Anda di halaman 1dari 4

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat dikatakan sebagai segala hal yang

berhubungan dengan teknologi, baik itu penemuan terbaru yang bersangkutan dengan
teknologi ataupun perkembangan di bidang teknologi itu sendiri.

1. Revolusi Hijau
 Revolusi Hijau merupakan upaya peningkatan produksi pertanian di seluruh dunia
dengan menggantikan teknologi pertanian tradisional ke teknologi pertanian
modern.
 Revolusi Hijau dilatarbelakangi pemikiran Thomas Robert Malthus, seorang
tokoh dari Inggris yang memiliki peran di bidang ekonomi politik dan demografi,
yang berpendapat bahwa kemiskinan merupakan hal yang tidak dapat dihindari
karena semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, yang tidak dibarengi
dengan peningkatan produksi pangan.
 Di Indonesia, gerakan revolusi hijau dimulai sejak pemerintahan Orde Lama,
melalui program padi sentra dan Program Bimas atau dapat disebut juga Program
Bimbingan Masyarakat, yakni pada tahun 1959 sampai tahun 1965. Program
Bimas kemudian berganti menjadi Inmas atau Intensifikasi Massal dan
Intensifikasi Khusus. Karena program-program inilah, produksi beras per tahun
menunjukkan kenaikan. Dari 5,79 juta ton pada 1950 menjadi 8,84 juta ton pada
tahun 1965.
 Pada masa pemerintahan Orde Baru, gerakan revolusi hijau digiatkan kembali
yang berfokus pada peningkatan hasil pertanian, khususnya beras. Pada tahun
1969, dilaksanakan Pelita I yang terdiri dari 4 program, yakni intensifikasi
pertanian, ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian, dan rehabilitasi.
 Pertama, intensifikasi pertanian. Ini diterapkan dalam bentuk Panca Usaha Tani
yakni pemilihan bibit unggul, pengaturan irigasi, pemupukan, teknik pengolahan
tanah, dan pemberantasan hama.
 Kedua, ekstensifikasi pertanian. Langkah ini merupakan perluasan area pertanian
yang sebelumnya belum dimanfaatkan. Contohnya itu seperti pemanfaatan hutan,
lahan gambut, atau padang rumput untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
 Ketiga, diversifikasi pertanian. Ini dapat katakan pengalokasian sumber daya
pertanian ke beberapa aktivitas lainnya yang menguntungkan, baik secara
ekonomi atau lingkungan. Contohnya menanamkan beberapa jenis tanaman dalam
satu lahan atau memelihara beberapa hewan ternak dalam satu kandang.
 Rehabilitasi ini merupakan sebuah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan
cara memperbarui segala hal terkait pertanian. Misalnya memperbaiki sawah
tadah hujan menjadi sawah irigasi.
 Dampak positif dari program-program Revolusi Hijau di Indonesia yakni
mendorong lahirnya varietas unggul di bidang pertanian, mendorong penggunaan
teknologi pertanian di kalangan petani, misalnya sistem irigasi. Selain itu, dapat
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang pertanian, dan
menciptakan kestabilan ekonomi, terutama di sektor pertanian.
 Sedangkan dampak negatifnya adalah petani yang belum siap dengan kemajuan
teknologi akan tertinggal dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pertanian. Juga penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan
ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk. Begitu juga dengan
penggunaan pestisida yang justru mendorong munculnya hama jenis baru.
2. Teknologi Transportasi
 Pertama untuk transportasi darat, pengelolaan kereta api diserahkan sepenuhnya
oleh pemerintah Belanda kepada Indonesia pada tanggal 28 September 1945.
Setelah itu, perkeretaapian Indonesia mengalami dieselisasi pada tahun 1953.
Pada tahun 1963, kereta api publik di Indonesia dikelola oleh Perusahaan Negara
Kereta Api atau PNKA, lalu berganti nama menjadi Perusahaan Jawatan Kereta
Api atau PJKA pada tahun 1973, dan berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta
Api atau Perumka pada tahun 1991, dan berubah lagi menjadi PT (Persero) Kereta
Api Indonesia.
 Pada 31 Juli 1995, pemerintah meresmikan penggunaan kereta api ekspres Argo
Bromo dan Argo Gede yang mempunyai kecepatan 120 km/jam. Dengan
menggunakan kereta api ekspres tersebut, perjalanan Surabaya–Jakarta yang
sebelumnya ditempuh dalam waktu 14 jam dapat disingkat menjadi sekitar 9 jam.
Adapun Argo Gede melayani rute lintas Jakarta–Bandung dengan lama perjalanan
hanya 2,5 jam.
 Kedua untuk transportasi air, pada awalnya dimonopoli oleh maskapai pelayaran
Belanda, yakni KPM atau Koninklijke Paketvaart Maatschappij. Untuk menyaingi
KPM, pada 5 September 1950, didirikan Penguasaan Pusat Kapal-Kapal atau
Pepuska. Namun, karena tidak mampu bersaing dengan KPM, Pepuska pun bubar.
Lalu pada 28 April 1952, pemerintah mendirikan Pelayaran Nasional Indonesia
atau Pelni. Dan pada masa Orde Baru, pemerintah berupaya membangun sarana
transportasi laut selama Pelita V.
 Terakhir untuk transportasi udara, pada masa Hindia Belanda dipegang oleh
perusahaan Belanda KNILM. KLM menyerahkan pelaksanaan penerbangan ke
Garuda Indonesia pada tahun 1949. Garuda Indonesia mulai melayani
penerbangan dengan bendera Indonesian Airways pada 26 Januari 1949. Pesawat
yang digunakan adalah pesawat DC-3 yang bernama Seulawah RI-001. Pesawat
ini dibeli dari hasil patungan oleh masyarakat Aceh. Pesawat ini menjadi bukti
nasionalisme bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Aceh.

3. Teknologi Dirgantara

 Perkembangan perusahaan penerbangan dimulai pada 1970-an. Selain Garuda,


muncul perusahaan penerbangan lain, seperti Merpati, Sempati, Mandala, dan
Pelita. Perkembangan teknologi penerbangan Indonesia semakin pesat dengan
diresmikannya Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). IPTN berhasil
membuat pesawat pertama yang dinamakan dengan NC-212. Pada 1990-an,
pesawat-pesawat modern, seperti Boeing 737 dan 747, Fokker-28 dan 100, DC-10
dan Md-11, serta Airbus mulai beroperasi.
 Industri ini berawal dari Industri Pesawat Terbang Nurtanio di era Presiden
Soekarno. Nurtanio merupakan salah satu perintis industri dirgantara Indonesia.
Pada saat A. H. Nasution menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional, didirikan
Depot Penyelidikan, Percobaan, dan Pembuatan AURI. Depot itu lalu berubah
menjadi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (Lapip). Setelah kematian
Nurtanio pada 1966, lembaga pembuatan pesawat yang semula bernama Lembaga
Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) berganti nama jadi Lembaga Industri
Pesawat Terbang Nurtanio (LIPNUR).
 Setelah Habibie menjadi Presiden Direktur, pada 26 April 1976, LIPNUR berganti
nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), dan berubah lagi
menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Di bawah BJ Habibie, IPTN
bekerja sama dengan CASA Spanyol memproduksi pesawat bersayap yang
berpenumpang lebih banyak. IPTN juga menggandeng Bell untuk memproduksi
helikopter. Pesawat C-212 dan Helikopter NBO-105 Helicopters, NAS 332 Super
Puma dan Nbell-412 berhasil dirakit dan diproduksi di IPTN, Bandung, Jawa
Barat.
 Kerja sama IPTN dengan CASA makin berkembang. Di tahun 1983, pesawat CN
235 Tetuko berhasil diterbangkan dan diproduksi massal. Semenjak itu, Habibie
memiliki ide untuk mengadakan pameran kedirgantaraan yang kemudian diberi
nama bernama IAS 1986. Pameran ini berlangsung sejak 22 Juni-1 Juli 1986.
IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus
2000.
 Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika. Panitia Astronautika
merupakan salah satu Panitia Teknis Dewan Penerbangan. Dari kegiatan tersebut,
lahirlah Proyek litbang Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA)—afiliasi AURI
dan ITB—pada 22 September 1962. Setelah itu, pada 27 November 1963,
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 236 tentang formasi pembentukan
Lapan, pemerintah mendirikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan). Lapan merupakan lembaga pemerintah non-kementerian yang
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan
kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Empat bidang utama LAPAN yakni
penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara.
 Pascapengakuan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1949, pemerintah Indonesia
kemudian membentuk Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran
Peta. Pada 2 September 1965, badan ini kemudian dibubarkan dan digantikan oleh
Komando Survei dan Pemetaan Nasional (Kosurtanal) dan Dewan Survei dan
Pemetaan Nasional (Desurtanal). Lalu pada 17 Oktober 1969, pemerintah
kemudian membentuk organisasi Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional).

4. Teknologi Informasi dan Komunikasi

 Telegraf mulai digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memudahkan


komunikasi Batavia-Bogor pada 1855. Sementara itu, teknologi komunikasi
berupa telepon lokal sudah digunakan terlebih dahulu pada tahun 1882. Pada Juli
1909, di Jakarta, ada surat kabar mingguan Boemipoetra yang dipimpin Sutan
Mohammad Salim. Juga terdapat surat kabar Medan Prijaji di Bandung yang
munculnya hampir bersamaan dengan lahirnya Boedi Oetomo.
 Perkembangan radio di Indonesia telah ada sejak tahun 1920-an. Pemerintah
kolonial Belanda membangun beberapa stasiun radio di kota-kota besar seperti
Bataviasche Radio Vereeniging (BRV), Nederland Indische Radio Omroep
(NIROM), dan Solosche Radio Vereeniging (SRV). Pada masa pendudukan
Jepang, Jepang membentuk badan pengawas siaran radio yang dikenal dengan
nama Hoso Kanri Kyoku.
 Sutan Syahrir berhasil menyadap siaran radio Sekutu dengan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi tentang berita kekalahan Jepang dalam Perang Asia
Pasifik. Setelah proklamasi kemerdekaan, berita kemerdekaan Indonesia
disebarluaskan melalui siaran radio Hoso Kanri Kyoku. Selama Agustus 1945,
angkasawan Indonesia, yakni sebutan untuk penyiar radio, terus
mengumandangkan proklamasi ke seluruh penjuru Tanah Air dan dunia. Pejuang
radio, Jusuf Ronodipuro, tercatat sebagai salah satu angkasawan yang berhasil
mengudarakan berita proklamasi melalui radio milik Jepang.
 Dan pada 11 September 1945, pemerintah Indonesia berhasil mendirikan stasiun
radio nasional Indonesia yang dinamakan Radio Republik Indonesia (RRI). Pada
masa Orde Baru, Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan RRI dirancang untuk
membentuk identitas bersama rakyat dan negara. TVRI menyiarkan acaranya ke
seluruh penjuru negeri untuk membangun persatuan melalui media.

5. Teknologi Arsitektur dan Konstruksi


 Setelah proklamasi kemerdekaan, teknologi arsitektur Indonesia berkembang
pesat dengan munculnya bangunan-bangungan bercorak kontemporer. Peran
tokoh-tokoh Indonesia dalam menentukan rancang bangun arsitektur di Indonesia
semakin terlihat, di antaranya Presiden Sukarno, Frederick Silaban, Sujudi, Han
Awal, Sedyatmo, dan Tjokorda Raka Sukawati.
 Presiden Sukarno menyumbangkan ide-ide arsitekturnya dalam
bangunanbangunan yang masih dapat kita lihat, seperti Stadion Utama Gelora
Bung Karno, Hotel Indonesia, Gedung Planetarium, Wisma Nusantara, dan
Gedung Sarinah. Frederich Silaban dikenal sebagai perancang bangunan masjid
terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal. Arsitektur Sujudi dan Han Awal adalah
perancang Gedung MPR/DPR yang dulu dikenal sebagai Gedung Conefo.
 Teknologi arsitektur semakin berkembang dengan ditemukannya teknologi baru
dalam membangun konstruksi tata kota oleh Sedyatmo dan Tjokorda Raka
Sukawati. Sedyatmo berhasil menemukan teknologi konstruksi Cakar Ayam.
Tjokorda Raka Sukawati berhasil menemukan "Landasan putar bebas hambatan
(LPBH) 80" atau yang lebih dikenal dengan istilah teknologi Sosrobahu.

Anda mungkin juga menyukai