Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan pelbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah Taala dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai al-Raasikhun fil Ilm (Al Imran : 7), Ulul al-Ilmi (Al Imran : 18), Ulul al-Bab (Al Imran : 190), al-Basir dan as-Sami (Hud : 24), al-Alimun (al-Ankabut : 43), al-Ulama (Fatir : 28), al-Ahya (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelaran mulia lain. Daya usaha untuk memperoleh ilmu melalui pelbagai sumber dan pancaindera yang dikaruniakan Allah Taala membimbing seseorang ke arah mengenal dan mengakui ketauhidan Rabbul Jalil. Ini memberi satu isyarat dan petunjuk yang penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan dasar akidah tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui keesaan Allah taala dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang berilmu akan tunduk, kerdil dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah subhanahu wa taala .

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah keutamaan orang-orang berilmu C. TUJUAN 1. Memahami isi kandungan hadist-hadist menuntut ilmu. 2. Mengetahui hadist-hadist tentang keistimewaan dan keutamaan menuntut ilmu. 3. Mengetahui hukum dari menuntut ilmu.

BAB II PEMBAHASAN

Keutamaan Orang Berilmu


"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. al-Mujadalah: 11) Imam Ibnu Katsir dalam Tasfsirnya Al-Qur'an al Azhim, Juz IV, hal 324, mengatakan bahwa Allah SWT dalam ayat ini mendidik kaum muslimin agar bersikap baik satu sama lain di dalam majlis. Janganlah satu sama lain mempersempit tempat duduk, sehingga seolah-olah yang satu menghalangi keberadaan dan kehadiran yang lain dalam majlis. Majelis yang dimaksud dalam ayat di atas, sebagai asbabun nuzul (sebab turunnya ayat), menurut Qutadah ra., yang dikutip Ibnu Katsir adalah majelis dzikir di masa Rasulullah yang selalu dipadati kaum muslimin. Pada waktu itu, jika ada salah seorang dari kaum muslimin ingin maju ke depan, maka orang-orang menghalanginya. Lalu turun firman Allah yang melarang perbuatan mereka dan menyuruh mereka agar memberi kelapangan. Imam Az Zamakhsyari dalam tafsirnya Al Kasysyaf juz IV hal 479, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan majelis itu adalah majlis Rasulullah yang selalu dipenuhi oleh kaum muslimin. Mereka senantiasa bersaing untuk mendekati Rasulullah karena sama-sama antusias mendengarkan pembicaraan beliau saw. Buah Tawadlu Dalam ayat tersebut Allah berfirman: "...lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu". Menurut Imam Ibnu Katsir, susunan pernyataan Allah itu menunjukkan bahwa pahala suatu amal shalih itu sejenis dengan amalan itu sendiri (tentunya dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar. Wallahu a'lam). Sebagaimana hadits Rasulullah saw: "Siapa saja yang membangun sebuah masjid karena Allah, niscaya Allah akan membangun sebuah rumah bentuknya di Surga". Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: "Siapa saja yang mendahulukan seorang yang sedang mengalami kesulitan (misal keuangan), niscaya Allah akan memudahkan dia di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa akan menolong hambaNya selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya". Allah berfirman: "Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat".

Imam Az Zamakhsyari (ibidem), menukil pendapat Imam Ahmad yang mengatakan bahwa balasan berupa peningkatan derajat dalam ayat itu sesuai dengan amal yang bersangkutan. Sebab yang diperintahkan adalah melapangkan majlis agar mereka tidak saling berebut dan saling sikut untuk mendekati tempat yang tinggi di sekitar Rasulullah. Siapa saja yang tunduk dengan perintah Allah, berarti memberi kesempatan kepada orang lain untuk maju dan mengundurkan diri dari rebutan itu lantaran tawadlu' (rendah hati) dan taat kepada Allah SWT. Dan untuk memudahkan orang-orang berilmu bersikap tawadlu' Allah menjanjikan pahala pengangkatan derajat bagi mereka. RAsulullah saw bersabda: "Siapa saja yang bertawadlu' (bersikap rendah hati) karena Allah, niscaya Allah akan meninggikannya". Keutamaan Orang Berilmu Allah SWT telah menjanjikan dalam ayat tersebut bahwa Dia akan mengangkat derajat orang-orang mu'min yang tunduk kepada perintahNya dan perintah RasulNya. Dan secara khusus Allah menyebut janji itu untuk orang-orang yang berilmu diantara orangorang yang beriman itu. Janji Allah SWT secara nyata menandaskan penghargaan Islam kepada ilmu dan orang-orang yang berilmu. Bahkan dalam ayat lain Allah memberikan penghargaan secara khusus kepada orang-orang berilmu dalam firmanNya: "Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran" (TQS. Az Zumar: 9) Imam Az Zamakhsyari (ibidem) mengutip sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang berilmu dari orang-orang yang tidak berilmu. "Jarak antara seorang alim (orang yang berilmu) dan seorang abid (tukang ibadah yang tidak berilmu) adalah seratus derajat/tingkat. Jarak diantara dua tingkat itu adalah perjalanan kuda selama 70 tahun" (HR Abu Ya'la dan Ibnu Adi). "Keutamaan seorang alim atas seorang abid bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang" (HR Ashabu as-Sunan) "Pada hari kiamat nanti ada tiga golongan yang akan memberi syafa'at, para nabi, lalu para ulama, lalu para syuhada" (HR Ibnu Majah, Abu Ya'la, Ibnu Adi, al Aqili dan al Baihaqi). Kata Az Zamakhsyari, agungnya martabat orang-orang berilmu berdasarkan kesaksian Rasulullah adalah berada diantara para nabi dan para syuhada. Imam Ibnu Katsir (ibidem), mengutip hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abi Thufail Amir bin Watsilah bahwasanya Nafi' bin abdil Harits bertemu dengan Umar bin al-Khaththab ra di Asfan --waktu itu Umar telah mengangkatnya sebagai wali (gubernur) Makkah, lalu Umar bertanya kepadanya: "Siapa yang engkau serahi melaksanakan tugasmu di sana?" Abdul Harits menjawab: "Ibnu Abzy, seorang maula (mantan budak kami)". Umar bertanya, "Anda serahkan kepemimpinan kota Makkah kepada seorang maula?". Dia menjawab, "Wahai amirul mu'minin, dia ini seorang

pembaca (qori') kitabullah dan alim tentang fara'idl" Lalu Umar ra berkata: Sesungguhnya nabi kalian telah bersabda: "Sesungguhnya dengan kitab Al-Qur'an ini Allah mengangkat (martabat) suatu kaum dan meletakkan yang lain". Kini jelaslah bahwa ilmu menjadi sebab naiknya derajat seseorang, bukan nilai rapor, gelar-gelar akademis, ijazah atau sertifikat! Oleh karena itu, pantaslah Ibnu Mas'ud ra apabila membaca ayat ini beliau mengatakan: "Wahai manusia pahamilah ayat ini dan hendaklah ayat ini membuat kalian mencintai ilmu". A. Hadist-hadist menuntut ilmu1

( )
Hadits 1 Dari Abi Darda dia berkata :Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencali ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan

1[1] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1

(cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil bagian yang besar (H.R.Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah).2 Hadits 2

) )
Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw : barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali (HR.Tirmidzi).3 Hadits 3

) )
Telah bersabda Rasulullah saw : Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (HR.Baehaqi)4

2[2] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1 3[3] Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003 4[4] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1

Kandungan Hadits Mencari Ilmu5 Untuk memperoleh kesuksesan atau kebahagian baik di dunia maupun di akhirat bahkan keduaduanya harus mempergunakan alat, alat untuk mencapai kesuksesan itu adalah ilmu. Ilmu ibarat cahaya yang mampu menerangi jalan seseorang untuk mewujudkan segala cita-citanya, sementara kebodohan akan membawa seseorang kepada kemadlaratan atau kesengsaraan yang membelenggu hidupnya. Dalam hadits yang pertama Rasulullah saw menjelaskan : 1) Allah akan memberikan berbagai kemudahan kepada para pencari ilmu,

seperti kemudahan bergaul, kemudahan mendapatkan pekerjaan, termasuk kemudahan untuk menuju surga. 2) Para malaikat akan memberikan perlindungan kepada para pencari ilmu

dengan cara meletakkan sayapnya sebagai bukti kerelaan mereka terhadap apa yang dilakukan oleh para pencari ilmu. 3) Aktivitas pencarian ilmu adalah aktivitas yang sangat mulia, sehingga

kepada para pencari ilmu semua makhluk Allah baik yang ada di langit maupun di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di dalam air akan memberikan berbagai bantuan, mereka semua ikut mendoakan agar orang yang mencari ilmu selalu mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

5[5] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1

4)

Allah memberikan keuatamaan kepada para pencari ilmu melebihi

keutamaan yang diberikan kepada para ahli ibadah, ibarat cahaya bulan purnama yang mampu mengalahkan cahaya seluruh bintang. 5) Para ulama (orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari ilmu)

adalah pewaris para Nabi, merekalah yang akan meneruskan para nabi dalam menegakan kebenaran dan memerangi kezaliman dengan menyebarkan ilmu yang diterimanya dari nabi kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta benda untuk umatnya melainkan mewariskan ilmu untuk kemaslahatan ummatnya. Oleh karena itu siapapun yang berusaha menuntut ilmu dan berhasil menguasainya, maka dia telah berhasil mendapatkan bagian yang sangat besar sebagai modal untuk menghadap Allah SWT. Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu itu dinilai sebagai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid. Sementara dalam Hadits ketiga Rasulullah menganjurkan agar umat Islam (kaum muslimin) mau menjadi orang yang : 1) Berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dan dengan demikian kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.

2) Jika tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang orang pandai. 3) Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahun kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar. 4) Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliaka orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain. 5) Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka.

B. Hadist tentang keistimewaan dan keutamaan menuntut ilmu Ilmu merupakan sebuah hal yang sangat berharga bagi setiap orang. Demikian juga halnya dalam agama yang mulia ini, ilmu memiliki kedudukan yang amat tinggi, dalam Al Quran Allah Subhanahu wa Taala,


Artinya :

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat. (QS.AlMujadilah : 11)6 Menurut penafsir terkenal M.Quraish Shihab, yang dimaksud dengan yang diberi ilmu pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri dengan mereka dengan pengetahuan7. Dari pengertian tersebut diartikan bahwa kaum beriman dibagi menjadi 2 kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shalih, dan yang kedua beriman dan beramal shaleh dan memiliki pengetahuan. Maka dari golongan kedua itulah yang mempunyai derajat lebih tinggi, Karena tidak hanya beriman dan beramal shaleh tetapi juga memiliki ilmu pengetahuan yang disandangnya. Dalam hal ini dijelaskan pula dalam hadist mengenai keistimewaan yang akan didapatkan oleh orang yang menuntut ilmu, diantaranya adalah :

()
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa rasulullah saw bersabda : Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan itu ke surga.HR.Muslim8 Hadist ini menjelaskan mengenai keistimewaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu pengetahuan. Dengan memiliki ilmu pengetahuan, maka kita bisa 6[6]
PROF.R.H.A. Soenarjo S.H, Al-Quran dan Terjemahnya juz 1-30: PT Kumodasmoro Grafindo Semarang, 1994. 7[7] M.Quraisy Shihab, Tafsir Al misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-Quran vol 14, hal 79, Lentera Hati :Jakarta,2002. 8[8] Abu Fajar Alqalami dan Abd Wahid Albanjari, Terjemah Riyadushalihin, hal 166, Gitamedia Press, Jakarta:2004

mengetahui

tentang

perkembangan

ilmu

maupun

teknologi

sesuai

dengan

perkembangan zaman. Dalam hal ini Allah akan memudahkan jalan menuju ke surga bagi orang-orang yang berilmu, akan tetapi dengan syarat orang yang berilmu itu juga mau beriman kepada Allah. Allah juga memberikan keistimewaaan bagi orang yang berilmu yang mau mengamalkan ilmunya kepada orang lain, maka orang tersebut akan diberi pahala sebanyak pahala orang-orang yang telah diajari olehnya. Sebagaimana telah disebutkan dalam hadist di bawah ini :

) )
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu jalan yang baik, maka ia mendapat pahala sebanyak pahala pengikutnya dengan tiada mengurangi sedikitpun dari pahala mereka sendiri. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."HR. Muslim.9

9[9] Abu Fajar Alqalami


Jakarta:2004

dan Abd Wahid Albanjari, Terjemah Riyadushalihin, hal 167, Gitamedia Press,

Mengenai belajar dan mengajar, Muadz bin Jabal mengatakan : Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan, menuntunnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan membelanjakan hartanya kepada ahlinya adalah kedekatakan (qurbah). Ia adalah teman yang menghibur dalam kesendirian, sahabat dalam kesepian, petunjuk dalam suka dan duka, pembantu di sisi sahabat karib, teman di sisi kawan dan penerang jalan surga. Dengannya allah menjadikan seorang pemimpin. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Ilmu di ilhamkan kepada orang-orang yang berbahagia dan diharamkan bagi orang yang celaka.10 Dari segi akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang utama, karena dengan ilmu manusia sampai kepada Allah SWT dan menjadi dekat dengan-Nya. Ia pun memperoleh kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu menimbulkan kemuliaan di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tanaman akhirat, maka orang alim dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaknya dengan tuntutan ilmu. Barangkali pula dengan pengajaran ia menanamkan kebahagiaan abadi, karena ia mendidik akhlak orang lain dan menyeru mereka kepada perbuatan yang yang mendekatkan mereka kepada Allah Taala.11 Dijelaskan dalam al quran surah An Nahl ayat 125:

) )
10[10] Al Ghazali, Mutiara Ihya Ulummuddin, hal 25-26, Mizan Media Utama, Bandung: 2003 11[11] Imam Ghazali, Mukhtasyar Ihya Ulumuddin, hal 4-5, Pustaka Amani,Jakarta: 2007

Artinya: Serulah(manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.(QS. An Nahl: 125)12 Menurut tafsir Al-Jalaalayn Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan RabbMu(agamanya) dengan hikmah (Alquran) dan nasihat yang baik dan debatlah mereka dengan debat yang baik ( debat yang menyeru manusia kepada Allah dengan Al-Quran). Sesungguhnya Tuhan-mu yang maha mengetahui semuanya.13

C. Hukum Menuntut Ilmu Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. 14 Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam Hadist Nabi Muhammad saw :

( )
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam

12[12] PROF.R.H.A. Soenarjo S.H, Al-Quran dan Terjemahnya juz 1-30: PT Kumodasmoro Grafindo Semarang,
1994.

13[13] Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, Tafsir Jalalain Li
Imamaini Al Jalilaini, Darus Salam, Riyadh, KSA

14[14] Hadisaputra ihsan, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya, Surabaya: 1981

(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik).15 Akan tetapi Hukum wajib menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Ilmu yang hukumnya wajib kifayah ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang hukumnya wajib 'ain ialah ilmu yang mempelajari tentang shalat, puasa, zakat dan haji. Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; mengetahui hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat pada zaman nabi, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup. Nabi Muhammad saw. bersabda:

) )
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa

15[15] Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003

yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)16 Dalam islam juga dijelaskan, bahwasanya salah satu hal yang tidak akan terputus ketika kita sudah meninggal dunia adalah memiliki ilmu yang bermanafaat. Oleh karena itu dalam islam mewajibkan umat muslim untuk mencari ilmu. Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda:

: ) )
Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka putuslah segala (pahala) amal perbuatannya, kecuali pahala dari tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakan. (HR.Muslim)17 Dijelaskan pula dalam hadist, sebagai berikut ;

((
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Al-Thabrani)18

16[16] Hadisaputra ihsan, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya, Surabaya: 1981 17[17] M.Afwan Chafidh dan A. Maruf Asrori, Tradisi Islami Panduan prosesi-perkawinan-kematian hal 82,
khalista , Surabaya: 2009 18[18] Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003

Maksud dari hadist di atas adalah kita disuruh untuk mencari ilmu dengan sikap yang baik dan sopan terhadap orang yang mengajar kita. Agar ilmu yang kita dapatkan akan mudah dimengerti dan bisa bermanfaat.

BAB III PENUTUP


Demikian makalah hadist tentang ilmu pengetahuan yang telah saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

A. Kesimpulan Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw., bersabda:

Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam (Riwayat Ibnu Majah, AlBaihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik) B. Saran Bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah yang telah saya buat ini dengan sebaik mungkin.

Anda mungkin juga menyukai