Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

BANDAR UDARA
HALIM PERDANA KUSUMA

NAMA KELOMPOK:
1.ASYA KIRANI ZULKARNAIN
2.FITRIAH
3.SUSAN CHELSEA
4.KALISTA AULIA

Guru Mata pelajaran:

DWIKI HERMAWAN S.pd

MATA PELAJARAN: PEMESANAN DAN PENGHITUNGAN TARIF PENERBANGAN.


1. Bandara Halim Perdanakusuma
Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma adalah sebuah Bandar udara di Jakarta. Bandar udara
ini juga digunakan sebagai markas Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU
sebelumnya Bandar udara ini bernama Lapangan Udara Cililitan.
Bandara Halim Perdanakusuma sebelumnya merupakan bandara yang hanya melayani penerbangan VVIP
dan charter flight, tapi mulai tanggal 10 Januari 2014 Bandar Udara Halim Perdanakusuma beroperasi
sementara menjadi bandara komersial untuk membantu penerbangan di Bandara Soekarno – Hatta yang
telah padat. Mulai tahun 2013 Bandar Udara Halim Perdanakusuma juga melayani penerbangan haji yang
dialihkan dari Bandara Soekarno – Hatta akibat dari revitalisasi yang sedang dilakukan bandara tersebut.
Sumber : Wikipedia

2. Sejarah
Pada masa perang kemerdekaan, Halim Perdanakusuma dan Opsir Iswahyudi mendapat tugas untuk
membawa pesawat tempur yang baru dibeli. Pesawat itu sendiri berada di Muangthai (Thailand).
Untuk mempelajari pesawat tempur yang sebelumnya merupakan pesawat angkutan itu, Halim hanya
membutuhkan waktu selama kurang lebih 5 hari. Tapi dalam buku sejarah yang dikeluarkan Mabes
TNI AU itu, tidak tersebutkan negara mana yang membuat pesawat tersebut.
Dari Thailand pesawat menuju ke Indonesia. Namun malang, pesawat itu tak kunjung sampai.
Diperkirakan, pesawat itu terjatuh di kawasan pantai selat Malaka. Tak lama kemudian, nelayan
menemukan sosok mayat yang terdampar di kawasan pantai. Dan saat itu kodisi jenazah sangat sulit
diidentifikasi. Namun akhirnya jenazah itu diduga merupakan jenazah Halim Perdanakusuma.
Sedangkan jenazah Iswahyudi hingga kini belum diketemukan.
Sebagai tanda penghargaan, keduanya dijadikan pahlawan nasional Indonesia dan nama Halim
Perdanakusuma diabadikan sebagai Bandara Pangkalan TNI AU di Jakarta Timur sedangkan
Iswahyudi diabadikan sebagai Pangkalan TNI AU di Madiun.

Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der
Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah
tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Lapangan terbang tesebut
dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan). Pada tahun yang sama, lapangan
terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan
internasional pertama di Hindia Belanda. Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini
memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di
Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.

Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara Internasional Kemayoran yaitu
dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja
diresmikan.
Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada
pemerintah Indonesia. Ketika itu lapangan terbang ini langsung dipegang oleh AURI dan dijadikan
pangkalan udara militer. Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini
berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul
Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.[5]

Disamping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di kota
Jakarta bersamaan dengan Kemayoran. Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi penerbangan
internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan disana. Halim juga sempat
ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat. Namun hasilnya justru tertuju
kepada pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng. Kelak bandar udara tersebut
dinamakan Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara
Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan
militer. Namun pada tahun 2013, Halim memberikan 60 slot/jam untuk penerbangan berjadwal
domestik maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi padatnya jadwal
penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.

3. Informasi Bandar Udara


a. Kelas Bandara : Domestik dan Internasional
b. Pengelola : PT Angkasa Pura II
c. Pemilik : Pemerintah Indonesia
d. Lokasi : Jakarta Timur, Indonesia
e. Maskapai : Batik Air, Citilink, My Indo Airlines, Pelita Air Service, Susi Air, Wings Air
f. Kelas : Domestik dan Internasional
g. Fasilitas : E-Kiosk, Konter Check in, Musholla, Ruang Menyusui Anak, Ruang Merokok, Ruang
Tunggu, Toilet.

3. Deskripsi Bandar Udara


Bandara Halim Perdana Kusuma mempunyai luas sekitar 170 hektar dan terletak di Jakarta Timur. Nama
bandara ini diambil dari nama pahlawan penerbangan Indonesia, Halim Perdanakoesoema, yang gugur di
Selat Melaka pada tahun 1947.
Saat ini hanya ada satu landasan di Bandara Halim dengan panjang 3.000 meter x 45 meter. Runway ini
bisa dilandasi 12 penerbangan setiap jamnya. Meski memiliki areal mencapai 170 hektar, namun luas
terminal bandara hanya sebesar 19.810 m². Jika dibandingkan dengan Bandara Soekarno-Hatta, luas
terminal ini hanya sepertiga dari luas terminal 3 (pier 1) yang sekarang
Bandara Halim Perdanakusuma mempunyai 5 buah taxiway untuk komersil serta 3 buah taxiway untuk
militer, 1 buah apron utama dengan luasan 88.787,5 m2 mampu menampung 14 buah pesawat boeing
737-900 dan 3 buah pesawat sekelas Cessna.

Maskapai Penerbangan dan Tujuan


Terminal penumpang
Berikut adalah destinasi maskapai berjadwal reguler dan charter dari dan menuju Bandar Udara
Internasional Halim Perdanakusuma
Maskapai Dan Tujuan.
Batik Air :
Denpasar, Makassar, Malang, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Samarinda, Semarang, Solo,
Surabaya, Yogyakarta-Internasional
Citilink :
Balikpapan, Denpasar, Malang, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Silangit, Solo,
Surabaya, Yogyakarta.
Kapten Iskandar (1950—1951)
Kapten Moeharto (1951—1952)
Kapten Jacub (1952—1956)
Kapten Adm Abasuki (1956—1958)
Letkol Noorsain (1958—1961.

Informasi lainnya:
Bekas terminal lama lapangan terbang Cililitan sekitar tahun 1915-1925

Lapangan terbang Clilitan pada tahun 1925


Pesawat Fokker F.VII di lapangan terbang Cililitan (1929)

Penggunaan saat ini operasi komersial dan penerbangan umum. Hubungan dengan
bandara Soekarno hatta penggunaan oleh pemerintah dan militer bandara halim.

Saat ini, Bandara Soekarno-Hatta digunakan untuk operasi komersial dan


penerbangan umum di Jakarta, Indonesia. Bandara ini adalah salah satu bandara
tersibuk di negara tersebut dan melayani banyak penerbangan domestik dan
internasional.

Bandara Halim Perdanakusuma juga digunakan oleh pemerintah dan militer.


Awalnya, Halim adalah bandara utama Jakarta sebelum Soekarno-Hatta dibangun.
Saat ini, Halim juga melayani beberapa penerbangan komersial terbatas selain dari
kepentingan pemerintah dan militer.
Penerbangan komersial terbatas selain dari kepentingan pemerintah dan militer di
Bandara Halim Perdanakusuma mungkin mencakup penerbangan charter atau
penerbangan khusus yang dioperasikan oleh maskapai atau operator penerbangan
swasta. Contoh lainnya mungkin termasuk penerbangan korporat atau bisnis,
penerbangan wisata, atau penerbangan kargo komersial.

Namun, penting untuk diingat bahwa Bandara Halim Perdanakusuma tidak


sebanyak digunakan untuk penerbangan komersial dibandingkan dengan Bandara
Soekarno-Hatta yang merupakan bandara utama di Jakarta. Sebagian besar operasi
penerbangan komersial utama di wilayah tersebut dilayani oleh Bandara Soekarno-
Hatta.

Pembangunan dan perkembangan masa depan bandara halim


Rencana pengembangan:
Dampak kepada penerbangan di wilayah jakakarta:

Pembangunan dan perkembangan masa depan Bandara Halim Perdanakusuma


akan memiliki beberapa dampak terhadap penerbangan di wilayah Jakarta.
Beberapa rencana pengembangan mungkin meliputi:

Pembangunan dan perkembangan masa depan Bandara Halim Perdanakusuma


akan memiliki beberapa dampak terhadap penerbangan di wilayah Jakarta.
Beberapa rencana pengembangan mungkin meliputi:

1. Kapasitas dan Frekuensi Penerbangan: Dengan pengembangan infrastruktur


dan fasilitas di Bandara Halim, kapasitas bandara kemungkinan akan
meningkat. Hal ini dapat memungkinkan untuk peningkatan frekuensi
penerbangan baik komersial maupun non-komersial.
2. Diversifikasi Rute: Pengembangan Bandara Halim dapat memungkinkan
maskapai atau operator untuk menawarkan rute-rute baru atau lebih banyak
pilihan penerbangan dari dan ke Jakarta.

3. Kemungkinan Peningkatan Kepentingan Komersial: Jika Bandara Halim


mengalami perkembangan signifikan, ini dapat menarik lebih banyak
maskapai komersial untuk menggunakan bandara tersebut, bahkan untuk
penerbangan komersial reguler.

4. Pengentasan Kapasitas Bandara Soekarno-Hatta: Dengan Bandara Soekarno-


Hatta seringkali berada di ambang kapasitas maksimumnya, pengembangan
Bandara Halim dapat memberikan alternatif bagi penerbangan komersial dan
non-komersial di wilayah Jakarta.

5. Dampak Lingkungan: Perlu diingat bahwa pengembangan bandara juga


dapat memiliki dampak lingkungan. Ini termasuk masalah seperti polusi
udara, kebisingan, dan perubahan lingkungan sekitarnya.

6. Kemungkinan Penambahan Fasilitas dan Pelayanan: Dengan pengembangan,


Bandara Halim mungkin dapat menambah fasilitas dan pelayanan yang
memadai, seperti terminal baru, fasilitas parkir, dan peningkatan layanan
penumpang.

7. Dampak Sosial dan Ekonomi: Pengembangan bandara juga bisa berdampak


pada aspek sosial dan ekonomi, seperti penciptaan lapangan kerja baru,
stimulasi ekonomi lokal, dan koneksi yang lebih baik ke wilayah lainnya.

Perlu dicatat bahwa rincian rencana pengembangan dan dampaknya dapat berubah
seiring waktu tergantung pada kebijakan, persyaratan perizinan, dan faktor-faktor
lainnya. Sebagai tambahan, pendekatan yang berkelanjutan dan pertimbangan
lingkungan penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan infrastruktur
bandara.
Faktor lingkungan dan sosial.

Dampak lingkungan sekitar bandara.


Hubungan dengan masyarakat sekitar bandara Halim Perdana Kusuma.

Dampak lingkungan sekitar Bandara Halim Perdanakusuma termasuk:

1. Polusi Udara: Operasi penerbangan dapat menyebabkan emisi gas buang,


yang dapat mempengaruhi kualitas udara di sekitar bandara. Ini dapat
memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.

2. Kebisingan: Suara dari pesawat terbang dapat menghasilkan tingkat


kebisingan yang tinggi di area sekitar bandara. Hal ini dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan penduduk lokal.

3. Penggunaan Lahan dan Pengurangan Habitat: Pembangunan dan operasi


bandara memerlukan lahan yang luas, yang dapat mengakibatkan
pengurangan habitat alami dan pemanfaatan lahan pertanian.

4. Tumpahan Bahan Bakar: Risiko tumpahan bahan bakar pesawat atau


kendaraan di bandara dapat berdampak negatif pada tanah dan air tanah di
sekitar bandara.

Sementara itu, hubungan dengan masyarakat sekitar Bandara Halim


Perdanakusuma mencakup:

1. Kesempatan Kerja : Bandara dapat menjadi sumber lapangan kerja bagi


penduduk sekitar, baik dalam sektor penerbangan maupun sektor terkait
seperti perhotelan, transportasi, dan perdagangan.
2. Dampak Sosial Ekonomi : Bandara dapat memberikan dampak positif pada
ekonomi lokal dengan mendorong kegiatan ekonomi seperti perdagangan,
pariwisata, dan industri terkait.

3. Kemitraan dan Keterlibatan Komunitas : Bandara dan otoritas terkait dapat


berusaha untuk membangun kemitraan dengan komunitas sekitar untuk
memitigasi dampak negatif dan memaksimalkan manfaat positif dari
keberadaan bandara.

4. Isu-isu Sosia: Komunitas sekitar mungkin memiliki kekhawatiran atau


tuntutan terkait dampak bandara terhadap kualitas hidup, kesehatan, dan
lingkungan mereka. Oleh karena itu, penting untuk mendengarkan dan
mempertimbangkan masukan dari masyarakat lokal.

5. Pendidikan dan Pelatihan: Bandara dapat berperan dalam mendukung


pendidikan dan pelatihan untuk masyarakat sekitar, terutama dalam hal
keterampilan dan pekerjaan terkait penerbangan.
6. Masalah Operasional

a. Runway terkelupas

Mengelupasnya beberapa bagian pada landasan pacu atau runway Bandara Halim
Perdanakusuma ternyata menyebabkan tertundanya tiga penerbangan komersial
yang berangkat dari bandara tersebut pada Jumat (28/7/2017).
Tiga penerbangan yang mengalami “ delay” adalah penerbangan yang terjadwal
berangkat dari Halim dari periode pukul 09.00-12.35 WIB.
Sumber : http://megapolitan.kompas.com
b. Penerbangan Komersial di Halim Makin Tak Tertib
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) mengatakan akan tetap
melakukan evaluasi terhadap kegiatan maskapai komersial di Pangkalan Udara
Halim Perdanakusuma. Kegiatan penerbangan komersial di bandar udara itu
dianggap sudah tak tertib lagi.

Meskipun demikian, TNI AU tetap memastikan bahwa kegiatan evaluasi ini tidak
akan mengganggu aktivitas penerbangan-penerbangan komersial di dalamnya.

“Sekarang maskapai-maskapai yang mendarat di sana suka parkir tidak beraturan.


Terkadang ketika mau landing juga suka mengganggu aktivitas TNI AU di sana,”
tutur Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Madya Dwi Badarmanto,
melalui sambungan telepon, Jumat (12/6).
Sumber : https://www.cnnindonesia.com

c. Masalah dalam infrastruktur bandara di Indonesia, kapastitas yang berlebihan,


dan standar keselamatan.
Tabrakan pesawat di Bandara Halim Perdanakusuma menunjukkan masih ada
masalah dalam infrastruktur bandara di Indonesia, kapastitas yang berlebihan, dan
standar keselamatan. Dan masalah itu menjadi sorotan di tengah-tengah
pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia.
Pengamat penerbangan Chappy Hakim mengatakan Bandara Halim
Perdanakusuma yang merupakan pangkalan udara milik TNI AU itu dianggap
tidak memenuhi standar untuk melayani penerbangan sipil karena hanya memiliki
satu landasan dan daya tampung parkir terbatas.
Oleh karena itu, dia mengkhawatirkan tabrakan pesawat Batik Air dan TransNusa
di Bandara Halim Perdanakusuma yang terjadi Senin malam, sangat mungkin
terulang lagi karena pembukaan bandara tidak dibarengi dengan pengembangan
infrastruktur. “Memang potensi kecelakaan sangat besar kalau kesemrawutan
Cengkareng dipindahkan ke Halim begitu saja. Halim yang basic design-nya untuk
tidak penerbangan komersial, runway-nya Cuma satu, taxi way tidak ada, apron-
nya sempit. Di sana sudah ada beberapa skuadron udara dan pesawat terbang
teknik ditambah dengan penerbangan komersial ke Halim. Kalau dengan
perencanaan dan persiapan it’s ok no problem bisa saja,” jelas Chappy.

Anda mungkin juga menyukai