A. Sejarah Organisasi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau besar dan kecil
yang dipisahkan oleh lautan. Dengan kondisi geografis yang demikian, Indonesia dapat
menjadi negara kuat yang tidak hanya mengsuasai komunikasi darat, laut tetapi juga
komunikasi udara. Berlatar belakang hal tersebut maka bangsa Indonesia sejak sebelum
kemerdekaan telah mulai membangun industri pesawat terbang. Karena dengan penguasaan
komunikasi di udara akan sangat mendukung pembangunan ekonomi dan pertahanan
nasional.
Kesempatan bangsa Indonesia untuk membuat pesawat terbang semakin besar di masa
perang kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Prestasi yang telah dicapai Biro Rencana dan
Konstruksi adalah pembuatan pesawat layang jenis glider “zogling” yang dinamakan NWG-
1 . Pesawat glider “zogling” ini dibuat tahun 1946 oleh Opsir Muda Udara II Nurtanio
Pringgoadisurjo yang disupervisi oleh OU III Wiweko Supono, dan dibantu oleh Letda Udara
Tosin bin Kusen dan Letda Udara Achmad bin Talim serta para teknisi lainnya. Selama tahun
1946 telah dibuat enam pesawat dan digunakan untuk melakukan seleksi dan pelatihan awal
calon-calon kadet penerbang TRI AU, sebelum mereka dikirim ke sekolah penerbangan di
India.
Prestasi lain yang capai oleh Biro Rencana dan Konstruksi yaitu memproduksi
pesawat terbang jenis “piper cup” dengan menggunakan mesin sepeda motor Harley
Davidson 750 CC buatan tahun 1928. Karya pertama yang dihasilkan di Seksi Percobaan
adalah pesawat terbang “Si Kumbang” hasil rancangan tahun 1954. Si Kumbang merupakan
pesawat yang keseluruhan konstruksinya dibuat dari bahan logam dengan tempat duduk
tunggal dan diproduksi sebanyak tiga unit. Tanggal 24 April 1957 Seksi Percobaan
ditingkatkan menjadi Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan Pesawat
Terbang. Depot tersebut berhasil memproduksi lima unit pesawat terbang “Si Belalang 90”
yang merupakan pesawat latih bagi calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat
Penerbangan Angkatan Darat.
Kegiatan awal LAPIP yaitu melaksanakan kerja sama dengan pabrik pesawat
“Cekop” di Polandia pada1963. Isi perjanjian kerja sama adalah :
Dengan modal tersebut maka pada tanggal 28 April 1976 didirikan PT Industri
Pesawat Terbang Nurtanio di Jakarta dan ditunjuk Dr. BJ. Habibie selaku Direktur
Utama. PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT IPT Nurtanio) diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1976. Adapun tugas PT IPT Nurtanio adalah :
B. sejarah
Pengaturan arsip dilakukan berdasarkan fungsi dan tugas PT IPTN yang disusun
secara sistematis berdasarkan dua kelompok fungsi yakni fungsi fasilitatif dan fungsi
substantif. Fungsi fasilitatif meliputi arsip yang dihasilkan atas pelaksanaan fungsi 1.
organisasi dan tata laksana, 2. administrasi umum, 3. kepegawaian, 4. keuangan, 5.
logistik (pertanahan, pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana, kendaraan
kantor, serta peralatan dan perlengkapan kantor) dan 6. kerja sama. Sedangkan fungsi
substantif meliputi arsip yang dihasilkan atas pelaksanaan fungsi 1. produksi (pesawat,
spare part, tool dan jig serta program kerja dan pengembangan industri), 2. pemeliharaan,
perbaikan dan pemeriksaan pesawat, 3. komersil, 4. penelitian dan pengembangan, serta
5. sertifikasi.