BANDAR UDARA
HALIM PERDANA KUSUMA
NAMA KELOMPOK:
1.ASYA KIRANI ZULKARNAIN
2.FITRIAH
3.SUSAN CHELSEA
4.KALISTA AULIA
2. Sejarah
Pada masa perang kemerdekaan, Halim Perdanakusuma dan Opsir Iswahyudi mendapat tugas untuk
membawa pesawat tempur yang baru dibeli. Pesawat itu sendiri berada di Muangthai (Thailand).
Untuk mempelajari pesawat tempur yang sebelumnya merupakan pesawat angkutan itu, Halim hanya
membutuhkan waktu selama kurang lebih 5 hari. Tapi dalam buku sejarah yang dikeluarkan Mabes
TNI AU itu, tidak tersebutkan negara mana yang membuat pesawat tersebut.
Dari Thailand pesawat menuju ke Indonesia. Namun malang, pesawat itu tak kunjung sampai.
Diperkirakan, pesawat itu terjatuh di kawasan pantai selat Malaka. Tak lama kemudian, nelayan
menemukan sosok mayat yang terdampar di kawasan pantai. Dan saat itu kodisi jenazah sangat sulit
diidentifikasi. Namun akhirnya jenazah itu diduga merupakan jenazah Halim Perdanakusuma.
Sedangkan jenazah Iswahyudi hingga kini belum diketemukan.
Sebagai tanda penghargaan, keduanya dijadikan pahlawan nasional Indonesia dan nama Halim
Perdanakusuma diabadikan sebagai Bandara Pangkalan TNI AU di Jakarta Timur sedangkan
Iswahyudi diabadikan sebagai Pangkalan TNI AU di Madiun.
Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der
Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah
tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Lapangan terbang tesebut
dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan). Pada tahun yang sama, lapangan
terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan
internasional pertama di Hindia Belanda. Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini
memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di
Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.
Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara Internasional Kemayoran yaitu
dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja
diresmikan.
Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada
pemerintah Indonesia. Ketika itu lapangan terbang ini langsung dipegang oleh AURI dan dijadikan
pangkalan udara militer. Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini
berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul
Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.[5]
Disamping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di kota
Jakarta bersamaan dengan Kemayoran. Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi penerbangan
internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan disana. Halim juga sempat
ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat. Namun hasilnya justru tertuju
kepada pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng. Kelak bandar udara tersebut
dinamakan Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara
Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan
militer. Namun pada tahun 2013, Halim memberikan 60 slot/jam untuk penerbangan berjadwal
domestik maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi padatnya jadwal
penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.
Informasi lainnya:
Bekas terminal lama lapangan terbang Cililitan sekitar tahun 1915-1925
Penggunaan saat ini operasi komersial dan penerbangan umum. Hubungan dengan
bandara Soekarno hatta penggunaan oleh pemerintah dan militer bandara halim.
Perlu dicatat bahwa rincian rencana pengembangan dan dampaknya dapat berubah
seiring waktu tergantung pada kebijakan, persyaratan perizinan, dan faktor-faktor
lainnya. Sebagai tambahan, pendekatan yang berkelanjutan dan pertimbangan
lingkungan penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan infrastruktur
bandara.
Faktor lingkungan dan sosial.
a. Runway terkelupas
Mengelupasnya beberapa bagian pada landasan pacu atau runway Bandara Halim
Perdanakusuma ternyata menyebabkan tertundanya tiga penerbangan komersial
yang berangkat dari bandara tersebut pada Jumat (28/7/2017).
Tiga penerbangan yang mengalami “ delay” adalah penerbangan yang terjadwal
berangkat dari Halim dari periode pukul 09.00-12.35 WIB.
Sumber : http://megapolitan.kompas.com
b. Penerbangan Komersial di Halim Makin Tak Tertib
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) mengatakan akan tetap
melakukan evaluasi terhadap kegiatan maskapai komersial di Pangkalan Udara
Halim Perdanakusuma. Kegiatan penerbangan komersial di bandar udara itu
dianggap sudah tak tertib lagi.
Meskipun demikian, TNI AU tetap memastikan bahwa kegiatan evaluasi ini tidak
akan mengganggu aktivitas penerbangan-penerbangan komersial di dalamnya.