Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI


KOMUNIKASI
“EVOLUSI RADIO DI ERA STREAMING DIGITAL”
Dosen Pengampu :
Kurnia Arofah, M. Si.

Disusun oleh :
1. Mitsal Helmi 153160042
2. Choirunnisa Nabila S 153160096
3. Estavita C P 153160114
4. Ali Farhan Qutb 153160124
5. Aliza Natalia Br Kemit 153160163

KELAS E

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
A. LATAR BELAKANG

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman signal


dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara serta
mampu merambat pada ruang angkasa yang hampa udara karena gelombang
ini tidak memperlukan medium pengangkut.

Sejarah munculnya teknologi radio :

 Tahun 1896, seorang ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi mematenkan


temuannya mengenai telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit.
Alat yang ditemukannya itu menjadi awal penggunaan teknologi untuk
menciptakan radio. Awalnya sinyal yang dapat dikirim oleh jaringan
nirkabel itu kurang dari 10 mil. Namun pada 1897, Guglielmo Marconi
kembali mempublikasikan temuan baru yang dapat mengirim sinyal
nirkabel pada jarak yang lebih jauh dari sebelumnya, yaitu 12 mil.
 Tahun 1899, Guglielmo Marconi berhasil melakukan komunikasi nirkabel
antara Perancis dan Inggris melalui Selat Inggris dengan menggunakan
osilator tesla.
 Tahun 1904, John Ambrose Fleming berhasil menemukan tabung audio
yng dapat digunakan sebagai penerima sinyal nirkabel untuk teknologi
radio yang sebelumnya dikembangkan oleh Guglielmo Marconi.
 Tahun 1906, Dr. Lee de Forest mengembangkan teknologi tabung audio
yang terdiri dari tiga elemen, disebut triode audion. Penemuan Lee de
Forest memungkinkan sinyal gelombang suara ditransmisikan melalui
sistem komunikasi nirkabel. Walaupun sinyal yang ditangkap oleh alatnya
itu masih sangat lemah.
 Tahun 1912, Edwin Howard Armstrong menciptakan alat yang disebut
radio amplifier, yaitu sebuah alat untuk penguat gelombang radio. Alat ini
bekerja dengan cara menangkap sinyal elektromagnetik dari transmisi
radio dan mengirim sinyal balik dari tabung audio. Dengan penguat
gelombang radio ini, sinyal yang dihasilkan akan meningkat sebanyak
20.000 kali per detik. Alat ini pun dapat memungkinkan keluarnya suara
lebih keras, sehingga dapat didengar langsung tanpa membutuhkan
earphone. Penemuan alat ini kemudian menjadi sangat penting dalam
sistem komunikasi radio karena jauh lebih baik dan efisien dibandingkan
temuan alat sebelumnya.
 Tahun 1933, Edwin Howard Armstrong kemudian menemukan sistem
modulasi frekuensi (FM) yang menghasilkan suara lebih jernih, serta tidak
terganggu oleh cuaca buruk. Akan tetapi penemuannya itu tidak banyak
didukung oleh masyarakat, karena ketika alat barunya itu diciptakan
sedang terjadi pergejolakan ekonomi di dunia, sehingga tidak dapat
diproduksi secara missal.
 Tahun 1940, Armstrong mendirikan stasiun radio FM pertama dengan
biayanya sendiri Perjuangannya mengembangkan sistem FM sangatlah
berat hingga akhirnya ia depresi dan memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya.
 Akhir 1960-an, FM ciptaan Armstrong menjadi sistem yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hampir 2000 stasiun radio FM tersebar di
seluruh wilayah Amerika. Modulasi frekuensi menjadi alat yang
menyokong munculnya gelombang mikro (microwave). Hingga akhirnya
FM diakui sebagai sistem unggul yang sangat berpengaruh di segala
bidang komunikasi.
B. PERKEMBANGAN EVOLUSI RADIO DI ERA

STREAMING DIGITAL DAN PENGAPLIKASIANNYA DI


INDONESIA
Sejarah radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan
radio yang menggunakan gelombang radio. Stasiun radio paling awal
menggunakan sistem radio telegrafi dan tidak membawa audio. Agar siaran
audio dimungkinkan, perangkat deteksi dan amplifikasi elektronik harus
digunakan.

a. Dilihat dari Segi Teknis


Sejarah penemuan radio dimulai di Inggris dan Amerika
Serikat. Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space
menyatakan bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun
1802 oleh Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek
dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, di antaranya
adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia
dijuluki scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-
rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetik, yakni
gelombang yang digunakan radio dan televisi.
Pada tahun 1896 ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi mendapat hak
paten atas telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Pada saat itu
sinyal ini hanya bisa dikirim pada jarak dekat. Namun, hal inilah yang
memulai perkembangan teknologi radio. Pada tahun 1897, Marconi kembali
mempublikasikan penemuan bahwa sinyal nirkabel dapat ditransmisikan pada
jarak yang lebih jauh (12 mil (19000 m)).
Selanjutnya, pada tahun 1899 Marconi berhasil melakukan
komunikasi nirkabel antara Prancis dan Inggris lewat Selat Inggris dengan
menggunakan osilator Tesla.John Ambrose Fleming pada tahun 1904
menemukan bahwa tabung audion dapat digunakan sebagai receiver nirkabel
bagi teknologi radio ini. Dua tahun kemudian Dr. Lee De Forest menemukan
tabung elektron yang terdiri dari tiga elemen (triode audion). Penemuan ini
memungkinkan gelombang suara ditransmisikan melalui sistem komunikasi
nirkabel. Tetapi sinyal yang ditangkap masih sangat lemah.
Barulah pada tahun 1912 Edwin Howard Armstrong menemukan
penguat gelombang radio disebut juga radio amplifier. Alat ini bekerja
dengan cara menangkap sinyal elektromagnetik dari transmisi radio dan
memberikan sinyal balik dari tabung. Dengan begitu kekuatan sinyal akan
meningkat sebanyak 20.000 kali per detik. Suara yang ditangkap juga jauh
lebih kuat sehingga bisa didengar langsung tanpa menggunakan earphone.
Penemuan ini kemudian menjadi sangat penting dalam sistem komunikasi
radio karena jauh lebih efisien dibandingkan alat terdahulu. Meskipun
demikian hak paten atas amplifier jatuh ke tangan Dr. Lee De Forest.
Penggunaan radio sebagai alat atau media komunikasi massa pada
awalnya diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Selanjutnya Le
De Forrest melalui eksperimen siaran radionya, yang telah menyiarkan
kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1916, sehingga ia
dikenal sebagai pelopor penyiaran radio.
Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang
data yang kontinu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi
frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog.
Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet
dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Sebelum televisi terkenal, siaran radio komersial termasuk drama,
komedi, beragam program serta hiburan lainnya; tidak hanya berita dan
musik. Radio AM bekerja dengan prinsip memodulasikan gelombang radio
dan gelombang audio. Kedua gelombangg ini sama-sama memiliki amplitudo
yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo
gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitudo gelombang audio.
Awalnya penggunaan radio AM hanya untuk keperluan penggunaan
telegram nirkabel. Orang pertama yang melakukan siaran radio dengan suara
manusia adalah Reginald Aubrey Fessenden. Ia melakukan siaran radio
pertama dengan suara manusia pada 23 Desember 1900 pada jarak 50 mil
(dari Cobb Island ke Arlington, Virginia) Saat ini radio AM tidak terlalu
banyak digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas suara yang
buruk.
Ketika radio AM mulai umum digunakan, Armstrong menemukan
masalah saat radio lain ditransmisikan menggunakan kekuatan sinyal yang
sama. Pada saat itu gelombang audio ditransmisikan bersama gelombang
radio dengan menggunakan modulasi amplitudo (AM). Modulasi ini sangat
rentan akan gangguan cuaca. Pada akhir 1920-an Armstrong mulai mencoba
menggunakan modulasi dimana amplitudo gelombang penghantar (radio)
dibuat konstan.
Pada tahun 1933 ia akhirnya menemukan sistem modulasi
frekuensi (FM) yang menghasilkan suara jauh lebih jernih, serta tidak
terganggu oleh cuaca buruk. Sayangnya teknologi ini tidak serta merta
digunakan secara massal. Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan
prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang
radio (sebagai penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio
FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
Saat ini inovasi media radio sudah mencapai massa radio streaming
yang sudah sangat berkembang di Indonesia. Berawal dari tahun 1990 dimana
radio streaming menggunakan broadcast.com tetapi broadcast.com
mengalami kerugian sehingga menjual sahamnya kepada Yahoo! dan
sekarang di Indonesia sudah banyak host server yang telah memberikan
fasilitas radio streaming berbayar.
Masyarakat Indonesia bisa mengakses radio streaming dari berbagai
daerah bahkan yang berada di luar negeri. Hal ini sangat memudahkan kita
yang berada di luar kota atau pun merantau ke luar negeri, apabila ingin
mendengarkan siaran radio dari daerah asalnya. Sudah banyak radio swasta
yang membuat radio streaming sehingga memudahkan pendengar untuk
mengaksesnya. Radio streaming dapat didengarkan melalui internet atau
melalui aplikasi seperti Winamp, ITunes, Podcast, dan Win Media Player
maupun melalui software lainnya.
Radio internet sudah dimanfaatkan oleh mahasiswa Indonesia yang
sedang meneruskan studi di luar negeri. Mereka membuat radio streaming
berbahasa Indonesia sebagai wujud kerinduan mereka pada tanah air.
Radio tersebut dinamakan PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang tidak hanya
ada di Belanda, tetapi juga di seluruh dunia sehingga dapat mempererat rasa
nasionalisme mereka walaupun mereka tidak tinggal di Indonesia dan
membuat mereka tidak melupakan tanah air. 
Sehingga dengan adanya radio streaming dapat meningkatkan
kreativitas masyarakat dan ikut berpartisipasi dalam dunia broadcasting,.
Masyarakat dapat dengan mudah membuat radio streaming. Sudah
banyak radio lokal yang membuat siaran melalui streaming dari berbagai
macam segmen, dengan adanya beragam segmen ini memudahkan kita untuk
memilih siaran yang mana yang kita suka dan butuhkan. Contoh radio swasta
yang mempunyai radio streaming yaitu radio Prambors. Biasanya radio
semacam Prambors ini dibuat oleh sekelompok orang yang memiliki hobi
yang sama. Di dalam komunitas tersebut mereka membentuk sebuah radio
dan pendengar dapat memilih siaran apa yang ingin didengar sesuai dengan
komunitasnya. Contoh seperti RKTI (Radio Komunitas Twitter Indonesia).
Dimana terdapat berbagai siaran yang disiarkan oleh komunitas Twitter
Indonesia.
Seiring berkembangnya radio streaming ini dapat dijadikan lahan
bisnis oleh masyarakat dan membangun kreativitas masyarakat. Penentuan
jenis siaran apa yang harus disiarkan begitu pula dengan konsep penyiaran
dan pemilihan lagu yang akan disiarkan pada radio streaming ini. Penetuan
suara siaran ataupun stasiun radio yang ingin didengarkan sesuai dengan
komunitas dan ideologi seseorang.
Everett M. Rogers (1986) dalam bukunya Communication
Technology; The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan
komunikasi di masyarakat dikenal empat era komunikasi, yaitu : era tulis, era
media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif
(Bungin, 2006:111). Bergesernya penyebaran informasi dari media cetak ke
media komunikasi interaktif melalui radio yang bersifat interaktif dengan
dukungan media sosial yang membersamainya sangat mempercepat
penyebaran arus informasi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Mc
Quail (2010:141) bahwa media baru memiliki ciri, yakni; (1) digitalisasi dan
konvergensi pada semua aspek media, (2) interaktif dan konektivitas yang
tinggi, (3) mobilitas pengiriman dan penerimaan informasi yang cepat, (4)
adaptasi publikasi dan peran baru khalayak, (5) menjadi gateway untuk bisa
mengakses informasi di web, (6) kaburnya institusi media yang selama ini
dilembagakan pada media massa. Jadi, perkembangan media radio
konvensional menjadi radio streaming ini didukung dengan adanya
digitalisasi yang merupakan bagian dari media baru yang berintegrasi
membentuk suatu media interaktif yang kreatif dengan konektivitas yang
tinggi.

b. Dilihat dari Segi Organisasi


- Masa Penjajahan Belanda
Awal sejarah radio di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan
Belanda. Pada masa-masa inilah, Belanda dipusingkan pada berbagai
peristiwa besar yang mengobarkan semangat nasionalisme di kalangan kaum
pribumi yaitu dengan didirikannya Budi Utomo pada tahun 1908 dan gerakan
Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Indonesia, yang saat itu masih bernama Hindia Belanda mendirikan


radio siaran pertamanya pada tanggal 16 Juli 1925 yang bernama Bataviase
Radio Vereniging atau BRV di Batavia atau Jakarta tempo dulu. Selama masa
penjajahan Belanda, stasiun radio yang beroperasi adalah milik swasta.
Setelah Bataviase Radio Verenigingatau BRV didirikan, berbagai stasiun radio
lain pun mulai menjamur, diantaranya adalah :
 Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta,
Bandung, dan Medan;
 Meyers Omroep voor Allen (MOVA) dan  Algeemene
Vereneging Radio Omroep (AVROM) di Medan
 Solosche Radio Vereniging (SRV), Vereniging voor Oosterse
Radio Omroep (VORO), dan Chineesee en Inheemse Radio
Luisteraas Vereniging Oost Java (CIRVO) di Solo atau
Surakarta
 Mataramsche Vereniging voor Radio Omroep (MAVRO) di
Yogyakarta
 Vereniging voor Radio Omroep Luisteraas (VORL) di Bandung
 Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di Madiun; dan lain-
lain.

Di masanya, Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM)


adalah stasiun radio yang paling besar dan berkembang sangat pesat karena
memperoleh subsidi dari pemerintah Hindia Belanda.  NIROM memiliki
jumlah pemasukan yang besar yang berasal dari pajak radio. Jumlah uang
yang diterima oleh NIROM semakin besar seiring dengan semakin banyaknya
masyarakat yang memiliki pesawat radio. Dampaknya adalah NIROM dapat
dengan leluasa memperluas jangkauan siarannya dengan meningkatkan daya
pancar, memperbanyak jumlah stasiun relay, dan lain-lain.

Selain itu, beberapa kota besar di Jawa yang telah tersambung oleh
saluran telepon khusus dimanfaatkan oleh NIROM untuk memberikan
modulasi kepada berbagai pemancar yang ada di kota-kota besar agar dapat
mengadakan siaran terpusat dari Bandung, Surabaya, Solo, Semarang, atau
Yogyakarta. Di masa jayanya, NIROM digunakan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk mempertajam kekuasaannya di Indonesia. Selain itu, berbagai
radio siaran swasta lain yang dikelola oleh warga asing juga hanya
menyiarkan berbagai program siaran yang berisi berbagai jenis-jenis berita
yang terkait dengan kepentingan pedagang. Hal ini sangat kontras apabila
dibandingkan dengan berbagai stasiun radio swasta yang dikelola oleh bangsa
pribumi karena operasionalisasi radio diperoleh dari iuran para anggotanya.

Berbagai kenyataan inilah yang mendorong kaum pribumi kemudian


mendirikan stasiun radio siaran milik sendiri. Lima tahun setelah peristiwa
Sumpah Pemuda, tepatnya tanggal 1 April 1933, Solosche Radio
Vereniging(SRV) didirikan dan merupakan pelopor radio siaran milik Bangsa
Indonesia. Tokoh yang sangat berjasa dalam pendirian Solosche Radio
Vereniging (SRV) adalah Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
Sejak itulah, berbagai stasiun radio siaran lahir seperti MARVO, EMRO,
CIRVO, VORL, SRV, Radio Semarang, dan lain-lain. Mereka menyiarkan
berbagai jenis-jenis informasi yang bersifat ketimuran seperti kebudayaan,
kesenian, dan pergerakan nasionalisme.

Pada masa penjajahan Belanda pula lahirlah sebuah organisasi non


komersial baru yang merupakan perkumpulan dari berbagai radio ketimuran.
Organisasi tersebut adalah Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran yang
disingkat PPRK yang dibentuk pada tanggal 29 Maret 1937. Tujuan organisasi
PPRK adalah bersifat sosial budaya yaitu untuk memajukan seni dan budaya
Indonesia. Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 7 Mei 1937, PPRK
mengadakan pertemuan dengan NIROM dan menghasilkan kesepakatan
bahwa siaran ketimuran dilakukan oleh PPRK dan teknisnya diselenggarakan
oleh NIROM.

Kemudian, seiring dengan dimulainya Perang Dunia II yang ditandai


dengan diserbunya Polandia oleh Jerman pada tanggal 1 September 1939,
membuat posisi pemerintah Hindia Belanda di Indonesia semakin tersudut.
Kerajaan Belanda di Eropa pun mengalami hal yang sama. Situasi yang
sejatinya tidak baik ini justru memberikan berkah tersendiri bagi PPRK.
Berkah tersebut adalah bahwa tanggal 1 November 1940, PPRK berhasil
menyiarkan siaran pertamanya.
- Masa Penjajahan Jepang
Masa penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung kurang lebih
selama tiga setengah tahun. Pada masa itu, pemerintah menguasai semua
radio siaran swasta yang ada. Berbagai program siaran diarahkan untuk
membentuk propaganda perang Asia Timur Raya. Di masa ini pula terjadi
perubahan yang sangat signifikan terkait dengan materi siaran. Pada masa
penjajahan Jepang, porsi siaran sosial budaya mendapatkan porsi terbesar
dalam materi siaran. Hal ini memberikan dampak positif bagi perkembangan
kebudayaan di Indonesia dan melahirkan seniman-seniman serta pencipta
lagu.

- Masa Kemerdekaan
Tanggal 14 Agustus 1945 adalah hari yang sangat bersejarah bagi
bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut Jepang menyerah tanpa syarat
kepada tentara Sekutu. Momentum ini tidak disia-siakan oleh para pemuda
masa itu yang menculik dan memaksa Bung Karno dan Bung Hatta untuk
segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945,
Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Di sini radio siaran memiliki peran yang
sangat penting dalam menyebarluaskan isi Teks Proklamasi kepada seluruh
rakyat Indonesia dan dunia.
Kemudian, pada tanggal 10 September 1945 para pimpinan radio yang
ada di seantero Jawa mengadakan pertemuan di Jakarta guna membahas
organisasi  radio. Sehari kemudian, tepatnya tanggal 11 September 1945, para
pimpinan radio sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi radio dan
dijadikan sebagai Hari Radio Republik Indonesia.

Pada tanggal 12 – 13 Januari 1946 diselenggarakan Konferensi Radio


di Surakarta yang dilatarbelakangi oleh situasi negara khususnya ibukota
Jakarta yang tidak memungkinkan untuk menjalankan roda pemerintahan.
Konferensi Radio yang dihadiri oleh perwakilan 8 (delapan) studio RRI
menghasilkan keputusan bahwa Radio Republik Indonesia berstatus sebagai
Jawatan Pemerintah dan berada dibawah Kementerian Penerangan serta
diharuskan untuk menjalankan politik Pemerintah.

- Masa Orde Lama dan Orde Baru


Pada masa Orde Lama, radio siaran diselenggarakan sepenuhnya oleh
Pemerintah yakni Radio Republik Indonesia atau RRI.  Pada masa awal Orde
Baru, radio siaran swasta mulai tumbuh di Indonesia yang keberadaannya
mengikuti berbagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Adapun
payung hukum bagi keberadaan radio siaran swasta nasional Indonesia
mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dikutip dari laman radio
PRSSNI disebutkan bahwa dalam PP tersebut diatur mengenai fungsi, hak,
kewajiban, dan tanggung jawab radio siaran, syarat penyelenggaraan,
perizinan, dan pengawasannya.
Pada tanggal 16 – 17 Desember 1974, diselenggarakan Kongres
Pertama Radio Siaran Swasta se- Indonesia di Jakarta yang dihadiri oleh
perwakilan dari 173 radio siaran swasta dari 34 kota di 12 provinsi yang ada
di Indonesia. Kongres tersebut menghasilkan keputusan dibentuknya sebuah
organisasi bagi radio siaran swasta di Indonesia yang dinamakan Persatuan
Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia atau PRSSNI. Kemudian pada tahun
1983 diselenggarakan Munas ke IV PRSSNI di Bandung dan menghasilkan
keputusan penggantian istilah “Niaga” dengan “Nasional”.  Sehingga
PRSSNI menjadi Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia.

- Masa Reformasi sampai saat ini


Sebelum Orde Reformasi lahir, sesuai dengan  sistem komunikasi
Indonesia dan sistem jurnalistik di Indonesia yang dianut saat itu, berbagai
program jurnalisme radio atau jurnalistik radio dilakukan sepenuhnya oleh
Radio Republik Indonesia. Radio siaran swasta hanya berperan sebagai media
hiburan yakni dengan memutar lagu-lagu, sandiwara radio, dan lain-lain.
Pada masa reformasi, radio juga tidak luput dari pergeseran peran. Jika pada
awalnya radio hanya berkutat sebagai media hiburan maka seiring dengan
dibukanya keran kebebasan pers dan kebebasan berekspresi peran radio mulai
bergeser tidak hanya sebagai media hiburan melainkan juga  sebagai media
informasi. Berbagai macam-macam berita pun disajikan dan dikemas sesuai
dengan kode etik wartawan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian,
radio sebagai media massa juga memiliki fungsi media massa yang utama
yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi
khalayak pendengar.
Adapun organisasi yang saat ini menaungi penyiaran di Indonesia
yaitu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang merupakan lembaga
independen negara yang mengatur dan menentukan kebijakan-kebijakan
terkait dengan dunia penyiaran di Indonesia. KPI ikut serta dalam
menentukan regulasi dalam dunia penyiaran dalam wujud undang-undangan
maupun peraturan yang wajib diketahui dan ditaati oleh para pelaku
penyiaran di Indonesia.
Undang-undang terkait dengan KPI terdiri atas :

c. Undang-undang Terkait Penyiaran


d. Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen Keempat)
e. Undang-undang No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
f. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
g. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
h. Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
i. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
j. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Peraturan terkait KPI dengan penyiaran yaitu Pedoman Perilaku


Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). P3SPS disusun berdasarkan
masukan dari kalangan masyarakat, akademisi, organisasi masyarakat, dan
juga praktisi penyiaran. Melalui P3SPS diharapkan dapat menjadi dasar bagi
Lembaga Penyiaran dalam menyajikan program siaran yang berkualitas,
sehat, dan bermartabat. P3SPS adalah pedoman dan standar bagi kegiatan
penyelenggaraan penyiaran baik TV maupun radio di Indonesia. Adapun
regulasi yang tetapkan oleh KPI bisa diunduh dalam format pdf melalui
website http://www.kpi.go.id/index.php/id/regulasi/peraturan-kpi.

k. Dilihat dari Segi Budaya

Dengan berkembangnya radio online, saat ini sejumlah radio memberikan


layanan radio streaming melalui website ataupun blog. Pada radio yang
menggunakan teknologi web 2.0, situs mereka menyediakan konten-konten siaran
yang telah disimpan sebelumnya, pendengar radio dapat menikmati konten
tersebut tidak secara live, kapanpun mereka ingin mendengarkan radio. Pada
sistem radio streaming, jangkauan siaran radio tidak lagi terbatas pada suatu
wilayah tertentu, namun bisa diakses oleh orang di manapun melalui media online
(internet).

Transformasi radio dari media radio konvensional ke media online,


mampu membuka perspektif baru tentang radio selama ini. Radio online yang
dilengkapi dengan radio streaming, selain menyediakan radio on demand untuk
pendengar yang tidak bisa mengikuti siaran pada saat siaran berlangsung dengan
memanfaatkan media online dengan updating berita yang dapat
terdokumentasikan dalam bentuk file yang dapat dibuka oleh para pengakses
website radio. Karakter radio pun tidak lagi bersifat selintas dengar, karena siaran
yang telah lewat dapat kembali didengarkan. Faktor kecepatan dan akurasi berita
dengan sendirinya menjadi tuntutan bagi radio online.

Pada akhirnya, penggabungan teknologi informasi dan komunikasi


memungkinkan terakomodasinya kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan
informasi secara fleksibel, di mana saja dan kapan saja, hal ini membuat budaya
masyarakat berubah, berkembang pula kebiasaan masyarakat dalam
mendengarkan radio. Radio streaming dapat diakses melalui jaringan internet
dengan menggunakan media PC, Laptop, I-pad, smartphone, perangkat tablet, dan
lainnya. Kebiasaan orang mendengarkan radio saat ini berbeda dengan kebiasaan
orang mendengarkan radio pada era sebelumnya. Saat ini, media yang digunakan
sangat menunjang mobilitas khalayak. Di manapun dan kapanpun selama
terkoneksi dengan jaringan. Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu,
membawa perubahan pula terhadap khalayak media dalam mengonsumsi media.
Kebiasaan khalayak media dalam mendengarkan radio pada masa lalu dengan
sekarang mengalami perubahan. Dulu orang mendengarkan radio melalui sebuah
pesawat yang dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik. Biasanya mereka
mendengarkan radio di rumah bersama keluarga, teman, atau tetangga. Dalam
perkembangan waktu, radio bisa didengarkan melalui pesawat radio di dalam
mobil. Semakin berkembang teknologi internet, radio mulai bisa didengarkan
melalui berbagai perangkat smartphone. Orang bisa mendengarkan bukan hanya
siaran radio dalam negeri tetapi juga siaran radio luar negeri. Mendengarkan radio
perlahan menjadi tren, karena orang bisa mendengarkan radio melampaui batas
negara. Orang pun semakin praktis dalam mendengarkan radio.

C. DAMPAK
- Dampak Positif :
 Masyarakat tidak perlu lagi membeli perangkat radio sekedar untuk
mendengarkan siaran radio, cukup dengan mengakses internet
lewat berbagai media elektronik masa kini seperti smartphone,
tablet, komputer, atau laptop.
 Mengurangi radiasi gelombang radio yang dapat menimbulkan
induksi gelombang elektromagnetik.
 Arus informasi saat ini menjadi sangat cepat, bahkan cenderung
tidak terkontrol hingga saat ini.
 suara yang dihasilkan radio streaming lebih jernih dan jelas
dibanding dengan kualitas suara radio konvensional
 Hemat energi. Radio digital mampu menghemat baterai hingga
40% dibandingkan radio analog.
 Pendengar bisa merekam siaran radio streaming tersebut dengan
menggunakan sejumlah aplikasi yang dilengkapi fitur tombol
perekam. Beberapa contoh aplikasi itu antara lain adalah Rarma
Radio, Nux radio, bahkan software Adobe Audition juga bisa
digunakan untuk merekam melalui komputer atau laptop.
- Dampak Positif :
 Kebutuhan akan koneksi internet yang stabil dan dengan
bandwidth yang mencukupi. Sebab, jika koneksi internet kurang
stabil maka akan mengakibatkan suara radio menjadi putus-putus.
 Harus mengeluarkan biaya untuk jaringan internet baik berbentuk
kuota atau wi-fi, dikarenakan untuk mengakses siaran harus
menggunakan jaringan internet.
 Masyarakat dapat membuat saluran radio digital sendiri, sehingga
terdapat beberapa stations radio digital yang berkonten negatif atau
mengandung unsur SARA.
 Tidak dapat di cakup oleh seluruh masyarakat, terutama oleh masyarakat
usia lanjut, dimana diperlukan edukasi atau perkenalan terhadap radio
digital tersebut.

D. KESIMPULAN

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman signal


dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik) yang tidak memperlukan medium pengangkut. Sejarah
radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang
menggunakan gelombang radio.

Stasiun radio paling awal menggunakan sistem radio telegrafi dan


tidak membawa audio. Agar siaran audio dimungkinkan, perangkat deteksi
dan amplifikasi elektronik harus digunakan. Awalnya sinyal pada siaran
radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinu baik
melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM).
Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring
perkembangan teknologi ditemukanlah internet dan sinyal digital yang
kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.

Saat ini radio streaming sudah sangat berkembang di Indonesia.


Masyarakat Indonesia bisa mengakses radio streaming dari berbagai daerah
bahkan yang berada di luar negeri. Seiring berkembangnya radio streaming
ini dapat dijadikan lahan bisnis oleh masyarakat dan membangun kreativitas
masyarakat. Jadi, perkembangan media radio konvensional menjadi radio
streaming ini didukung dengan adanya digitalisasi yang merupakan bagian
dari media baru yang berintegrasi membentuk suatu media interaktif yang
kreatif dengan konektivitas yang tinggi.

Jika pada awalnya radio hanya berkutat sebagai media hiburan maka
seiring dengan dibukanya keran kebebasan pers dan kebebasan berekspresi
peran radio mulai bergeser tidak hanya sebagai media hiburan melainkan
juga  sebagai media informasi. Transformasi radio dari media radio
konvensional ke media online, mampu membuka perspektif baru tentang
radio selama ini. Radio online yang dilengkapi dengan radio streaming,
selain menyediakan radio on demand untuk pendengar yang tidak bisa
mengikuti siaran pada saat siaran berlangsung dengan memanfaatkan media
online dengan updating berita yang dapat terdokumentasikan dalam bentuk
file yang dapat dibuka oleh para pengakses website radio.

Penggabungan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan


terakomodasinya kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan informasi
secara fleksibel, di mana saja dan kapan saja, hal ini membuat budaya
masyarakat berubah, berkembang pula kebiasaaan masyarakat dalam
mendengarkan radio. Berbagai perangkat seperti PC, laptop, dan
smartphone dapat dengan mudah digunakan untuk mengakses radio melalui
jaringan internet.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
McQuail, Dennis. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba.
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer.

Makalah:
TRANSFORMATION AND CHANGE RADIO AUDIENCE HABITS
Haryati, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Bandung Jl. Pajajaran No. 88 Bandung - 40173, Telp. (022) 6017493
Fax. (022) 6021740 Hp : 081320636345
e-mail: haryati@kominfo.go.id

Internet :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_radio_streaming_di_Indonesia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/potongan-
nostalgia/sejarah-penemuan-radio-di-dunia
https://www.google.com/amp/s/pakarkomunikasi.com/sejarah-radio-di-
indonesia/amp
http://www.kpi.go.id/index.php/id/regulasi/peraturan-kpi
http://www.kpi.go.id/index.php/id/regulasi/undang-undang
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_radio_streaming_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai