Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berhubungan dengan lingkup penerbangan telah banyak

dilakukan, terkhusus permasalahan yang berfokus pada fasilistas operasional

dan kinerja petugas Apron Movement Control (AMC), seperti yang telah

dilakukan oleh Jumlad dan Fajrin (2020) yang berjudul Analisis Kinerja Unit

Apron Movement Control (AMC) Terhadap Safety di Bandar Udara

Internasional Husein Sastranegara. Hasil penelitian menunjukan kinerja yang

dihasilkan oleh unit Apron Movement Control (AMC) sudah baik, hal ini

dibuktikan dari 21 aspek yang diamati dengan jumlah 59 uraian prosedur

kerja pada Standar Operasional Prosedur (SOP) telah dilakukan sebanyak 54

prosedur, dan 5 prosedur belum dilakukan secara rutin.

Yatino (2019) melakukan penelitian yang berjudul Optimalisasi Kinerja

Apron Movement Control (AMC) Dalam Meningkatkan Keselamatan

Penerbangan di Apron Pada Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang.

Hasil penelitian menunjukan kurang lengkapnya personil pada Apron

Movement Control (AMC) yang mana personil hanya ada enam orang,

sehingga masalah tersebut membuat kurang optimalnya kinerja Apron

Movement Control (AMC) dalam meningkatkan keselamatan penerbangan

yang ada di Bandar Udara Abdulrachaman Saleh Malang.


Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2016) yang mengulas

tentang Optimalisasi Apron Movement Control (AMC) Terhadap

Keselamatan Di Sisi Darat di Bandar Udara Internasional Lombok. Hasil

penelitian ini unit Apron Movement Control (AMC) dalam melaksanakan

tugasnya masih menitikberatkan pada fungsi pelayanan sedangkan fungsi

pengawasan yang merupakan fungsi pokok unit Apron Movement Control

(AMC) belum dilaksanakan secara optimal. Penelitian yang dilakukan oleh

penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penulis lebih menekankan

pada pengembangan fasiitas operasional di unit Apron Movement Control

(AMC) dalam menstimulasi kinerja karyawan.

B. Landasan Teori

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep, proposisi yang telah

disusun rapi, dan sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah

penelitian. Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian,

dikarenakan seorang peneliti tidak akan dapat mengembangkan masalah

yang mungkin ditemui pada lingkup penelitian apabila tidak memiliki acuan

landasan teori sebagai pendukung. Landasan teori ini menjadi dasar yang

kuat dalam penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan landasan teori secara

baik dan benar dalam sebuah penelitian menjadi salah satu hal yang penting,

karena landasan teori akan menjadi sebuah pondasi dan landasan dalam

penelitian itu sendiri. (Sugiyono, 2011)

1. Sejarah Bandar Udara Abdulrachman Saleh


Pangkalan udara (Lanud) Bugis yang kini dikenal dengan nama Lanud

Abdulrachman Saleh dibangun oleh pemerintahan Belanda pada era 1937-

1940 bersama dengan pembangunan pangkalan-pangkalan udara lain seperti

Lanud Maospati (kini Pangkalan Udara Iswahyudi) DI Madiun, Lanud

Panasaran (Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo) di Solo, dan Lanud

Maguwo (Bandar Udara Internasional Adisutjipto) di Yogyakarta

(Firmansyah, dan Soesilo, 2020).

Posisi Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh begitu aman karena

dikelilingi oleh benteng alam dan berada dikaki gunung, ini menyebabkan

Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh tidak tampak begitu jelas di udara

sehingga jika ada pesawat musuh melewati jalur udara di atasnya Pangkalan

Udara ini akan tertutup oleh kabut. Ini merupakan posisi yang sangat strategis

untuk pertahanan militer tersebut yang juga dijadikan alasan Belanda memilih

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang untuk menjadi salah satu daerah

pertahanan udaranya. Pemerintah Belanda pada waktu itu sengaja membuat

landasan pacu cukup panjang, sehingga dapat dipergunakan untuk landing

dan take off pesawat-pesawat berjenis lebar seperti pesawat Bomber,

Glynmartin, Fokker, dan Jagers (Purbaningsih, 2002).

Pada 17 Agustus 1952 Atas pengorbanan dan jasa-jasa Prof. Dr.

Abdulrahman Saleh dalam usahanya mengembangkan AURI dan

memperjuangkan bangsa Indonesia, kepada Staf Angkatan Udara yang

menjabat saat itu yaitu Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dengan

dikeluarkannya surat Ketetapan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor


76/48/pom.2/KS/52 yang berisi peribadian nama-nama Pangkalan Udara tipe

A salah satunya adalah perubahan Pangkalan Udara Bugis menjadi Pangkalan

Udara Abdulrachman Saleh.

Setelah enam tahun sejak 25 Mei 2005 menggunakan terminal di

dalam Base ops Lanud Abdulrachman Saleh. Bandar Udara ini dibangun

dengan biaya mencapai Rp 139 miliar. Seperti diketahui, penerbangan sipil 1

April 1994 oleh Merpati Nusantara Airlines dengan menggunakan pesawat

Fokker F28. Karena sering mengalami keterlambatan (tidak sesuai jadwal)

mulai kurun waktu tahun 1996-1997 mengalami penurunan load factor

sampai 14.54% .

Penerbangan dari Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang ini

sempat terhenti pada saat krisis moneter, namun seiring dengan

perkembangan penerbangan di Indonesia dan semakin ramainya pelaku bisnis

di dunia penerbangan yang ditandai dengan bermunculnya perusahaan

penerbangan baru, serta semakin padatnya pergerakan pesawat di bandar

udara Juanda Surabaya, maka Bupati Malang berkeinginan membuka kembali

bandar udara Abdulrachman Saleh Malang untuk penerbangan komersil. Hal

itu dituangkan dalam surat Bupati Malang nomor 050/461/421.113/2003

tanggal 14 April 2003 kepada Mentri Perhubungan perihal permohonan

pengoprasian angkutan udara melalui Abdulrachman Saleh (UPT Bandara,

2011).

Kemudian Gubernur Jawa Timur merespon keinginan Bupati Malang

dengan mengirim surat kepada KSAU nomor 553.2/4263/106/03 tanggaal 6


Juni 2003 perihal rencana pengoprasian bandar udara Abdulrachman Saleh

Malang. Sebagai bentuk dukungan pemerintahan Kabupaten Malang dalam

pengoprasian bandar udara Abdulrachman Saleh Malang sebagai bandar

udara sipil, maka pada tahun 2004 telah dilaksanakan studi market dan rute

dari dan ke bandar udara Abdulrachman Saleh Malang (Hayati, 2012)

Setelah enam tahun sejak 25 Mei 2005 menggunakan terminal di

dalam Base ops Lanud Abdulrachman Saleh. Dua hari sebelum pergantian

tahun baru 2012, pada tanggal 30 Desember 2011 penerbangan sipil di

Abdulrachman Saleh menggunakan bandar udara enlcave sipil yang terpisah

dari Base ops Lanud Abdulrachman Saleh.

Bandar udara Abdulrachman Saleh Malang ini terletak pada koordinat

070 55’ 05,9” S dan 1120 42’41,6” E untuk posisi Runway 17 serta 070 56’

08,1” S dan 1120 42’ 57,3” E untuk posisi Runway 35. Fasilitas sisi udara yang

telah tersedia di Bandar Udara ini terdiri dari Runway (landasan pacu),

Taxiway, Apron, Runway strip, fasilitas K-K III, Menara Kontrol Air Traffic

Controller (ATC), Bangunan VOR/DME, Gedung AMSCR/Kom. Runway

dengan penomoran 17 (sebelah ujung Utara) dan 35 (sebelah ujung Selatan).

2. Bandar Udara

Annex 14, menyatakan bahwa bandar udara adalah suatu daerah yang

terletak di darat ataupun air (terdiri dari bangunan-bangunan, instalasi-instalasi,

peralatan) yang seluruhnya atau sebagaian digunakan untuk kedatangan,

keberangkatan dan pergerakan pesawat di darat. Sementara menurut UU No 1

Tahun 2009, bandar udara adalah kawasan di darat atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan

lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat

perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas

keamanan dan keselamatan penerbangan, serta fasilitas pokok, dan fasilitas

penunjang lainnya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 mengatakan kebandarudaraan

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara

dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan,

kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat, penumpang, kargo dan pos,

tempat perpindahan intra dan antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional dan daerah.

Undang - undang No 1 Tahun 2009 tentang penerbangan Indonesia, Bandar

Udara terdiri dari 6 jenis, jenis tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bandar Udara Umum

Bandar udara umum adalah bandar udara yang digunakan untuk

melayani kepentingan umum.

b. Bandar Udara Khusus

Bandar udara khusus adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk

melayani kepentingan sendiri dan menunjang kegiatan usaha.

c. Bandar Udara Domestik

Bandar udara domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai

bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.


d. Bandar Udara Internasional

Bandar udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan

sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri

dan rute penerbangan luar negeri

e. Bandar Udara Pengumpul(Hub)

Bandar udara pengumpul (Hub) adalah bandar udara yang mempunyai

cakupan pelayanan yang luar dari berbagai bandar udara yang melayani

penumpang dan kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi

perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagaiprovinsi.

f. Bandar Udara Penumpang (Spoke)

Bandar udara pengumpan (Spoke) adalah bandar udara yang

mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan

ekonomi terbatas.

Pada beberapa pengertian dari sumber di atas, dapat disimpulkan

bahwa bandar udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat udara

lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal

memiliki sebuah landasan pacu namun bandara-bandara besar biasanya

dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan

maupun bagi penggunanya.

3. Pengembangan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun

2002
Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah

terbukti kebenarannyauntuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan

teknologi baru.

Punaji Setyosari (2016) menjelaskan bahwa pengembangan

adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti

kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi

baru. Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini

mengikuti suatu langkah - langkah secara siklus. Langkah penelitian atau

proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian

produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan

temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan

latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi

terhadap hasil uji lapangan

4. Fasilitas

a. Definisi Fasilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana atau

fasilitas adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai

maksud atau tujuan. Secara etimologis (bahasa), prasarana berarti alat


tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pekerjaan. Misalnya: lokasi

atau tempat, gedung, lapangan, uang, danlain sebagainya. Sedangkan

sarana berarti alat langsung untuk mencapaitujuan pendidikan. Misalnya:

ruangan tempat kerja, komputer, dan lain-lain. ( Erwin Zubair Gobel,

Yosef P Koton, 2016)

Fasilitas merupakan tolak ukur dari semua pelayanan yang

diberikan, serta sangat tinggi pengaruhnya terhadap kenyamanan peminat

suatu jasa. Karena dengan tingkat fasilitas yang ada juga sangat

memudahkan pelanggan dalam beraktifitas serta nyaman untuk

menggunakan fasilitas yang ada. Fasilitas adalah segala sesuatu yang

bersifat peralatan fisik dan disediakan oleh pihak penjual jasa untuk

mendukung kenyamanan konsumen.

Keberadaan fasilitas tidak lain adalah sarana yang terlibat untuk

memperlancar upayavperusahaan dalam menawarkan produk atau

jasanya. Umumnya fasilitas berupa benda - benda yang berada dilokasi

dimana terjadinya penawaran jasa kepada konsumen. Tujuan disediakan

benda - benda tersebut untuk membuat konsumen nyaman. Hal - hal yang

harus dipertimbangkan dalam menyediakan fasilitas yaitu kondisi

fasilitas, desain interior dan eksterior serta kebersihan terutama yang

berkaitan erat dengan kenyamanan konsumen. (Widya, 2017).

b. Fasilitas

Fasilitas adalah sarana pendukung dalam aktivitas perusahaan

berbentuk fisik, dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan,


memiliki jangka waktu kegunaan yang relatif permanen dan memberikan

manfaat untuk masa yang akan datang. Fasilitas sangat penting bagi

perusahaan, karena dapat menunjang kinerja karyawan, seperti dalam

penyelesaian pekerjaan. Semakin besar aktifitas suatu perusahaan, maka

semakin lengkap pula fasilitas dan sarana pendukung dalam proses

kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. ( Dahlius & Ibrahim, 2016).

Fasilitas yang diberikan oleh organisasi, karyawan akan mempunyai

dorongan di dalam dirinya untuk dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan oleh manajemen dengan segala potensi secara efektif dan

efisien.

Mengutip pemikiran Nitisemito yang dikutip kembali oleh Riyadi,

(2018) mengungkapkan bahwa setiap organisasi bilamana

memungkinkan hendaknya menyediakan fasilitas yang menyenangkan

bagi para pegawainya. Apabila melalui fasilitas tersebut ternyata mampu

menambahkan kesenangan para pegawai, maka berarti semangat dan

kegairahan kerjanya dapat ditingkatkan.

c. Jenis-Jenis Fasilitas Kerja

Untuk mencapai suatu tujuan dalam sebuah organiasi diperlukan

alat pendukung yang digunakan dalam proses atau aktivitas diorganisasi

tersebut. Fasilitas yang digunakan oleh setiap organisasi bermacam-

macam bentuk, jenis, dan manfaatnya. Semakin besaraktivitas suatu

organisasi, maka semakin lengkap pula fasilitas dan sarana pendukung


dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Sofyan

(2020), jenis fasilitas kerja adalah :

1) Mesin dan peralatannya yang merupakan keseluruhan

peralatanyang digunakan untuk mendukung proses produksi yang

ada diperusahaan.

2) Prasarana, yaitu fasilitas pendukung yang digunakan untuk

memperluas aktivitas perusahaan.

3) Perlengkapan kantor, yaitu fasilitas yang mendukung aktivitas

kegiatan yang ada di perkantoran, seperti perabot kantor,peralatan

laboratorium, dan peralatan elektronik.

4) Peralatan inventaris, yaitu peralatan yang digunakan dalam

perusahaan, seperti inventaris kendaraan, inventaris kantor,

inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang

danlain sebagainya.

5) Tanah, yaitu aset yang terhampar luas baik yang digunakan

ditempat bangunan maupun lahan kosong yang digunakan

untukaktivitas perusahaan.

6) Bagunan, yaitu fasilitas yang mendukung aktivitas sentral

kegiatan perusahaan utama, seperti perkantoran dan pergudangan.

7) Alat transportasi, yaitu semua jenis peralatan yang digunakan

untuk membantu terlaksanakannya aktivitas perusahaan, seperti

kendaraa (truk, traktor, mobil, motor dan lainnya).

5. Kinerja Karyawan
a. Definisi Kinerja Karyawan

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang). Kinerja merupakan catatan tentang hasil-hasil yang

didapatkan dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama

kurun waktu tertentu, menurut Bernardin dan Russel, kinerja dapat di

artikan sebagai berikut “performance is defined as the record of

outcomes produced on a specified job function or activity during time

period”, dalam artian catatan hasil yang dihasilkan pada fungsi atau

aktivitas pekerjaan tertentu selama periode waktu tertentu.(Kiky D.H.

Saraswati, Daniel Lie, 2020)

Kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh karyawan dalam melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab

yang telah dimandatkan kepadanya membutuhkan evaluasi. Evaluasi

kinerja mengungkapkan kontribusi seseorang dalam tujuannya yang

berada dalam sistem kinerja sebuah organisasi atau perusahaan. Bila

demikian, mala kinerja perusahaan erat kaitanya dengan tingkat

pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Untuk

melancarkan hal tersebut maka dibutuhkan manajemen kinerja yang

dapat di artikan sebagai keseluruhan pelaksanaan kegiatan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja

masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.

(Solahudin, 2021).
Bila suatu tujuan yang di harapkan dalam berlangsungnya kinerja

akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kinerja tersebut

efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai

yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan

walaupun efektif dapat di katakan bahwa kinerja tersebut masuk dalam

kategori tidak efesien. Sebaliknya bila akibat yang dicari-cari tidak

penting atau remeh maka kinerja tersebut efesien.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI)

pada tahun 1999 merumuskan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program, kebijakan dalam

mwujudkan sasaran, dan tujuan visi misi suatu organisasi. Konsep kinerja

yang dikemukakan LAN-RI mengarah pada acuan kinerja organisasi

dalam mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan

target yang telah ditetapkan. Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu pencapaian atau hasil

kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan

sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan

oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

(Harsuko Riniwati, 2016)

b. Jenis-Jenis Kinerja

Antoillah mengemukakan bahwa dilihat dari manajemen umum kerja

organisasi kinerja dibagi menjadi tiga yaitu :


1) Kinerja administratif adalah kinerja yang berkaitan dengan

administrasi, seperti struktur organisasi, hubungan otoritas atau

wewenang dan tanggung jawab, serta mekanisme aliran

transformasi untuk tercapainya sinkronisasi antar unit kerja dalam

organisasi.

2) Kinerja operasional adalah kinerja yang terkait dengan kegiatan

operasional, seperti penyediaan seluruh fasilitas operasi dan

pemeliharaan arus kegiatan agar seluruh tujuan organisasi dapat

tercapai secara efisien dan efektif.

3) Kinerja strategi adalah kinerja yang terkait dengan pencapaian

misi atau tujuan umum organisasi serta kebijakan strategi yang

sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup organisasi.

6. Apron Movement Control (AMC)

Pengertian Apron Movement Control (AMC) menurut Pagah Arief

(2010) adalah ditujuhkan untuk pengawasan atas semua pergerakan lalu

lintas di area apron yang terdiri dari lalu lintas udara, kendaraan dan

personil yang berada di bandar udara, pengawasan dalam terminology

disini memberikan arti tindakan langkah yang diperlukan untuk mencegah

terjadinya dalam hal ini kasus tabrakan diantara ketiga unsur pembentukan

lalu lintas apron, dimana mereka melakukan kegiatan bersama. Di

samping itu pengawasan juga dimaksud agar pengaturan lalu lintas dapat

berlangsung dengan lancar. Sistem operasi AMC (Apron Movement

Control) ini juga ikut mencegah kemungkinan masuknya kendaraan yang


tidak mempunyai ijin atau pengemudi yang tidak memiliki Tanda Ijin

Mengemudi (TIM).

Unit Apron Movement Control (AMC) sendiri berada di bawah

naungan Dinas Operasi Bandara dan di kepalai oleh Assistan Manager Sisi

Udara. Sistem operasi Apron Movement Control (AMC) mencakup

pemberian petunjuk serta pengawasan terhadap semua kendaraan dan

personil yang karena fungsi mereka harus memang memerlukan beroperasi

di daerah pergerakan pesawat udara. Disamping itu mencakup juga

pemberian bantuan pesawat udara yang menuju lokasi pemarkiran yang

telah ditetapkan. Dapat ditambahkan bahwa dalam operasi Apron

Movement Control (AMC) ikut serta mencegah kemungkinan masuknya

kendaraan yang tidak diwenangkan/ tidak berhati-hati disisi udara.

Penyelengara sistem Apron Movement Control (AMC) dilakukan dengan

memperhatikan faktor keserasian dan keterpaduan operasiaonal antar unit-

unit yang terlibat dalam pengaturan lalu lintas pesawat udara di Apron,

terutama dengan operasi lalu lintas terminal.

Unit Apron Movement Control (AMC) memiliki tugas sebagai

penanggung jawab kegiatan pelayanan operasi penerbangan, pengelolaan

Apron dan semua orang yang berkepentingan di daerah sisi udara (air

side). Dalam Manajemen Operasi Sisi Udara Apron Movement Control

(AMC) melakukan kordinasi dalam pelayanan yang terdiri dari pengaturan

parkir pesawat udara, Docking dan De-Docking, VDGS dan AVDGS,

Push Back dan Start Engine, marshalling, follow me car, pengawasan


kendaraan di sisi udara, penerbitan ijin kendaraan operasional dan GSE,

penerbitan TIM Apron, kebersihan Apron, penanganan tumpahan bahan

bakar (Fuel spillage).

Menurut Kukuh (2011) Personil Apron Movement Contro (AMC)

adalah pengendali pergerakan pesawat udara Apron Movement Contro

(AMC) sebagaimana dimaksud, adalah personel bandar udara yang

memiliki izin dan peringkat untuk melaksanakan pengaturan dan

pengawasan ketertiban, keamanan pergerakan lalu lintas pada apron dan

parkir atau penempatan pesawat udara.

a. Fungsi unit kerja Apron Movement Contro (AMC)

1) Mengatur pergerakan pesawat udara dengan tujuan untuk

menghindari tubrukan antar pesawat dan antara pesawat dengan

rintangan.

2) Mengatur masuknya pesawat ke dalam apron dan

mengkoordinasikan pesawat yang keluar dari apron dengan

ADC.

3) Menjamin keselamatan dan kecepatan serta kelancaran

pergerakan kendaraan serta pengaturan yang baik dan benar

untuk kegiatan lainnya.

b. Kegiatan layanan Apron Movement Contro (AMC)

1) Menyiapkan alokasi tempat parkir pesawat terlebih dahulu,

untuk memudahkan parkir dan penanganan pesawat yang

bersangkutan.
2) Mengatur engine run up, towing pesawat, memonitor start up

clearance yang diberikan oleh control tower untuk

meningkatkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas di apron.

3) Menyediakan marshaller dan ikuti saya layanan.

4) Memberikan/menyebarluaskan informasi kepada operator

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan suatu kegiatan yang

sedang berlangsung yang mempengaruhi operasi lalu lintas di

apron.

5) Memberikan dukungan dan bantuan bagi pesawat yang berada

dalam keadaan darurat.

6) Membuat/melakukan pengaturan keamanan seperti identifikasi

bagasi di tempat parkir, dll.

7) Melaksanakan penertiban disiplin pada apron dengan

mengeluarkan ketentuan/aturan yang berkaitan dengan

pengemudi dan kendaraan yang beroperasi di apron.

8) Memastikan kebersihan apron dengan menerapkan dan

menetapkan program inspeksi dan standar polusi yang ketat.

9) Memastikan kondisi fasilitas penunjang pada apron selalu

dalam kondisi baik setiap saat.

10) Operasikan Aviobridge/Airway.

7. Fasilitas AMC (Apron Movement Control)

a. Apron Movement Control (AMC) ROOM


Dalam rangka memberikan pelayanan pengawasan di wilayah

apron maka unit Apron Movement Control harus memiliki ruangan

kerja, yakni Apron Movement Control Room. Persyaratan Apron

Movement Control (AMC) Room antara lain :

1) Memiliki luasan yang cukup untuk menampung jumlah personel

kelengkapan peralatan, dan kegiatan pelayanan yang dilakukan.

2) Berlokasi di wilayah airside dengan posisi yang strategis untuk

melakukan pengawasan.

3) Dilengkapi dengan fasilitas kerja, antara lain :

a) Meja kerja.

b) Loker,sesuai dengan jumlah personel.

c) Kursi kerja sesuai dengan jumlah personel.

d) Pendingin ruangan.

e) Air minum.

f) Kelengkapan alat kerja administratif, seperti : alat tulis, form,

dan lain sebagainya.

g) Rest Room, yakni tempat untuk beristirahat bagi unit AMC

yang bekerja over night / menginap di bandara, beserta

fasilitasnya.

h) Ruang rapat atau class room.

Ruangan ini digunakan untuk melakukan koordinasi dengan

airlines, ground handling agent, atau instansi lainnya, atau

dapat juga digunakan sebagai class room dalam melakukan


pelayanan pengujian Tanda Izin Mengemudi (TIM). Bagi

bandar udara yang tidak dapat menyediakan ruangan ini, harus

memberikan lokasi alternatif lainnya.

b. Peralatan

Peralatan yang harus tersedia di AMC Room antara lain :

1) Sistem atau alat penyampaian informasi alokasi parkir pesawat

dari AMC ke ATC.

2) Komputer.

3) Printer yang dilengkapi dengan fotocopy & scanner.

4) Radio VHF (Guna memonitor percakapan Pilot – ATC).

5) Monitor CCTV dengan kualitas yang jelas, baik pada saat

siang maupun malam hari.

6) Telepon atau PABX untuk komunikasi dari/ke Tower.

7) Telepon atau PABX untuk komunikasi dari ke Ground

handling atau Airlines.

8) Radio Base.

9) Binocular/teropong.

10) Speed gun (alat pengukur kecepatan kendaraan).

11) Handy Talkie sesuai dengan jumlah personel.

12) Marshaller Bat dan Marshaller Flash Light.

c. Alat Pelindung Diri


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor :

PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri menyatakan

bahwa Pasal 2 ayat (1) : Pengusaha wajib menyediakan APD bagi

pekerja/buruh di tempat kerja. Pasal 2 ayat (2) : APD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia (SNI) atau Standar yang berlaku. Pasal 2 ayat (3) : APD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha

secara cuma-cuma.

Berdasarkan pada peraturan di atas maka setiap orang atau

personel yang melaksanakan kegiatan di wilayah sisi udara bandar

udara wajib memakai alat perlindungan diri (personnel protective

equipment) seperti :

1) Rompi keselamatan (Safety Vest)

Standard safety vestApron Movement Control adalah sebagai

berikut :

a) Berwarna hijau muda stabilo.

b) Memiliki dua kantong berukuran 12 cm x 14 cm berwarna

hitam pada bagian dada kiri dan kanan.

c) Terdapat logo AMC pada bagian kantong dada sebelah kiri.

d) Terdapat logo perusahaan pada bagian kantong dada

sebelah kanan.
e) Terdapat tulisan unit kerja AMC berwarna hitam berukuran

12 cm x 18 cm dengan jenis tulisan Arial Rounded MT bold

pada bagian belakang.

f) Bordir nama Apron Movement Control berwarna hitam

dengan ukuran 4 cm x 18 cm

g) Terdapat reflective material berukuran lebar 5 cm

2) Jaket

Standard safety vestApron Movement Control adalah sebagai

berikut :

a) Berwarna hijau muda stabilo.

b) Memiliki dua kantong berukuran 12 cm x 14 cm pada

bagian dada kiri dan kanan.

c) Terdapat logo AMC berukuran 5 cm x 8 cm pada

bagian dada sebelah kanan.

d) Terdapat logo perusahaan berukuran 12 cm x 12 cm

pada bagian belakang.

e) Terdapat tulisan unit kerja AMC berwarna hitam

berukuran 10 cm x 18 cm dengan jenis tulisan Arial

Rounded MT Bold pada bagian belakang.

f) Terdapat reflective material.

3) Jas Hujan
a) Berwarna hijau muda stabilo.

b) Terdapat logo perusahaan berukuran 12 cm x 12 cm

pada bagian belakang.

c) Terdapat tulisan unit kerja AMC berwarna hitam

berukuran 10 cm x 18 cm dengan jenis tulisan Arial

Rounded MT Bold pada bagian belakang.

d) Terdapat reflective material. 5) Contoh jas hujan

mengikuti

4) Topi

a) Topi berwarna hitam.

b) Terdapat bordir / sablon logo unit AMC pada bagian

depan.

c) Terdapat tali pengaman dibagian belakang untuk

mencegah topi terlepas dan mengakibatkan bahaya.

5) Sepatu

Sepatu dinas harian merangkap sepatu dinas lapangan adalah

sepatu standar safety shoes, Bagian bawah sepatu harus terbuat

dari karet dan tidak boleh terdapat unsur metal, guna

menghindari terciptanya percikan akibat gesekan, tahan

terhadap oil, memiliki lapisan pelindung baik dari besi maupun

composite pada bagian atas telapak kaki.

6) Sepatu Boots
Sepatu boots adalah sepatu boots standar, anti slip dan anti air.

7) Alat pelindung pendengaran (hearing protection)

Alat pelindung pendengaran yang dimaksud adalah berjenis

sebagai berikut :

a) Ear Muff atau Ear Plug

d. FOLLOW-ME CAR

Follow-Me Car digunakan untuk melakukan pengawasan serta

pelayanan pemanduan di wilayah airside. Persyaratan Follow-Me Car

antara lain :

1) Guna memudahkan dalam melaksanakan kegiatan operasional

pemanduan dan pengawasan di area airside, jenis kendaraan

yang digunakan adalah Double Cabin atau sejenisnya.

2) Berusia maksimal 10 tahun.

3) Berwarna (cat) dasar kuning.

4) Dilengkapi dengan Radio Base untuk komunikasi.

5) Terdapat tanda dilarang merokok pada bagian dalam

kendaraan.

6) Memasang lampu obstacle berintensitas rendah tipe D warna

kuning berkedip.

7) Terdapat logo perusahaan pada kedua sisi kendaraan.

8) Terdapat scot light warna putih memanjang pada sekeliling

kendaraan atau minimal pada masing-masing sisi kendaraan.


9) Terdapat scot light warna kuning pada bagian belakang

kendaraan dengan tulisan “FOLLOW – ME CAR”.

10) Terdapat sign (LED) di atas kendaraan yang bertuliskan

“FOLLOW – ME” - recomended

11) Dilengkapi dengan alat pemadam api ringan yang masih

berfungsi.

12) Terdapat FOD-Bins.

13) Memenuhi persyaratan lain yang dituangkan dalam Keputusan

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 635 Tahun

2015 tentang standar peralatan penunjang pelayanan darat

pesawat udara (ground support equipment/GSE) dan kendaraan

operasional yang beroperasi di sisi udara.

8. SOP Apron Movement Control (AMC) Bandar Udara Abdulrachaman

Saleh Malang

a. No. 01.00. AMC Pengawasan PesawatDi Sisi Udara Ketentuan dasar:

Setiap Petugas Apron Movement Control (AMC) wajib memakai Alat

Pelindung Diri (APD) sesuai dengan Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) meliputi: Ear muff, Safety shoes, Rompi, Topi

dan Kacamata pelindung sinar matahari.

Prosedur :

1) Pengawasan terhadap pergerakan pesawat udara yang

berangkat dan datang, pesawat udara dari hangar ataupun dari

suatu tempat parkir ke tempat parkir yang lain.


2) Pengawasan terhadap pergerakan pesawat yang kembali

(Return Back toStand/RBS).

3) Pengawasan dapat dilakukan melalui pengamatan atau

langsung melakukan inspeksi dengan follow me car.

Mengambil tindakan yang diperlukan dalam upaya mencegah terjadinya

tabrakan antar pesawat udara, antara pesawat udara dengan obstacle,

antara pesawat udara dengan kendaraan dan personil.

b. No. 02.00. AMC Pengawasan dan pengkoordinasian kebersihan di

Apron

Ketentuan dasar :

Setiap Petugas AMC wajib memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai

dengan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) meliputi, ear

muff, safety shoes, rompi, topi dan kacamata pelindung sinar matahari.

Prosedur :

Kebersihan Di Sisi Udara (Apron).

1) Memeriksa sisi udara (Apron) secara berkelanjutan

2) Menghubungi/mengkoordinasikan dengan Unit Ramp Service

dari airlines/ground handling agent untuk membersihkan

pavement dari tetesan oli, menyingkirkan sampah dan barang-

barang bekas pada area yang menjadi tanggungjawabnya

3) Memerintahkan kepada airlines/ground handling agent untuk

mengeluarkan kendaraan dan/atau GSE dari sisi udara apabila

sudah tidak dapat digunakan lagi atau untuk diperbaiki di luar


sisiudara.

4) Mengadakan koordinasi dengan Unit Teknik Umum untuk

menyingkirkan FOD, sampah dan barang-barang bekas dari sisi

udara.

c. No. 04.00 AMC Pengawasan dan Pengkoordinasian fasilitas di Sisi

Udara Ketentuan Dasar:

Setiap Petugas Apron Movement Control (AMC) wajib

memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) meliputi: ear muff, safety

shoes, rompi, topi dan kacamata pelindung sinar matahari.

Prosedur :

Pengawasan dan pengkoordinasian kondisi fasilitas di sisi udara.

1) Petugas Apron Movement Control (AMC) harus

memastikan.bahwa semua fasilitas di sisi udara seperti parking

stand, Flood lighting dan lain sebagainya berfungsi denganbaik.

2) Apabila fasilitas di sisi udara (Apron) dalam keadaan rusak

(Unserviceable) yang diperkirakan dapat mempengaruhi

pelayanan, segera melaporkan ke unit penanggungjawab

operasi, ADC dan unit terkait serta menginformasikan ke

airlines dan ground handlingagent.

d. No. 10.00 AMC Pengawasan dan penertiban orang di Sisi Udara

Ketentuan dasar:

Setiap Petugas Apron Movement Control (AMC) wajib


memakai Alat Pelidung Diri (APD) sesuai dengan Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) meliputi : Ear muff, Safety

shoes, Rompi, Topi dan Kacamata pelindung sinar matahari.

Prosedur :

Pengawasan dan penertiban orang di Sisi Udara

1) Pengawasan dan penertiban pasbandara.

2) Pengawasan dan penertiban operator/pengemudi

yangmenjalankan kendaraan melebihi batas kecepatan.

3) Pengawasan dan penertiban parkirkendaraan.

4) Memberikan teguran terhadappelanggar.

5) Menindak para pelanggar sesuai dengan ketentuan yangberlaku.

e. No. 11.00 AMC Pengawasan dan penertiban kendaraan di Sisi Udara

Setiap Petugas Aron Movement Control (AMC) wajib memakai Alat

Pelindung Diri (APD) sesuai dengan Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) meliputi: ear muff, safety shoes, rompi, topi dan

kacamata pelindung sinar matahari

Prosedur :

Pengawasan dan penertiban kendaraan di Sisi Udara

1) Memeriksa keabsahan izin, melakukan pemanduan dan

pengawasan terhadap kendaraan yang memasuki daerah sisi

udara untuk suatu keperluan yang bersifat insidentil.

2) Memeriksa keabsahan izin, kelengkapan, dan pengawasan

terhadap kendaraan yang beroperasi di sisi udara secara


tetap,meliputi.

3) Melarang kendaraan untuk beroperasi apabila tidak lagi

memenuhi persyaratan pengoperasian.

4) Melakukan penertiban parkir dan penempatan GSE.

5) Mengadakan koordinasi dengan unit kerja terkait untuk

melaksanakan razia terhadap kendaraan/peralatan GSE di daerah

parkir kendaraan dengan mendata kendaraan/GSE yang rusak

dan memisahkannya ke daerah tertentu diApron.

6) Mengadakan razia penertiban lalu lintas di daerah sisi udara;

7) Mengadakan pertemuan persiapan dengan unit kerja terkait

untuk menentukan obyek serta sistem penertiban.

8) Menentukan obyek razia penertiban (kelengkapan kendaraan/pas

kendaraan, pas bandara danlain-lain).

9) Menindak pelaku pelanggaran dengan menyita pasbandara;

10) Menahan kendaraan/pas petugas yang melakukan pelanggaran;

11) Menempatkan tanda bukti berupa sticker penertiban;

12) Melaksanakan evaluasi bersama dengan unit kerja terkait atas

pelaksanaan penertiban.

C. Penelitian Relevan

Peneliti mencantumkan tiga penelitiaan yang relavan dengan judul

peneliti, dimana hal ini menjadi salah satu proses perbandingan hasil

penelitian yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang akan


dilakukan oleh peneliti di Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang.

Berikut ini merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti.

Tabel 2.1 Penelitian Relevan


N Tahun
NamaPeneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
o. Penelitian

Muhammmad 2019 OPTIMALISASI KINERJA Menunjukan


Ismi Yatino APRON MOVEMENT kurang lengkapnya
CONTROL (AMC) DALAM personil pada
MENINGKATKAN Apron Movement
KESELAMATAN Control (AMC)
PENERBANGAN DI APRON yang mana personil
PADA BANDAR UDARA hanya ada enam
ABDULRACHMAN SALEH orang, sehingga
MALANG masalah tersebut
membuat kurang
1. optimalnya kinerja
Apron Movement
Control (AMC)
dalam
meningkatkan
keselamatan
penerbangan yang
ada di Bandar
Udara
Abdulrachaman
Saleh Malang.

ANALISIS KINERJA UNIT Menunjukan


2. APRON MOVEMENT bahwa kinerja yang
CONTROL TERHADAP dihasilkanoleh unit
SAFETY DI BANDAR AMC sudah baik,
Walid Jumlad, UDARA INTERNASIONAL hal ini dibuktikan
Muhammad HUSEIN SASTRANEGARA dari 21 aspek yang
2020
Fajrin diamati dengan
jumlah 59 uraian
prosedur kerja
pada SOP telah
dilakukan
sebanyak 54
prosedur, dan 5
prosedurbelum
dilakukan secara
rutin

Pengawasan oleh
unit Apron
Movement Control
(AMC) telah
berjalan dengan
sangat baik yang
3. M.Arif 2016 PENGAWASAN UNIT mana telah
Hermawan, APRON MOVEMENT dibuktikan melalui
Faisal Akbar, CONTROL (AMC) DAN analisis antara
Alif Sodikin DISIPLIN PENGGUNA variabel X
JASA DI APRON BANDARA (pengawasan) dan
UDARA INTERNASIONAL variabel Y
HUSEIN SASTRANEGARA (disiplin)

Sumber : Peneliti (2021)


D. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran ini dibuat untuk memudahkan proses penelitian

dan untuk membantu mengikuti alur pikir atau pendekatan penelitian secara

sistematis.

Kurangnya fasilitas
operasional

Kurangnya kinerja produktif

Pengembangan fasilitas

Peningkatan Kinerja
produktif

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sumber : Penulis (2021)

Anda mungkin juga menyukai