PENDAHULUAN
Limbah medis merupakan bahan infeksius dan berbahaya yang harus dikelola
dengan benar agar tidak menjadi sumber infeksius baru bagi masyarakat disekitar
rumah sakit maupun bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit itu sendiri.
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
tidak didukung dengan kondisi lingkungan rumah sakit yang baik dan saniter.
Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik
limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta
alat-alat kesehatan yan pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan perlu pula ditingkatkan sarana untuk mengatasi limbah
1
Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien
ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung
rumah sakit. Tentu saja rumah sakit sebagai institusi yang sosio-ekonomi karena
dan kesehatan awak rumah sakit maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah
sakit dan sekitarnya, Pemerintah (Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa
(Massa, 2012).
Limbah padat yang dihasilkan oleh rumah sakit ada 2 macam yaitu limbah
domestik dan limbah B3 yang bersifat infeksius atau limbah medis. Limbah yang
bersifat infeksius berasal dari pelayanan medis, farmasi atau sejenis serta limbah yang
Bentuknya dapat berupa benda tajam, plastic, gelas, limbah farmasi, limbah kimia,
Limbah padat rumah sakit bila tidak dikelola dengan baik akan berdampak
cedera oleh benda tajam di kalangan tenaga medis dan pengelolaan limbah rumah
2
sakit. Jumlah kasus infeksi HBV per-tahun di AS akibat pajanan limbah rumah sakit
adalah sekitar 162-321 kasus dari jumlah total pertahun yang mencapai 300.000
kasus. Pada fasilitas layanan kesehatan dimanapun, perawat dan tenaga kebersihan
merupakan kelompok utama yang berisiko mengalami cedera, jumlah yang bermakna
justru berasal dari luka teriris dan tertusuk limbah benda tajam (Tarigan, 2009).
Pada bulan Juni 1994 WHO melaporkan, di Amerika Serikat terdapat 39 kasus
infeksi HIV yang berhasil di kenali oleh Centers for Disease Control and prevention
sebagai infeksi okupasional dengan cara penularan yakni, 32 kasus akibat tertusuk
jarum suntik, 1 kasus akibat teriris pisau, 1 kasus akibat luka terkena pecahan gelas
(pecahan kaca dari tabung berisi darah yang terinfeksi), 1 kasus akibat kontak dengan
dengan limbah benda infeksius yang tidak tajam, 4 kasus akibat kulit atau membran
mukosa terkena darah yang terinfeksi. Pada bulan juni 1996, jumlah keseluruhan
kasus infeksi HIV okupasional meningkat menjadi 51 kasus. Semua kasus tersebut
juta per tahun. Dengan demikian jumlah limbah medis benda tajam di Indonesia
menjadi sangat tinggi. Limbah alat suntik dan limbah medis lainnya dapat menjadi
faktor risiko penularan berbagai penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis B dan C serta
Hasil penelitian Siregar, N., (2004) di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan
mengatakan bahwa pengelolaan limbah di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan belum
3
terlaksana baik. Sebagian besar limbah medis masih ditampung pada tempat yang
Dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa RSUD
Pandan adalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu memberikan
puskesmas, tersedia 53 tempat tidur inap, lebih sedikit dibanding setiap rumah sakit
di Sumatera Utara yang tersedia rata-rata 80 tempat tidur inap dan memiliki ruang
operasi, ruang IGD, ruang ICU, ruang bank darah, ruang X-Ray, CT-Scan, EEG,
Di ruang penghasil limbah medis padat tersebut ditemukan hasil limbah medis
(seperti : perban bekas bercampur darah, infuset bekas, tranfusi set bekas, suntikan
bekas pakai, sarung tangan bekas, dan yang lainnya) bercampur dengan tempat
akhir. Hal ini besar kemungkinan ada hubungannya dengan pengawasan yang hanya
minim dan kurangnya sanksi ataupun teguran yang diberikan kepada pegawai,
sehingga pegawai kurang peduli dalam memilah-milahkan hasil limbah medis pada
tempat yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit. Selain itu terlihat limbah medis
menyebabkan tikus, kecoa, nyamuk dan lalat berkeliaran dan berinteraksi dengan
4
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis di Ruang Rawat Inap RSUD. Pandan
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
5
1.4. Manfaat Penelitian
pengelolaan limbah padat sehingga dapat mewujudkan lingkungan rumah sakit dan
a. Bagi Peneliti
Limbah Padat Medis di Ruang Rawat Inap rumah sakit dan sebagai salah
Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukkan bagi rumah
sakit untuk dapat mengelola limbah padat medis dengan baik sehingga dapat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI
No.147/ Menkes/Per/I/2010).
7
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya.
8
a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit
b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum dengan
sakit, rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
9
fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum
penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang
10
Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
11
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
Sanitarian rumah sakit adalah petugas atau tenaga sanitasi yang berwenang
dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit. Sanitarian merupakan petugas kunci
Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam
usaha pelayanan sanitasi rumah sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada
Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung
12
meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan
sipil.
lingkungan.
13
Tenaga pengelola limbah padat dan cair RS meliputi :
sampah medis dan non medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh
tenaga kebersihan.
pengolahan
14
2.2. Limbah Padat Rumah Sakit
Prss, A. (2005), Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua
buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.
mengatakan limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah
padat non medis. Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari
Limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi. Limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat di manfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat
non medis meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak
berkaitan dengan cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari
limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk
15
Tabel 2.1. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit
Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stock Bagian tubuh manusia dan hewan
bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ (limbah anatomis), darah dan cairan
binatang percobaan dan bahan lain yang tubuh yang lain, janin.
telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak
dengan bahan yang sangat infeksius
Sitotoksis Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari Dari materi yang terkontaminasi
persiapan dan pemberian obat sitotoksis pada saat persiapan dan pemberian
untuk kemoterapi kanker yang mempunyai obat, misalnya spuit, ampul,
kemampuan untuk membunuh atau kemasan, obat kadaluarsa, larutan
mengahambat pertumbuhan sel hidup. sisa, urine, tinja, muntahan pasien
yang mengandung obat sitotoksik.
Benda Merupakan materi yang dapat menyebabkan skalpel, pisau bedah, peralatan
tajam luka iris atau luka tusuk. Semua benda infus, gergaji bedah, dan pecahan
tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat kaca
menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan. Benda- benda tajam yang terbuang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun
atau radioaktif.
Farmasi Limbah farmasi mencakup produksi obat-obatan, vaksin, dan serum yang
farmasi. Kategori ini juga mencakup barang sudah kedaluarsa, tidak digunakan,
yang akan di buang setelah digunakan untuk tumpah, dan terkontaminasi,
menangani produk farmasi, misalnya botol yang tidak diperlukan lagi.
atau kotak yang berisi residu, sarung
tangan, masker, slang penghubung darah
atau cairan, dan ampul obat.
Kimia Berbentuk padat, cair, maupun gas yang Reagent di laboratorium, film untuk
berasal dari aktivitas diagnostic dan rontgen, desinfektan yang
eksperimen serta dari pemeliharaan kadaluarsa atau sudah tidak
kebersihan rumah sakit dengan diperlukan lagi, solven
menggunakan desinfektan.
16
Kategori Definisi Contoh Limbah Yang Dihasilkan
Limbah
Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan Cairan yang tidak terpakai dari
radioisotop yang berasal dari penggunaan radioaktif atau riset dilaboratorium,
medis atau riset radio nukleida.Limbah ini peralatan kaca, kertas absorben yang
dapat berasal dari antara lain : tindakan terkontaminasi, urine dan
kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan ekskreta dari pasien yang diobati
bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau diuji dengan radionuklida yang
atau gas terbuka.
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi
dan rasa dari bahan kimia organik. Penampilan rumah sakit dapat memberikan efek
psikologis bagi pemakai jasa, karena adanya kesan kurang baik akibat limbah yang
17
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
rumah sakit.
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan limbah
tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah yang dapat melukai tubuh dan
dan gangguan tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, baik yang tinggal di
sekitar rumah sakit maupun masyarakat yang sering melewati sumber limbah medis
dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif. Limbah medis
18
Limbah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme pembawa
penyakit melalui proses infeksi silang baik dari pasien ke pasien, dari pasien ke
terlepasnya limbah ke lapisan air tanah, air permukaan dan adanya pencemaran udara,
apalagi sampai cacat atau meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas
masyarakat.
a. Minimasi Limbah:
membelinya.
19
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
kadaluarsa.
limbah.
2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
Bacillus subtilis.
20
6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
Wadah Kontainer/
No Kategori Kantong plastik Lambang Keterangan
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbale dengan
symbol radioaktif
21
8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan
9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
2. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
d. Transportasi
2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang
22
e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik
dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus
23
b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa
keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak
24
15) Kontainer Bertekanan
dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi
halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan
incinerator
Keterangan Gambar:
dan limbah cair. Limbah kering berupa jarum suntik dimusnahkan di incinerator.
25
limbah cair yang melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah dibuang padat
UPL (unit pengelolaan limbah) merupakan sarana untuk mengolah limbah cari
dari limbah yang kotor kemudian di proses sampai menjadi cukup bersih dan
b) O.K
Keterangan Gambar:
makanan di buang didalam bak penampungan diluar rumah sakit. Limbah cair di
buang dalam bak penampungan kemudian diproses sampai menjadi cukup bersih dan
dibawa baku mutu yang ditetapkan pemerintah (melalui UPL) kemudian dibuang
kesungai. Dan untuk limbah sisa organ tubuh dipisahkan berdasarkan patologi
c) Radiologi
Colbalt ex Reexport
26
Keterangan Gambar:
reexport.
Cair
Medis Incinerator
Sampah padat
Keterangan Gambar:
Untuk limbah cair dalam unit rawat jalan dibuang dalam dua tempat yaitu, bak
penampungan limbah yang selanjutnya dikelola berdasarkan UPL, dan melalui septic
tank. Untuk sampah padat dipisahkan berdasarkan sampah medis dan non medis,
sampah medis dimusnahkan dalam incinerator dan sampah non medis dibuang
27
e) Unit Perawatan
Cair
Keterangan Gambar:
Limbah kering dalam unit perawatan seperti jarum suntik dan perban
dimusnahkan dalam incinerator. Limbah basah seperti sisa makanan dibuang dalam
bak penampungan diluar rumah sakit. Limbah cair dialirkan melalui septic tank diluar
Keterangan Gambar:
higienis dan tidak membahayakan lingkungan. Untuk limbah yang bersifat umum,
penanganannya adalah identik dengan limbah kota yang lain. Daur ulang sedapat
harus dibungkus secara baik serta tidak akan mencelakakan pekerja yang menangani
28
dan dapat dibuang seperti limbah umum, sedang bahan-bahan tajam yang terinfeksi
adalah:
2. Kantong warna kuning: semua jenis limbah yang harus masuk insinerator
3. Kantong warna kuning strip hitam: limbah yang sebaiknya ke insinerator, namun
bisa pula dibuang ke landfill bila dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan
pembuangan
4. Kantong warna biru muda atau transparans strip biru tua : limbah yang harus
Limbah yang harus dipisahkan dari yang lain adalah limbah patologis dan
infektious. Limbah infectious beresiko tinggi perlu ditangani terlebih dahulu dalam
landfill. Limbah darah yang tidak terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam saluran
limbah kota dan dibilas dengan air, sedang yang terinfeksi harus diperlakukan sebagai
29
Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan kantong-kantong yang kuat (dari
pengaruh luar ataupun dari limbahnya sendiri) dan tahan air atau dimasukkan dalam
warna yang seragam dan jelas, dan diisi secukupnya agar dapat ditutup degan mudah
dan rapat. Disamping warna yang seragam, kantong tersebut diberi label atau simbol
yang sesuai.
kantong dan terlebih dahulu harus masuk autoclave, maka kantong-kantong itu harus
bisa ditembus oleh uap sehingga sterilisasi dapat berlangsung sempurna. Limbah
radioaktif juga harus mempunyai tanda-tanda yang standar dan disimpan untuk
menunggu masa aktifnya terlampaui sebelum dikatagorikan limbah biasa atau limbah
berbahaya lainnya.
tersebut. Secara internal, limbah biasanya diangkut dari titik penyimpanan awal
manuju area penampungan atau menuju titik lokasi insinerator. Alat angkutan atau
sarana pembawa tersebut harus dicuci secara rutin dan hanya digunakan untuk
membawa limbah.
pneumatis dengan perpipaan, namun cara ini tidak boleh digunakan untuk limbah
patologis dan infectious. Limbah yang akan diangkut ke luar, misalnya oleh Dinas
30
tersebut. Limbah berbahaya dari rumah sakit yang akan diangkut, diatur seperti
halnya aturan-aturan yang berlaku pada limbah berbahaya lain, misalnya jenis
a. Limbah umum
domestik
limbah bila tidak dikonsumsi dan sisa makanan dari bagian penyakit menular
b. Limbah patologis
dengan landfilling
c. Limbah radioaktif
2. Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak mengandung bahaya
31
3. Penangan limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu sendiri, dan
d. Limbah kimia
berbahaya
a) Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang dapat
diredistilasi
b) Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk
32
f) Batere-batere bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk di daur ulang
limbah jenis ini, baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus
sesusai.
khusus dan solven non- halogen dapat dibakar pada on-site insinerator
harus dipisahkan, dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator;
7. Beberapa jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian pelayanan
alat-alat kesehatan, misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor atau dari
sesuai jenisnya
autoclave tidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah diwadahi dan ditangani
33
f. Benda-benda tajam
Dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari bahaya tertusuk,
g. Limbah farmasi
tidak dipakai lagi ditangani secara khusus misalnya diinsinerasi atau di landfilling
limbah jenis ini kadangkala toksik dan flammable, sehingga tidak boleh dibuang
34
2.5. Kerangka Teori
Proses Pengelolaan
Limbah Padat :
1. Penimbangan Timbulan
(Volume) Limbah Padat
Medis/Non Medis
2. Pengumpulan :
a. Tempat Penampungan
Sementara
Limbah Padat b. Pemilahan
c. Pengemasan
d. Pelabelan
3. Pengangkutan
a. Kenderaan pengangkut
b. Pengangkutan jalur
khusus
4. Pemusnahan Akhir
(Incinerator)
35
2.6. Kerangka Konsep
sebagai berikut :
Proses Pengelolaan
Limbah Padat :
1. Penimbangan Timbulan
(Volume) Limbah Padat
Pengelolaan Limbah Padat
Medis/Non Medis di RSUD. Pandan
2. Pengumpulan Kabupaten Tapanuli Tengah
3. Pengangkutan
4. Pemusnahan Akhir
(Incinerator)
Bertitik tolak dari Kerangka konsep penelitian tersebut diatas maka alur
1. Timbulan sampah yang menjadi sasaran penelitian adalah yang berasal dari ruang
laboratorium, ruang rawat jalan, ruang perawatan, dan ruang radiologi untuk
timbulan limbah padat medis sedangkan untuk limbah padat non medis berasala
36
a. Tempat Penampungan Sementara, dilihat tipe ataupun kesesuaian dengan
d. Pelabelan, untuk setiap label limbah disesuaikan dengan jenis limbah yang
medis dan non medis pada saat penelitian dengan alat angkut yang
4. Pemusnahan Akhir. Pada tahapan ini dilihat tahapan pemusnahan dan peralatan
yang digunakan dalam tahapan ini baik untuk pemusnahan limbah medis maupun
37
BAB III
METODE PENELITIAN
sistematis dan lebih menekankan pada data faktual. Dalam penelitian ini peneliti
yaitu pengelolaan limbah padat medis RSUD. Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan alasan di rumah sakit ini
38
3.3. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
padat medis dan non medis yang dihasilkan perhari dari ruang-ruangan di RSUD.
Kriteria Obyektif :
non medis yang berasal dari sumber limbah medis dan non medis
Kriteria Obyektif :
Kriteria Obyektif :
39
dilakukan lengkap berdasarkan Kepmenkes RI
Kriteria Obyektif :
pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis mulai dari timbulan sampai
Kriteria Obyektif :
40
Tidak Memenuhi Syarat : Jika seluruh kegiatan dalam proses pengolahan
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah pengelolaan limbah padat RSUD.
Adapunteknikpengumpulandatapenelitiandilakukansebagaiberikut:
3.5.1. DataPrimer
pengukuranolehpenelitisendirisertawawancara.
3.5.2. DataSekunder
Data yang diperoleh melalui pengambilan data yang sudah ada di RSUD.
PandanKabupatenTapanuliTengah.
pengelolaan limbah padat medis dan non medis di RSUD. Pandan Kabupaten
41
Tapanuli Tengah, dengan membandingkan terhadap Pengelolaan Limbah padat medis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42
Rumah Sakit Umum Daerah Pandan adalah rumah sakit negeri yang terletak
di Jl. Dr. Ferdinan Lumbantobing No. 5 Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. RSUD
Padan memiliki luas tanah 2.835 m2 dan luas bangunan 1.236 m2.
RSUD Pandan adalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu
rujukan dari puskesmas, tersedia 53 tempat tidur inap, lebih sedikit dibanding setiap
rumah sakit di Sumatera Utara yang tersedia rata-rata 80 tempat tidur inap dan
memiliki ruang operasi, ruang IGD, ruang ICU, ruang bank darah, ruang X-Ray, CT-
Tengah berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan dari setiap ruang rawat inap
masih sesuai dengan persyaratan Kepmenkes 1204 Tahun 2004 artinya timbulan
limbah padat medis yang dihasilkan oleh rumah sakit memenuhi syarat kesehatan.
Timbulan (volume) pada RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah untuk masing-
masing unit penghasil limbah hampir sama komposisi dan jenisnya yaitu botol infuse,
kapas, verband, kassa, jaringan tubuh, jarum suntik, ampul, kassa, spuit, kateter,
43
penghasil untuk setiap jenis maupun komposisi limbah padat. Hasil penimbangan
Tabel 4.1
Hasil Penimbangan Limbah Padat Medis Rata-rata setiap hari Pada Ruang
Rawat Inap RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015
No Ruang Rawat Volume Limbah Padat Medis Per Hari (Kg) Sub
. Inap Limba Limbah Limbah Limbah Limbah Total
h Infeksius Toksik Toksik Toksik
infeksi Patologis Benda Tajam Farmasi Kimia
us
1 Ruang ICCU 0.30 0.00 0.25 0.03 0.00 0.58
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa total rata-rata limbah padat medis
adalah 6,27 Kg. Limbah Infeksius yang berupa kapas,verban dan sarung tangan bekas
Untuk lebih mengetahui perbandingan komposisi limbah padat dapat dilihat pada
Diagram 4.1
Perbandingan Persentase Berat Rata-Rata Komposisi Limbah Padat Di Ruang
Rawat Inap RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015
44
Dari gambar 1 diketahui persentase berat rata-rata limbah padat pada unit
penghasil limbah terbesar adalah limbah infeksius yaitu berupa kapas,verban dan
sarung tangan bekas sebesar 31%, limbah toksik benda tajam sebesar 23% limbah
toksik farmasi berupa limbah sisa obat dan kemasan cairan injeksi sebesar 23%,
limbah toksik kimia 21% serta persentase terkecil adalah limbah infeksius patologis
sebesar 2%.
sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004. Hal ini diketahui dari 30 pernyataan
Pada tahapan pengangkutan limbah padat medis ini pihak RSUD melakukan
45
pengangkutan dengan menggunakan troli khusus, kantong limbah yang aman dari
jangkauan manusia dan binatang serta petugas yang menangani limbah menggunakan
alat pelindung diri. Dari 14 pernyataan yang diajukan hanya 2 yang dijawab tidak
sesuai Kepmenkes 1204 tahun 2004, yaitu tidak terdapat jalur khusus untuk
pengangkutan sampah dan sampah non medis tidak dibuang ke tempat penampungan
sementara karena sampah non medis langsung diangkut oleh Dinas Kebersihan
4.1.4. Pemusnahan
pengolahan panas dan basah seperti tidak dilakukannya autoclaving. Kemudian untuk
secara aman, dan untuk limbah dalam jumlah yang besar dimusnahkan pada
bahwa dari 8 pertanyaan yang diajukan 2 diantaranya tidak sesuai dengan Kepmenkes
1204 tahun 2004 yaitu seharusnya pada limbah infeksius dilakukan autoclaving dan
4.2. Pembahasan
46
4.1.2. Timbulan (volume) limbah padat perhari
Dari tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa total rata-rata limbah padat medis
dalam aturan yang dikeluar oleh Departemen Pekerjaan Umum. 1995. SNI 19-3983-
1995 yang berisi bahwa jika sampah yang dihasilkan < 100 Kg maka dikategorikan
memenuhi syarat.
suatu upaya reduksi atau minimalisasi limbah baik itu dalam hal substitusi bahan,
modifikasi proses ataupun upaya lainnya terutama untuk limbah medis. Dari hasil
pengamatan pula ditemukan dari berbagai unit penghasil limbah terutama pada jenis
limbah farmasi tidak terdapat sisa-sisa obat dan cairan maupun botol infus yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Slamet Riyadi, 2000 dan Soehatman
dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu,
Menurut Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 disebutkan bahwa setiap rumah
sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumbernya dan melakukan
pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi serta mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak
47
Rumah Sakit sudah melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi sebagai
upaya reduksi limbah terutama untuk limbah medis dan ada SOP yang membahas
rumah sakit pun bisa menjadi sumber penyakit karena di sana banyak penderita
berbagai penyakit, baik menular maupun tak menular. Karena itu, pengelolaan limbah
di rumah sakit sangat diperlukan, terutama mekanisme agar buangan dari rumah sakit
tak berdampak bagi para pekerja rumah sakit dan lingkungan sekitarnya.
4.1.3. Pengumpulan
padat medis di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dilakukan setiap hari yakni
pada pagi hari dan sore hari. Dari hasil pengamatan pula ditemukan bahwa wadah
penampungan sampah yang ada sangat maksimal dalam hal keamanannya. Wadah
sampah tersebut penutupnya berupa switch yang mudah tidak mudah dibuka oleh
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hal tersebut sesuai dengan
Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa tempat pewadahan
terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat serta ditempatkan disetiap unit penghasil
limbah dan diberi label serta menggunakan kantung plastik yang berbeda-beda sesuai
48
Hal ini sejalan dengan teori (Koesno Putranto. H, 1995) yang mengatakan
bahwa Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk incenerasi atau dibuang.
4.1.4. Pengangkutan
Pada tahapan pengangkutan limbah dari unit penghasil dilakukan oleh petugas
satu antara limbah medis dan limbah non medis yang diberi sekat dan dibedakan
persyaratan seperti :
diangkut.
sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya
49
dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengangkutan
dengan kendaran khusus (kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah)
Hal ini sejalan dengan teori Bambang Heruhadi, 2000 mengatakan bahwa
dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran
alat pelindung diri sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
pekerjaan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan teori Moersidik. S.S, 1995 yang
mengatakan bahwa semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara
memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami
50
Kegiatan pembakaran atau pemusnahan ini dilakukan setelah sebelum
Insinerator dalam keadaan penuh. Sisa hasil pembakaran sampah medis pada
incenerator yang berupa abu, botol bekas obat, jarum yang tidak habis terbakar
Adapun ruang lingkup limbah yang dibakar/diolah oleh pihak RSUD Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah adalah diantaranya adalah limbah benda tajam, limbah
tungku, tidak dilengkapi dengan penyaring debu, serta insinerator tidak dilengkapi
dengan peralatan pembersih gas, sedangkan limbah yang sangat infeksius tidak
disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclaving sedini
mungkin,
pemusnahan limbah medis disesuaikan dengan jenis limbah yaitu dengan pembakaran
penumpukan limbah di incenerator. Pada SOP yang dibuat oleh RSUD Pandan sendiri
hari dan untuk analisa check list dilakukan setiap bulan oleh koordinator yang
bertanggung jawab untuk hal itu. Hasil pengamatan dilapangan analisa check list
51
Dari uraian tersebut diatas maka disimpulkan bahwa kegiatan pemusnahan limbah di
RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah limbah padat medis sesuai dengan dengan
Kepmenkes.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1204 Tahun 2004 karena troli pengangkut dilengkapi dengan symbol, label,
1200C.
5.2. Saran
53