Anda di halaman 1dari 10

Materi Perkuliahan I

Fakultas : Ilmu Komunikasi


Program Studi : Broadcasting
Kode Mata Kuliah : 441610079
Mata Kuliah : Dasar-dasar Jurnalistik Televisi
SKS : 3 SKS
Pengajar : Budi Utami, MSi

PERKEMBANGAN JURNALISTIK TELEVISI DI INDONESIA

Jurnalistik berasal dari bahasa Belanda JOURNALISTIEK, artinya penyiaran


catatan harian. Kata dasarnya “JURNAL” (journal), artinya laporan atau catatan,
Ditelusur dari akar katanya diurna (Latin) = ‘harian’, kemudian menjadi “jour” dalam
bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Jurnalistik bisa
dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan
penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu.

Tokoh pers Indonesia Adinegoro mendefinisikan jurnalistik sebagai


kepandaian mengarang untuk memberi perkabaran pada masyarakat dengan
selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Jurnalistik adalah tindakan diseminasi
informasi, opini, dan hiburan untuk orang ramai (publik) yang sistematik dan dapat
dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern. (Roland E.
Wolesely dan Laurence R. Campbell, 1949, dalam Exploring Journalism). Sedang
tokoh pers Frasser Bond dalam bukunya An Introduction to Journalism (1961)
menyatakan istilah jurnalistik mencakup semua bentuk penyebaran berita bersama
komentarnya untuk mencapai orang banyak (publik). Semua kejadian asalkan
sifatnya penting bagi publik dan semua pikiran, tindakan serta ide-ide, yang didorong
oleh kejadian-kejadian tersebut, menjadi bahan pemberitaan bagi wartawan.

Berdasarkan media yang digunakannya saat ini, jurnalistik dibedakan


menjadi jurnalistik cetak (print journalism), jurnalistik elektronik (electronic
journalism), dan belakangan muncul istilah jurnalistik online (online journalism).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 1
Menurut J.B. Wahyudi, Mantan Kepala Seksi Monitor Siaran, Direktorat
Televisi, jurnalistik radio dan televisi adalah : (1). Mengalami proses
pemancaran/transmisi, (2) Isi pesan audio dapat didengar sekilas sewaktu ada
siaran, (3) Tidak dapat diulang, (4). dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang
sedang terjadi, (5) dapat menyajikan pendapat (audio) narasumber secara
langsung/orisinal, (6) penulisan dibatasi oleh detik, menit, dan jam, (7) makna
berkala dibatasi oleh detik, menit, dan jam, (8) distribusi melalui
pemancaran/transmisi, (9) bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa
tutur), dan (10) kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas.

Sejarah Televisi

Kemunculan siaran televisi pertama di dunia yang kemudian dipublikasikan


secara luas adalah saat rapat pertama Dewan Keamanan PBB di New York, AS
tahun 1946, dimana orang yang berada di luar ruang sidang bisa menyaksikan
jalannya sidang. Peristiwa ini menjadi hal luar biasa dimana surat kabar-surat kabar
dunia saat itu selain memuat hasil dari sidang Keamanan PBB juga memberitakan
keampuhan media televisi tersebut. Meski sebanarnya televisi mulai bisa dinikmati
oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, saat berlangsungnya World’s Fair di
New York. Tetapi Perang Dunia II menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu
terhenti.

Negara yang termasuk paling lama mengadakan eksperimen dalam bidang


televisi adalah Inggris. John Loagie Baird, ilmuwan Inggris misalnya, telah
mendemonstrasikan televisi tahun 1924. Sementara stasiun televisi berita Inggris,
BBC, yang hingga kini menjadi salah satu organisasi televisi terbesar di dunia, telah
melakukan uji coba siaran sejak tahun 1929, dimana kemudian hari jadi BBC
ditetapkan tanggal 2 November 1936.

Di Asia, siaran televisi dimuali oleh Jepang pada tahun 1953. Dilanjutkan
Filipina pada tahun yang sama, dan Thailand pada tahun 1955. Selanjutnya baru
Indonesia dan Republik Cina tahun 1962, Singapura tahun 1963, yang kemudian
disusul Malaysia.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 2
Di Indonesia, siaran televisi dimulai tahun 1962, yang diusulkan oleh Menteri
Penerangan RI saat itu R. Maladi. Untuk tahap awal media televisi digunakan untuk
menyiarkan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta tgl 24 Agustus 1962.
Stasiun televisi pertama di iIndonesia adalah TVRI.

Hinca Panjaitan membuat pembagian atau tahapan dalam perkembangan


televisi pertama di Indonesia, dalam hal ini TVRI :

1. Era Pembaruan Tahap I (3 Mei 1971 - 20 Agst 1986)

Keputusan Menpen No. 54 B/ KEO/menpen/1971 ttg penyelenggaraan


siaran televisi di Indonesia, memunculkan keinginan untuk mulai menata sistem
penyelenggaraan penyiaran televisi di Indonesia, dilatarbelakangi perkembangan
pesat pertelevisian di wilayah RI. Perlu pengaturan yang tegas tentang wewenang
dan kebijaksanaan penyelenggaraan siaran televisi.

Dalam era ini siaran televisi dipahami sebagai siaran-siaran dalam bentuk
gambar dan suara yang dapat ditangkap (dilihat dan didengarkan) oleh umum, baik
dengan system pemancaran lewat gelombang-gelombang elektromagnetik maupun
lewat kabel-kabel (television cable). Wewenang untuk penyelenggaraan siaran
televisi hanya ada pada pemerintah, dalam hal ini Deppen, c.q. Direktorat Televisi/
Televisi Republik Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya Deppen membenarkan
partisipasi pemerintah daerah atau instansi resmi lainnya di dalam investasi
pembangunan prasarana pertelevisian di Indonesia sesuai pola yang disusun
Deppen. Closed Circuit Television (CCTV) dalam era ini sudah dikenal untuk
keperluan khusus, terutama keperluasn pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan
pengaturan khusus dan mendapat izin terlebih dulu dari Deppen.

2. Era Pembaruan Tahap II (20 Agst 1986 – 20 Okt 1987).

Era ini ditandai dengan keluarnya Kepmenpen No.


167/B/KEP/MENPEN/1986 tentang penyelenggaraan siaran televisi di Indonesia.
Aturan baru ini sekaligus mengenalkan 5 hal baru di dunia pertelevisian Indonesia

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 3
yaitu : siaran televisi, stasiun relai, antena parabola, sistem distribusi dan
sistem closed circuit.

- Siaran televisi adalah siaran-siaran dalam bentuk gambar dan suara yang
dapat ditangkap langsung untuk dilihat dan didengar oleh umum, melalui
sistem pemancaran gelombang radio dan atau kabel maupun serat optik.
- Stasiun relai adalah stasiun yang meneruskan siaran televisi dari stasiun
pemancar ke arah sasaran yang dituju.
- Antena parabola adalah perangkat telekomunikasi bukan milik TVRI atau
penyelenggaran telekomunikasi untuk umum yang digunakan hanya untuk
menerima siaran televisi yang dipancarkan melalui satelit.
- Sistem distribusi adalah sistem untuk menyebarluaskan siaran televisi
dengan menggunakan stasiun pemancar ulang dan atau kabel maupun serat
optik.
- Sistem closed sircuit adalah sistem penyiaran yang distribusinya melalui
kabel dan atau serat optik untuk khalayak terbatas dalam 1 lingkungan
bangunan tertentu, baik yang diterima dari acara televisi setempat dan atau
melalui satelit maupun yang dihasilkan pemutaran kembali rekaman video
atau film.

Meski aturan ini secara tegas menyatakan kewenangan menyelenggarakan


siaran televise hanya ada pada pemerintah, tapi dalam pelaksanaannya Deppen
masih dapat membenarkan partisipasi pemerintahan daerah atau instansi resmi
lainnya dalam menunjang pembangunan sarana pertelevisian di Indonesia.

3. Era Pembaruan Tahap III (20 Okt 1987 – 24 Juli 1990).

Ditandai dengan keluarnya aturan main tentang Siaran Saluran Terbatas


TVRI, dalam Kepmenpen RI No 190A/KEP/MENPEN/ 1987 tanggal 20 Oktober
1987. Dalam keputusan ini disebutkan Direktorat Televisi Depen selain
menyelenggarakan Siaran Saluran Umum (SSU) juga memberi wewenang kepada
Yayasan TVRI menyelenggarakan Siaran Saluran Terbatas (SST).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 4
- SSU adalah siaran televisi yang ditangkap langsung oleh umum melalui
pesawat penerima televisi biasa tanpa peralatan khusus.
- SST adalah siaran televisi yang hanya ditangkap pelanggan melalui pesawat
penerima televisi biasa yang dilengkapi dengan peralatan khusus.

Dalam menyelenggarakan SST, sesuai kemampuan yang ada Yayasan TVRI


dapat menunjuk pihak lain sebagai pelaksana dengan ketentuan dan jangka waktu
yang akan ditetapkan dalam perjanjian tersendiri. Namun pengoperasiannya tetap di
bawah pengawasan dan pengendalian Yayasan TVRI. Hasil usaha SST dikelola
Yayasan TVRI untukm enunjang operasional yayasan. Dalam acara SST bisa
disisipkan siaranniaga atau iklan yang diutamakan untuk menunjang pembangunan
nasional. Aturan ini menjadi kebijakan pertama yang memungkinkan pihak swasta
melaksanakan penyiaran televisi di Indonesia, atau berakhirnya monopoli TVRI
dalam melaksanakan penyiaran.

Pihak swasta pertama yang diijinkan melalukan penyiaran televisi adalah


adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia. Keluar izin prinsip dari DEPEN RI c.q.
Direktur Televisi/Direktur Yayasan TVRI tanggal 28 Oktober 1987 Nomor
557/DIR/TV/1987 untuk RCTI sebagai pihak swasta pertama yang diizinkan
melakukan penyiaran televisi.

4. Era Pembaruan Tahap IV ( mulai 24 Juli 1990).

Era ini melatarbelakangi lahirnya empat stasiun televisi swasta, yakni SCTV,
TPI, ANTV, dan Indosiar. Diawali dengan keluarnya Kepmenpen No
111/KEP/MENPEN/1990 tentang penyiaran televisi di Indonesia, yang kian
membuka kran kemungkinan bagi pihak swasta untuk melaksanakan penyiaran
televisi di Indonesia.

Menyusul RCTI, secara berturut-turut kemudian izin penyelenggaraan SST


diberikan kepada PT. Surya Citra Televisi (SCTV) di Surabaya dan sekitarnya pada
1 Agustus 1990 secara lokal, yang kemudian dengan keluarnya izin prinsip dari
Deppen tanggal 30 Jan 1993, SCTV diperbolehkan menyelenggarakan siaran
nasional, dengan ketentuan berkedudukan di Jakarta. Disusul kemudian keluar izin

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 5
prinsip dari Deppen untuk PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia tanggal 1
Agustus 1990, dengan penyelenggaraan siaran kerjasama antara Yayasan TVRI
dengan PT. CTPI tentang pelaksanaan siaran pendidikan Indonesia tanggal 16
Agustus 1990.

Izin prinsip Deppen c.q. Dirjen RTF untuk penyelenggaraan izin siaran
nasional bagi PT.Cakrawala Andalas Televisi keluar pada tanggal 30 Januari 1993.
Siaran nasional ANTV yang berkedudukan di Jakarta, dan merupakan siaran
gabungan antara PT. Cakrawala Andalas Televisi Bandar Lampung dengan PT.
Cakrawala Bumi Sriwijaya Televisi Palembang berlangsung setelah keluarnya izin
prinsip Deppen tanggal 31 Desember 1991. Sementara itu PT. Indosiar Visual
Mandiri (Indosiar) adalah televisi swasta yang selanjutnya lahir yakni pada tanggal
18 Juni 1992.

Dalam penyajiannya, TVRI sebagai satu-satunya televisi saat itu bisa dibilang
hanya menjadi alat propaganda atau corong pemerintah, alias public relations (PR)
pemerintah. Paling tidak kkecenderungan ini tampak jelas pada masa pemerintahan
Soeharto (masa Orde Baru). TVRI bisa dibilang telah gagal menjalankan peran dan
misi sebagai TV publik, sebagaimana Inggris dengan BBC-nya; Jepang dengan
NHK-nya; atau Australia dengan ABC-nya.

Masa Televisi Swasta

Jurnalistik televisi berkembang ketika televisi swasta pertama, Rajawali Citra


Televisi Indonesia (RCTI) menyajikan program berita pertamanya ”Seputar
Indonesia”. Kemunculan acara ini seolah memberi warna baru dalam bentuk
penyajian acara berita di televisi, dari semula condong ke Inggris (serius – “scowl…
scwol… scwol…”) menjadi ke Amerika, (santai – “smile… smile…smile…” ). Sosok
penyiar berita yang terkesan kaku dan serius, berubah menjadi lebih luwes, santai,
tapi tetap berwibawa. Perkembangan lebih lanjut tampak jelas di awal paruh kedua
era tahun 1980-an, dengan munculnya program berita ”Liputan 6 SCTV” seperti
Liputan 6 pagi, Liputan 6 Siang dan Liputan 6 Petang, serta turunan program-
program lainnya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 6
Perkembangan selanjutnya terjadi pada periode tahun 1992 – 1996. Selain
RCTI dan SCTV yang telah terlebih dulu eksis, stasiun televisi Anteve kemudian
muncul dengan program berita harian “Cakrawala”, stasiun televisi Indosiar muncul
dengan program berita harian ”Fokus”, dan stasiun televisi TPI dengan programb
erita harian ”Lintas 5”, yang kemudian disusul dengan acara-acara berita turunan
lainnya.

Jurnalistik televisi di Indonesia makin marak ketika sejumlah televisi swasta


baru bermuncul selama 8-9 tahun terakhir, seperti Trans TV, TV7, Lativi, dan Metro
TV. Stasiun televisi Metro TV milik Surya Paloh, bahkan mencatat sejarah baru
dalam dunia jurnalistik televisi Indonesia, yakni dengan mengkhususkan diri sebagai
stasiun televisi berita pertama di Indonesia; stasiun televisi yang –saat itu-- paling
mengidentifikasikan diri sebagai ”CNN-nya Indonesia”.

Kehadiran Metro TV bisa disebut sebagai lompatan awal sejarah jurnalistik


televisi di Indonesia. Berbeda dengan televisi lainnya yang rata-rata hanya
memproduksi program berita (talk show, news magazine, documentary, maupun
bulletins) rata-rata 3-5 jam per hari, untuk berbagai jenis karya jurnalistik tersebut,
Metro TV memproduksi rata-rata 13 jam per hari. Semuanya diproduksi secara in
house, artinya, jika televisi lainnnya hanya mengalokasikan 15-20% durasi berita per
hari, Metro TV menyajikan 70% berita per hari.

Perkembangan program-program berita antar stasiun televisi swasta tersebut


dengan sendirinya menciptakan situasi yang sangat kompetitif. Dialektika kompetisi
antarprogram berita televisi ini kemudian melahirkan beragam format, variasi
content, maupun penggunaan teknologi mutakhir dalam duinia broadcasting.
Penggunaan teknologi mutakhir ini misalnya ditandai dengan digitalisasi pengiriman
berita melalui video News Satelite Gathering (SNG) yang lebih compact, video
streaming, G Wave yang bisa dioperasikan langsung oleh seorang reporter, editing
laptop yang bisa digunakan langsung oleh seorang reporter/cameraman/editor yang
memiliki kemampuan multi skill yang belakangan ini diberi label video journalis (vj).
Penggunaan teknologi baru ini mengurangi peran microwave yang membutuhkan
waktu dan tenaga manusia yang banyak untuk memungkinkan pengiriman gambar,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 7
karena pada saat yang bersamaan para provider satelit untuk up-link juga
bertumbuh sangat cepat di berbagai kawasan.

Perkembangan teknologi pemberitaan ini juga ditandai dengan modernisasi


news room system yang online, seperti ANN, I-News, ENPS, dan lain-lain. Kehadiran
news room system yang baru ini menggusur Newstar yang kini tidak diproduksi lagi.
Dalam perkembangannya selama 2 tahun terakhir, program-program berita televisi,
khususnya televisi-televisi yang kuat secara financial tampak mulai meninggalkan
semua sistem analog dan manual, dengan beralih ke dalam bentuk teknologi on line
yang jauh lebih canggih, ”ringkas” dan super cepat, dengan tingkat presisi teknis
yang juah lebih akurat. Kehadiran virtual set juga tidak hanya akan membuat sistem
studio lebih ringkas tetapi juga lebih variatif dan hidup.

Perkembangan program berita televisi ini juga ditandai dengan kemajuan


baru dalam bentuk sinergi content maupun sinergi sumberdaya manusia (SDM).
Sinergi content misalnya terjadi antara Koran Media Indonesia dengan Metro TV,
Kompas dengan TV7, RCTI dengan Koran Sindo, atau J-TV dengan Koran Jawa
Pos Group. Selain sinergi dengan koran, juga terjadi sinergi dengan Website, WAP,
video streaming melalui internet dan lain-lain. Sinergi ini akan berdampak besar
dalam peningkatan kinerja jurnalistik televisi baik content, packaging, maupun
teknologinya seiring dengan perkembangan IT dunia yang berkembang sangat pesat
tanpa henti. Orang akan mendekam di kamar untuk mencari berita melalui televisi,
kontras dengan 10 tahun lalu, orang harus ke luar rumah untuk mencari koran agar
mendapatkan berita terbaru.

Masa Reformasi Televisi

Proses produksi berita di ruang berita televisi swasta selama bulan Mei 1998
secara jelas diwarnai dan dilatarbelakangi oleh konstelasi ekonomi dan politik antar
elemen yang terlibat di dalamnya. Pada awal Mei 1998, bentuk judul dan pilihan
tema berita televisi swasta masih terkesan sangat hati-hati, terutama yang ukuran
isinya secara tegas berlawanan dengan kebijakan pemerintahan Orba. Teks berita
belum secara gamblang memberi porsi pada substansi peristiwa, melainkan hanya
sebatas deskripsi peristiwa saja.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 8
Namun dalam perkembangan selanjutnya, judul dan tema berita televisi
swasta baru berani menggunakan kebijakan framing dalam mengkonstruksi realitas
yang terjadi dengan strategi de-legitimasi terhadap kekuasaan rezim Orba, pada
minggu kedua Mei 1998. Hal ini ditandai dengan peristiwa Tragedi Mei 1998. Setelah
terjadi penembakan mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998, judul dan tema berita
televisi swasta saat itu mulai menunjukkan keberpihakan yang lebih jelas terhadap
tuntutan gerakan reformasi. Bahkan teks televisi swasta seolah berlomba untuk
tampil secara lebih jelas, gamblang dan dramatis.

Puncak keberanian penggambaran realitas melalui bentuk teks berita televisi


swasta terjadi setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri yang menjadi
momentum hilangnya segala pembatasan dalam memproduksi teks berita televisi
swasta dalam bentuk apa pun.

Namun di masa reformasi, tekanan datang dari pemilik media melalui


mekanisme market regulation untuk mengkreasi berbagai acara berita yang
diinginkan oleh pasar. Karakter televisi sebagai entitas bisnis, saat ini kian mewarnai
tampilan televisi. Dalam operasionalnya, televisi swasta banyak mencerminkan
prinsip-prinsip ekonomi kapitalisme untuk mendorong perputaran roda ekonomi.
Televisi dalam konteks ini menjadi sarana penjualan produk oleh produsen, dalam
hal ini dengan melakukan proses reproduksi melalui iklan yang ditayangkan. Iklan
merupakan sumber dana utama bagi televisi swasta untuk memproduksi program-
program yang mengisi air-time-nya.

Pengamat pertelevisian Veven SP Wardhana menilai dari empat jenis utama


siaran broadcast televisi (televisi komersial, televisi kabel, televisi pendidikan dan
televisi pelayanan masyarakat), hanya dua jenis siarn televisi yang secara nyata
berbisnis, yaitu televisi komersial dan televisi kabel. Definisi sederhana dari televisi
berbisnis atau televisi komersial adalah menangguk pemasukan uang, bisa dari iklan
atau dari pelanggan yang membayar iuran dan dekoder. ”Televisi di Indonesia pada
akhir dan galibnya adalah televisi komersial. Ada bisnis di balik siaran-siarannya,
macam apa pun nama dan format bisnis itu. Dia bisa bernama iklan. Dia bisa terang-
terangan dia bisa diselubung-selubungkan.” (Wardhana, 1997).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 9
Dalam perkembangannya sebanyak 11 stasiun televisi swasta saat ini
terkesan menabuhkan genderang perang. Perang untuk memperebutkan kue iklan
dengan menampilkan acara yang palingbanyak ditonton masyarakat. Berbagai acara
diluncurkan untuk mendapatkan kue iklan. Lembaga pemeringkatan seperti AC
Nielsesn pun laku keras, dan dijadikan semacam patokan bagi para pemasang iklan
televisi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Tin Budi Utami MT. DASAR-DASAR JURNALISTIK TV 10

Anda mungkin juga menyukai