Anda di halaman 1dari 13

DWI WIJAYANTI, S.Pd.

,Gr

SEJARAH
INDONESI BAB XIII
A

Perkembangan iptek di indonesia


SMK KESEHATAN INSAN BHAKTI HUSADA
Pada eraLAMONGAN
kemerdekaan
(sejak proklamasi sampai reformasi)

Mengevaluasi kehidupan Bangsa Indonesia dalam


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
era kemerdekaan (sejak proklamasi sampai dengan
Reformasi)
Membuat studi evaluasi tentang kehidupan Bangsa
Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi di era kemerdekaan (sejak proklamasi
sampai dengan Reformasi)

Untuk SMK
Kelas X Semester 2
Taukah kamu???
Siapakah beliau???
Apa hasil karyanya???

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


PADA ERA KEMERDEKAAN (SEJAK PROKLAMASI SAMPAI REFORMASI)

1. MASA SEBELUM ORDE BARU


Sebenarnya perkembangan IPTEK di Indonesia pada masa sebelum Orde baru atau
pada masa Orde Lama ini mengalami peningkatan yang signifikan, namun dari
pemerintah Indonesia pada masa itu kurang memperhatikan perkembangan IPTEK yang
disebabkan masih banyaknya permasalahan-permasalahan internal pasca kemerdekaan.
Banyak pemberontakan-pemberontakan yang memicu terhambatnya untuk memajukan
IPTEK serta sibuknya menjalin kerjasama atau diplomasi dengan berbagai negara diluar
negeri, sehingga tidak cukup banyak sumber-sumber yang membahas perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada masa Orde Lama ini, dan lebih banyak membahas
persoalan politik. Meski masa ini disibukkan dengan perpolitikan negara, sebagai upaya
mewujudkan negara Indonesia yang tidak ketinggalan dalam bidang teknologi serta ilmu
pengetahuan berikut perkembangan beberapa IPTEK yang ada di Indonesia pada masa
ini:
a. Radio
Di Indonesia, pada tanggal 1 April 1933, Mangkunegoro VII dan Sarsitu
Mangunkusumo mendirikan SRV (Solossche Radioi Vereenging) di Surakarta. SRV
sebagai pelopor timbulnya siaran radio yang diusahakan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai
konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan
dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio
siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama
Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan
Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu
saja. Namun demikian di kalangan pemuda terdapat beberapa orang secara sembunyi-
sembunyi mendengarkan siaran luar negeri
Ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia,
tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai
oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa
Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk
disekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat
dikumandangkan keluar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata
serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang
di udara radio siaran dengan station call ”Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah Wakil
Presiden Mohammad Hatta dan pimpinan lainnya menyampaikan pidato melalui radio
siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia.
Pada tanggal 11 September 1945 diadakan rapat di Jakarta yang dipimpin oleh
Abdurrachman Saleh dan dihadiri oleh 16 pemimpin dari Jakarta, Bandung, Purwokerto,
Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta. Adapun hasil rapatnya adalah:
a) Menetapkan tanggal 11 September 1945 sebagai hari berdirinya RRI.
b) Semua yang hadir menyatukan diri sebagai pegawai RRI.
c) Pusat RRI ada di Jakarta.
d) Abdurrachman Saleh dipilih menjadi ketua umum RRI.
e) Cabang RRI yang pertama ada di Jakarta, Bandung, Surakarta, Purwokerto,
Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya.
f) Semboyan RRI adalah "sekali di udara tetap di udara"

(a) Kantor Pusat RRI (b) Semboyan RRI

Tanggal 11 September itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik
Indonesia). Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia
yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan.
Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran
melalui RRI menyajikan acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil
adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh
stasiun RRI Regional. Selanjutnya, stasiun RRI Regional juga membantu
menginformasikan program-program pemerintah, seperti Keluarga Berencana,
transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan
perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan beberapa radio siaran
amatir yang diusahakan oleh perorangan.
Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1970
tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin
lama semakin banyak, serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka
pada tahun 1974 stasiun-stasiun radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang
dinamakan Persatuan Radio siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).

b. Pesawat Terbang
Kegiatan penerbangan di Indonesia dimulai pertengahan tahun 1905 orang
Belanda yang bernama Ir. Onnen memulai percobaan untuk membuat pesawat terbang
dengan menggunakan bahan bambu dan kulit kerbau di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Di
Jawa Timur, pada tahun 1914 VOC Belanda membuat lembaga khusus untuk membuat
ekseperimen percobaan penerbangan dengan nama Proef Vlieg Afdeling dimana memang
lembaga ini memiliki tujuan untuk memproduksi pesawat terbang yang nantinya akan
beroperasi di wilayah Asia terutama di Indonesia. Pada tahun 1923, Belanda berhasil
mendirikan Technische Dienst Luchtvaart Afdeling yang berlokasi di daerah Sukamiskin,
Bandung, Jawa Barat. Lembaga ini merupakan cikal bakal dari berdirinya industri
pesawat terbang di Indonesia. Pusat lembaga ini pada tahun 1924 dipindah ke lapangan
udara Andir, yang mana lapangan Andir yang saat ini sudah berganti nama menjadi
Lapangan Udara Husein Sastranegara. Pada saat itu investasi pemerintah Belanda melalui
VOC banyak mengucurkan fasilitas dan dana untuk kegiatan perakitan pesawat pembom
yang memang pada saat itu digunakan untuk melawan serangan bangsa Jepang yang juga
ingin berkuasa di Indonesia. Pada tahun tersebut muncullah insiyur perakit pesawat
terbang seperti Akhmad Taslim dan Tossin yang merupakan tokoh Indonesia yang diajak
bekerjasama dengan pemerintah Belanda pada saat itu yang diwakili oleh Ir. M.V. Pattist
dan L.W. Walvaren. Mereka berempatlah pioner yang mampu menciptakan beberapa
pesawat terbang bermesin tunggal seperti PW1 dan PW2 yang berhasil terbang di udara
dengan lancar. Terutama PW2 yang berhasil melakukan perjalanan udara mencapai
negeri Belanda pada tahun 1935 dimana pesawat PW2 berhasil mencuri perhatian dunia
pada saat itu. Dengan rangkaian peristiwa inilah Indonesia memang menjadi bagian dari
sejarah penerbangan kedirgantaraan dunia, bahkan pelopor industri pesawat terbang
dunia yang legendaris seperti Anton Herman Gerard Fokker pendiri perusahaan pesawat
Fokker ini lahir di Indonesia tepatnya di kota Kediri Jawa Timur.

2. MASA ORDE BARU


Soeharto yang terkenal sebagai bapak pembangunan Indonesia. Pada awal tahun
1970-an kemajuan IPTEK mengalami peningkatan yang didukung pemerintah karena
faktor- faktor perkembangan ekonomi, perluasan pertanian, dan perubahan sosial budaya.
Pada masa Orde Baru terkenal akan perkembangan teknologi yang cukup dibanggakan,
bahkan terkenal sampai luar negeri diantaranya:
a. Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa

SKSD Palapa adalah sistem satelit komunikasi yang dikendalikan oleh sistem
satelit komunikasi pengendali bumi yang dibuat oleh HAC (Hughes Aircraff
Company) Perumtel Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tanggal 15
Februari 1975 Indonesia menandatangani pengadaan dua satelit yaitu satu stasiun
pengendali utama dan 40 stasiun bumi. Para pakar teknologi komunikasi Indonesia
dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri, bekerja sama mengoprasikan teknologi
komunikasi modern yang kemudian diberi nama Sistem Komunikasi Satelit Domestik
(SKSD) Palapa. Satelit ini dibangun pada tahun 1974-1976 dengan peluncuran
generasi 1-A1. Nama palapa ini diambil dari Sumpah Palapa Gajah Mada yang akan
mempersatukan Nusantara. Berturut-turut dari generasi satelit yang diluncurkan
adalah sebagai berikut:
(i) Palapa A-2 (10 Maret 1977);
(ii) Palapa B-1 (19 Juni 1983);
(iii) Palapa B-2 (6 Februari 1984);
(iv) Palapa B-2P (20 Maret 1987);
(v) Palapa B-2R (20 Maret 1990);
(vi) Palapa B-4 (7 Mei 1992);
(vii)Palapa C-1 (Februari 1996);
(viii) Palapa C-2 yang diluncuran pada tanggal 16 mei 1966.

Sampai tahun 1996 sudah generasi ke tiga dengan kode C2 yang jarak
jangkaunya dari Irian (Papua) sampai Vladivostok (Rusia), dari Australia sampai
Selandia Baru, satelit ini juga dipakai oleh negara-negara tetangga. Selain SKSD
Palapa sekarang ini kita mengenal satelit komunikasi yang lain, yaitu Telkom-1 dan
Garuda-1.
Fungsi dari SKSD Palapa adalah sebagai berikut:
 Hubungan komunikasi antar daerah, antar Negara lebih mudah.
 Mempererat penyebaran informasi melalui televisi, internet, facsimile.
 Mempermudah komunikasi telepon SLI, SLJJ, STO (Sentral Telepon Otomat).
 Sebagai satelit penghubung (repeater). U

Untuk mengendalikan satelit Palapa telah dibangun beberapa stasiun dibumi.


Stasiun tersebut antara lain sebagai berikut:
 Stasiun Bumi Lintas Utama (SBLU) di ibukota provinsi
 Stasiun Pengendali Utama (SPU) di Cibinong, Jakarta
 Stasiun bumi lintas tipis dengan TV yang terdapat di daerah terpencil seperti
Bengkulu, Biak, dan Pangkal Pinang
 Stasiun bumi lintas tipis dan tanpa TV di daerah lebih terpencil lagi seperti
Ternate, Fak Fak, dan Manokwari.

b. Televisi

Di Indonesia, televisi dan siaran pertelevisian memiliki sejarah yang panjang.


Menjelang tahun 1960-an, hampir seluruh Negara (termasuk Indonesia) merintis untuk
memiliki jaringan televisi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No.
20/E/M/1961 dibentuk Panitia Persiapan Pembangunan Televisi Indonesia. Sejarah
televisi Indonesia dimulai dari disiarkannya stasiun televisi pertama Indonesia
bernama TVRI (Televisi Republik Indonesia). Dengan kondisi yang terbatas, lahirlah
televisi siaran pada tanggal 24 Agustus 1962 dengan jangkauan siaran yang masih
sangat terbatas. TVRI memulai siaran perdananya di 17 Agustus 1962. TVRI
menyiarkan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dari halaman Istana
Merdeka Jakarta pada saat itu. Berdasarkan surat keputusan Menpen tahun 1961
tersebut TVRI lahir untuk menayangkan/meliput semua kegiatan kejuaraan Asia
Games IV di Jakarta. Sebelumnya, TVRI sebenarnya merupakan program khusus yang
dilaksanakan untuk menyukseskan ASIAN Games di Jakarta tahun 1962. Presiden
Soekarno memiliki andil yang cukup besar dalam pembangunan TVRI sebagai stasiun
televisi pertama di Indonesia. Pada tahun 1976, satelit palapa A1 diresmikan oleh
SKSD. Satelit ini memungkinkan TVRI pada saat itu untuk mendistribusikan
siarannya menjadi lebih luas sampai skala nasional. Memasuki tahun 1980, TVRI
memperkenalkan sistem dual chanel dimana terdapat TVRI nasional dan TVRI lokal
dengan saluran dan konten lokal dari beberapa provinsi di Indonesia. Adanya
perkembangan ini menimbulkan peluang bagi pihak swasta untuk mengembangkan
stasiun televisi baru. Di tanggal 24 Agustus 1989, lahirlah stasiun televisi kedua di
Indonesia bernama Rajawali Citra Televisi atau dikenal dengan nama RCTI. RCTI
dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo, anak dari Presiden Soeharto yang kala itu masih
menjabat sebagai Presiden RI. RCTI adalah stasiun televisi swasta pertama di
Indonesia yang memiliki cakupan siaran nasional. Setelah itu di tanggal 24 Agustus
1990, didirikan stasiun televisi ketiga bernama Surya Citra Televisi atau SCTV.
Sebelumnya, SCTV ini memiliki nama SCTI atau Surabaya Centra Televisi Indonesia.
SCTV dimiliki oleh Sudwikatmono. Setelah kemunculan RCTI dan SCTV,
perkembangan stasiun televisi swasta sangat pesat di Indonesia. Berturut turut lahirlah
stasiun televisi swasta di Indonesia sebagai berikut: 1) Televisi Pendidikan Indonesia
(TPI) pada tahun 1991; 2) Indosiar (1992); 3) Andalas Televisi (ANTV) pada 1992; 4)
Trans TV; 5) Metro TV; 6) Global TV; 7) Lativi; dan 8) TV7. Setelah era tersebut,
masih ada kemunculan stasiun televisi lainnya baik stasiun televisi baru maupun
stasiun televisi yang berganti wajah seperti Lativi menjadi TVone, TV7 menjadi
Trans7, dan TPI menjadi MNC TV.

c. Sarana Perhubungan dan Penerbangan Sarana perhubungan


Sarana perhubungan darat yang diupayakan adalah pemeliharaan jalan raya yang
sudah ada, membangun jalan tol dan jalan layang, pembangunan rel kereta api, dan
penggandaan kereta api yang lebih modern. Selain perhubungan darat yang
dikemangkan pada masa ini pula meningkatkan sarana perhubungan laut dan udara
sebagai sarana penjangkauan dan mempercepat lalu lintas antar pulau, serta upaya
untuk meningkkatkan perdagangan domestik dan internasional. Pada jaman
pemerintahan Orde Baru IPTN mendapatkan kucuran dana dan fasilitas yang besar
dari pemerintah untuk mengembangkan dunia kedirgantaraan di Indonesia agar
mampu berbicara lebih di tingkat dunia. Pesawat seperti N-250 dan N- 230 berhasil
diciptakan, namun IPTN mengalami kegagalan pada saat bekerjasama membuat
pesawat Soko Galeb yang pada waktu itu didukung oleh Serbia/Yugoslavia karena
proyek ini tidak berjalan dengan baik. Pada jaman Orde Baru IPTN melalui
pemerintah juga mengirimkan beberapa anak muda ke luar negeri untuk menyerap
pengetahuan seputar dunia perakitan dan pembuatan pesawat terbang, salah satu
lulusan yang terkenal adalah B.J. Habibie.

d. Revolusi Hijau
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian di dunia ditandai
dengan munculnya Revolusi Hijau. Revolusi Hijau di Indonesia diformulasikan dalam
konsep ‘Pancausaha Tani’ yaitu:
(1) Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul;
(2) Pemupukan yang teratur;
(3) Pengairan yang cukup;
(4) Pemberantasan hama secara intensif;
(5) Teknik penanaman yang lebih teratur.
Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya
dilakukan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut:
(1) Intensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
menerapkan pancausaha tani.
(2) Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput
untuk makanan ternak.
(3) Diversifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
keanekaragaman usaha tani.
(4) Rehabilitasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
pemulihan kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah
kritis.

Dampak negatif munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain:
(1) Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersamasama pada
masa sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh
hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan
kerja di pedesaan menjadi berkurang.
(2) Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan
makin kuat.
(3) Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga berdampak
pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.
(4) Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara
keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani
kaya.

Industri pertanian adalah industri yang mengolah dan menghasilkan barang


yang mendukung sektor pertanian. Industri pertanian meliputi industri pertanian,
perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan. Adapun tujuan pembangunan
industri pertanian adalah sebagai berikut:
(a) Meningkatkan hasil dan mutu produksi;
(b) Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan petani, peternak, dan nelayan;
(c) Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha untuk menunjang
pembangunan industry; dan
(d) Meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor.

Pembangunan pertanian Indonesia (padi) dengan pancausaha tani mampu


mengantarkan Indonesia berswasembada pangan. Upaya meningkatkan produksi
beras/nonberas antara lain dengan cara berikut:
1) Pancausaha tani;
2) Penanganan pascapanen;
3) Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen;
4) Penyediaan sarana dan prasarana;
5) Pengembangan dan pemanfaatan teknologi;
6) Pemanfaatan lahan kering pekarangan dan rawa; dan
7) Pengembangan holtikultura (buah-buahan, sayur-sayuran, dan obat-obatan).

3. MASA REFORMASI
Pada awalnya perkembangan IPTEK di masa reformasi mengalami kendala akibat
berkurangnya porsi anggaran yang disebabkan oleh krisis moneter pada tahun 1998,
namun sejak tahun 2008 terjadi krisis kredit rumah yang terjadi di Amerika Serikat,
mengakibatkan Indonesia mengalami peningkatan ekonomi dan berbarengan peningkatan
pengembangan riset dan teknologi. Meningkatkan prestasi pelajar Indonesia dalam
Olimpiade Internasional baik dalam bidang Ilmu Pengetahuan maupun bidang teknologi,
kemudian pemerintah dalam hal ini Kemendikbud maupun Kemenristekdikti mengambil
kebijakan dengan menaikan kembali porsi anggaran untuk pengembangan IPTEK di
Indonesia. Saat ini perkembangan yang sedang pesatnya adalah media elektronik (HP,
Komputer, TV, dsb.) sebagai alat penunjang kehidupan. Untuk saat ini Ilmu Pengetahuan
banyak di pelopori sebagian besar mahasiswa akibat didukungnya pemerintah dalam
meningkatkan penemuan- penemuan yang bertujuan memajukan Indonesia.

4. TOKOH ILMUWAN, ORGANISASI ILMU PENGETAHUAN DAN TEMUAN-


TEMUAN DARI INDONESIA

a. Sedyatmo (Sedijatmo)

Dikenal karena menemukan "Konstruksi Cakar Ayam" pada tahun 1962. Prof.
Dr. Ir. Sedyatmo nama lengkap adalah putra asli Karanganyar Jawa Tengah, ia adalah
tokoh insinyur sipil sekaligus seorang cendikiawan, praktisi, ilmuwan dan guru besar
teknik sipil di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagai seorang pejabat di
perusahaan listrik Negara, beliau mengemban tanggung jawab untuk membangun
menara listrik bertegangan tinggi di daerah rawa rawa di kawasan Yogyakarta.
Saat itu dia dihadapkan dengan persoaalan struktur tanah di daerah rawa rawa
yang lembek dan labil. Sedyatmo pun berpikir keras untuk mencari metode yang lebih
efektif hingga muncullah gagasan mendirikan menara diatas pondasi pelat beton
dengan ditopang oleh pipa pipa beton dibawahnya. Teknologi ini ditemukan oleh
Sedijatmo ketika ia sebagai pejabat PLN diminta mendirikan 7 menara listrik tegangan
tinggi di daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta. Pondasi yang dibuatnya ternyata mampu
mengurangi hingga 75% tekanan pada permukaan tanah di bawahnya dibandingkan
dengan pondasi biasa. Pondasi cakar ayam ini kemudian digunakan di Bandara
Juanda, Surabaya yang memungkinkan landasan menahan beban hingga 2.000 ton
atau seberat pesawat super jumbo jet. Selain di Indonesia teknologi yang sudah
dipatenkan ini juga digunakan di 9 negara lain, seperti Jerman, Inggris, Perancis,
Italia, Belgia, Kanada, AS, Belanda.

b. Tjokorda Raka Sukawati

Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati (lahir di Ubud, Bali, 3 Mei 1931 – meninggal
di Ubud, Bali, 11 November 2014 pada umur 83 tahun) adalah seorang insinyur
Indonesia yang menemukan “konstruksi Sosrobahu”, yang memudahkan
pembangunan jalan layang tanpa mengganggu arus lalu lintas pada saat
pembangunannya. Sekitar tahun 1980-an, Tjokorda Raka Sukawati nama lengkapnya,
menerima tantangan untuk membangun jembatan layang diatas padatnya lalu lintas di
ibukota Jakarta yang membentang antara Cawang hingga Tanjung priok. Insinyur asal
Bali ini mengajukan gagasan untuk membangun tiang tersebut sejajar dengan jalur
dibawahnya. Barulah setelah tiang ini didirikan, lengannya yang berbentuk huruf T
akan diputar 90 derajat hingga melintang dan siap digunakan untuk jalan beton
diatasnya. Ia kemudian menggunakan sistem hidrolik sehingga lengan beton seberat
180 ton dapat diputar dengan mudah. Dengan efektivitas waktu pembuatan dan
minimnya gangguan terhadap arus lalu lintas jalan raya dibawahnya, teknologi ini
menuai berbagai pujian dari seluruh kalangan pada waktu itu.
Presiden Soeharto yang saat itu ikut menyaksikan kemudian memberi nama
“Sosrobahu” untuk metode yang diciptakan Tjokorda R Sukawati ini. Sosrobahu
sendiri merupakan nama salah satu tokoh sisipan dalam cerita Mahabarata. Hasil karya
anak bangsa yang membanggakan ini kemudian digunakan untuk berbagai rancangan
di dunia. Termasuk diantaranya adalah jembatan Seatle di Amerika Serikat, jalan raya
metro Filiphina dan masih banyak lainnya. Temuan ini juga mendapatkan lisensi hak
paten dari beberapa Negara, seperti jepang, Malaysia dan Filipina. Tjokorda R
Sukawati, yang juga pendiri Fakultas Teknik Universitas Udayana, telah pensiun dari
PT. Hutama Karya, namun masih tetap berkarya bahkan menghasilkan teknologi
sosrobahu versi kedua yang lebih unggul soal kepraktisan dibandingkan versi
sebelumnya.

c. B. J. Habibie

Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng (lahir di Parepare,


Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936) atau sering dikenal dengan B.J Habibie. Ia belajar
teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (Institut Teknologi
Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan,
spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima
gelar diploma ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan
predikat summa cum laude.
Beliau adalah seorang pioneer kedirgantaraan yang masih hidup sampai
sekarang ini. Sejarah mencatat, pada 1990-an, musibah pesawat terbang masih banyak
terjadi karena kerusakan konstruksi yang tak terdeteksi. Kelelahan pada bodi pesawat
masih sulit terdeteksi pada waktu itu. Titik rawan kelelahan ini biasanya terletak pada
sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang, atau antara sayap dengan mesin.
Elemen inilah yang mengalami guncangan keras secara terus menerus, baik saat
pesawat lepas landas maupun mendarat. Hingga kemudian Pak Habibie menemukan
cara bagaimana titik kelelahan pesawat ini bekerja, perhitungan “titik kelelahan”
sungguh rinci, sampai pada hitungan atom. Oleh dunia penerbangan internasional,
teori Habibie ini lantas dinamakan “crack progression”. Sampai sampai nama Habibie
terkenal dengan sebutan mister crack. Berdasarkan teori ini, pesawat modern jaman
sekarang dibuat lebih aman, tidak hanya resiko pada pesawat jatuh, tetapi juga
membuat pemeliharaannya mudah dan murah. Dalam dunia penerbangan, terobosan
ini dikenal dengan Factor Habibie. Dengan begitu daya angkut pesawat pun meningkat
dan daya jelajahnya semakin jauh. Secara ekonomi, kinerja pesawat pun dapat
ditingkatkan lagi.

d. Joe Hin Tjio


Salah seorang ahli psikokenetik asal Indonesia, yaitu Dr. Joe Hin Tjio
menemukan fakta bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah (23 pasang). Hasil ini
berdasarkan penelitian yang beliau lakukan di laboratorium Institute of Genetics of
Sweden’s University of Lund. Beliau berhasil menyempurnakan teknik pemisahan
kromosom manusia pada gelas preparat yang dikembangkan oleh salah satu dokter di
Texas University, US tahun 1961.
Tjio yang dilahirkan di Pekalongan pada 2 November 1919, lebih sering
dikenal sebagai ahli sitogenetika Amerika karena selama 23 tahun terakhir hidupnya
dihabiskan di Institut Kesehatan Nasional (National Institute of Health), Amerika
Serikat. Teknik yang dikembangkan untuk pengamatan kromosom pada manusia
merupakan salah satu temuan besar di bidang sitogenetika. Sitogenetika sendiri
merupakan ilmu genetika yang mempelajari hubungan antara hereditas dengan variasi
dan struktur kromosom. Pak Tjio, panggilannya, membantu pengembangan bidang ini
menjadi salah satu bidang penting dalam medis di tahun 1959. Beliau menunjukkan
bahwa ada kaitan antara kromosom abnormal dengan penyakit tertentu.

e. Khoirul Anwar
Prof. Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G
berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga
Negara Indonesia (WNI) yang kini bekerja di Nara Institute of Science and
Technology, Jepang. Khoirul Anwar adalah lulusan dari Jurusan Teknik Elektro,
Institut Teknologi Bandung dengan cum laude di tahun 2000. Meraih gelar master dan
doktor dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST) pada tahun 2005 dan
2008.
Pria asal Kediri kelahiran 1978 ini menciptakan sistem yang mampu
menurunkan energi hingga 5 dB atau seratus ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan.
Khoirul Anwar berhasil menemukan metode komunikasi yang lebih cepat, tapi energi
lebih sedikit. Kecepatan pengiriman datanya juga meningkat tajam. Masalah
komunikasi di kota-kota besar yang memiliki gedung pencakar langit maupun daerah
pegunungan pun bisa diatasi. Di daerah-daerah seperti inilah gelombang yang
ditransmisikan mengalami pantulan dan jeda lebih panjang. Ia menemukan teknik
transmisi wireless dengan dua buah Fast Fourirer transform (FFT). Teknik ini
mendapatkan penghargaan pada Januari 2006 dari IEEE Radio and Wireless
Symposium (RWS) tahun 2006, di California dan menjadi standard International
Telecommunication Union (ITU), ITU-R S.1878, dan ITU-R S.2173. Pada paten
keduanya ini menghapus sama sekali Guard Interval/GI. Hasilnya, membuat frekuensi
yang berbeda akan bertabrakan. Prof. Khoirul mengombinasikan dengan algoritma
khusus di laboratorium. Hasil temuan lulusan cum laude Teknik Elektro ITB tahun
2000 ini telah digunakan perusahaan elektronik besar asal Jepang. Juga, tengah
dijajaki oleh raksasa telekomunikasi asal Tiongkok yakni Huawei Technology.

5. ORGANISASI DI BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DI


INDONESIA
Sementara itu di bidang organisasi ilmu pengetahuan yang terkait dengan kegiatan
ilmiah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai pada abad ke-16 ketika Jacob Bontius, yang
mempelajari flora Indonesia dan Rompius dengan karyanya yang terkenal berjudul
"Herbarium Amboinese". Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van
Wetenschappen. Pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk
Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah
menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk Onderzoek (Organisasi untuk
Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan ini
menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.
Setelah Indonesia merdeka, organisasi ilmu pengetahuan yang ada mulai dibentuk
sesuai dengan bidang kajiannya. Organisasi-organisasi tersebut diantaranya adalah:

a. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pembentukan LIPI


Setelah melewati beberapa fase kegiatan ilmiah sejak abad ke-16 hingga tahun
1956, pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI)
melalui Undang-Undang (UU) No.6 Tahun 1956. Tugasnya adalah membimbing
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberi pertimbangan kepada
pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1962, pemerintah
membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI
di dalamnya dengan tugas tambahan membangun dan mengasuh beberapa lembaga
riset nasional. Hingga pada tahun 1966, status DURENAS menjadi Lembaga Riset
Nasional (LEMRENAS). Sejak Agustus 1967, pemerintah membubarkan
LEMRENAS dan MIPI. Setelah itu, pemerintah membentuk LIPI dan menampung
seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI ke dalam lembaga tersebut.
Tugas pokoknya adalah:
(1) Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di
Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada
khususnya dan umat manusia pada umumnya;
(2) Mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta
kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945;
(3) Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak 1991.

b. Lembaga Penerbangan dan Antariksa


Nasional Pada 31 Mei 1962, atas arahan Presiden RI Soekarno, dibentuk Panitia
Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan
RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI). Untuk mendukung
langkah tersebut, pada 22 September 1962 dibentuklah Proyek Roket Ilmiah dan
Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut Teknologi Bandung. Proyek PRIMA
berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya pada
tahun 1964.

c. Badan Tenaga Nuklir Nasional


Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia diawali dari
pembentukan Panitita Negara untuk Penyelidikan Radioaktivet tahun 1954. Panitia
Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan
adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di Lautan Pasifik. Dengan
memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi
kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 1958,
pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga
Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN) berdasarkan UU NO. 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember yang
merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia telah
ditetapkan sebagai hari jadi BATAN. Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih
meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir, maka dibangun beberapa fasilitas
penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangyasa) yang tersebar di berbagai
kawasan, antara lain Kawasan Nuklir Bandung (1965), Kawasan Nuklir Pasar Jumat,
Jakarta (1966), Kawasan Nuklir Yogyakarta (1967), dan Kawasan Nuklir Serpong
(1987). Sementara itu dengan perubahah paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU
no. 10 tentang Ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur
pelaksna kegiatan pemanfaatan tenaga nukir (BATAN) dengan unsur pengawas tenaga
nuklir (BAPETEN).

d. Badan Informasi Geospasial


Kegiatan survei dan pemetaan setelah kemerdekaan Indonesia dilaksanakan atas dasar
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1951 tentang Pembentukan Dewan dan
Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Selanjutnya, pada tanggal tanggal 7
September 1965 tentang Pembentukan Dewan Survei dan Pemetaan Nasional
(Desurtanal) serta Komando Survei dan Pemetaan Nasional (Kosurtanal) sebagai
pelaksana. Dalam pembagian tugas Desurtanal tercantum kaitan antara pemetaan
dengan inventerisasi sumber-sumber alam dalam rangka menunjang pembangunan
nasional. Pada periode pemerintahan Orde Baru dengan program pembangunan yang
dituangkan dalam Pelita, dirasakan kebutuhan data dasar perpetaan makin mendesak.
Dalam periode ini, kegiatan Desurtanal dan Kosurtanal dirasa belum optimal karena:
Desurtanal tidak dapat berkumpul secara teratur sehingga kurang berfungsi. Status
Kosurtanal sebagai komando dianggap tidak lagi sesuai dengan kondisi dan jiwa orde
baru. Atas dasar alasan di atas, Kosurtanal menyampaikan rekomendasi dan
mengusulkan perubahan Kosurtanal menjadi Bakosurtanal. Pada tanggal 17 Oktober
1969, dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1969 tentang Pembentukan
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Dengan Keppres ini,
pemerintah juga membubarkan Badan Atlas Nasional dan kegiatannya ditampung
serta dilanjutkan oleh Bakosurtanal. Begitu pula fungsi Desurtanal menjadi Badan
Penasehat yang menyatu dalam induk organisasi Bakosurtanal. Padatanggal 27
Desember 2011, pemerintah membentuk Badan Informasi Geospasial (BIG). Bidang
tugasnya yang terkait dengan informasi geospasial tetap dilaksanakan oleh
Bakosurtanal sampai dengan selesainya penataan organisasi BIG sesuai dengan
perpres tersebut. Bakosurtanal dalam jangka waktu paling lama 1 tahun menyerahkan
seluruh arsip dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya kepada BIG.

e. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan


Teknologi atau disingkat BPPT
Bermula dari gagasan Presiden Soeharto kala itu kepada B.J. Habibie pada tanggal 28-
Januari- 1974. Pada tanggal 5 Januari 1974, B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat
pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung
jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi
Penerbangan (ATTP) Pertamina. Tugas pokok adalah untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi dari BPPT adalah sebagai berikut:


1) Pengkajian & penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi;
2) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT;
3) Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan
swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi,
dan pengembangan kapasitas, serta membina alih teknologi; dan
4) Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan persandian, perlengkapan & rumah tangga.

f. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat Penelitian Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi atau disingkat Puspiptek
Didirikan pada tahun 1976 atas gagasan Menteri Riset Republik Indonesia, saat itu,
yakni Sumitro Djojohadikusumo dan pelaksanaanya direalisasikan oleh Menteri
Negara Riset dan Teknologi B.J. Habibie. Tujuan dari Puspitek adalah untuk
mendukung proses industrialisasi di Indonesia maka Puspiptek dirancang untuk
menjadi kawasan yang mensinergikan SDM terdidik dan terlatih, peralatan penelitian
dan pelayanan teknis yang paling lengkap di Indonesia serta teknologi dan keahlian
yang telah terakumulasikan selama lebih dari seperempat abad.
Puspiptek didirikan pada tanggal 1 Oktober 1976. Pada saat itu, Puspiptek ditujukan
sebagai kawasan terpadu untuk menempatkan sejumlah pusat penelitian milik
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Penempatan pusat-pusat
tersebut dalam satu kawasan dimaksudkan agar dapat membentuk kemampuan yang
kuat bagi pengamanan dan pelaksanaan kegiatan penelitian iptek yang berhubungan
dengan Program Riset Nasional. Puspiptek diarahkan sebagai sebuah kawasan yang
mengintegrasikan unsur-unsur inovasi yang terdiri atas lembaga litbang, pendidikan
tinggi, serta sektor bisnis (industri), dalam kerangka sistem inovasi nasional (SINas)
dan Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Dalam kaitan dengan komersialisasi hasil litbang,
salah satu aktivitas di Puspiptek ke depan adalah penumbuhan IKM baru berbasis
teknologi serta menumbuhkan budaya technopreneurship melalui inkubasi teknologi
dan bisnis.
1) Peran Puspiptek dalam menjadi Pusat Iptek dan Inovasi Kelas Dunia adalah
sebagai Pusat Penguasaan dan Pengembangan Iptek nasional (center of excellence)
2) Pusat Pelayanan Pengembangan Produk-Produk nasional
3) Pusat alih teknologi dan Pusat Informasi Iptek (advokasi teknologi, pelayanan
teknologi, difusi, diseminasi, komersialisasi teknologi)
4) Pusat pengembangan kewirausahaan (enterpreneurship) dan inkubasi industri
baru/UKMK berbasis teknologi (inkubator bisnis teknologi, klaster inovasi)
5) Pusat pendidikan dan latihan untuk SDM industri.

Sumber:
Modul Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai