecahkan masalah, dan merencanakan usaha untuk mencapai tujuan.
Secara umum kapasitas ialah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Kapasitas
petani dalam mengembangkan usahatani sayuran ialah dengan mengidentifikasi
potensi dan mengatasi permasalahan berusahtani.
Kegiatan pengembangan kapasitas (capacity building) merupakan bagian
tahapan dari proses penyebaran inovasi kepada petani tapi sering berjalan tidak
sesuai dengan harapan, sebagaimana yang dinyatakan oleh (Slamet, (2003).
Kapasitas petani dalam mengidentifikasi potensi masalah maupun mengatasi
masalah usahtani masih belum memiliki kemampuan yang baik maka dari itu
kegiatan uahatani berjalan lambat. Salah satu masalah yang sering terjadi misalnya,
hujan deras mengakibatkan banjir, yang otomatis lahan pertanian terendam air.
“Salah satu petani mengatakan jika hujan lebat terus menerus hingga beberapa hari
kami disini sangat setengah mati mengatasinya. Melihat perhatian pemerintah yang
begitu kurang bagi kami. Apalagi adanya sungai kecil yang dekat dengan lahan
pertanian kami. Yah pastinya salah satu hal yang kami lakukan adalah melakukan
persemaian ulang tanaman, begitu lahan tidak lagi terendam. Pastinya juga kami
mengalami kerugian. Pupuk yang begitu mahal, diamana kami harus beli sendiri,
karenakan hampir kami petani di Nania ini kadang tidak mendapat pupuk (A 68
tahun)”.
4.6.4. Keterkaitan Kualitas Pelayanan Penyuluhan Dengan Tingkat Kepuasan
Petani dengan Metode Infortance Performance Analysis (IPA)
Kualitas pelayanan penyuluhan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi
perhatian penuh dalam kegiatan penyuluhan serta dapat membangun dan
mempertahankan ilmu yang diberikan dalam bidang pertanian khususnya dalam
menjalankan usahatani. Menurut Parasuraman et al. (1998), ada lima dimensi dari
kualitas pelayanan:
 Tangible, adalah dimensi yang berkaitan dengan kualitas pelayanan fisik
38

 Reliability, adalah dimensi yang berkaitan dengan sikap penyuluh untuk


selalu memberikan perhatian atas kebutuhan petani.
 Responsiviness, adalah dimensi yang berkaitan dengan ketanggapan
penyuluh pertanian terhadap keluhan para petani.
 Insurance, adalah dimensi yang berkaitan dengan kualitas pelayanan yang
mengarah kepada kemampuan memberikan inspirasi pada kepercayaan.
 Empathy, adalah dimensi yang menekankan perlakuan penyuluh terhadap
para petani sebagai individu-individu
Tabel 15 Hasil Penilaian Tingkat Kepuasan Petani
Tingkat Kepuasan Petani (Y)

Atribut (SB) Skor (3) (B) Skor (2) (TB) Skor (1) ∑
Y

P1 21 18 0 99

P2 39 6 0 129

P3 18 20 0 94

P4 30 12 0 114

P5 24 16 0 104

P6 42 4 0 134

P7 42 4 0 134

P8 0 32 0 64

P9 48 0 0 144

P10 21 18 0 99

P11 48 0 0 144

P12 27 14 0 109

P13 48 0 0 144

P14 27 14 0 109

P15 48 0 0 144

Keterangan: (SB) = Sangat Baik, (B) = Baik, (TB) = Tidak Baik

∑Y = (SB x 3) + (B x 2) + (TB x 1)
Hasil dari ∑Y di dapat dari penilaian kuisioner akhir tingkat kepuasan petani
39

dengan responden berjumlah 16 orang petani Desa Nania, dimana setiap kriteria
dikalikan dengan skor dan semuanya ditambah sehingga didapat jumlah dari tingkat
kepuasan petani, dari tiap responden.
Dari tabel 15 Yang berwarna merah menunjukkan atribut, keinginan dan
kebutuhan petani sayuran terhadap pendekatan penyuluhan dengan menggunakan
metode ceramah, penyuluh memperhatikan kebutuhan yang di perlukan petani serta
penyuluh selalu bersikap ramah, dengan mendapat nilai tertinggi sebesar 144.
Sedangkan untuk atribut yang paling terendah ditandai dalam tabel berwarna kuning
adalah Penyuluh tanggap ketika petani mengajukan saran dan pertanyaan, dengan
nilai sebesar 64. Hal ini menunjukkan kebutuhan petani terhadap pendekatan
penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah, dan penyuluh selalu
memperhatikan kebutuhan yang di perlukan petani serta penyuluh selalu bersikap
ramah dan diharapakan tetap memberikan rasa nyaman dan aman kepada petani.
Tabel 16 Hasil Penilaian Tingkat Kualitas Penyuluhan
Kualitas Penyuluhan (X)
Atribut (SB) Skor (3) (B) Skor (2) (TB) Skor (1) ∑
X

P1 18 20 0 94
P2 18 20 0 94
P3 15 22 0 89
P4 18 20 0 94
P5 6 28 0 74
P6 6 28 0 74
P7 6 28 0 74
P8 3 30 0 69
P9 30 12 0 114
P10 3 30 0 69
P11 3 30 0 69
P12 0 32 0 64
P13 30 12 0 114
P14 36 8 0 124
P15 12 24 0 84
Keterangan: (SB) = Sangat Baik, (B) = Baik, (TB) = Tidak Baik
∑X= (SB x 3) + (B x 2) + (TB x 1)
40

Hasil dari ∑X di dapat dari penilaian kuisioner akhir tingkat kualitas pelayanan
penyuluhan dengan responden berjumlah 16 orang petani, dimana setiap kriteria
dikalikan dengan skor dan semuanya ditambah sehingga didapat jumlah dari tingkat
kualitas pelayanan penyuluhan dari setiap atribut pelayanan.
Dari tabel 16 yang berwarna merah menunjukkan atribut kualitas pelayanan
adalah persiapan penyuluh yang dianggap paling baik oleh petani dalam hal ini
mudah ditemui dan ajak diskusi, dengan nilai tertinggi sebesar 124. Sedangkan untuk
atribut kualitas pelayanan yang memiliki nilai terendah di tandai dengan warna
kuning sebesar 64 berada pada materi penyuluhan tentang budidaya tanaman sayuran
ayau syarat tumbuh tanaman sayuran (penyiapan benih, pesemaian, penyiapan lahan
dan penanaman hingga panen dan pascapanen. Hal ini menunjukan kualitas
pelayanan dalam pelaksanaan penyuluhan sudah boleh dirasakan petani dengan baik
tepat dengan keinginan petani serta kebutuhan petani lainnya
Tabel 17 Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian
No. Atribut ∑X ∑y Tingkat Kesesuaian %
1 P1 94 99 0,94 94%
2 P2 94 129 0,72 72%
3 P3 89 94 0,94 94%
4 P4 94 114 0,82 82%
5 P5 74 104 0,71 71%
6 P6 74 134 0,55 55%
7 P7 74 134 0,55 55%
8 P8 69 64 1,07 107%
9 P9 114 144 0,79 79%
10 P10 69 99 0,69 69%
11 P11 69 144 0,47 47%
12 P12 64 109 0,58 58%
13 P13 114 144 0,79 79%
14 P14 124 109 1,13 113%
15 P15 84 144 0,58 58%
rata-rata 0,75 75%
41

Hasil Tingkat Kesesuaian Respenden dari 15 atribut kualitas pelayanan dan


kepuasan petani di dapat dari hasil penilaian kualitas pelayanan (∑X) dibagi dengan
hasil penilain kuisioner akhir tingkat kepuasan petani (∑Y) dan hasilnya dikalikan
100%. Sedangkan atribut tingkat kesesuaian berada pada kesesuaian metode
penyuluhan dan penampilan penyuluh yang nilainya tertinggi sebesar 113% adalah
pendekatan penyuluhan dengan metode diskusi tanya jawab, ceramah tepat dengan
Dari tabel. dapat diketahui atribut tingkat kesesuaian terendah sebesar 47% adalah
indikator pelaksanaan penyuluhan dalam hal ini kebutuhan petani terhadap materi
penyuluhan kebutuhan petani dan selalu berbicara dengan sopan serta menghargai
dan menghormati keberadaan petani, berbicara dengan bahasa atau kata-kata yang di
pahami petani. Hal ini menunjukkan bahwa petani sangat puas dengan pelayanan
penyuluhan.
Sudaryanto dalam Lodhita (2014) Jika kualitas pelayanan di anggap telah
memenuhi kepuasan petani jika mendapat presentase 80-100%, kesesuaian tersebut
dapat memenuhi harapan dari petani tetapi masih perlu dilakukan perbaikan lagi.
Presentase > 100% dapat dikatakan kualitas pelayanan tersebut telah melebihi
kepuasan petani atau sangat memuaskan.
Hasil dari rata-rata hasil perhitungan tingkat kesesuaian responden adalah 75%.
Hasil rata-rata tingkat kesesuain di dapat dari jumlah seluruh atribut kemudian
hasilnya dibagi dengan 15 atribut. Dapat dikatakan kepuasan petani sudah hampir
memenuhi harapan dari pelayanan artinya petani belum terlalu merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan dan perlu ditingatkan lagi kualitas pelayanannya.
Kaitan Kepuasan Petani terhadap Kualitas Pelayanan Penyuluhan
 Tangible
Tangible terdiri dari kerapihan dan penampilan penyuluh, ketepatan
pelayanan serta kemampuan menggunakan bahasa setempat. Tanggapan
responden terhadap dimensi tangible bahwa petani merasa puas dengan
pelayanan penyuluh yang selalu menggunakan pakaian yang sopan serta
pakaian yang sesuai dengan kegiatan yang sedang dilakukan di lapangan
seperti rompi penyuluh pada saat melakukan kunjungan ke petani dan
lakukan kegiatan langsung di lapangan. Kemampuan penyuluh dalam
42

menggunakan bahasa setempat yaitu bahasa Indonesia dan dialeg ambon dan
di sesuaikan dengan bahasa yang digunakan petani dengan baik sehingga
memudahkan petani dan penyuluh itu sendiri dalam melakukan interaksi.
Karena masih banyaknya petani yang tidak bisa menggunakan dialeg ambon
dengan baik dikarenakan rata-rata petani di Desa Nania berasal dari luar
Ambon. Ketepatan pelayanan penyuluh, pelayanan penyuluh sangat baik di
rumah petani atau pondok-pondok, pinggiran lahan pertanian dimana
kunjungan rutin yang dilakukan oleh penyuluh kepada petani ataupun
menghubungi penyuluh melalui ketua kelompok-kelompok tani. Dan juga
penyuluh memperhatikan kebutuhan yang di perlukan petani seperti
menyediakan alat-alat bantu atau alat peraga yang di butuhkan petani.
 Reliability
Reliability terdiri atas memberikan informasi, membuat rencana usahatani
pada wilayah binaan, membuat rencana pengumpulan data potensi wilayah.
Memberikan informasi kepada petani sangat baik, berupa informasi pasar,
informasi mengenai teknik budidaya sayuran, dan lainnya petani dengan
mudah dan paham akan informasi yang di sampaikan penyuluh. Penyuluh
selalu menyampaikan rencana kegiatan yang bias dilakukan oleh petani,
namun sering terjadi kendala akan kesibukan petani dengan pekerjaan
utamanya. Kegiatan penyuluh atau kunjungan yang dilakukan melalui
sosialisasi tentang teknik budidaya sayuran atau usahatani lainnya demi
membantu petani dalam melakukan usahatani yang lebih baik. Rencana
pengumpulan data potesi wilayah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
permasalahan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah pertanian.
Sebagai acuan untuk penyusunan program.
 Responsiveness
Yang dilihat dari cepat tanggap dalam menyelesaikan masalah, kecepatan
dalam menangani keluhan petani, kecepatan dalam petani mengajukan saran
dan pertanyaan, dan ketepatan dalam pelayanan. Dalam menyelesaikan
masalah kecepatan penyuluh belum dapat dikatakan cepat tanggap
dikarenakan pernah terjadinya banjir akibat derasnya hujan yang begitu lebat
43

sehingga terjadi banjir dan petani terancam mengalami gagal panen. Maka
pengaduan petani baik secara langsung maupun melalui telefon untuk
menyampaikan saran bahkan pertanyaan dan keluhan yang di alamai kepada
penyuluh sehingga bisa menerima dan menangani masalah dan pengaduan
petani tersebut dengan cepat.
 Assurance
Yang dilihat dari penyampaian materi, pendekatan penyuluh dengan metode
ceramah, metode diskusi atau tanya jawab. Penyuluh memberikan materi
yang di dukung dengan penyamapaian materi menggunakan bahasa dialeg
ambon sehari-hari dan pengalaman penyuluh atau keterbiasaan penyuluh
yang sudah lama melakukan penyuluhan sehingga memiliki kecakapan dalam
memberikan materi pada saat kegiatan penyuluhan, metode ceramah serta
diskusi juga berlangsng terjadi interasi yang baik antara penyuluh dengan
petani.
 Empatty
Yang ditekankan pada pelayanan dalam melayani petani dengan memberikan
perhatian tulus, dan bersifat individual dengan berupaya memahami
keinginan petani. Yang terdiri dari memperhatikan keburuhan yang di
perlukan petani, menjalin hubungan yang baik dengan petani, mendorong
petani dengan memberikan inovasi atau menciptakan ide-ide baru.
V. SIMPULAN
Kualitas pelayanan penyuluhan pertanian di Desa Nania dalam
mengembangkan usahatani tergolong dalam kategori sedang, pada indikator
kesiapan penyuluhan, kesesuaian metode penyuluhan dan pelaksanaan
penyuluhan terdapat pada kategori rendah. Dan tingkat kepuasan petani
terhadap pelayanan penyuluhan berdasarkan ketepatan pelayanan penyuluhan
dan penampilan penyuluh berada pada kategori tinggi, artinya petani sangat
puas terhadap pelayanan yang diberikan dalam mengembangkan usahatani.
Hasil dari rata-rata hasil perhitungan dengan analisis IPA menunjukkan
tingkat kesesuaian responden adalah 75% maka kepuasan petani sudah
hampir memenuhi harapan dari kualitas penyuluhan artinya petani belum
terlalu merasa puas terhadap kualitas penyuluhan yang diberikan dan perlu
ditingatkan.
45

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar dan Amelia, Nania Siregar. 2015. Kualitas Pelayanan Penyuluh Pertanian
dan Kepuasan Petani dalam Penanganan dan Pengelolaan Hasil Ubi Jalar.
Jurnal Penyuluhan Vol 5 No. 1.
Abubakar, A., & Siregar, A. N. (2023). KUALITAS PELAYANAN PENYULUH
PERTANIAN DAN KEPUASAN PETANI DALAM PENANGANAN DAN
PENGOLAHAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas L.).
Abdurrahmat. 2008. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Afrinawati. 2006. Efektivitas penyuluhan pertanian terhadap pendapatan usahatani
padi sawah di Kecamatan Indrapura Kabupaten Aceh besar. Jurnal Ilmiah
Pertanian Unsyiah.
Anantanyu S. 2011. Kelembagaan petani: peran dan strategi pengembangan
kapasitasnya. Jurnal SEPA, Vol. 7 (2): 102-109.
Damanik, I. P. N. (2016). Menata Kembali Kelompok Tani di Kota Ambon (Suatu
Pemikiran). Jurnal Agribisnis Kepulauan, 4(3), 29-45.
Departeman Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
Far-Far, R. A. 2011. Pemanfaatan Sumber Informasi Usahatani Oleh Petani Sayuran
di Desa Waiheru Kota Ambon. Agrikan Ummu-Ternate.
Hawakins, H. S., dan A. W. Van Den Ban. 2012. Penyuluhan. Yogyakarta: Kanisius
Hayanti, E., Afrianto, E., & Isyaturriyadhah, I. (2019). Analisis Efektivitas
Kelompok Tani di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten
Merangin. JAS (Jurnal Agri Sains), 3(2).
Junaid, Ilham, “Analisis Data kualitatif dalam penelitian parawisata”, Jurnal
Kepariwisataan, Vol. 10, No 01. 2016.
K. Rangga, Kordiyana, dkk, “Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pertanian Di
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan”, Jurnal Agribisnis
Terpadu, Vol. 13 No 1. Juni 2020. 1-16
Marbun, D. N. 2019. Peran penyuluh pertanian dalan pengembangan kelompok tani
tanaman hortikultura di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli.
Jurnal ekonomi pertanian dan agribisnis, 537-546.
Mardikanto, T. 2009. Sistem penyuluhan di Indonesia. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
Tahitu, M. E. (2013). Kualitas Pelayanan Penyuluhan Pertanian dan Kepuasan Petani
dalam Pengembangan Usahatani (Kasus di Desa Sukadamai Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor). Jurnal Penyuluhan, 9(2).
Mujiburrahmad, Baihaqi Akhmad, Manyamsari Ira, “Analisis Pengaruh Kualitas
Pelayanan Penyuluhan Pertanian Terhadap Kepuasan Petani Dalam
Pengembangan Usahatani Kabupaten Pidie. AGRISEP Vol. 19 No. 1 Maret
2020. 83-98.
Nasrul W. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian untuk Peningkatan
Kapasitas Petani terhadap Pembangunan Pertanian. Jurnal Menara Ilmu. Vol 3
(29).
Rahmawati. “Peran Kinerja Penyuluh dan Efektivitas Pelaksanaan Penyuluhan Pada
Program Intensifikasi Jagung. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 2019
46

S, Mawadda. 2019. Efektivitas penyuluhan pertanian dalam pengembangan usahatani


lada di desa Sanglepongan Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Subagio H. Peran Kapasitas Petani dalam Mewujudkan Keberhasilan Usahatani:
Kasus Petani Sayuran dan Padi di Kabupaten Malang dan Pasuruan Jawa
Timur. Bogor. Sekolah Pascasarjana. IPB
Undang-Undang No 16 Tahun 2016. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan.
Zamroji, Muhmmad, “Efektivitas Penyuluhan Bagi Petani Kecamatan Namo Rambe,
Deli Serdang, Sumatera Utara, Jurnal Masepi, Vol. 3. No, 1. 2018.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Karakteristik Responden
No Umur Luas Pendidikan Lama Jlh.
Responden (Tahun) Lahan Terakhir Berusahatani Tanggungan
(Ha) (Tahun) Keluarga
1 51 0,5 SMP 18 Tahun 4
2 68 0,2 SD 14 Tahun 2
3 57 0,2 SD 14 Tahun 2
4 39 0,25 SMP 8 Tahun 4
5 41 0,5 SD 8 Tahun 4
6 52 0,5 SD 20 Tahun 3
7 54 0,5 SD 20 Tahun 4
8 43 0,25 SD 10 Tahun 2
9 35 0,1 SMP 5 Tahun 2
10 35 0,5 SD 5 Tahun 3
11 65 0,2 SD 22 Tahun 4
12 30 0,2 S1 2 Tahun 3
13 60 0,15 SMP 15 Tahun 4
14 39 0,5 SD 10 Tahun 3
15 52 0,1 SD 21 Tahun 5
16 45 0,5 SD 5 Tahun 3
Total 766 5,15 197 52
48

Lampiran 2
Aribut Kualitas Penyuluhan
No. Atribut Kualitas Penyuluhan Atribut
Tangible
1. Berbicara/berkomunikasi dengan Bahasa atau kata- P1
kata yang mudah di mengerti dan di pahami
2. Menyediakan alat-alat bantu/alat peraga yang P2
dibutuhkan dalam penyuluhan
3. Menghargai dan menghormati keberadaan petani P3
Realiability
4. Pendekatan penyuluhan dengam metode kunjung P4
lapang tepat dengan keinginan dan kebutuhan petani.
5. Mengumpulkan data potensi wilayah dan P5
agroekosistem tanaman
6. Materi penyuluhan tentang perkembangan pasar akan P6
produksi sayuran sesuai dengan kebutuhan petani
Responsivenees
7. Penyuluh memperhatikan kebutuhan yang di perlukan P7
petani
8. Penyuluh memberikan informasi yang jelas dan P8
mudah dipahami oleh petani
9. Penyuluh memberikan informasi yang dibutuhkan P9
petani secara tepat nangani masalah atau keluhan yang
dialami petani secara tepat
Assurance
10. Memberikan materi penyuluhan tentang cara P10
mengidentifikasi dan cara mengatasi masalah
pengembangan usahatani
11. Memberikan materi penyuluhan tentang cara menjaga P11
keberlanjutan usahatani sayuran untuk kelangsungan
pengembangan usahatani
12. Materi penyuluhan tentang budidaya tanaman sayuran P12
ayau syarat tumbuh tanaman sayuran (penyiapan
49

benih, pesemaian, penyiapan lahan dan penanaman


hingga panen dan pascapanen)
Empatty
13. Penyuluh mendorong petani untuk berinovasi P13
(menciptakan hal-hal/ide baru)
14. Mudah ditemui/dihubungi untuk berdiskusi P14
15. Penyuluh menghadapi masalah yang terjadi bersama- P15
sama dengan petani
50

Lampiran 3
Atribut Kepuasan Petani Di Desa Nania
NO Atribut Kepuasan Petani Atribut
Tangiabels
1. Mengenakan pakaian yang sopan pakaian yang sederhana P1
2. Mengenakan pakaian yang sederhana P2
3. Menyediakan alat-alat bantu/alat peraga yang dibutuhkan dalam P3
penyuluhan
Realiability
4. Memberikan Informasi yang jelas dan mudah di pahami oleh P4
petani
5. Membuat rencana usaha tani pada wilayah binaan secara jelas P5
6. Membuat rencana pengunpulan data potensi wilayah dan P6
agroekosistem tanaman sayuran
Responsivenees
7. Penyuluh cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan petani P7
8. Penyuluh tanggap ketika petani mengajukan saran dan pertanyaan P8
9. Penyuluh menangani masalah atau keluhan yang dialami petani P9
secara tepat
Assurance
10. Pendekatan penyuluhan dengan metode ceramah tepat dengan P10
keinginan dan kebutuhan petani
11. Keinginan dan kebutuhan petani sayuran terhadap pendekatan P11
penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah
12. Keinginan dan kebutuhan petani sayuran terhadap pendekatan P12
penyuluhan dengan menggunakan metode diskusi/tanyajawab
Empatty
13. Penyuluh memperhatikan kebutuhan yang di perlukan petani P13
14. Penyuluh mampu menjalin hubungan yang baik dengan petani P14
15. Penyuluh selalu bersikap ramah P15
51

Lampiran 4 Dokumentasi

Gambar 1 Lahan pertanian petani di Desa Nania

Gambar 2 Lahan pertanian petani di Desa Nania

Gambar 3 Lahan pertanian petani di Desa Nania


52

Gambar 4 Proses wawancara mengenai penggunaan pupuk

Gambar 5 Penjelasan mengenai penggunaan alat pertanian

Gambar 6 Membahas tentang jenis sayran yang di usahakan


53

Gambar 7 Membahas tentang permasalahan banjir yang terjadi di lahan pertanian

Gambar 8 Membahas tentang lahan pertanian

Anda mungkin juga menyukai