PENDAHULUAN
metoda atau alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada masyarakat
Salah satu cara kontrasepsi yang cukup efektif apabila dilakukan dengan
benar yaitu dengan pemakaian kondom. Kondom merupakan cara kontrasepsi metode
tradisional dan cara kerjanya yaitu dengan menggunakan barrier atau pelindung
(Kusmarjadi, 2008). Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat
dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal,
yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu.
Ilustrasi yang tertua mengenai kondom ditemukan di Mesir sejak lebih dari
3000 tahun yang lalu. Tetapi sangat sulit untuk mendapat gambaran bagaimana
1
bentuk kondom pada masa Mesir kuno tersebut. Kemungkinan mereka menggunakan
Beberapa waktu kemudian orang Romawi membuat kondom dari jaringan otot tentara
Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan telah dijumpai sejak tahun 1640.
perang antara Oliver Cromwell dan King Charles I. Kondom dari karet diproduksi
pembuatan vulkanisasi dari karet. Kondom tersebut hanya digunakan untuk satu kali
pemakaian dan kondom yang terbuat dari usus domba masih dapat dijumpai (Lubis,
2008).
Pada tahun 1930-an kondom Latex digunakan untuk mencegah kehamilan dan
secara luas, disebabkan sebagain masyarakat tidak mengetahui resiko dari penyakit
kondom ataupun merasa khawatir terhadap reaksi pasangan seksualnya (Lubis, 2008).
Pada tahun 1980-an, dimana dunia dilanda epidemik penyakit menular seksual
latex, yang merupakan metode efektif untuk mencegah penularan penyakit melalui
2
Pemakaian kondom sangat efektif apabila dipakai dengan benar pada saat
ini, angka kegagalan pemakaian kondom menurun menjadi 14-15%, ini artinya 14-15
dari 100 pasangan wanita pemakai kondom akan hamil selama pemakaian kondom di
tahun pertama. Bahan spermicidal meningkatkan efektifitas menjadi lebih dari 95%
Bila dilihat secara nasional cakupan kontrasepsi kondom masih minim. Data
BKKBN tahun 2013 bahwa pelayanan Peserta KB Baru (PB) menurut metode
kontrasepsi pada bulan Oktober 2013 sebanyak 723.456 peserta. Apabila dilihat per
mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 53.435 peserta IUD
(7,39%), 10.160 peserta MOW (1,40%), 81.000 peserta implant (11,20%), 334.011
peserta suntikan (46,17%), 195.761 peserta pil (27,06%), 2.174 peserta MOP (0,30%)
dan 46.915 peserta kondom (6,48%). Mayoritas peserta KB baru bulan Oktober 2013,
Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 79,71% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan
peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW,
kontrasepsi lain pada bulan Oktober 2013 secara nasional sebanyak 33.647 peserta.
Sebanyak 2.530 peserta memilih kontrasepsi IUD (7,52%), sebanyak 217 peserta
(0,04%), sebanyak 1.302 peserta memilih kondom ( 3,87%), sebanyak 9.023 peserta
3
memilih Implant (26,82%). Peserta KB lama cenderung memilih untuk berganti cara
ke metode Kontrasepsi Suntikan sebanyak 11.437 peserta (33,99%) dan Pil sebanyak
9.125 peserta (27,12%). Selain itu hanya sebesar 35,02% peserta KB lama yang
menggunakan kontrasepsi kondom yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi
klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang ia
inginkan), faktor lingkungan yaitu : Sosial, budaya, masyarakat, dan keluarga / istri,
keterbatasan jenis kontrasepsi pria, sementara persepsi yang ada dimasyarakat masih
pasangannya tidak akan mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus
terutama yang alergi terhadap latex, bisa menimbulkan iritasi. Apalagi jika latex
kondomnya ditambahi dengan bahan spermicidal, maka nyeri yang timbul akan
semakin parah. Guna menghindari reaksi alergi ini, maka sebaiknya memakai
kondom dari bahan polyurethane atau kondom natural skin serta tidak memakai
kondom, sementara yang lainnya merasa sulit untuk mempertahankan ereksi saat
memakai kondom atau saat intercourse. Pada beberapa kasus, baik pria maupun
4
melakukan hubungan intim, tetapi hal tersebut bukan merupakan efek samping
(Kusmarjadi, 2009).
Dari survey pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Pasaribu Tobing Jae
Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah, dari 10 orang kepala keluarga
kondom, 7 orang mengatakan yang berKB adalah istrinya dan 1 orang menyatakan
tidak berKB. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
5
1.3.2. Tujuan Khusus
diinginkan.
dan informasi
penelitian, patokan duga atau dugaan sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan
6
akses pelayanan dan informasi kepala keluarga dalam menggunakan
a. Bagi Peneliti
dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Prodi.
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukkan bagi kepala
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Kontrasepsi Kondom
2.1.1. Pengertian
usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga bersifat permanent. Kontrasepsi
berasal dari kata kontra berarti mencegah dan melawan dan konsepsi berarti
pertemuan antara sel telur yang telah matang dan sperma yang mengakibatkan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma (Wiknjosastro,
2007).
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang tipis yang terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani)
berwarna atau tidak berwarna yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya
Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, rasa, ketebalan, dan
2.1.2. Keuntungan
8
Menurut Hartanto (2010), keuntungan menggunakan kondom, yaitu
77. Reversibel
2.1.3. Kerugian
memasang kondom
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap
senggama.
dipakai secara benar dan konsisten pada setiap senggama, karena umumnya
kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak
9
Adapun indikasi dalam penggunaan kondom, yaitu (Hartanto, 2010):
1. Pria
a. Penyakit genitalia
c. Ejakulasi prematur
2. Wanita
memungkinkan.
vagina.
haid, selama mid-siklus pada pemakaian IUD, selama siklus pertama dari
10
d. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata
1. Kulit
d. Lebih mahal.
2. Lateks
b. Murah
c. Elastis
3. Plastik
11
Untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan fisiologis calon akseptor, kondom
2) Transparant
1. Test elektronik
b. Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada kertas
3. Kekuatan kondom
(Air burst test) : Kondom diisi dengan 20-25 liter udara. Test ini
12
Tesile test : Sebagian kecil dari kondom direganggan dan diukur
Dilakukan pemanasan dari kondom pada 7020C selama 1662 jam, lalu
didiamkan pada suhu 2350C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan
5. Kemasan kondom
karet.
b. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya
6. Ukuran kondom
Lebar : 45-55 mm
13
2.1.7. Penerimaan/Akseptabilitas
Sebab utama dari tidak efektifnya kondom adalah penggunaan yang tidak
4. Adanya anggapan yang salah perihal efektivitas dan efek samping, misalnya
wanita.
14
sehingga kemungkinan timbulnya cervical displasia ataupun karsinoma
5. Terapi Infertilitas.
Dan setelah pemakaian jangka waktu tertentu, pada senggama biasa (tanpa
terjadi fertilitas.
a. Umur
yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu
faktor seseorang untuk menjadi akseptor KB, sebab umur berhubungan dengan
potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan
menurut Ekarini (2008), diketahui bahwa umur pemakai alat kontrasepsi pria
cenderung lebih tua dibanding yang tidak pemakai alat kontrasepsi. Indikasi ini
memberi petunjuk bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling
15
b. Kebutuhan yang dinginkan
yang tidak terpenuhi. Di antara mereka ini 4% sebenarnya ingin menunda kelahiran
berikutnya untuk jangka waktu 2 tahun atau lebih dan 7% sebenarnya tidak ingin
mempunyai anak lagi. Dari sekitar 62% kebutuhan ber-KB yang terpenuhi, 27%
Indonesia saat ini sekitar 73%. Sekitar 85% di antara mereka telah terpenuhi
kontrasepsi di antara wanita menikah di Indonesia saat ini dapat ditingkatkan dari
kelompok umur. Wanita menikah berusia tua 35-49 tahun cenderung mempunyai
berusia muda 15-34 tahun. Pemenuhan kebutuhan Pelayanan KB tidak berbeda antara
c. Pendidikan
Menurut Purwoko (2000), pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
16
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka
yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha
sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB).
Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar
pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan
bahwa pria yang berpendidikan tinggi cenderung memilih kondom dibanding yang
tinggi, yaitu tamat SLTA dan Perguruan Tinggi dibanding yang tidak berKB yaitu
sebesar 11,4% dan 6,2%. Secara statistik ternyata tingkat pendidikan berpengaruh
d. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat
dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2007).
inovasi. Menurut Roger (1983) dalam Notoatmodjo (2007), prilaku yang didasari
17
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek mulai
timbul.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang ingin diukur
dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui
(Notoatmodjo, 2007).
18
e. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari
orang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada sesuatu atau
f. Tingkat Pendapatan
jenis kontrasepsi.
diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Seseorang pasti akan
kesehatan bagi masyarakat miskin dengan menyediakan alat kontrasepsi gratis seperti
suntik, susuk KB, kondom atau IUD termasuk memberikan layanan gratis untuk
akseptor yang ingin ber-KB secara permanen lewat operasi medis operatif.
pasangan usia subur (PUS) terutama dari kelompok keluarga prasejahtera dan
19
keluarga sejahtera I guna mengatur kelahirannya secara lebih baik. Dengan
Sampai saat ini masih diberlakukan kondom yang dijual murah bagi
masyarakat miskin khususnya di puskesmas dan ada pula fasilitas gratis bagi pria
tingkat pendapatan seseorang adalah dipandang dari besarnya UMK (Ratih. P, 2011)
geografis, sosial, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. Menurut BKKBN (2007),
memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Keterjangkauan ini dapat meliputi :1)
oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien.
Biaya klien meliputi : uang, waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku serta nilai
h. Sosial Budaya
hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih
20
tinggi dan lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai
muncul dari arus alam raya untuk menilai alamnya sendiri dan
dengan sesama. Seluruh kenyataan hidup diatur oleh adat, manusia tidak
dapat bebas dari adat dimana dan kapan saja ia berada. Adat mengatur
21
adat, masih terus dipelihara dan dilestarikan, Atoni Pah Meto (orang
2007).
Dari penelitian Anapah (2007), hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square
yang diperoleh = 0,000 (p < 0,05). Hal ini dapat dilihat pada hasil
22
Skema 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
hakekatnya merupakan penelitian atau penelaah antara dua variabel pada suatu situasi
bersedia diwawancarai dan diteliti, jumlah populasi dan sampel yang cukup untuk
23
Penelitian akan dilaksanakan pada Bulan Juli 2015.
3.1.1. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga
Tobing Jae Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015
3.1.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah sebagian dari populasi itu. Populasi
itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu,
jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian ini
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, dengan rumus (Notoatmodjo, 2010):
n
N
1 n (d 2 )
24
Keterangan :
N : Jumlah sampel
n : Jumlah populasi
Sehingga
223
N
1 223 (0,12 )
223
N
3,23
N 69,04
a. Kriteria Inklusi :
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
yaitu :
25
b. Kriteria Eksklusi :
26
diinginkan responden terhadap diperoleh skor 60%-
kebutuhan dan 100% dari 10
sekssualitas yang pernyataan.
dapat memberikan 2. Tidak terpenuhi,
kepuasan jasmani apabila diperoleh skor
dan rohani <60%
2. Dependen:
Penggunaan Suatu tindakan Kuesioner 1. Menggunakan: Ordinal
kontrasepsi seseorang untuk Bila menjawab Ya
kondom melakukan dari 1 pernyataan yang
hubungan seksual diajukan
dengan 2. Tidak menggunakan:
menggunakan Bila menjawab Tidak
kondom dari 1 pernyataan yang
diajukan
27
Kuesioner untuk tingkat sosial budaya berupa pernyataan sebanyak 10 buah.
Baik (B) :4
menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. Untuk
Setuju (S) :3
Bila menjawab YA, diberi skor 20 dan bila menjawab tidak diberi skor 0. Sehingga
1. Editing
Mengecek data yang telah terkumpul. Jika ada kesalahan dan kekurangan
mengisinya.
2. Coding
dalam bentuk master tabel yaitu dengan mengubah bentuk huruf menjadi
bentuk angka-angka.
3. Entry
4. Tabulating
29
Data yang diperoleh dari SPSS, kemudian dimasukan ke dalam tabel
a) Analisis Univariat
b) Analisis Bivariat
X2 tabel. Bila X2 hitung X2 tabel berarti tidak ada hubungan antara variabel
berikut :
fo fh 2
X
2
fh
30
Keterangan :
= Jumlah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015 dapat dijabarkan berikut ini:
Tapanuli Tengah Tahun 2015. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
31
3. Kurang Baik 6 8,7
Total 69 100
Dari tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sosial budaya kepala keluarga tentang
Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015 mayoritas kategori cukup baik
sebanyak 36 orang (52,2%) dan minoritas kategori kurang baik sebanyak 6 orang
(8,7%).
Dari tabel 4.2. di atas diketahui bahwa sikap kepala keluarga tentang
Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015 mayoritas kategori negatif sebanyak
32
Dari tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sikap kepala keluarga tentang
Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015 mayoritas kategori tidak terpenuhi
(46,4%).
Dari tabel 4.4. di atas diketahui bahwa akses pelayanan kesehatan dan
Tobing Jae Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015
33
Total 69 100
Dari tabel 4.5. di atas diketahui bahwa kepala keluarga yang menggunakan
(15,9%).
Kondom di Desa Pasaribu Tobing Jae Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun 2015, dengan menggunakan analisis uji chi-square dapat dilihat pada
Penggunaan Kontrasepsi
Kondom
Total nilai X2 X2
No. Sosial Budaya Menggunakan Tidak df
P hitung Tabel
Menggunakan
f % f % f %
1. Baik 8 29,6 19 70,4 27 100
2. Cukup Baik 2 5,6 34 94,4 36 100 2 0,036 6,675 5,991
3. Kurang Baik 1 16,7 5 83,3 6 100
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa sosial budaya kepala keluarga
34
dan kategori tidak menggunakan sebanyak 19 orang (70,4%). Sosial budaya kepala
Sosial budaya kepala keluarga kategori kurang baik sebanyak 6 orang dengan
orang (83,3%). Dari Hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung (6,675), X2 tabel
Penggunaan Kontrasepsi
Kondom
Total nilai X2 X2
No. Sikap Menggunakan Tidak df
P hitung Tabel
Menggunakan
f % f % f %
1. Positif 9 32,1 19 67,9 28 100
1 0,002 9,229 3,841
2. Negatif 2 4,9 39 95,1 41 100
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa sikap kepala keluarga tentang
35
orang (4,9%) dan kategori tidak menggunakan sebanyak 39 orang (95,1%). Dari
value = 0,002.
Penggunaan Kontrasepsi
Kondom
Total nilai X2 X2
No. Kebutuhan Menggunakan Tidak df
P hitung Tabel
Menggunakan
f % f % f %
1. Terpenuhi 10 31,3 22 68,8 32 100
1 0,001 10,435 3,841
2. Tidak terpenuhi 1 2,7 36 97,3 37 100
(97,3%). Dari Hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung (10,435), X2 tabel
36
Jae Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
2015 Berdasarkan Akses Pelayanan Kesehatan dan Informasi
Penggunaan Kontrasepsi
Kondom
No Total nilai X2 X2
Menggunakan Tidak df
. P hitung Tabel
Menggunakan
f % f % f %
1. Terjangkau 9 40,9 13 59,1 22 100
1 0,000 15,024 3,841
2. Tidak terjangkau 2 4,3 45 95,7 47 100
Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa akses pelayanan kesehatan dan
(95,7%). Dari Hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung (15,024), X2 tabel
4.2. Pembahasan
Dari tabel 4.6 di atas melalui hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung
(6,675) X2 tabel (5,991), hal ini berarti ada pengaruh sosial budaya terhadap
37
penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Pasaribu Tobing Jae Kecamatan
Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015. Hal ini ditandai dengan
Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki sosial budaya kategori cukup baik yaitu
sebanyak 36 orang dan hanya 5,6% yang menggunakan alat kontrasepsi kondom.
Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana para individu
saling berhubungan. Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan
hal ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya
mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih
diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan dalam setiap
kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian
besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam
Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu
berbuat seperti apa yang telah mereka patokan bersama sebagai hal yang ideal
tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-
norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan
38
pembatasan-pembatasan kebudayaan. Sebagian dari pola-pola yang ideal tersebut
kesertaan KB pria antara lain kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan
keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan.
Adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi dan pemikiran yang salah, yang masih
perempuan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anapah (2007), hasil
probalilitas yang diperoleh = 0,000 (p < 0,05). Hal ini dapat dilihat pada hasil
responden 38 orang (73%) menyatakan bahwa keadaan sosial budaya setempat cukup
39
4.2.2. Distribusi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepala Keluarga dalam
Menggunakan Kontrasepsi Kondom di Desa Pasaribu Tobing Jae
Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015
Berdasarkan Sikap
Dari tabel 4.7 di atas melalui hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung
(9,229) X2 tabel (3,841), hal ini berarti ada pengaruh sikap terhadap penggunaan
alat kontrasepsi kondom di Desa Pasaribu Tobing Jae Kecamatan Sorkam Barat
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015. Hal ini ditandai dengan mayoritas
Tapanuli Tengah memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 41 orang dan hanya 4,9%
merespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu.
pengenalan suatu benda/hal secara obyektif. Selain bersifat positif atau negatif, sikap
memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap
itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap
tambahan informasi tentang obyek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari
kelompok sosialnya.
40
Menurut teori WHO (Notoatmojo, 2003) menyatakan bahwa sikap positif
seseorang tidak otomatis terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan
oleh beberapa alasan, yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu. Sikap juga akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan
berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap juga di pengaruhi oleh nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam
bermasyarakat.
kaitannya dengan kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria atau suami dalam
kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya,
pasangan dan keluarganya. Bentuk partisipasi pria atau suami dalam KB dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi pria atau suami secara
langsung (sebagai peserta KB) adalah pria atau suami menggunakan salah satu cara
yang melibatkan pria atau suami (metode sanggama terputus dan metode pantang
berkala).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahliana (2009),
bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan akseptor KB
41
4.2.3. Distribusi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepala Keluarga dalam
Menggunakan Kontrasepsi Kondom di Desa Pasaribu Tobing Jae
Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015
Berdasarkan Kebutuhan yang Diinginkan
Dari tabel 4.8 di atas melalui hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung
(10,435) X2 tabel (3,841), hal ini berarti ada pengaruh kebutuhan yang diinginkan
Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015. Hal ini ditandai
dengan mayoritas responden di Desa Pasaribu Tobing Jae Kecamatan Sorkam Barat
terpenuhi yaitu sebanyak 37 orang dan hanya 2,7% yang menggunakan alat
kontrasepsi kondom.
mereka ini 4% sebenarnya ingin menunda kelahiran berikutnya untuk jangka waktu 2
tahun atau lebih dan 7% sebenarnya tidak ingin mempunyai anak lagi. Dari sekitar
pemuasannya dapat bersifat jasmani dan rohani sedangkan keinginan adalah suatu hal
yang ingin kita miliki, namun apabila kita tidak berhasil mendapatkannya maka
kelangsungan hidup kita sebagai manusia tidak akan terancam. Dari uraian tersebut
42
dapat kita ketahui perbedaan mendasar antara kebutuhan dan keinginan, yaitu
kebutuhan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi, sedangkan keinginan tidak
Dari tabel 4.9 di atas melalui hasil uji Chi-square diketahui bahwa X hitung
(15,024) X2 tabel (3,841), hal ini berarti ada pengaruh akses pelayanan kesehatan
dan informasi terhadap penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Pasaribu Tobing
Jae Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015. Hal ini
Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki akses pelayanan kesehatan dan
informasi kategori tidak terjangkau yaitu sebanyak 47 orang dan hanya 4,3% yang
geografis, sosial, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. Menurut BKKBN (2007),
memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Keterjangkauan ini dapat meliputi :1)
43
menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat sasaran, khususnya pria ; dan 2)
oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien.
Biaya klien meliputi : uang, waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku serta nilai
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian (2014), dalam penelitian
2014, hasil uji Chi Square antara akses pelayanan dengan kepesertaan KB pria di
dapat nilai p value= 0,026 lebih besar dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang
Green (2000) faktor akses pelayanan merupakan salah satu faktor pemungkin
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Faktor-
Kondom di Desa Pasaribu Tobing Jae Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun 2015, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan
Tengah Tahun 2015, karena dari hasil uji Chi-square diketahui X hitung
Tahun 2015, karena dari hasil uji Chi-square diketahui X hitung (9,229)
X2 tabel (3,841).
45
3. Ada pengaruh kebutuhan yang diinginkan terhadap penggunaan kontrasepsi
Tapanuli Tengah Tahun 2015, karena dari hasil uji Chi-square diketahui X
Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015, karena dari hasil uji
5.2. Saran
1. Bagi Responden
kondom.
lebih mendalam dan cakupan yang lebih luas lagi tentang hubungannya
46
47