Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan
ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan pendekatan-pendekatan dan
metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman sekarang ini.
Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang banyak menarik
perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun nonmuslim. Karena dari
penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat diperoleh dari penelitian perkembangan
studi tersebut. Seperti halnya perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain
dalam studi islam.
Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan studi Islam
banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat
barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik
yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos
keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang
memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang
sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan
pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam
sebagaimana termaktub dalam Al-Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak
Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimana sejarah awal studi Islam?
2. Bagaimana metode pembelajaran Islam?
3. Bagaimana perkembangan lembaga pendidikan Islam?
4. Bagaimana perkembangan studi Islam di Barat?
5. Bagaimana perkembangan studi Islam di Indonesia?

1
6. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan?
7. Bagaimana munculnya studi Islam sebagai bagian dari studi ketimuran (Oriental
Studies)?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah awal studi Islam.
2. Mengetahui metode pembelajaran Islam.
3. Mengetahui perkembangan lembaga pendidikan Islam.
4. Mengetahui perkembangan studi Islam di Barat.
5. Mengetahui perkembangan studi Islam di Indonesia.
6. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan.
7. Mengetahui kemunculan studi Islam sebagai bagian dari studi ketimuran
(Oriental Studies).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Studi Islam


Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan Islam
berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan
madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat
kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam
membentuk pola kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang
berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan
pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.
Pada masa kejayaan ini, pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap tantangan
perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang
dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia pada
masa itu. Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa
tantangan dan rangsangan dari luar.
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu
pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu
pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang
dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah
adalah Al-Qur`an, agama, membaca, menulis, dan syair. Di istana-istana biasanya
ditegaskan pentingnya pengajaran khittabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara
pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti Al-Qur`an, syair dan fiqh.
Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, kurikulumnya adalah ilmu
agama dengan Al-Qur`an sebagai intinya. Selain itu hadits dan tafsir. Hadits merupakan
materi penting di masjid-masjid, karena kedudukannya sebagai sumber agama Islam yang
kedua, setelah Al-Qur`an. Sedangkan tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan Al-
Qur`an dengan penafsirannya.

3
Pelajaran fiqh, merupakan materi kurikulum yang paling populer karena bagi mereka
yang ingin mencapai jabatan-jabatan dalam pengadilan harus mendalami bidang studi
tersebut. Banyaknya muslim yang tertarik pada ilmu fiqh karena besarnya penghasilan yang
diperoleh ahli-ahli fiqh dalam memecahkan masalah fiqhiyah seperti masalah warisan
menyebabkan berkembangnya kebiasaan buruk sebagaimana yang dikritik oleh Al- Ghazali
yaitu munculnya ahli fiqh yang memberikan fatwa-fatwa demi mengharap imbalan harta.
Seni berdakwah (retorika) juga membentuk bagian penting dalam pengajaran ilmu-
ilmu agama, karena kemampuan menyampaikan dakwah dengan meyakinkan dan pelajaran
yang ilmiah serta memainkan peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan
Islam di kalangan masyarakat muslim. Mata pelajaran retorika teridiri dari tiga cabang yaitu
Al- Ma`ani yang membahas perbedaan kalimat dan bagaimana melafalkannya dengan jelas,
Al- Bayan, yang mengajarkan seni mengekspresikan ide-ide dengan fasih dan tidak
mengandung arti ganda, dan Al- Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata
dalam pidato.
B. Metode Pembelajaran
Metode pemngajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar
mengajar untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada anak
didiknya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilihan ilmu oleh
murid, sehingga murid dapat menyerap apa yang disampaikan gurunya. Metode pengajaran
yang dipakai pada masa dinasti Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Metode lisan
Metode ini dapat berupa dikte, ceramah, qira`ah, dan dapat berupa diskusi. Dikte
(imla) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman
sehingga pelajar mempunyai catatan yang dapat membantunya terutama bagi yang daya
ingatnya tidak kuat. Metode ceramah (al-asma`), yaitu guru membacakan bukunya atau
menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat
tertentu guru memberi kesempatan kepada murid untuk menulis dan bertanya. Metode
qira`ah (membaca) biasanya digunakan untuk membaca. Sedangkan diskusi merupakan
metode pengajaran dalam pendidikan Islam dengan cara perdebatan.
2. Metode Hafalan

4
Metode ini dilakukan oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga
pelajaran melekat di benak mereka. Dalam proses selanjutnya, murid mengeluarkan
kembali pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam suatu diskusi dia dapat merespon,
mematahkan lawan, atau memunculkan ide baru.
3. Metode tulisan
Metode ini merupkan metode pengkopian karya-karya ulama. Metod ini di
samping bermanfaat bagi proses penguasaan pengetahuan juga sangat besar artinya bagi
penggandaan jumlah buku karena pada masa itu belum ada mesin cetak.
Di antara ciri khas pendidikan di masa dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented
, yaitu kualitas suatu pendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu
pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar dimana saja, misdalnya di perpustakaan,
toko buku, rumah ulama atau tempat terbuka.
C. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
1. Lembaga Pendidikan Islam Nonformal
a. Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kutab atau maktab, berasal dari kata dasra kattaba yang berarti menulis atau
tempat menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan,
yang diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama
hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan membaca, tetapi juga
mengajarkan membaca Al-Qur`an dan pokok-pokok ajaran Islam.
b. Pendidikan Rendah di Istana
Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada
umumnya. Di istana orang tua murid membuat rencana pelajaran yang selaras
dengan anaknya. Guru yang mengajar disebut Mu`addib, karena berfungsi mendidik
budi pekerti dan mewariskan kecerdasan serta pengetahuan.
c. Toko-Toko Kitab
Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga
sebagi tempat berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu pengetahuan
untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau
sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

5
d. Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Pada masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam,
rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali
Ibnu Muhammad Al-Fashihi, Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan Al-Aziz
Billah Al-Fathimy.
e. Majelis Kesusasteraan
Yaitu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai
macam ilmu pengetahuan.
f. Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)
Badiah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih
dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Ulama-ulama yang banyak
pergi ke Badiah untuk tujuan tersebut di antaranya:
1) Al-Khalil bin Ahmad (160 H). Ia pergi ke badiah Hijaz, Najd, dan Tihamah.
2) Bajar bin Burd (167 H). Ia belajar kepada 80 orang syekh di Bani Aqil.
3) Al-Kasai (182 H). Ia belajar di badiah dan menghabiskan 15 botol tinta untuk
menulis tentang Arab.
4) Imam Syafi`i (204 H). Ia belajar di Hudzail selama 17 tahun.
g. Rumah Sakit (Bimaristan)
Pada masa dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al
Rasyid, yang memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan
rumah sakit di Baghdad. Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk
mengajarkan ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan.
h. Perpustakaan
Perpustakaan menjadi aspek budaya yang penting dan sebagai tempat belajar
serta sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Perpustakaan ada 3 macam, yaitu:
1) Perpustakaan baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh Khalifah Harun Al-
Rasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab dan ilmu
umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India, Qibty, dan Arami.
2) Perpustakaan Al-Haidariyah di Najaf (Irak) di sebelah makam Ali bin Abi Thalib.

6
3) Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan oleh Abu Ali bin Suwar. Dalam
perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.
4) Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H oleh Abu Nasr sabur bin
Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada 10.400 jilid buku.
5) Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh Al-Hakim Biamrillah Al-Fathimy
tahun 395 H.
6) Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan Al-Fath bin Khagan Wazir Al-
Mutawakkil Al-Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq (264 H), dan
Perpustakaan Ibnu Al-Khassyah (567 H).
7) Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang besar adalah perpustakaan di
Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh Al-Hakam bin an Nashir yang menjadi
khalifah di Andalusia tahun 350 H.
i. Ribath (Khaniqah)
Ribath adalah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri untuk
mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar adalah di sebelah
utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Ribath digunakan sebagai
tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan alim ulama dan pelajar yang
datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu agama, dan bahasa Arab.
2. Lembaga Pendidikan Formal
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam
sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah
dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah Abbasiyah sekolah-
sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai
bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual,
ilmu alam dan ilmu sosial.
Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-
doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo. Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M)
disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa
kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo,
Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni:
(1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) Al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan

7
Amir Nizam Al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini
digambarkan sebagai berikut:
a. Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063
M. perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya
di Baghdad, yakni Bait Al-Hikmat, yang dibangun oleh Al-Makmun (813-833 M).
salah seorang ulama besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam
terbesar Abu Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan
sebutan imam Ghazali. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa
Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
b. Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun
Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syi‟ah. Pada
masa pemerintahan Al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia
pun membangun pepustakaan terbesar di Al-Qahira untuk mendampingi Perguruan
tinggi Al-Azhar, yang diberri nama Bait Al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti
nama perpustakaan terbesar di Baghdad. Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah
ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan Daulat Al-
Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah
di Baghdad. Kurikulum pada Pergutuan Tinggi Al-Azhar lantas mengalami
perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan Tinggi
Al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai
abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya. Universitas Al-Azhar dapat
dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua,
periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama
dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini
diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
c. Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa
ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia yang sejak berabad-abad terpandang
daerah minus, berubah menjadi daerah yang makmur dan kaya raya. Pada masa

8
berikutnya Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang
sepanjang Zaman Tengah. The Historians History of the World, menulis tentang
perikeadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I sebagai berikut:
demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu
itu yang merupakan pusat intelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya.
Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke
Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra
(aljabar), matematika. Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya
Adelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
d. Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada
tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari
Kairwan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada
pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan
perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti
halnya Perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup
sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim
terkenal. Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu
pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran
Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera
perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan
Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu.
D. Perkembangan Studi Islam di Barat
Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni:
(1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8 M) kalau melihat Spanyol adalah abad 13 M, dan (2)
di masa renaissance/ runtuhnya muslim, dimana Barat yang berjaya (selama abad ke 16 M)
sampai sekarang.
1. Fase Kejayaan Muslim
Kontak pertama antara dunia Barat dengan dunia muslim adalah lewat kontak
perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuan dan tokoh-tokoh barat datang di perguruan
tinggi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia Islam

9
belahan timur, perguruan tinggi tersebut berkedudukan di Baghdad dan di Kairo,
sementara di belahan barat ada di Cordova. Bentuk lain dari kontak dunia muslim
dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan manuskrip-manuskrip ke dalam
bahasa latin sejak abad ke-13 M hingga bangkitnya zaman kebangunan (renaissance) di
Eropa pada abad ke-14. Berkat penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip-manuskrip
Arab itu, terbukalah jalan bagi perkembangan cabang-cabang ilmiah tersebut di Barat.
Apalagi sesudah aliran empirisme yang dikumandangkan oleh Francis Bacon menguasai
alam pikiran di Barat dan berkembangnya observasi dan eksperimen. Setelah ilmu-ilmu
yang dahulunya dikembangkan muslim masuk ke Eropa dan dikembangkan oleh sarjana-
sarjana Barat, dirasakan banyak tidak sejalan dengan Islam. Misalkan dirasakan dirasuki
oleh paham sekuler dan sejenisnya. Karena itu, beberapa ilmuan melakukan usaha
pembersihan.
2. Fase Renaissance/ Runtuhnya Muslim
Selama abad renaissance Eropa menguasai dunia untuk mencari mata dagangan,
komersial, dan penyebaran agama. Kedatangan muslim fase kedua ke dunia barat,
khususnya Eropa Barat dilatar belakangi oleh dua alasan pokok, yakni: (1) alasan politik
dan (2) alasan ekonomi. Alasan politik adalah kesepakatan kedua negara, yang satu
sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan. Misalnya
Perancis mempunyai kesepakatan dengan negara bekas jajahannya, bahwa penduduk
bekas jajahannya boleh masuk ke Perancis tanpa pembatasan. Maka berdatanglah
muslim dari Afrika Barat dan Afrika Utara, khususnya dari Algeria ke Perancis. Adapun
alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara
Eropa Barat. Untuk menutupi kebutuhan itu Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh
dari Turki, Maroko, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Sementara Inggris
mendatangkan dari negara-negara bekas jajahannya. Adapun kategori Muslim yang ada
di Eropa Barat ada dua, yakni pendatangg (migran) dan penduduk asli.
E. Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan bahwa lembaga/ sistem
pendidikan Islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan langgar, kemudian sistem
pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam,
akhirnya muncul sistem kelas.

10
Maksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan di
langgar, surau, masjid atau di rumah guru. Kurikulumnya pun bersifat elementer, yakni
mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh „alim, mudin, lebai. Mereka
ini umumnya berfungsi sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca do‟a.
Pengajaran dengan sistem langgar ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan sorongan,
yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan.
Kedua, adalah dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid.
Adapun sistem pendidikan di pesantren, dimana seorang kyai mengajari santri
dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/ pendidikan dan didukung oleh pondok
sebagai tempat tinggal santri. Di pesantren juga berjalan dua cara yakni sorongan dan
halaqah. Hanya saja sorongan di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca
kitab sementara kyai mendengar sekaligus mengoreksi jika ada kesalahan. Sistem
pengajaran berikutnya adalah pendidikan dikerajaan-kerajaan Islam, yang dimulai dari
kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Adapun materi yang diajarkan di majlis ta‟lim dan
halaqah di kerajaan pasai adalah fiqh mazhab Al-Syafi‟i. Pada akhir abad ke 19
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda: sekolah
Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah khusus bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler
khusus bagi warga negara Belanda.
Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan
sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah Taman Siswa. Kemudian dasawarsa kedua
abad ke 20 muncul madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi
Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan Jama‟at Al-Khair. Pada level perguruan tinggi dapat
digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya
keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak
zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi
Islam, ulama, dan cendekiawan. Setelah persiaapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau
tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra‟ dan Mi‟raj diadakan acara pembukaan
resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN,
UIN, dan STAIN.
F. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
1. Ilmu Tafsir

11
Ulama-ulama tafsir tidak hanya menerangkan makna-makna Al-Qur`an saja,
tetapi juga menerangkan sebab-sebab turunnya ayat, bukti-bukti dari segi bahasa, nahwu,
balaghah, yang dikandungnya dan dengan akidah dan hukum-hukum fiqh yang bisa
dihasilkan dari ayat-ayat tersebut. Seperti tafsir Imam Salam Al-Basri (w.200 H), tafsir
Mufradat Al-Qur`an (bahasa Al-Qur`an) karangan Al-Roghib Al-Asfahani, tafsir Abu
Ishaq Al- Zajjaj, tafsir Al-Bahr al Muhit (masalah nahwu) karangan Abu Hayyan, tafsir
Al-Kasysyaf (segi balaghah) oleh Al-Zamakhsyari, tafsir Al-Qurtubi (penentuan hukum-
hukum fiqh), dan tafsir Al-Fahr Al-Razi yang bernama Mafatih Al-Ghayb yang menitik
beratkan pada aspek intelektual.
2. Ilmu Qira`at
Lahirnya madzhab qira`at di Andalusia seperti Abu `Umar Al-Dani, Abu
Muhammad Al-Syatibi, dan Abu Abdullah Al-Sarbini Al-Kharraz.
3. Ilmu Hadits
Diantara ulama-ulama yang menganjurkan penghimpunan hadits-hadits shahih
adalah Imam Malik bin Anas (95-179 H) yang menulis kitab Al-Muwatha`, kemudian
diikuti oleh Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhori (259 H) dan muridnya Muslim bin
Al Hajaj Al-Nisaburi (w.261 H). Kemudian muncul kitab-kitab hadits shahih yang
dikarang oleh ulama-ulama terkenal seperti Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy`ath Al-
Sajistani (w.275 H), Imam Abu `Isa Tirmidzi (w.273 H), dan Imam Al-Nasai (w.303 H).
4. Ilmu Fiqh
Di antara yang terkenal dalam bidang ini adalah Abu Hanifah Al-Nu`man bin
Tabith pendiri madzhab Hanafi (80 – 150 H), Malik bin Anas Al-Asbahi (95 – 179 H),
Abu Abdullah Muhammad bin Idris Al- Syafi`i (150-204 H), dan Imam Ahmad bin
Hanbal Al-Syaibani (164-241 H).
5. Ilmu Ushul Fiqh
Diantara yang terkenal dalam bidang ini adalah Imam Muhammad bin Idris Al-
Syafi`i, Abu Bakar Al-Syasyi Al-Qaffal Al-Syafi`i, Al-Walid Al-Baji Al-Andalusi, Al-
Syatibi dengan kitabnya Al-Muwafaqot fi Ushul Al-Ahkam, Al-Ghazali dengan kitab
Al-Mustasfa. Juga terkenal Al-Baqillani, Ibnu Al-Hajib, dan Abu Ishaq Ibrahim Al-
Nisaburi.
6. Ilmu Kalam

12
Di antara yang terkenal di kalangan madzhab Asy`ari adalah Abu Bakar Al-
Bakillani, Imam Al-Haramain, Abdul Kohir Al-Baghdadi, Al-Ghazali, Al-Syahrastani,
Abu Al-Ma`ali, dan Al-Juwaini.
7. Ilmu Tasawuf
Mula-mula tasawuf Islam berdasar pada Al-Qur`an dan Sunnah seperti yang
diamalkan para sahabat, tabi`in, dan ulama-ulama fiqh, seperti Malik bin Anas dan
Ahmad bin Hanbal. Kemudian muncul tasawuf sunni yang berkembang ditangan Al-
Harits, Al-Muhasibi, dan Abu Al-Qasim Al-Junaid dan pada puncaknya ditangan Al-
Ghazali yang tersebar melalui tariqat Syaziliah.
8. Ilmu Tulen
a. Ilmu Matematika, di antarnya yang terkenal adalah Muhammad bin Musa Al-
Khawarizmi (w.236 H) yang menulis Al-Jabar dalam bukunya Al- Jibr wal
Muqabalah, Al-Qaslawi yang menggunakan simbol dalam matematik, Al-Tusi
yang menunjukkan kekurangan teori eclideus.
b. Ilmu Falaq, di antara yang terkenal adalah Muhammad Al-Fazzari (w.158 H),
sebagai ahli falaq Islam yang pertama dan penerjemah buku Al-Sind Hind.
Kemudian Abu Ishaq bin Habib bin Sulaiman (w.160 H) yang menulis buku falaq
dan mencipta alat-alat teropong bintang, Musa bin Syakir yang menulis buku ilmu
falaq berjudul Kitab Al- Ikhwah Al- Thalathah, Abu Ma`asyar bin Muhammad
bin Umar Al-Balkhi, dengan bukunya Al- Madkhal Ila Ahkam Al- Nujum, dan
Ibnu Jabir Al- Battani (w.318 H), salah seorang pelopor trigonometri.
c. Ilmu Musik, seperti Al-Kindi, Al- Farabi, dan Ibnu Sinac.
9. Ilmu Kealaman dan Eksperimental
a. Ilmu Kimia, yang pertama kali menerjemahkan ilmu kimia ke dalam bahasa Arab
ialah Amir Umaiyah Khalid bin Yazid bin Muawiyah (w.85 H). Kemudian diikuti
oleh Al-Kindi, Al-Razi, Ibnu Sina, Abu Mansur Muwaffaq, Muhammad bin
Abdul Malik, dan Mansur Al-Kamili.
b. Ilmu Fisika, salah seorang yang paling berpengaruh dalam bidang ini adalah Al-
Hasan bin Al-Haitham (w.430 H), salah satu bukunya adalah Al-Manazir.
c. Ilmu Biologi, di antara yang terkenal adalah Abu Bakar Muhammad Al-Razi
(w.315 H), seorang dokter yang menulis tentang tumbuhan bunga dan buah-

13
buahan. Diikuti oleh Ibnu Sina (w.423 H) seorang filosof dan dokter yang menulis
tentang tubuh-tumbuhan dalam bukunya Al-Qanun.
10. Ilmu Terapan dan Praktis
a. Ilmu Kedokteran, di antara ilmuwan-ilmuwan muslim yang terkenal adalah
Abu Bakar Al-Razi (w.351 H), bukunya yang termasyhur adalah Al-Hawi
sebagai ensiklopedia kedokteran. Kemudian Ibnu Sina yang mengarang buku
Al-Qanun yang juga dianggap ensiklopedia kedokteran dan farmasi, Ali Al-
Abas (w.348 H) dengan bukunya Kamil Al- Sina`ah fi Al- Tib. Juga terkenal
dokter mata dan pengarang buku Al- Tazkir yaitu Ibnu Al-Jazzar (w.1009 H).
Abu Al-Qasim Al-Zahrawi, seorang tukang bedah di Andalusia yang menulis
buku Al- Tasrif liman `Aziz `an Al- Ta`alif, Abu Marwan Abdullah bin Zuher
Al-Isyabili Al-Andalusi seorang ahli kedokteran klinik terbesar, `Ala Al-Din
`Ali bin Abi Hazm Al-Qurasyi Al-Dimasqi (Ibnu Al-Nafis) seorang ahli
anatomi, Ibnu Al-Khatimah yang menulis tentang penyakit campak dan lain-
lain.
b. Ilmu Farmasi, ahli-ahli yang menulis khusus mengenai farmasi yaitu Al-Razzi,
Abd Rahman bin Syahid Al-Andalusi, Masawaih Al-Mardini, Ibn Wafid Al-
Tulaitali Al-Andalusi, Ibnu Al-Baitar, Abu Abdullah bin Sa`id Al-Tamimi, dan
Ahmad bin Khalil Al-Qafiqi.
c. Ilmu Pertanian, di antara yang terkenal adalah Ibn Al-Rumiyah Al-Isyabili dan
muridnya Ibn Al-Baitar, Zakariya bin Muhammad bin Al- `Awwam Al-Isyabili
yang menulis kitab Al-Falahah.
G. Munculnya Studi Islam sebagai Bagian dari Studi Ketimuran (Oriental Studies)
Setelah studi klasik meluas di Eropa pada abad ke-16, Studi Ketimuran (Oreintalis
Studies) ditengarai muncul pada abad ke-19, meskipun studi islam tentang negara Arab
mengalami kemunduran paling tidak abad ke-6, bahkan lebih awal lagi. Studi ketimuran
mencakup kajian tentang bahasa, sjarah dan budaya dari Asia dan Afrika Utara. Kajian-
kajian tersebut berdasarkan pada filologi dalam arti yang lebih luas, yaitu kajian-kajian
terhadap budaya melalui studi terhadap sumber asalnya, khususnya dari teks-teks yang
dianggap otoritatif. Studi Ketimuran dibangun berdasarkan pola Studi Klasik dan hampir
selalu berkaitan dengan masa lampau.

14
Alasan kenapa perluasan dalam studi Ketimuran ini terjadi pada abad ke-19,
sangatlah komlek dan tidak dapat disampaikan secara detail disini. Ekspansi ekonomi dan
politik ke Asia dan Afrika telah diiringi dengan tumbuhnya minat terhadap keberagamaan
dan budaya mereka. Studi islam kemudian berkembang menjadi cabang ilmu yang berbeda
dari studi Ketimuran dalam paruh kedua abad ke-19. Pada saat itu, kajian tentang sastra
dan bahasa Timur telah menjadi disiplin akdemis yang berdiri sendiri di universitas-
universitas Eropa. Hal itu terjadi selama beberapa waktu, sebelum studi islam menjadi
bidang ilmu yang independen dalam keseluruhan dari studi ketimuran. Sebagaimana studi
Ketimuran pada umumnya, studi islam berdiri sendiri terlepas dari teologi (termasuk
missologi) dan tidak terpengaruh oleh polemik dan apologi. Sebagi sebuah disiplin ilmu,
studi Islam berad dibawah fakultas seni atau dibawah sub-bagiannya (jurusan-jurusan),
misalnya, study budaya (Kulturwissenchaften) dan bukan berda dibawah fakultas Teologi.
Dalam perkembangannya, studi islam di negara-negara Barat manapun, dalam bagian
tertentu dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Studi islam mensyaratkan kajian intensif tentang bahasa Arab sebagai bahasa.
Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johann Jakob Reiske
(1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang luas di Eropa sejak
pemulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang
sarjana Perancis A.I. Sylvestre de sacy (1758-1838).
b. Studi teks hanya dapat dilakukan berdasarkan pada pengetahuan yang solid
tentang bahasa Arab dan bahasa-bahasa “islam” yang lain, seperti bahasa Persia,
Turki, Urdu dan Melayu termasuk di dalamnya kritik teks dan sejarah
kesusastraaan. Dengan demikian, edisi-edisi dari teks-teks tersebut dianggap
sebagai pra-syarat dala kajian-kajian tersebut.
c. Keahlian dalam bidang teks, pada gilirannya, merupakan pra-syarat dalam kajian
sejarah. Termasuk didalamnya berbagai kajian terhadap para sejarawan muslim
awal yang menulis dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki.
d. Penelitian teks dan sejarah memberikan jalan bagi kajian budaya (culture) dan
keagamaan (religion) Islam. Diantara pokok bahasan yang dibicarakan disini
adalah apa yang disebut dengan kajian sejarah dan filosofis terhadap teks-teks
agama; terutama kajian terhadap Al-Qur‟an dan Hadist.

15
e. Kajian terhadap berbagai wilayah budaya muslim yang lebij luas telah
membentuk bagian-bagian yang integral dari studi islam, sejauh masih
menyaangkut aspek keislaman dari budaya yang bersangkutan.
f. SebagiaN besar studi islam saat ini di negara-negara Barat lebih bisa dipahami
dengan latar belakanag perkembangan historis sebagaimana disebutkan diatas.
Sejarah studi islam merupakan sebuah kajian tersendiri.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam yang dimulai dari akhir periode madinah sampai 4 H, yang pada
puncak kemajuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani
Abbasiyah. Dimulai dari masa para cendekiawan klasik, modern dan kontemporer. Serta
perkembangan studi di era modern yaitu Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa
pembaharuan yang terjadi pada abad ke-18M. Dan juga mengikut sertakan pendekatan-
pendekatan kontemporer yang meliputi pendekatan sosial, sosiologi dan antropologi.
Demikianlah pendidikan Islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada
tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik sejalan seiring dengan kemajuan
pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan,
kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa
kekuasaan Bani Abbas periode pertama.
B. Saran
Kami menyarankan bahwa studi Islam tidak hanya kita dapat dari membaca dari
makalah ini ataupun dari buku-buku tentang studi Islam saja, tetapi kita harus mencari
kebenaran-kebenaran dan pembuktian-pembuktian dari banyak hal yang menyangkut studi
Islam. Demikianlah makalah ini kami buat, dalam makalah ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan juga saran yang komunikatif senantiasa kami harapkan
demi perbaikan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat. Amiiin........

17
DAFTAR PUSTAKA

Naim, Ngainun. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Mudzhar, Dr. H. M. Atho. 2004. Pendekatan Studi Islam Dalam Toeri dan Praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Yusuf, Dr. H. Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Nanji, Prof. Dr. Azim. 2003. Peta Studi Islam Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Darmarastri, Hayu Adi. 2010. Sejarah dan Peradaban Dunia. Yogyakarta: Empat Pilar

18

Anda mungkin juga menyukai