Anda di halaman 1dari 7

Nama Selpia Anggraini

NIM 2014090040
Kelas Tadris IPS B
Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu Drs. Zainimal, M. Ag., M
Semester 4 (empat)

01 April 2022

Tugas Keenam Sejarah Pendidikan Islam

1. Jelaskanlah bagaimana hubungan guru dan murid pada masa kejayaan tersebut?
Jawaban :
Hubungan guru dan murid masa kejayaan Pendidikan islam. Sebagai peserta
didik, mereka mempunyai tujuan utama untuk belajar dan mereka menghabiskan
sebahagian hidup mereka untuk belajar, dan mereka mempunyai hubungan erat dengan
guru mereka. Guru mengetahui pribadi tiap-tiap pelajar yang berguru kepadanya. Di
samping guru memperhatikan tingkah laku anak didiknya, dia juga memperhatikan
kemampuan si murid dalam belajar. Serta guru sering memberi petunjuk kepada anak
didiknya tentang pelajaran apa yang cocok baginya.
Guru mengukur kecerdasan anak didiknya dengan cara: guru mula-mula memberi
pelajaran kepada si anak: kemudian guru mengambil kesimpulan tentang kecerdasan si
murid terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru, seperti guru mengukur kekuatan
hapalan murid untuk mengetahui apakan ia suka menghapal ataukah suka berpikir
penalaran, kalau si anak suka menghapal, maka ia akan diarahkan untuk mempelajari
hadis, tetapi jika anak suka berpikir secara mendalam, Ia disuruh belajar filsafat, ilmu
debat, dan ilmu kalam.
Begitu mengesankan hubungan guru dengan murid pada masa kejayaan Islam.
Hubungan guru dan murid tidak hanya sebatas yang berkaitan dengan transmisi
keilmuan dan pembentukan perilaku si peserta didik, tetapi juga guru memberikan
dukungan moral moril kepada peserta didik. Kebanyakan pelajar-pelajar tidak puas
dengan pengetahuan yang ia peroleh dari guru-gurunya, dan ia akan belajar lagi kepada
guru lainnya, bahkan bila dikota tempat si murid tinggal tidak ada guru yang ia
kehendaki, ia akan ke kota lain belajar kepada guru-guru yang ia inginkan sampai
merasa cukup.
Hubungan guru dan anak pada pendidikan tingkat dasar seperti hubungan orang
tuan dengan anak, guru akan mengajar anak didiknya dengan rendah hati,. Jika guru
menemui anak didiknya berbuat slah ia akan menegurnya dengan lemah lembut tidak
dengan kasar tetapi ada pula yang melakukan kekerasan jika guru tidak mampu
menguasai muridnya.pada masa ini pula guru sebagai sentral pendidikan, serta berhak
menentukan siswa-nya.
Pada pendidikan tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru yang mereka
sukai yang dianggapnya paling baik, tetapi itu pun juga tergantung persetujuan sang
guru dalam memberikan ijin kepada mereka. Di antara ciri khas pendidikan di masa
dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu pendidikan tergantung
pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar
dimana saja, misdalnya di perpustakaan, toko buku, rumah ulama atau tempat terbuka.
Pelajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelajar tidak tetap, yang terdiri dari
para pekerja yang mengikuti pelajaran untuk menunjang profesi mereka mempelqjari
pelajaran tidak kontinu, tetapi pada waktu tertentu saja, namun demikian, jumlah
mereka sering kali melebihi pelajar tetap dan pelajar tetap, yaitu pelajar yang
mempunyai tujuan utama untuk belajar dan menghabiskan sebagian hidupnya untuk
belajar.
Pada peiode klasik khususnya zaman kejayaan islam, guru bisa meminta gaji
dari murid-muridnya. Jumlah gaji terserah kepada setiap anak didiknya, tergantung
kemampuan orang tua simurid. Secara umum, gaji guru dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu gaji yang berhubungan dengan waktu dan gaji yang berhubungan dengan
pelajaran yang didapat oleh si anak. Bentuk gaji yang pertama hampir dibayar oleh
semua murid, yaitu sejumlah kecil uang yang dibayar setiap minggu atau setiap bulan
ditambah sepotong roti yang diberikan setiap minggu.kadang-kadang pembayaran ini
dilakukan pada musim-musim tertentu. Dalam keadaan tertentu sering pula diberikan
sejumlah gandum atau jagung sebagai ganti pembayaran uang yang bisa dibayarkan
murid setelah selesai menghafal seluruh ayat al-Qur’an, sebagai ungkapan
kebahagiaan, mereka akan memberikan bahan-bahan pakaian, uang dan sebagainya
sesuai dengan kemampuan keluarga simurid

2. Jelaskanlah bagaimana pendidikan perempuan pada masa kejayaan tersebut?


Jawaban :
Sebelum berdirinya dinasti abasiyah + 524 tahun (132 h / 750 m - 656 h / 1258
m) ada beberapa pemerintahan islam yang telah berdiri dan menjadi titik awal lahirnya
sebuah peradaban dalam tingkat puncak pada dinasti abbasiyah tersebut. pertama pada
masa pemerintahan muhammad saw. merupakan masa awal terbentuknya sebuah
konstitusi islam yang menempatkan posisi wanitanya dalam status sosial yang sama di
hadapan allah swt. Sehingga masa ini, wanita mendapatkan hak-hak kemanusiaannya
sebagai khalifah di bumi. Salah satu yang paling mendasar adalah kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan dan pengajaran, sebagaimana terlihat dalam perjalanan
sejarah Islam, bahwa pada periode Makkah, saat pendidikan Islam dilakukan di tempat-
tempat tersembunyi, para wanitanya secara diam-diam sudah turut serta mengambil
bai’at terhadap Muhammad saw. sebagai keikutsertaan mereka terhadap ajaran yang
dibawanya seperti; Umaymah binti Ruqayah bersama sekelompok wanita telah
mendatangani Muhammad saw. untuk berbai’at kepadanya bahwa mereka tidak akan
mempersekutukan Allah swt. Pada masa Muhammad saw., istri-istrinya juga sudah
menunjukkan peran-peran mereka di masyarakat, sebagai contoh adalah Aisyah binti
Abu Bakkar Siddiq r.a (w. 58 H / 661 M), istri Muhammad saw., yang mana ia tidak
hanya dianggap sebagai pemikir wanita karena wanita banyak belajar padanya,
melainkan disebutkan juga bahwa pemikir laki-laki yang kebanyakan sahabat-sahabat
atau pengikut Muhammad saw. belajar al-Qur’an, Hadis dan hukum-hukum Islam dari
Aisyah binti Abu Bakkar Siddiq r.a. Hal ini menunjukkan bahwa seorang wanita tidak
memiliki batasan dalam memberikan pelajaran baik pada wanita maupun laki-laki.
Wanita-wanita pada masyarakat Islam masa awal ini diberikan kesempatan
untuk belajar pada semua cabang ilmu pengetahuan, bahkan wanita bebas memilih
lapangan ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu pengetahuan yang banyak dimiliki wanita
adalah ilmu-ilmu Hadis, ilmu-ilmu kewanitaan yang tercakup pada menjahit , dan ilmu-
ilmu dalam tata bahasa, syair atau sastra dan musik. Wanita yang memberikan
kontribusi paling besar dalam perjalanan sejarah Islam adalah janda-janda Muhammad
saw., sekalipun yang lainnya juga dikutip sebagai sumber, bahwa disebutkan selain
Aisyah binti Abu Bakar Siddiq r.a, Ummu Salamah (w. 59 H) bersama Zainab binti
Jahsy Asadiyyah (w.20 H) adalah seorang ahli Hadis yang terpenting, karena orang
mengakui kedekatan mereka terhadap Muhammad saw. Sehingga tak lama sesudah
wafatnya Muhammad saw. masyarakatpun banyak bertanya kepada mereka ihwal.
Kondisi ini terus berlanjut pada masa pemerintahan Khulafa’ alRasyidin (11 H
/ 632 M – 40 H / 661 M) bahwa Sikap kaum wanita masa ini telah memberikan
kontribusi dalam periwayatan hadis yang mana sebagian dari teks-teks yang diterima
adalah dari periwayatan wanita, sehingga masa ini wanita mampu berpartisipasi sejauh
tertentu dalam dunia-dunia pemikiran dan pengetahuan. Ahli-ahli Hadis wanita pada
masa ini, biasanya diajari oleh ayah-ayah mereka untuk mendapatkan pengetahuan
Hadis, kemudian mereka mengajarkannya kepada umat Islam lainnya. Adapun corak
pelaksanaan pendidikan dan penempatan kaum wanita pada masa Khulafa’ al-Rasyidin
ini tidak mengalami perubahan yang cukup drastis dari masa Nabi Muhammad saw.
Pada masa Abbasiyahi wanita-wanita Persia sangat berperan dalam dunia
pendidikan bahkan dari semua kalangan baik budak maupun wanita merdeka. Dengan
demikian menyebabkan para wanitanya mendapat status sosial yang lebih baik karena
telah turut berpartisipasi dalam ilmu pengetahuan.

3. Jelaskanlah tentang disiplin ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa kejayaan
ini?
Jawaban :
Di era Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat. Masa
puncaknya ketika pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 H) dan Khalifah
Al-Ma'mun Ar-Rasyid (813-833 H). Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada
Masa Daulah Abbasiyah (2012), Khairul Umam merangkumnya sebagai berikut:
1. Ilmu Tafsir
Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran tafsir yang terus
digunakan hingga sekarang. Dua aliran tafsir itu adalah tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir
bi ar-ra’yi. Aliran pertama lebih menekankan kepada penafsiran ayat-ayat Alquran
dengan hadis dan pendapat-pendapat para sahabat. Sementara itu, aliran yang kedua
lebih banyak berpijak pada logika daripada nas syariat. Ahli tafsir Alquran yang
terkenal di masa itu adalah Ibn Jarir al-Thabari dengan karangannya yang bertajuk
Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alquran. Ada pula dikenal Al-Baidhawi dengan Mu’allim
Al-Tanzil, Al-Zamakhsyari dengan karangannya yang berjudul Al-Kasyaf, Al-Razi
dengan Tafsir Al-Kabir, dan lain sebagainya.
2. Ilmu Kalam atau Teologi Islam.
Berkat singgungan Islam dengan filsafat Yunani, berkembang juga ilmu kalam
atau teologi Islam di masa Dinasti Abbasiyah. Alquran dan hadis ditelaah kembali
menggunakan akal dan rasio. Salah satu mazhab ilmu kalam, aliran Mu'tazilah,
mencapai masa keemasannya di Dinasti Abbasiyah. Tokoh-tokoh seperti Washil
bin Atha', Abu Huzail, dan An-Nadzham tercatat sebagai orang-orang berpengaruh
di aliran ini. Di masa kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, aliran Mu'tazilah bahkan
dijadikan mazhab resmi dinasti ini. Terdapat pula ulama Abu Hasan Al-Asyari yang
berusaha menjembatani pemikiran Mu'tazilah dan hadis-hadis nabi. Pemikirannya
hingga sekarang terus dipelajari umat Islam.
3. Ilmu Tasawuf
Di masa Dinasti Abbasiyah, muncul beberapa tokoh tasawuf besar seperti Imam
Ghazali, Al-Hallaj, Syahabuddin, Al-Qushairi, dan lain sebagainya. Ilmu tasawuf
mengalami perkembangan pesat dan dikaji ulang untuk menjawab tantangan
zamannya. Kitab yang dikarang Imam Ghazali Ihya Ulumuddin terus dipelajari
hingga sekarang. Demikian juga karangan Al-Hallaj, At-Thawashin, hingga
Awarifu Al-Ma'arif yang ditulis Syahabuddin.
4. Ilmu Geografi
Pada masa Dinasti Abbasiyah, peta dunia atau globe pertama dibuat. Globe ini
dikenal dengan sebutan Tabule Regoriana. Penyusunan globe ini dipelopori oleh
Al-Idrisi atau Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al-Idrisi.
Peta berbahasa Arab tersebut menampilkan daratan Eurasia, benua Afrika, dan Asia
Tenggara. Peta Tabule Regoriana inilah yang dijadikan rujukan Christopher
Columbus untuk mengelilingi dunia hingga menemukan benua Amerika.
5. Ilmu Kimia
Salah satu tokoh terbesar di bidang kimia yang lahir di masa Dinasti Abbasiyah
adalah Jabir bin Hayyan. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa
Arab. Jabir mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi
dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan,
dan kristalisasi. Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga
sekarang mencakup Kitab At-Tajmi' (tentang Konsentrasi), Az-Zi’baq As-Syarqi
(Air Raksa Timur), Kitab Ar-Rahmah, dan lain sebagainya.
6. Ilmu Kedokteran dan Farmasi
Di masa Dinasti Abbasiyah, penyakit cacar dan measles pertama kali dibedakan.
Prinsip seton dalam operasi juga ditemukan. Tokoh pelopornya yang terkenal
adalah Ar-Razi atau Abu Bakar Muhammad Bin Zakariya Ar-Razi. Pada saat itu,
Ar-Razi adalah dokter anak masyhur dengan karya kedokteran Al-Hawi, buku
ensiklopedia kedokteran. Selain itu, ada juga Ibnu Sina atau Abu Ali Husain bin
Hasan Ali bin Sina yang mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab di
bukunya Al-Qanun fi At-Thib. Karyanya juga berupa ensiklopedia kedokteran,
serta menjadi referensi penting kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi
rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17
M).
7. Ilmu Matematika
Ilmu matematika mencapai kemajuan pesat di masa Dinasti Abbasiyah. Tokoh
terkenalnya adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang menemukan angka
0 (nol). Di masa itu, dikenal juga bilangan positif dan negatif, pengetahuan tentang
akar, aljabar, dan aritmatika. Buku fenomenal yang dihasilkan Al-Khawarizmi
adalah Hisab Al-Jabr. Ia juga menjelaskan mengenai logaritma dan dikenal sebagai
penemu pertama kalkulasi tersebut. Di masa Dinasti Abbasiyah, ilmu matematika
klasik di Yunani dan India dipelajari untuk menghasilkan integrasi matematika
modern. Buku-buku Yunani diterjemahkan ke Bahasa Arab untuk dipelajari dan
dikembangkan.
8. Sejarah
Di bidang sejarah, muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun. Awalnya, ia belajar
di Al-Azhar, Mesir. Usai menuntut ilmu di sana, Ibnu Khaldun mendirikan lembaga
pendidikannya sendiri untuk mengkaji dan mempelajari sejarah. Murid-murid yang
belajar langsung pada Ibnu Khaldun adalah Al-Aqrizi, Ibnu Hajar Al-Asqalani,
Jalaluddin As-Suyuti, dan lain sebagainya.

4. Menurut Anda, pelajaran apa saja yang Anda dapatkan dari materi hubungan guru dan
murid, pendidikan perempuan dan disiplin ilmu pengetahuan pada masa kejayaan
pendidikan Islam ini?
Jawaban :
Pelajaran yang saya dapat dari materi hubungan guru dan murid, pendidikan
perempuan dan disiplin ilmu pengetahuan pada masa kejayaan pendidikan islam adalah
saya dapat mengetahui hubungan guru dan murid pada masa kejayaan Islam yang mana
terjadi hubungan yang baik antara guru dan murid layaknya orang tua dan anak.
Kehidupan murid pada pendidikan tingkat dasar memiliki ciri-ciri yaitu diharuskannya
belajar membaca dan menulis, diajarkan membaca dan menghafalkan al Qur`an. Pada
pendidikan tingkat tinggi kehidupan murid berbeda karena mereka diberi kebebasan
untuk memilih guru yang mereka kehendaki dan diberi kebebasan untuk berpindah dari
guru yang satu ke guru yang lain apabila guru itu dianggap lebih baik.
Kemudian, pendidikan perempuan pada masa kejayaan islam merupakan
kelanjutan dari pendidikan pada masa pemerintahan Muhammad SAW, masa ini,
wanita mendapatkan hak-hak kemanusiaannya sebagai khalifah di bumi. Salah satu
yang paling mendasar adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran, Wanita-wanita pada masyarakat Islam masa awal ini diberikan kesempatan
untuk belajar pada semua cabang ilmu pengetahuan, bahkan wanita bebas memilih
lapangan ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu pengetahuan yang banyak dimiliki wanita
adalah ilmu-ilmu Hadis, ilmu-ilmu kewanitaan yang tercakup pada menjahit, dan ilmu-
ilmu dalam tata bahasa, syair atau sastra dan musik. Kondisi tersebut terus berlanjut
hingga pada masa pemerintahan Khulafa’ alRasyidin (11 H / 632 M – 40 H / 661 M).
Pada masa Khulafa’ al-Rasyidin ini tidak mengalami perubahan yang cukup drastis dari
masa Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, disiplin ilmu pengetahuan pada masa kejayaan pendidikan Islam,
di era dinasti Abbasiyah ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat. Masa puncaknya
ketika pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 H) dan Khalifah Al-Ma'mun
Ar-Rasyid (813-833 H). Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah
Abbasiyah (2012), Khairul Umam merangkumnya, meliputi : Ilmu Tafsir, ilmu Kalam
atau teologi islam, ilmu tasawuf, ilmu geografi, ilmu kimia, ilmu kedokteran dan
farmasi, ilmu matematika, dan ilmu sejarah

Anda mungkin juga menyukai