TBU X ALPHA
TUGAS
2. tujuan dari ICAO adalah untuk mengembangkan prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik navigasi
udara internasional dan membina perencanaan dan perkembangan angkutan udara
internasional.
3. ANNEX 1 Personal Licensing, ANNEX 2 Rules of The Air, ANNEX 3 Meterological Service for
International Air Navigation, ANNEX 4 Aeronautical Charts, ANNEX 5 Units of Measurement
to be Used in Air and Ground Operation, ANNEX 6 Operation Aircraft, ANNEX 7 Aircraft
Nationality and Registration Marks, ANNEX 8 Airworthiness of Aircraft, ANNEX 9 –
Facilitation, ANNEX 10 Aeranutical Communications, ANNEX 11 Air Traffic Service,
ANNEX 12 Search and Rescuce, ANNEX 13 Aircraft Accident Investigation ANNEX 14
Aerodrome, ANNEX 15 Aeronautical Information, ANNEX 16 Enviromental Protectum,
ANNEX 17 Enviromental Protectum, ANNEX 18 The Safe Transport of Dangerous Godds
by Air, ANNEX 19 Safety Management
4. Pada tanggal 19 Februari 1913 seorang penerbang asal Belanda bernama J.W.E.R Hilger
berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran yang
berlangsung di Surabaya. Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di
Hindia Belanda (sekarang Indonesia) meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan
namun tidak menewaskan penerbangnya.
5. Tahun 1952: Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil Pada tahun 1952 pemerintah
membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang saat itu bertanggungjawab kepada
Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani
administrasi pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara,
Djawatan Penerbangan Sipil ini merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara saat ini. Tahun 1963: Direktorat Penerbangan Sipil Pada tahun 1963 Djawatan
Penerbangan sipil dirubah nama menjadi Direktorat Penerbangan Sipil seiring dengan
perkembangan dunia usaha penerbangan. Tahun 1969: Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Untuk mendorong perkembangan dunia usaha penerbangan yang semakin baik pada
pemerintahan Orde Baru telah membentuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada
tahun 1969 guna menyesuaikan kebutuhan dan pemanfaatannya sebagai pengganti dan
penyempurnaan Direktorat Penerbangan Sipil dengan struktur organisasi terdiri dari
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil, Direktorat Keselamatan
Penerbangan dan Direktorat Fasilitas Penerbangan. Pada tahun 1974 struktur organisasi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disempurnakan menjadi Sekretariat Direktorat
Jenderal, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan,
Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Telekomunikasi Navigasi Udara & Listrik.
Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan
udara saja namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang
sehingga diantisipasi dengan pembentukan direktorat khusus yang menangani kelaikan
udara berstandar internasional, pemerintah mengeluarkan KM 58 Tahun 1991 mengenai
penyesuaian struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, strukturnya terdiri
dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan
Penerbangan, Direktorat Teknik Bandar Udara, Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik
dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara.
Pada masa kolonial Belanda, penguasa waktu itu tidak memiliki program perancangan
pesawat terbang. Mereka hanya melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pembuatan lisensi serta evaluasi teknis dan keselamatan untuk semua pesawat terbang yang
beroperasi di wilayah Indonesia.
Pada tahun 1914, di Surabaya didirikan lembaga penguji penerbangan yang bertugas dalam
pengkajian kinerja pesawat untuk pengoperasian di daerah tropis. Lalu pada tahun 1930
dibentuk seksi produksi pesawat terbang yang menghasilkan pesawat Canadian Avro-AL,
sebuah pesawat yang bodinya terbuat dari kayu lokal. Untuk selanjutnya fasilitas produksi
seksi ini dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara).
Pada periode tersebut penerbangan cukup banyak diminati dengan adanya beberapa
pesawat yang dibuat oleh perorangan.
Pada tahun 1937, atas permintaan seorang pengusaha lokal, beberapa pemuda Indonesia
yang dipimpin oleh Tossin membuat pesawat terbang di sebuah bengkel yang terletak di Jl.
Pasirkaliki, Bandung. Mereka menamai pesawat buatanya dengan nama PK. KKH. Pesawat ini
pernah mengejutkan dunia penerbangan karena telah menunjukkan kemampuannya untuk
terbang ke Belanda dan daratan Chine vice versa. Sebelumnya, sekitar tahun 1922,
Indonesia bahkan telah terlibat dalam modifikasi pesawat di sebuah rumah pribadi di Jl.
Cikapundung, Bandung.
Pada tahun 1938, atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist, pesawat PK. KKH didesain
ulang menjadi pesawat yang lebih kecil dan diproduksi di sebuah bengkel yang berlokasi di
Jl. Kebon Kawung, Bandung.
7. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
8. -Runaway/ Landasan Pacu : yaitu bagian memanjang dari sisi darat bandara yang
disiapkan untuk lepas landas dan tempat mendarat pesawat terbang.
-Taxiway : yaitu bagian sisi darat dari bandara yang dipergunakan pesawat untuk berpindah
(taxi) dari runway ke apron atau sebaliknya
-Apron : yaitu bagian bandara yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk parker,
menunggu, mengisi bahan bakar, mengangkut dan membongkar muat barang dan
penumpang. Perkerasannya dibangun berdampingan dengan terminal building
9. - Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang
atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom -
Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding
lounge) serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar,
penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil,
penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah.
- Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan
terminal
- Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi
10. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 39 Tahun 2019 Tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional