Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEARSIPAN

Nama Selpia Anggraini


NIM 2014090040
Kelas Tadris IPS B
Semester 3 ( tiga )
Mata Kuliah Kearsipan
Dosen Pengampu Anatona

DAFTAR ARSIP STATIS PT INDUSTRI PESAWAT TERBANG NUSANTARA


(PT IPTN) 1950 – 1988

A. Sejarah Organisasi

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau besar dan kecil
yang dipisahkan oleh lautan. Dengan kondisi geografis yang demikian, Indonesia dapat
menjadi negara kuat yang tidak hanya mengsuasai komunikasi darat, laut tetapi juga
komunikasi udara. Berlatar belakang hal tersebut maka bangsa Indonesia sejak sebelum
kemerdekaan telah mulai membangun industri pesawat terbang. Karena dengan penguasaan
komunikasi di udara akan sangat mendukung pembangunan ekonomi dan pertahanan
nasional.

Kesempatan bangsa Indonesia untuk membuat pesawat terbang semakin besar di masa
perang kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Prestasi yang telah dicapai Biro Rencana dan
Konstruksi adalah pembuatan pesawat layang jenis glider “zogling” yang dinamakan NWG-
1 . Pesawat glider “zogling” ini dibuat tahun 1946 oleh Opsir Muda Udara II Nurtanio
Pringgoadisurjo yang disupervisi oleh OU III Wiweko Supono, dan dibantu oleh Letda Udara
Tosin bin Kusen dan Letda Udara Achmad bin Talim serta para teknisi lainnya. Selama tahun
1946 telah dibuat enam pesawat dan digunakan untuk melakukan seleksi dan pelatihan awal
calon-calon kadet penerbang TRI AU, sebelum mereka dikirim ke sekolah penerbangan di
India.
Prestasi lain yang capai oleh Biro Rencana dan Konstruksi yaitu memproduksi
pesawat terbang jenis “piper cup” dengan menggunakan mesin sepeda motor Harley
Davidson 750 CC buatan tahun 1928. Karya pertama yang dihasilkan di Seksi Percobaan
adalah pesawat terbang “Si Kumbang” hasil rancangan tahun 1954. Si Kumbang merupakan
pesawat yang keseluruhan konstruksinya dibuat dari bahan logam dengan tempat duduk
tunggal dan diproduksi sebanyak tiga unit. Tanggal 24 April 1957 Seksi Percobaan
ditingkatkan menjadi Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan Pesawat
Terbang. Depot tersebut berhasil memproduksi lima unit pesawat terbang “Si Belalang 90”
yang merupakan pesawat latih bagi calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat
Penerbangan Angkatan Darat.

Kegiatan awal LAPIP yaitu melaksanakan kerja sama dengan pabrik pesawat
“Cekop” di Polandia pada1963. Isi perjanjian kerja sama adalah :

1. Pendidikan para karyawan LAPIP/AURI dengan adanya pusat latihan kerja


(Workshop Training Course) dan pengiriman ke luar negeri;
2. Memberikan bantuan teknis dan materiil kepada LAPIP untuk memproduksi
pesawat latih belalang yang telah dirancang Nurtanio Pringgoadisurjo;
3. Memberikan bantuan teknis dan materiil kepada LAPIP untuk memproduksi
pesawat ringan serba guna berdasarkan lisesnsi PZL-104 Wilga dari Polandia yang
kemudian diganti menjadi PZL-104 Gelatik oleh Presiden Soekarno;
4. Memberikan bantuan dalam pembuatan design office bagi LAPIP yaitu rancangan
sebuah bangunan industri pesawat terbang lengkap dengan segala peralatan dan
fasilitasnya di Bandung.

LAPIP memproduksi pesawat Gelatik sebanyak 40 unit, pesawat latih «Belalang


90» sebanyak 8 unit, dan helikopter sebanyak 3 unit. Kegunaan pesawat Gelatik antara
lain sebagai pesawat pertanian untuk memberantas hama tanaman pangan, perkebunan
kapas dan tembakau. Pesawat Gelatik juga digunakan sebagai transportasi ringan untuk 4
orang penumpang di daerah terpencil dan dapat digunakan sebagai pesawat ambulans.
Pada 1966 nama LAPIP diubah menjadi Lembaga Industri Pesawat Terbang
Nurtanio . Rancang bangun prototipe dilakukan pada September 1973 dan terbang
perdana 9 September 1974, dan tahun 1975 mulai diproduksi massal dan proses
sertifikasinya. Selama dua tahun pertama, LIPNUR telah memproduksi kurang lebih 30
pesawat untuk kebutuhan sekolah penerbangan sipil, TNI-AU dan klub terbang di
Indonesia.
Usaha pengembangan industri pesawat terbang terus dilakukan. Salah satunya
adalah pembuatan pesawat terbang komersil. Realisasi dari hal itu pada 17 Agustus 1965
Presiden Soekarno mendirikan Komando Pelaksana Proyek Industri Pesawat
Terbang . Dalam mengemban tugas ini kebijakan yang dicanangkan oleh Dirut Pertamina
Ibnu Sutowo adalah alih tehnologi dari negara maju ke Indonesia secara konsepsional
yang berkerangka nasional. Untuk mewujudkan kebijakan ini dibentuk unit baru yaitu
Divisi Advanced Technology & Teknologi Penerbangan Pertamina yang kemudian
menjadi cikal bakal BPPT. Divisi ATTP mengambil peran sebagai pengembangan
teknologi khususnya menangani industri pesawat terbang. ATTP menandatangani kerja
sama dengan MBB Jerman dan CASA Spanyol untuk memproduksi BO 105 dan C-
212. Tidak begitu lama kemudian timbul permasalahan dan krisis di tubuh
Pertamina, yang berdampak pula kepada ATTP.

Dengan modal tersebut maka pada tanggal 28 April 1976 didirikan PT Industri
Pesawat Terbang Nurtanio di Jakarta dan ditunjuk Dr. BJ. Habibie selaku Direktur
Utama. PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT IPT Nurtanio) diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1976. Adapun tugas PT IPT Nurtanio adalah :

1. Menyelenggarakan kegiatan perakitan/pembuatan pesawat terbang serta materil


penerbangan;
2. Menyelenggarakan kegiatan perawatan yang menyangkut kerangka pesawat, motor
sistem (instrumen-instrumen), perlengkapan, peralatan penunjang di darat, dan alat
penguji;
3. Menyelenggarakan perdagangan (jual-beli) baik lokal maupun impor/ekspor dari
bahan baku, bahan penolong, spareparts serta komponen pesawat terbang, serta jasa-
jasa perawatan berat (overhoul), hasil perakitan/ pembuatan pesawat terbang dan
materil penerbangan, menyelenggarakan kegiatan jasa konsultasi khusus bagi industri
pesawat terbang seperti penyelenggaraan modifikasi dari pesawat terbang maupun
materil penerbangan pada umumnya.
4. Menyelenggarakan kegiatan jasa konsultasi khusus bagi industri pesawat terbang
seperti penyelenggaraan modifikasi dari pesawat terbang maupun materiil
penerbangan pada umumnya.

C-212 Aviocar, helikopter Puma, helikopter Super Puma, dan pesawat terbang


CN-235. Pada 1986 PT IPT Nurtanio berubah menjadi PT Industri Pesawat Terbang
Nusantara. IPTN mendapat tugas dari Pemerintah untuk merancang bangun dan
memproduksi sepenuhnya pesawat baru N-250. Setelah kurang lebih dua tahun, akhirnya
pesawat N-250 diperkenalkan di Paris Airshow Le Bourget Paris. Pada 2 Maret 2000
Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2000 tentang
Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1980 tentang Larangan Pemasukan dan
Pemberian Izin Pengoperasian Pesawat Terbang. Pada 24 Agustus 2000 Presiden RI
keempat meresmikan penggantian nama dan logo PT Industri Pesawat Terbang Nusantara
diubah menjadi PT Dirgantara Indonesia.

B. sejarah

Arsip Nasional Republik Indonesia berkewajiban menyelamatkan dan melestarikan


arsip-arsip yang memiliki nilai pertanggungjawaban nasional kepada generasi
berikutnya. ANRI memiliki kewajiban menyelamatkan arsip PT IPTN sebagai memori
kolektif bangsa. Berdasarkan data dan informasi dari Direktorat Akuisisi ANRI, PT IPTN
menyerahkan arsip kepada ANRI pada 23 Agustus 1997, berupa arsip tekstual periode
1950-1988 sebanyak 51 boks besar berukuran 20 cm x 27 cm x 38 cm, namun tidak
terdapat berita acara penyerahan dan daftar arsip. Sistem penataan arsip di PT IPTN saat
itu menggunakan sistem tata naskah. Kondisi arsip PT IPTN ketika diserahkan kepada
ANRI sebagian besar dalam kondisi baik, tetapi terdapat beberapa arsip berjamur dan
sobek.

C. Teknis Penyusunan Daftar Arsip

Pengaturan arsip dilakukan berdasarkan fungsi dan tugas PT IPTN yang disusun
secara sistematis berdasarkan dua kelompok fungsi yakni fungsi fasilitatif dan fungsi
substantif. Fungsi fasilitatif meliputi arsip yang dihasilkan atas pelaksanaan fungsi 1.
organisasi dan tata laksana, 2. administrasi umum, 3. kepegawaian, 4. keuangan, 5.
logistik (pertanahan, pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana, kendaraan
kantor, serta peralatan dan perlengkapan kantor) dan 6. kerja sama. Sedangkan fungsi
substantif meliputi arsip yang dihasilkan atas pelaksanaan fungsi 1. produksi (pesawat,
spare part, tool dan jig serta program kerja dan pengembangan industri), 2. pemeliharaan,
perbaikan dan pemeriksaan pesawat, 3. komersil, 4. penelitian dan pengembangan, serta
5. sertifikasi.

Anda mungkin juga menyukai