Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Penyiaran Radio dan Televisi serta Karakteristik Radio dan Televisi

Kelompok 1

Nama Kelompok:

1. Aan Khunayfi Aynul Haq (20103025)


2. Muhammad Ibnu Atholillah (20103129)
3. Putri Sahilatur Roziqoh (20103079)
4. Titis Ega Mawarni (20103120)

A. Pendahuluan
Di zaman yang semakin canggih, dimana pemanfaatan teknologi dan
informasi menjadi sebuah keharusan dan kebutuhan, manusia dituntut untuk mampu
beradaptasi dengan segala perubahannya. Dalam kehidupan, manusia tidak lepas dari
proses komunikasi, yaitu sebuah proses saling bertukar informasi atau berita yang
berjalan lancar dan terus menerus.
Penyiaran dan siaran lahir berkat perkembangan teknologi elektronik yang
di aplikasikan kedalam bentuk teknologi komunikasi dan informasi, di rancang
khusus untuk keperluan proses komunikasi antar manusia, dengan cara pemancaran
atau transmisi melalui gelombang elektromagnetik.1 Adapun perkembangan teknologi
penyiaran yang melalui gelombang elektromagnetik Burhan mengatakan “lahirnya
komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi hingga satelit.”2
Penyiaran, pada hakikatnya adalah salah satu keterampilan dasar manusia
ketika berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakannya dan menggunakan
pesan secara efektik untuk berkomunikasi. Penyiaran dalam konteks ini adalah alat
untuk mendongkrak kapasitas dan efektifitas komunikasi massa. Penyiaran Radio dan
Televisi sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Dimulai dari zaman Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde
baru. Selain itu penyiaran Radio dan Televisi memiliki kharakteritik tersendiri. Maka
kita akan membahas tentang “Sejarah Penyiaran Radio dan Televisi serta
Karakteristik Radio dan Televisi”.

1
J. B Wahyudi, Dasar–Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996), p.12.
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), p.107.
B. Pembahasan
1. Sejarah Penyiaran Radio
Sejarah media penyiaran dunia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media
penyiaran sebagai suatu industri. Sejarah media penyiaran sebagai penemuan
teknologi berawal dari diketemukannya radio oleh para ahli teknik Eropa dan
Amerika. Sejarah radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan
radio yang menggunakan gelombang radio. Awalnya sinyal pada siaran radio
ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi
amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal
seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi
ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi
sinyal radio.
Sejarah media penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman
bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima
gelombang radio. Upaya Hertz diteruskan oleh Guglielmo Marconi (1847-1973)
dari Italia yang sukses mengirimkan sinyal morse berupa titik dan garis dari
sebuah pemancar kepada suatu alat penerima. Sinyal yang dikirimkan itu berhasil
menyebrangi Samudera Atlantik pada tahun 1901 dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik.3
Pada tahun berikutnya 1906 seorang promoter yang bernama Lee De
Forest yang menciptakan audio tube (alat yang memngkinkan tranmisi suara)
yang digunakan untuk mengirimkan pesan ke udara. Pada tahun yang sama
seorang yang bernama Reginald Fessenden juga menyiarkan acara di radionya
untuk pertama kalinya yang memutarkan beberapa lagu natal dengan
menggunakan operator nirkabel di laut lepas.4
Radio dalam menyampaikan informasi mulai diakui pada tahun 1909,
ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan
penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio menjadi
medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat
sehingga kemudian semua orang mulai melirik media ini. Pesawat radio yang
3
Morrisan, Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta : Kencana, 2008). hlm.
3.
4
Vivian, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 194.
pertama kali diciptakan yaitu memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik serta
sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari batrai yang berukuran
besar.
Stasiun radio pertama kali muncul ketika seorang ahli teknik bernama
Frank Conrad di Pittsburgh AS (1920), secara iseng menyiarkan lagu-lagu,
mengumumkan hasil pertandingan olahraga dan menyiarkan instrumen musik
yang dimainkan putranya sendiri melalui pemancar radio di garasi rumahnya. 5
Menyusul keberhasilan Frank Conrad, stasiun radio lainnya bermunculan dan
mulai menyiarkan program informasi dan hiburan yang diproduksi sendiri.
Namun, karena alasan anggaran untuk biaya produksi yang besar maka kondisi
ini menimbulkan gagasan untuk mengadakan sistem jaringan. Perusahaan
penyiaran National Broadcasting Company (NBC) adalah yang pertama kali
membangun sistem jaringan pada tahun 1926.6
Tahun 1962, perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas
produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada dirumah
sehingga lebih praktis, menggunakan dua konsep untuk mencari sinyal, antena
dan penampilannya yang lebih baik menyerupai peralatan furniture.
Tahun 1930 amatir radio di Indonesia telah membentuk organisasi yang
menamakan dirinya NIVERA (Netherland Indische Vereniging Radio Amateur)
yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia. Berdirinya radio
ini disahkan oleh pemerintah Hindia-Belanda.7
Akhir tahun 1945 sudah ada sebuah organisasi yang dinamakan PRAI
(Persatoean Radio Amatir Indonesia). Namun pada tahun 1952, pemerintah mulai
represif mengeluarkan ketentuan bahwa pemancar radio amatir dilarang
mengudara kecuali radio milik pemerintah dan bagi radio yang melanggar akan
diberikan tindakan subversive. Namun ditahun 1966, seiring dengan runtuhnya
orde lama, antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak
terbendung lagi.
Tahun 1966 mengudara radio Ampera yang merupakan sarana
perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru. Dan akhirnya

5
Ibid, hlm. 3.
6
Ibid, hlm. 4.
7
Ibid, hlm. 4-7
muncul pula beberapa radio amatir lainnya yang melakukan kegiatan penyiaran
dan terbentuklah ORARI (Organisasi Radio Amatir Indonesia) pada 9 Juli 1968.
Maraknya stasiun radio dikelola seadanya maupun secara komersial
menjadi ukuran bahwa media radio semakin banyak diminati. Dengan beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh radio menjadikan radio mampu mengalahkan jenis
media lainnya. Sehingga pertumbuhan media televisi, internet, media cetak dan
teknologi informasi lainnya tidak serta merta membuat radio terpuruk. Justru
radio semakin bertumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan tumbuh
bersama dengan kedahsyatan informasi teknologi. Hingga saat ini radio masih
mempunyai tempat dihati pendengarnya, didukung dengan beragam masing-
masing program yang dimiliki sebuah stasiun serta kecepatan dalam menyajikan
berita ataupun informaasi yang masih diakui hingga sekarang.

2. Sejarah Televisi
Sejarah televisi dimulai oleh Amerika Serikat pada tahun 1939 yang di
mana saat itu berlangsung World’s Fair di New York. Selain di Amerika Serikat,
Inggris juga termasuk negara yang paling lama dalam eksperimen di bidang
televisi. BBC yang kini merupakan salah satu organisasi televisi terbesar di dunia
sudah mencoba mengadakan siaran sejak tahun 1929 dan tanggal 2 November
1936 ditetapkan sebagai hari jadinya (Morissan, 2011: hal 6).
Di Indonesia sendiri, sejarah pertelevisian dimulai pada era Orde Lama
yang lalu masyarakat hanya memiliki satu pilihan siaran televisi pemerintah yakni
TVRI. TVRI yang di lahirkan pada tanggal 24 Agustus 1962, tercatat sebagai
televisi siaran teristerial yang pertama dan satu-satunya milik pemerintah hingga
awal tahun 1990. Pada awalnya TVRI adalah medium pemerintahan Soekarno
yang berda pada sebuah yayasan untuk memperkenalkan bangsa Indonesia pada
dunia luar. Adapun kelahirannya tidak lepas dari upaya menegakkan eksistensi
bangsa Indonesia melalui event Pekan Olahraga Asian Games pada tahun 1962.
Setelah Asian Games sukses di gelar, tepatnya pada Oktober 1963, struktur
organisasi TVRI terbentuk (Morissan, 2011: hal 9).
Pertimbangan bahwa frekuensi merupakan milik publik yang seharusnya
dinikmati dan di manfaatkan oleh publik sesuai daerahnya membuat pemerintah
menerapkan program televisi berjejaringan. Ada dua model televisi berjejaringan
yang dibuat, yaitu sistem stasiun berjejaringan (biro) dan kerjasama dengan
televisi-televisi lokal. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang
penyiaran menyepakati konsep siaran berjaringan sebagai kemitraan antara
stasiun penyiaran lokal dengan stasiun yang bersiaran secara nasional. Dalam
pasal 6 ayat 3 Undang-Undang penyiaran bahwa dalam sistem penyiaran nasional
terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang
dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal, inti dari
pasal tersebut adalah siaran berjaringan secara umum dapat dilihat sebagai sistem
penyiaran yang terdiri dari dua sub sistem, yakni stasiun induk jaringan dan
anggota jaringan yang memiliki hubungan tertentu dimana keberadaan sistem
siaran berjaringan hendaknya dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
serta aspek-aspek krusial yang membentuk sebuah sistem (Ciptono Setyobudi,
2006: hal 12).
Konsep stasiun berjaringan adalah satu upaya menghindari terjadinya
pemusatan kepemilikan atau monopoli media. Konsep ini penting bagi
demokratisasi penyiaran karena keterpusatan industri media kepada segelintir
pemilik saja akan cenderung mengabaikan pluralitas pendapat dan gagasan.
Diversity of ownership menjadi satu hal yang penting karena kepemilikan media
akan mempengaruhi isi media, dan isi media selalu merefleksikan kepentingan
mereka yang membiayainya (Ciptono Setyobudi, 2006: hal 13).
Salah satu televisi swasta nasional yang menerapkan sistem televisi
berjejaringan ialah Metro TV lalu diikuti oleh kompetitornya yaitu TV ONE.
Metro TV merupakan anak perusahaan dari media group yang dimiliki Surya
Paloh. Surya Paloh mengambil alih Media Indonesia dan arena teknologi yang
tinggi, Surya Paloh membangun televisi berita yang mengikuti teknologi dari
media cetak ke media elektronik. Metro TV juga merupakan televisi swasta berita
24 jam pertama di Indonesia. Stasiun TV ini pada awalnya memiliki konsep agak
berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari,
stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi
dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan
dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang
menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-
satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron.
Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di
Indonesia (Indonesia Now) yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini
dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia. Metro TV telah
disiarkan di 280 kota yang tersebar di Indonesia, yang dipancarkan dari 25
transmisi, dan salah satunya berada di Jawa Timur. Selain menampilkan siaran
dari Metro TV Jakarta, Metro TV jawa timur saat ini telah melakukan siaran
lokal, dengan menyajikan berita seputar Jawa Timur.
Pada mulanya Metro TV Jawa Timur merupakan Metro TV biro
Surabaya. Seiring dengan pesatnya kebutuhan akan informasi terutama bagi
masyarakat Jawa Timur, Metro TV biro Surabaya kemudian diubah menjadi
stasiun Metro TV Jawa Timur. Metro TV Jawa Timur merupakan stasiun televisi
berita di Jawa Timur yang awalnya merupakan kantor biro Metro TV untuk
wilayah di Jawa Timur. Dengan pesatnya kebutuhan masyarakat akan informasi,
terutama bagi masyarakat Jawa Timur. Metro TV biro Jawa Timur diubah
menjadi stasiun televisi lokal yaitu Metro TV Jawa Timur yang menyajikan
berita-berita seputar Jawa Timur. Latar belakang yang didirikannya Metro TV
Jawa Timur adalah masyarakat Jawa Timur yang memiliki keragaman dalam
informasi tetang berbagai hal yang bersifat khas maupun global. Dengan adanya
dasar pemikiran tersebut maka Metro TV Jawa Timur hadir dengan program yang
memiliki kedekatan dengan kehidupan masyarakat Jawa Timur.
Metro TV Jawa Timur menyajikan berbagai informasi yang diharapkan
mampu meningkatkan perkembangan potensi Jawa Timur di berbagai bidang.
Metro TV Jawa Timur memiliki jatah siaran dua jam setiap harinya, yaitu pukul
13.00 sampai 14.00 WIB dan pukul 04.00 sampai 05.00 WIB. Metro TV Jawa
Timur memiliki empat program acara yaitu Buletin Jawa Timur (Pk. 13.00- 13.30
WIB) yang merupakan berita Hard News dengan tayangngan berita up to date
atau re-run dari berita Jurnal Pagi sebelumnya, Titik Tengah mulai hari Senin
sampai Kamis ( Pk. 13.30-14.00 WIB), Tokoh Bicara setiap hari Jumat ( Pk.
13.30-14.00 WIB). Titik Tengah dan Tokoh Bicara merupakan dialog yang
dibawakan seorang presenter dan maksimal dua narasumber yang dapat dipercaya
untuk memberikan suatu pendapat tentang topik yang telah dipilih oleh produser.
Jurnal Pagi (Pk. 04.00-05.00 WIB) memiliki durasi terpanjang dalam enam
segmen yang merupakan dua kombinasi yaitu Hard News dan Soft News. Berita
Hard News hampir sama dengan berita di program Buletin Jatim, namun pada
segment keempat sampai terakhir merupakan Soft News yang menampilkan
tentang suatu kehidupan atau berita yang lunak dan menayangkan putaran film
dan musik yang telah dipilih oleh produser sesuai dengan topik yang telah
ditentukan. Penulis melakukan kegiatan kerja praktek di Metro TV Jawa Timur
karena di dalam program acara yang di tayangkan merupakan keragaman konten
yang merupakan kebutuhan masyarakat di Jawa Timur. Selain itu, berita-berita
yang diangkat oleh Metro TV Jawa Timur lebih diutamakan peristiwa-peristiwa
di Jawa Timur.

3. Karakteristik Radio
Radio memiliki karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia, karena memberikan banyak kontribusi yang besar bagi
perkembangan komunikasi massa. Karakteristik radio memberikan manfaat yang
unik, baik yang ditinjau dari sisi kelebihan maupun kekurangan. Dengan
memahami kelebihan dan kekurangannya. Dengan memahami kelebihan dan
kekurangan radio, penyiar dapat merencanakan konsep implementasi untuk
menghasilkan produk siaran yang lebih efektif dan efisien.
Berikut karakteristik radio memberikan manfaat yang menurut buku
Media Fark Book-KBP, Pedroche, Tolede dan Montila, sebagai berikut:
1. Menarik imajinasi.
2. Cepat, radio merupakan alat informasi yang efisien dan tanpa banding.
3. Mudah dibawa.
4. Tidak memerlukan kemampuan membaca atau menulis.
5. Tidak memerlukan konsentrasi yang penuh dari pendengarnya.
6. Cukup murah.
7. Mudah digunakan dan pengoperasiannya.8

Selain itu karakteristik radio adalah personal, penyiar harus


menumbuhkan empati dan simpati. Supaya topik yang disampaikan bukan Cuma
menempel di otak, melainkan juga dapat menempel di hati. Jadi, kita harus
menjadi teman yang care buat pendengar kita. Ibaratnya, kalau Cuma sekedar say
hi atau halo aja itu Cuma teman biasa saja. Tetapi, teman yang yang care adalah
yang ketika mereka sedih, kita ada disampingnya untuk menghibur.

8
Ummyssalam A.T.A Duludu, Buku Ajar Kurikulum Bahan dan Media Pembelajaran PLS, Cetakana 1
Yogyakarta: Oktober 2017, hal.81
Dalam market (audiens) radio berbeda-beda rentang usianya yang
cukup jauh, misalnya 15-25 tahun atau 15-35 tahun. Jadi kita sebagai penyiar
selain berwawasan, kita harus humble, mengayomi, dan juga bisa mengajak
bicara secara personal dengan rentang usia yang cukup jauh.9

4. Karakteristik Televisi

Televisi merupakan salah satu komunikasi yang menggunakan media


sehingga penyampaian pesan melalui televisi dinamakan proses komunikasi
massa, dimana setidaknya terdapat lima ciri-ciri dari komunikasi massa yang
disebutkan oleh Onong Uchyana Effendy berikut ini:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah Artinya komunikasi hanya


berlangsung satu arah dan tidak terdapat arus balik kepada komunikator.
Karena arus balik dalam komunikasi massa tidak dapat diketahui seketika
oleh komunikator atau dengan kata lain hanya diketahui setelah proses
komunikasi itu terjadi. Dalam hal ini arus balik yang tidak langsung sering
disebut arus balik tertunda (delayed feedback).
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai
saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau
organisasi yang oleh karena itu komunikatornya juga melembaga.
Komunikator pada komunikasi massa bertindak atas nama lembaga sejalan
dengan kebijakan surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya karena
media yang dipergunakan adalah suatu lembaga yang menyebarluaskan
pesan komunikasinya.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum. Pesan yang disebarkan melalui
media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai
kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan pada perorangan atau kepada
kelompok yang tertentu.
4. Media massa menimbulkan keserampakan. Kemampuan media massa untuk
menimbulkan keserempakan pada khalayak dalam menerima pesan-pesan

9
Aprillia Ramadhina, Turn On The Radio, cetakan pertama Jakarta: Bukune 2015, hal.195.
yang disampaikan dan ini merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan
dengan media komunikasi yang lainnya.
5. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan atau
khalayak merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam
proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat
heterogen. Karena keberadaan mereka yang terpencar-pencar,satu sama lain
yang tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi dan mereka
saling berbeda dalam berbagai hal.10

Sedangkan Media televisi memiliki berbagai karakteristik yang


membedakannya dengan media massa lainnya yaitu audiovisual, berpikir dalam
gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks. Karakteristik media televisi
juga dapat dilihat dari televisi sebagai media komunikasi, televisi sebagai media
elektronik, dan televisi sebagai media audiovisual (Elvinaro dan Lukiati Komala,
2007:128, komunikasi massa suatu pengantar). Ditinjau dari stimulasi alat indra,
dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat
stimulus yakni televisi. Dalam Radio siaran menggunakan alat indra
pendengaran, sedangkan dalam surat kabar dan majalah menggunakan indra
penglihatan. Berikut adalah karakteristik televisi:11

1) Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni


dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya
mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat
gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa
elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari
kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

2) Berpikir dalam Gambar

10
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2005) hal. 80-83
11
Rema Karyanti S, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 137
Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah
visualisasi yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang
menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran yakni kegiatan
merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya
mengandung makna tertentu.

3) Pengoperasian Lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran jauh lebih


kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan lebih
banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh
orang-orang yang terampil dan terlatih. Namun, setiap media komunikasi
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tidak ada satu media pun yang dapat
dipergunakan untuk memenuhi segala macam tujuan komunikasi.

C. Penutup

1. Kesimpulan
Sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi berawal dari
diketemukannya radio oleh para ahli teknik Eropa dan Amerika. Sejarah radio
adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang menggunakan
gelombang radio. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui
gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun
modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog.
Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal
digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio. Sejarah media
penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Heinrich Hertz pada
tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Stasiun radio
pertama kali muncul ketika seorang ahli teknik bernama Frank Conrad di
Pittsburgh AS (1920). Tahun 1930 amatir radio di Indonesia telah membentuk
organisasi yang menamakan dirinya NIVERA (Netherland Indische Vereniging
Radio Amateur) yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia.
Berdirinya radio ini disahkan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Akhir tahun 1945
sudah ada sebuah organisasi yang dinamakan PRAI (Persatoean Radio Amatir
Indonesia). Namun pada tahun 1952, pemerintah mulai represif mengeluarkan
ketentuan bahwa pemancar radio amatir dilarang mengudara kecuali radio milik
pemerintah dan bagi radio yang melanggar akan diberikan tindakan subversive.
Sejarah televisi dimulai oleh Amerika Serikat pada tahun 1939 yang di
mana saat itu berlangsung World’s Fair di New York. Selain di Amerika Serikat,
Inggris juga termasuk negara yang paling lama dalam eksperimen di bidang
televisi. Di Indonesia sendiri, sejarah pertelevisian dimulai pada era Orde Lama
yang lalu masyarakat hanya memiliki satu pilihan siaran televisi pemerintah yakni
TVRI. TVRI yang di lahirkan pada tanggal 24 Agustus 1962, tercatat sebagai
televisi siaran teristerial yang pertama dan satu-satunya milik pemerintah hingga
awal tahun 1990. Pada awalnya TVRI adalah medium pemerintahan Soekarno
yang berda pada sebuah yayasan untuk memperkenalkan bangsa Indonesia pada
dunia luar. Adapun kelahirannya tidak lepas dari upaya menegakkan eksistensi
bangsa Indonesia melalui event Pekan Olahraga Asian Games pada tahun 1962.
Berikut karakteristik radio memberikan manfaat yang menurut buku
Media Fark Book-KBP, Pedroche, Tolede dan Montila, sebagai berikut: Menarik
imajinasi, Cepat, radio merupakan alat informasi yang efisien dan tanpa banding.
Mudah dibawa, Tidak memerlukan kemampuan membaca atau menulis, Tidak
memerlukan konsentrasi yang penuh dari pendengarnya, Cukup murah, dan
Mudah digunakan dan pengoperasiannya.
Televisi merupakan salah satu komunikasi yang menggunakan media
sehingga penyampaian pesan melalui televisi dinamakan proses komunikasi
massa. Sedangkan Media televisi memiliki berbagai karakteristik yang
membedakannya dengan media massa lainnya yaitu audiovisual, berpikir dalam
gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks. Karakteristik media televisi
juga dapat dilihat dari televisi sebagai media komunikasi, televisi sebagai media
elektronik, dan televisi sebagai media audiovisual (Elvinaro dan Lukiati Komala,
2007:128, komunikasi massa suatu pengantar).

2. Daftar Pustaka
Burhan Bungin (2006), Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Mufid, Muhammad. (2005). Komunikasi Regulasi dan Penyiaran. Jakarta: Prenanda
Media
Morrisan (2008), Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi.
Jakarta : Kencana.
Setyobudi Ciptono. (2006). Pengantar Broadcasting Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Vivian (2008), Teori Komunikasi, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai