Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM 11

DESKRIPSI MEDIAMASSA
RADIO

Oleh:
KK: TCAV
1. Fajrianti Rifani Putri NIM: J3A116088
2. Fernando NIM: J3A116096
3. Gilang Ahmad Riva’I NIM: J3A116104
4. Hayatunnisa NIM: J3A116109
5. Hervita Ruwinda Sari NIM: J3A116112
6. Ina Imanesha Sihite NIM: J3A116117

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


PROGRAM DIPLOMA
2016
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Deskripsi
MediaMassa ini.

Kerja Praktek ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh di Program
Keahlian Komunikasi Institut Pertanian Bogor. Dengan selesainya laporan kerja praktek ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada
penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Sutisna Riyanto
selaku dosen pembimbing di Mata Kuliah Pengantar Komunikasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Pendahuluan

A. Latar belakang

Radio merupakan salah satu bentuk media massa yang banyak digunakan masyarakat
untuk mengakses informasi. Radio pertama kali ditemukan oleh Marconi pada tahun 1896.
pada awalnya radio berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan berita ataupun
untuk kepentingan kenegaraan secara umum. Radio publik atau komersil baru muncul pada
tahun 1920-an. Sejak itu perkembangannya berkembang pesat. Radio merupakan sumber
informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan
informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan
ideologi Sistem komunikasi radio adalah sistem komunikasi yang tidak menggunakan kawat
dalam proses perambatannya, melainkan menggunakan udara atau ruang angkasa sebagai
bahan penghantar.

Kehadiran radio di Indonesia dari awal keberadaannya seolah mempertegas


kebudayaan lisan di mayoritas masyarakat Indonesia. Tak heran kalau sampai hari ini masih
ada ma syarakat di Indonesia yang buta hurup (tidak bisa membaca hurup latin) tapi tidak
buta informasi, karena bisa mendengarkan informasi lewat radio.

Pesan pesan yang disampaikan oleh mediamassa radio juga dapat dimengerti oleh
masyarakat dengan baik. Tampilan yang menarik membuat masyarakat menyukai informasi
yang disampaikan namun jika kita amati dari segi komunikasi yang baik terdapat beberapa
kekurangan dari mediamassa radio.Sehingga hal tersebut memberikan beberapa tanggapan
mengenai mediamassa radio. Namun hal tersebut tidak mengurangi eksistensi dari
mediamassa tersebut.

B. Tujuan
Tujuan dengan diadakannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan MediaMassa Radio dalam hal ini Radio Republik Indonesia.


2. Menceritakan sejarah singkat MediaMassa Radio.
3. Mengetahui Sumber Informasi pada MediaMassa Radio dalam hal ini Radio
Republik Indonesia.
4. Mengetahui pesan-pesan apa saja yang disampaikan dalam MediaMassa Radio
dalam hal ini Radio Republik Indonesia.
5. Tanggapan atau Respon khalayak tentang MediaMassa Radio dalam hal ini Radio
Republik Indonesia.
ISI

A. DESKRIPSI RADIO
Radio Republik Indonesia merupakan Lembaga Penyiaran Publik milik bangsa.
Indonesia didirikan pada tanggal 11 September 1945. Radio Republik Indonesia sampai tahun
2009 memiliki 59 stasiun penyiaran tersebar di seluruh Indonesia serta ditambah 1 stasiun
penyiaran Siaran Luar Negeri yang dikenal dengan Voice Of Indonesia. Pada sebuah stasiun
penyiaran RRI di kota besar biasanya terdapat 4 programa antara lain PRO1, PRO2, PRO3
dan PRO4. Segmentasi PRO1 Ragam Musik dan Informasi, PRO2 Gaya Hidup, PRO3
Jaringan Berita Nasional, PRO4 Pendidikan dan Budaya, sedangkan Voice Of Indonesia
siaran luar negeri yang coverage areanya mencakup Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia
Pasifik, Australia, dan Amerika.
B. SEJARAH SINGKAT RADIO
Radio komunikasi pertama di Nusantra bermula dari Bandung pada 2 Mei 1923. J.G.
Prins seorang ahli teknik berkebangsaan Belanda dan kawan-kawannya memprakarsai
pembuatan Studio Pemancar Radio. Siaran perdananya mulai dapat didengar oleh warga
Bandung pada 8 Agustus 1926. Studio Pemancar Radio tersebut diberi nama De
Bandoengsche Radio Vereniging yang dibangun oleh Percetakan Corking. Siaran Radio
ini dapat didengar di seluruh wilayah Priangan. Pemerintah Hindia Belanda mendirikan
Radio Siaran pertama pada 16 Juni 1925 dengan nama Bataviase Radio Vereniging (BRV) di
Batavia. Tahun-tahun selanjutnya bermunculan radio-radio siaran seperti Nederlandsch
Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Batavia, Bandung dan Medan. Solosche Radio
Vereniging (SRV) di Surakarta. Matamase Vereniging Voor Radio Omroep (MAVRO)
di Yogyakarta. Vereniging Oosterse Radio Luistaraars (VORL) di terlengkap, hal
tersebut disebabkan mendapat bantuan penuh dari Pemerintah Hindia Belanda. Dalam
perkembangannya NIROM maju dengan pesat karena mendapat keuntungan besar dalam
bidang keungan yang diambil dari pajak radio.
Keberadaan NIROM pada dasarnya Bandung dan masih banyak lagi Radio Saiaran
lainnya baik yang dikelola oleh warga pribumi maupun Pemerintah Hindia belanda di
berbagai kota besar di Indonesia. Diantara sekian banyak satasiun penyiaran radio tersebut,
NIROM adalah yang terbesar dan adalah untuk memperkukuh penjajahan Hindia Belanda
di Indonesia, karenanya lahirlah radio-radio siaran yang dikelola oleh kaum pribumi untuk
melawan hegemoni siaran NIROM. Sebagai pelopor berdirinya Radio Siaran Pribumi
yang disebut Radio Ketimuran tercatat adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang
didirikan 1 April 1933 oleh Ir. Sarsito Mengunkusumo dengan dukungan penuh dari
Mengkunegoro ke 7 . Setelah berdirinya SRV berdirilah radio-radio lainnya yang dikelola
oleh kaum pribumi di beberapa kota besar di Hindia Belanda termasuk di Bandung. Pada
tahun 1936 ada kabar bahwa Radio Pemerintah Hindia Belanda (NIROM) akan menguasai
seluruh Radio Ketimuran yang tujuannya adalah untuk melemahkan radio yang dikelola
kaum pribumi dan untuk mematikan Radio Siaran Ketimuran. Memanggapi hal tersebut di
atas, maka pada 29 Maret 1937 di Bandung diselenggarakan pertemuan antar wakil
penyelenggara Radio Siaran Ketimuran, pertemuan itu terselengara atas usaha anggota
Volksraad, Mr. Soetardjo Kartohadikoesoemo dan Ir. Sarsito Mangunkusumo yang
dihadiri pula oleh utusan dari Batavia, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan utusan dari Bandung.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan Perserikatan Perkumpulan
Radio Ketimuran (PPRK) yang berkedudukan di Batavia dengan ketua terpilih Mr. Soetardjo
Kartohadikoesoemo. PPRK yang bertujuan untuk memajukan kesenian dan kebudayan
pribumi baru disyahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 30 Juli 1940. Pemerintah
Hindia Belanda menyerahkan segala urusan Radio Ketimuran dari NIROM kepada PPRK
walaupun secara teknis masih tetap diatur oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Ketika Jerman menduduki negeri Belanda dalam perang dunia ke 2 tahun 1940, sikap
Pemerintah Hindia Belanda menjadi lunak yang pada akhirnya PPRK bisa menyelenggarakan
siaran perdananya secara mandiri pada 1 November 1940. Perkembangan siaran radio selama
penjajahan Belanda berakhir pada 1 Maret 1942. Pemerintah Hindia Belanda sebelum
menyerah kepada Jepang pada 8 Maret 1942, terlebih dahulu menghancurkan seluruh
peralatan radio yang dimiliknya agar tidak bisa digunakan oleh Jepang. Selama
kurun waktu penjajahan Jepang semua siaran yang berstatus swasta dimatikan,
kemudian muncul radio radio pendudukan Pemerintah Jepang yang berkedudukan
di Batavia dengan nama HOSO KANRI KYOKU dengan cabang-cabangnya yang berada di
Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Malang dan Surabaya yang diberi
nama HOSO KYOKU. Radi-radio ini digunakan sebagai alat propaganda kepentingan militer
Jepang. Ketika Jepang menduduki Indonesia, semua pesawat radio penerima disegel
dengan maksud rakyat Indonesia tidak bisa nedengarkan siaran radio dari luar negeri. Namun
dengan sembunyi-sembunyi dan berkat usaha para pemuda Indonesia yang bekerja di
HOSO KYOKU sebagian rakyat tetap masih bias mendengarkan siaran-siaran dari luar
negeri. Ketika bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki yang disusul dengan Jepang
menyerah kepada sekutu, kabar itu pun sampai kepada rakyat Indonesia melalui siaran radio
Inggris di London pada tanggal 14 Agustus 1945. Mengetahui Jepang telah bertekuklutut
pada Sekutu, bangkitlah semangat pemuda pejuang dan rakyat Bandung untuk merebut radio
siaran Jepang agar dapat digunakan atau dijadikan alat siaran dalam rangka melanjutkan
perjuangan menuju Indonesia Merdeka. Mereka menganggap ini adalah sauatu kesempatan
untuk mempengaruhi khalayak pendengar agar bangkit bersatu-padu melepaskan diri dari
belenggu penjajahan Jepang. Tokoh politik pada waktu itu Otto Iskandardinata yang selalu
mengisi acara dan sering berpidato di Bandung HOSO KYOKU terus membina semangat
juang para pemuda yang bekerja di bidang komunikasi dan sekali gus memberikan
informasi tentang situasi politik dalam dan luar negeri pada saat itu, hal ini telah melahirkan
antusiasme para pemuda Bandung yang kemudian membentuk Bada Kerja Sama dengan
karyawan SEDENDU (Jawatan Penerangan pada saat itu), termasuk dengan media cetak
antara lain Surat Kabar Tjahaja dan Domei, badan kerjasama ini disebut dengan
SENDORA.
Organisasi inilah yang secara matang merencanakan perebutan dan pengambil
alihan Bandung HOSO KYOKU dari Pemerintah Jepang dan menjadikannya sebagai
alat perjuangan bagi Bangsa Indonesia. Terhitung 11 Agustus 1945 penguasa Jepang
memerintahkan agar seluruh radio menghentikan operasional siarannya, namun Bandung
HOSO KYOKU baru menghentikan siaranya pada 15 Agustus 1945 Dalam rangka
pengambil alihan. Bandung HOSO KYOKU, dibentuklah suatu organisasi penyiaran yang
secara musyawarah disetujui Sam Kawengkeh sebagai Pimpinan Umum, R.A. Darya
sebagai Pimpinan Siaran, R. Herman Gandasomantri sebagai Pimpinan Tata Usaha dan
Bambang Sumiskun sebagap Pimpinan Teknik. Organisasi ini pula yang bertugas untuk
meningkatkan koordinasi dengan para pejuang radio di Jakarta untuk mempersiapkan Call
Sign, Tune Pembuka dan lain-lain yang berkaitan dengan radio siaran. Selama masa
persiapan para pimpinan SENDORA meningkatkan koordinasi dengan para pejuang
radio di Jakarta terutama dalam kaitannya rencana penyiaran proklamasi kemerdekaan
yang sudah menjadi issue yang hangat pada saat itu. Dari kontak dengan para pejuang di
Jakarta dadapat informasi bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia akan
dikumandangkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada 17 Agustus 1945 dari halaman
depan gedung di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Rencana penyiaran
peristiwa bersejarah itu akan dilakukan oleh para pejuang radio melalui radio siaran bekas
HOSO KYOKU Jakarta dan akan direlay oleh Radio Bandung dengan
menggunakan saluran modulasi milik jawatan PTT dengan pemancar berkekuatan 100 kilo
watt. Menjelang saat pembacaan Proklamasi pada 16 Agustus 1945 Radio HOSO KYOKU di
jakarta dijaga ketat oleh tentara Jepang sehingga tidak mungkin dilakukan penyiaran secara
langsung pembacaan teks Proklamasi oleh Bung Karno. Sedangkan di Bandung pada
saat yang sama terjadi peristiwa heroik yang dilakukan oleh para pemuda pejuang radio yang
berhasil merebut dan mengambil alih studio dan pemancar radio Bandung HOSO KYOKU
dari tangan tentara Jepang. Dalam mengantisipasi keadaan pada saat itu agar teks
proklamasi dapat disiarkan langsung dari Bandung, para pejuang radio Bandung
berusaha mengirimkan utusan yang terdiri dari Sukiyun dan Mislan ke Pengangsaan Timur
guna mnyadap suara Bung Karno dengan menggunakan telephone yang akan diteruskan
ke Radio Bandung di Jln. Tegallega No. 14 untuk dipancarluaskan oleh Radio Bandung,
namun usaha itu mengalami kegagalan karena ketatnya penjagaan tentara Jepang dan
diputusnya saluran telephone oleh tentanra Jepang.
Radio Siaran Jakarta dijaga ketat oleh tentara Jepang sehingga tidak
memungkinkan siaran pembacaan teks proklamasi disiarkan langsung, maka Kepala
Siaran Radio Jakarta, Muin yang memiliki teks naskah proklamasi mengambil
inisiatif mengirimkan teks proklamsi tersebut ke Radio Siaran Bandung melalui kurir untuk
dipancarluaskan melalui Siaran Radio Bandung. Pukul 17.00 sore teks tersebut di terima oleh
R.A. Darja pimpinan Siaran Radio Bandung. Pada sore hari, 17 Agustus 1945 Radio Jakarta
berhasil menyiarkan teks proklamasi kemerdekaan RI hanya dengan kekuatan pemancar 1
kilo watt, tentu saja tidak mampu menjangkau wilayah yang luas apa lagi untuk pendengar di
luar negeri. Dunia mendengar Indonesia Merdeka dari Radio Bandung, ini adalah
kejadian paling bersejarah berlangsung pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 19.00 pada hari
Jumat. Dunia digemparkan oleh pekik kemerdekaan yang berkumandang dari
Radio Bandung” Disini Bandung, Siaran Radio Republik Indonesia”begitulah suara
penuh keyakinan dan keberanian dari R.A.Darya dengan kalimat tersebut mengawali
siaran Radio Bandung. Kalimat ini diilhami oleh BBC London, yang disesuaikan
dengan kemungkinan bentuk Negara Indonesia yang mengarah kepada republik pada saat
itu, dan dengan demikian Radio Bandunglah yang pertama menyatakan diri sebagai
Radio Republik Indonesia. Tepat pukul 19.00 Waktu Jawa, berkumandanglah lagu
kebangsaan Indonesia raya, disusul suara penyiar R.A.Darya yang penuh wibawa
mengucapkan ”Disini Bandung, Radio Republik Indonesia” dilanjutkan oleh Sakti Alamsjah
yang membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. ” Proklamasi, kami
bangsa Indonesia , dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan seksama dan
dalam waktu sesingkat-singkatnya. Jakarta tujuh belas bulan delapan tahun 1945. Atas nama
bangsa Indonesia; Soekarno- Hatta” Suara Sakti Alamsjah tersebut terpancar oleh siaran
Radio Bandung melalui dua pemancar bekas Hoso Kyoku dan empat pemancar lainnya milik
Jawatan Pos, Telephon dan Telegraf (PTT) pada gelombang pendek 124 meter, 109 meter,
19 meter dan 31 meter dengan kekuatan pemancar 10 kilo watt dan 100 kilo watt.

C. SUMBER INFORMASI MEDIA


Sumber informasi yang ada pada Radio terdapat dari banyak sumber. Kita dapat
mengambil contoh pada RRI sumber berita dapat diambil dari banyak instansi. Misalkan
materi yang akan dibawakan merupakan berita pendidikan maka dari itu wartawawan dari
organisasi radio tersebut harus mencari berita ke instansi Dinas Pendidikan. Misalnya Materi
yang akan disampaikan mengenai masalah krisis ekonomi maka dari itu, pihak radio juga
harus mengkorfimasi kepada instansi yang menangani masalah keuangan tersebut. Jadi,
kesimpulannya para peliput berita dari radio akan tetap mengkonfirmasi ke suatu instansi atau
lembaga berita tertentu untuk menentukan kredibilitas dan keaktualan berita tersebut.

D. PESAN KOMUNIKASI DALAM MEDIA


Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan dan atau diterima sewaktu tindakan komunikasi
berlangsung. Pesan dapat dikirimkan baik melalui bahasa verbal maupun non verbal. Pesan
juga merupakan suatu wujud informasi yang mempunyai makna. Maka apabila pesan tidak
bisa dipahami oleh penerima maka pesan yang dikirimkan tersebut tidak menjadi informasi.
Tetapi perlu disadari bahwa suatu pesan bisa mempunyai makna yang berbeda bagi satu
individu ke individu lain, karena pesan berkaitan erat dengan masalah penafsiran bagi yang
menerimanya.

Sementara itu, Manheim dalam pemikirannya mengenai konseptualisasi agenda yang


potensial untuk memahami proses agenda setting meliputi tiga hal.
Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi. Intensitas penyajian pesan, dimensi-
dimensinya:

a. Frekuensi penyajian pesan.Frekuensi penyajian pesan


Adalah ukuran jumlah putaran ulang per penyajian pesan dalam selang waktu yang
diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, harus menetapkan waktu, dan menghitung
jumlah pesan tersebut.
b. Kuantitas penyajian pesan.
Kuantitas penyajian pesan adalahbanyaknya jumlah pesan atau berita yang disajikan
dalam suatu siaran radio.
Isi pesan, dimensi-dimensinya:
a. Daya tarik isi pesan
Daya tarik isi pesan ialah kemampuan menarik perhatian dari pesan yang disampaikan
oleh stasiun radio dalam menyiarkan suatu infromasi atau berita.
b. Kejelasan isi pesan
Kejelasan isi pesan adalah pesan yang jelas (gamblang) dari suatu pesan atau
informasi yang disampaikan kepada khalayak.
c. Kelengkapan isi pesan
Kelengkapan isi pesan adalah pesan yang lengkap tanpa kurangnya isi pesan tersebut.
d. Gaya bahasa pesan
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan dalam pesan atau infromasi untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
e. Manfaat pesan
Manfaat pesan adalah kegunaan yang diperoleh dari pesan yang diterima
Teknik penyajian pesan, dimensi-dimensinya
a. Penyajian judul pesan
Penyajian judul pesan adalah pengaturan judul pesan untuk disampaikan pada penerima
pesan.
b. Tata letak pesan
Tata letak pesan adalah usaha untuk menyusun, menata, atau memadukan unsur pesan
yang disampaikan.
Selain unsur-unsur isi pesan, struktur dan teknik penyajiannya sangat menentukan
keberhasilan pesan tersebut untuk diterima pendengar. Selanjutnya Sendjaja (1993)
menyimpulkan bahwa bentuk dan teknik penyajian merupakan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan upaya persuasi. Secara umum ada dua yang perlu diperhatikan, yaitu struktur
pesan dan daya tarik pesan itu sendiri.

Konsep penyiaran RRI yang sebelum menjadi LPP lebih banyak prosentasenya pada
produk tergolong “broadcasting”, namun sejak tahun 2005 menjadi lebih cenderung
bervariatif karena RRI juga mampu membuat program siarannya dalam kategori “narrow-
casting”seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter
bangsa(nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.
E. KHALAYAK
Sebuah penelitian tentang bagaimana keadaan RRI sekarang di tengah
masyarakat setelah RRI berubah status Dari UPT (Unit Pelaksana Teknis)
Departemen Penerangan menjadi perusahaan jawatan dan sekarang sedang dalam
proses menjadi sebuah 'Radio Publik (Public Service Broadcasting).
RRI selama ini mempunyai Brand Image yang kuat, namun Positioning dari RRI
adalah sebagai radio pemerintah yang nota bene adalah suara pemerintah yang
dianggap selalu membela- kepentingan pemerintah atau dengan kata lain hampir 80%
siaran RR1 adalah untuk kepentingan pemerintah. Perubahan status RRI dan
kenginannya menjadi radio publik nampaknya harus disosialisasikan kepada
masyarakat terutama untuk merubah anggapan masyarakat tentang RRI dimasa
lampau dengan RRI sekarang.
Dengan dilakukan penelitian diharapkan dapat diketahui persepsi masyarakat
terhadap RRI dan juga dapat diajukannya sebuah rekomendasi terhadap RRI dalam
melakukan langkah-langkah strategis dalam memasarkan produknya (jasa siaran)
sehingga apa yang di harapkan oleh RRI untuk menjadi radio public dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai