Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

BANGUNAN / FASLITAS SISI DARAT DAN SISI UDARA

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD RIFQI FATHURRAMADHAN
24318014
TEKNIK BANGUNAN DAN LANDASAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA - CURUG
03 MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam lingkup teknik
bangunan dan landasan
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, 2020
Penyusun

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 2


PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bandar udara (disingkat: Bandara) atau Pelabuhan Udara merupakan


sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat.
Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas
pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas
lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi
penggunanya. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation
Organization),Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan
(termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik
secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT
(persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala
bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".

Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia /


penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di
sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara internasional
ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia bandar udara yang
berstatus bandar udara internasional antara lain Polonia (Medan),
Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan
(Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi. Bangunan-
bangunan yang berada baik di dalam bandaranya sendiri maupun
bangunan penunjang bandara pun sangat berpengaruh besar baik

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 3


langsung maupun tidak langsung, yang akan kami bahas pada makalah
ini.

1.2. TUJUAN PEMBAHASAN

A. Mengetahui apa itu bangunan bandara


B. Mengetahui apa itu kawasan landside & airside
C. Jenis-jenis bangunan landside & airside
D. Mengetahui fungsi bangunan landside & airside
E. Mengetahui beberapa persyaratan bangunan landside & airdside

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 4


PEMBAHASAN

1.1. BANGUNAN BANDARA

1. Definisi bangunan bandara


Bangunan bandara adalah bangunan yang berada di dalam kawasan
bandar udara baik di wilayah airside maupun landside yang berperan
aktif dalam pertumbuhan kawasan bandara atau non kawasan bandara
yang berkontribusi langsung maupun tidak langsung.

2. Jenis-jenis bangunan bandara


Bangunan bandara sendiri seccara garis besae terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu landside & airside. Yang meliputi runway, taxiway,
apron, gedung terminal, gedung administrasi dan lain-lain, yang
nantinya bangunan tersebut memberikan dampak langsung bagi
pertumbuhan dan aktifitas bandara tersebut.

3. Fungsi bangunan bandara


Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur,
selamat, aman, nyaman dan bersih serta memperlancar kegiatan
penerbangan.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 5


1.2. KAWASAN LANDSIDE & AIRSIDE

1. AIRSIDE
A. Pengertian kawasan airside (sisi udara)
Sisi Udara suatu Bandar Udara adalah bagian dari Bandar Udara
dan segala fasilitas penunjangnya yang merupakan daerah bukan
publik tempat setiap orang, barang, dan kendaraaan yang akan
memasukinya wajib melalu pemeriksaan keamanan dan/atau
memiliki izin khusus. ( Keputusan Menteri Perhubungan KM No
47 tahun 2002 ).

Adapun ditinjau dari pengoperasiannya, fasilitas sisi udara ini


sangat terkait erat dengan karakteristik pesawat dan senantiasa
harus dapat menunjang terciptanya jaminan keselamatan,
keamanan dan kelancaran penerbangan yang dilayani. Aspek-
aspek tersebut menjadi pertimbangan utama dalam menyusun
standar persyaratan teknis operasional fasilitas sisi udara.

B. Standar teknis fasilitas sisi udara


Standar Teknis Fasilitas Sisi Udara lebih terkait dengan aspek
keselamatan dan keamanan penerbangan mengingat fungsinya
sangat penting dalam melayani lalu lintas pergerakan pesawat dan
kelancaran penerbangan. Hal ini menyebabkan standar teknis
yang ada banyak terkait dengan spesifikasi dan pergerakan
pesawat yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Jenis pesawat
yang menjadi acuan ditentukan berdasarkan pesawat rencana yang
ditetapkan sebagai dasar perencanaan fasilitas sisi udara. Selain
daripada itu acuan standar teknis fasilitas sisi udara banyak

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 6


mengacu pada standar ICAO annex 14 serta peraturan dan
ketentuan yang terkait dengan fasilitas sisi udara. Sebagai contoh,
kelayakan operasional panjang landas pacu (runway) ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan rumusan yang terkait dengan jenis
pesawat kritis yang dilayani. Dalam hal ini jenis pesawat
dibedakan berdasarkan aturan code number dan code letter bandar
udara.

2. KAWASAN LANDSIDE
A. Pengertian kawasan landside (sisi darat).
Sisi Darat suatu bandar udara adalah wilayah bandar udara yang
tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi penerbangan.

Adapun ditinjau dari pengopersiannya, fasilitas sisi darat sangat


terkait erat dengan pola pergerakan barang dan penumpang serta
pengunjung dalam suatu bandar udara. Sehingga pengoperasian
fasilitas ini harus dapat memindahkan penumpang, kargo, surat,
pesawat, pergerakan kendaraan permukaan secara efisien, cepat
dan nyaman dengan mudah dan berbiaya rendah. Selain itu aspek
keselamatan, keamanan dan kelancaran penerbangan juga harus
tetap dipertimbangkan terutama sekali pada pengoperasian fasilitas
sisi darat yang terkait dengan fasilitas sisi udara.

B. Standar teknis fasilitas sisi darat


Standar teknis Fasilitas Sisi Darat selain terkait dengan aspek
keselamatan dan keamanan juga terkait dengan aspek kenyamanan
sebagai salah satu aspek penting dalam pelayanan penumpang.
Acuan utama standar ini adalah SKEP 347/XII/1999 tentang
standar rancang bangun dan / atau rekayasa fasilitas dan

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 7


peralatan bandar udara yang meliputi bangunan dan peralatan
terminal penumpang, bangunan terminal kargo, bangunan operasi
serta fasilitas penunjang bandar udara.

1.3. JENIS BANGUNAN / FASILITAS DI KAWASAN


AIRSIDE DAN LANDSIDE

1. AIRSIDE
Berdasarkan KM 47 tahun 2002 tentang sertifikasi Operasi
Bandar Udara, disebutkan item-item fasilitas yang ada pada Sisi
Udara meliputi:

A. Fasilitas landas pacu (runway).

Gambar 1. runway

Fasilitas ini adalah faslitas yang berupa suatu perkerasan


yang disiapkan untuk pesawat melakukan kegiatan
pendaratan dan tinggal landas. Fasilitas Landas Pacu ini
mempunyai beberapa bagian yang masing-masingnya
mempunyai persyaratan tersendiri yaitu :

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 8


1. Runway Shoulder/ bahu landas pacu adalah area pembatas
pada akhir tepi perkerasan runway yang dipersiapkan
menahan erosi hembusan jet dan menampung peralatan
untuk pemeliharaan dan keadaan darurat serta
untukpenyediaan daerah peralihan antara bagian
perkerasan dan runway strip.
2. Overrun mempunyai bagian meliputi clearway dan
stopway. Clearway adalah suatu daerah tertentu pada
akhir landas pacu tinggal landas yang terdapat di
permukaan tanah maupun permukaan air dibawah
pengaturan operator bandar udara, yang dipilih dan
diseleksi sebagai daerah yang aman bagi pesawat saat
mencapai ketinggian tertentu yang merupakan daerah
bebas yang disediakan terbuka diluar blast pad dan untuk
melindungi pesawat saat melakukan manuver pendaratan
maupun lepas landas. Stopway adalah suatu area tertentu
yang berbentuk segiempat yang ada di permukaan tanah
terletak di akhir landas pacu bagian tinggal landas yang
dipersiapkan sebagai tempat berhenti pesawat saat terjadi
pembatalan kegiatan tinggal landas. Aspek yang
diperhatikan dalam penilaian kelayakan operasional
meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan
memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang
(Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan
kekuatan (Strength).
3. Turning area adalah bagian dari landas pacu yang
digunakan untuk lokasi pesawat melakukan gerakan
memutar baik untuk membalik arah pesawat, maupun

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 9


gerakan pesawat saat akan parkir di apron. Standar
besaran turning area tergantung pada ukuran pesawat
yang dilayaninya.
4. Longitudinal slope adalah kemiringan memanjang yang
didapatkan dari hasil pembagian antara ketinggian
maksimum dan minimum garis tengah sepanjang landas
pacu. Dengan alasan ekonomi, dimungkinkan adanya
beberapa perubahan kemiringan di sepanjang landas pacu
dengan jumlah dan ukuran yang dibatasi oleh ketentuan
tertentu.
5. Transverse Slope adalah kemiringan melintang landas
pacu yang harus dapat membebaskan landas pacu tersebut
dari genangan air
6. Runway strip adalah luasan bidang tanah yang menjadi
daerah landas pacu yang penentuannya tergantung pada
panjang landas pacu dan jenis instrumen pendaratan
(precission aproach) yang dilayani.
7. RESA (Runway End Safety Area). RESA adalah suatu
daerah simetris yang merupakan perpanjangan dari garis
tengah landas pacu dan membatasi bagian ujung runway
strip yang ditujukan untuk mengurangi resiko kerusakan
pesawat yang sedang menjauhi atau mendekati landas
pacu saat melakukan kegiatan pendaratan maupun lepas
landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian
kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan
lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope),
kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis
perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 10


8. Marka landas pacu yang meliputi Runway designation
marking, Threshold marking, Runway centre line markin,
Runway side stripe marking, Aiming point marking,
Touchdown zone marking, dan Exit guidance line
marking. Tiap-tiap bagian mempunyai persyaratan teknis
tertentu agar dapat memberikan kinerja operasional yang
handal.

Runway juga memiliki beberapa posisi/konfigurasi, yaitu


sebagai berikut :
1. Runway tunggal
Merupakan konfigurasi yang paling sederhana dan
mempunyai kapasitas berkisar antara 50 – 100 operasi
perjam pada kondisi VFR dan 50 – 70 operasi perjam
pada kondisi IFR. Kapasitasnya dipengaruhi oleh
komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu
navigasi yang tersedia.

2. Terdiri atas dua atau lebih Runway yang mempunyai


orientasi sama, kebanyakan dua Runway sejajar hanya
sedikit beberapa lapngan terbang yang mempunyai tiga
Runway sejajar didunia, sedangkan untuk yang empat
atau lima Runway sejajar belum ada.
Kapasitas Runway sejajar tergantung pada jumlah runway
dan jarak diantaranya. Jarak antar dua Runway
digolongkan dalam jarak yang rapat. menengah dan
renggang. Jarak pemisah antara Runway sejajar sangat
bervariasi, seperti terlihat pada tabel:

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 11


Code Number Konstanta
700 – 2500 Dekat
2500 – 4300 Sedang
3 15.000
≥ 4300 Renggang

Kapasitas Runway sejajar dapat bervariasi antara 100


hingga operasi per jam pada kondisi VFR, bergantung
pada komposisi pesawat terbang. Pada kondisi IFR
kapasitas Runway sejajar Dekat antara 50 – 60 operasi
perjam, dan kapasitas Runway sejajar Renggang antara
100 – 125 operasi perjam bergantung pada komposisi
campuran pesawat terbang . Kadang-kadang posisi
Runway sejajar dibuat tidak satu garis tetapi agak
bergeser.

3. Runway berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat
angin yang relative kuat (prevalling Wind ) bertiup lebih
dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin sisi ( Cross
Wind ) yang terjadi berlebihan dan lebih besar
daripada Presmisible Crosswind, serta akan berbahaya
apabila dibuat hanya satu Runway saja. Kapasitas
dua Runway tergantung pada letak perpotongannya
(misal ditengah atau dekat ujung), makin jauh letak titik
potong dari ujung lepas landas Runway dan ambang
pendaratan ( threshold ) kapasitasnya semakin rendah.
Bila angin yang bertiup sangat kuat maka ada
kemungkinan hanya satu Runway yang dapat

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 12


dioperasikan, sebaliknya bila tidak kuat maka kedua
Runway dapat dipergunakan.

4. Runway-v terbuka
Adalah Runway yang terbentu dengan arah yang
memencar ( divergen ) tetapi tidak berpotongan.
Dioperasikan bila pada angin yang bertiup dari satu arah
tertentu menghasilkan Crosswing pada salah
satu Runway yang lebih besar daripada Permessible
Crosswind, bial angina bertiup lemah maka kedua
Runway dapat dipergunakan.

Gambar 2. Tipe Konfigurasi Landasan Pacu :


(a) Landasan Pacu Tunggal, (b) Landasan Pacu Paralel, (c)
Landasan Pacu Dua Jalur, (d) Landasan Pacu empat
paralel (e) Landasan Pacu yang Berpotongan, (f) Landasan
Pacu Berpotongan, (g) Landasan Pacu Berpotongan, (h)
Landasan Pacu V-terbuka.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 13


B. Fasilitas penghubung landas pacu (taxiway)

Gambar 3. Taxiway

Taxiway adalah bagian dari fasilitas sisi udara bandar udara


yang dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat dari
landas pacu maupun sebagai sarana penghubung antara
beberapa fasilitas seperti aircraft parking position taxi line,
apron taxiway, dan rapid exit taxiway.

Berikut adalah taxiway berdasarkan letaknya:


1. Entertance taxiway
Adalah Taxiway yang terletak diujung Runway sebagai
jalan masuk pesawat terbang yang akan menuju Runway,
disini juga dapat berfungsi sebagai Exit Taxiway terakhir
untuk pendaratan yang berawal dari ujung Runway yang
lain bila digunakan Runway operasi dua arah

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 14


2. Exit taxiway
Adalah Taxiway yang berfungsi untuk memperpendek
masa penggunaanRunway pada saat pendaratan pesawat
di Runway,sudut beliknya sekitar 30o – 45o . Penetuan
letaknya tergantung pada komposisi pesawat yang
dilayani, jumlah, kecepatan dan perlambatan pesawat,
jumlahnya direncanakan mampu mengakomodasi lalu
lintas pergerakan pesawat pada jam puncak.

3. Pararel taxiway
Adalah Taxiway yang sejajar dengan Runway dan
menghubungkanTaxiway biasa dengan Apron, yang
panjangnya sama maupun kurang dari panjang Runway.

4. Apron taxiway
Adalah Taxiway yang terletak didekat Apron yang
dibedakan atas dua jenis yaitu : yang terletak dekat
Apron sebagai jalan pintas pesawat dari Apron ketempat
pesawat akan diparkir dan Taxilane yaitu bagian dari
Apron yang diperuntukkan bagi jalan hubung ke areal
parkir.

5. Cross taxiway
Adalah Taxiway yang berfungsi untuk menghubungkan
2 ( dua ) Runwayyang berdekatan sehingga pemanfaatan
kedua Runway dapat dilakukan secara optimal. Jenis
Taxiway ini biasanya baru diadakan jika memang ada
dua Runway sejajar.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 15


Gambar 4. Entrance taxiway

Gambar 5. Dual pararell entrance taxiway

Gambar 6. Penampang kemiringan taxiway

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 16


C. Fasilitas Pelataran parkir pesawat udara (Apron)

Gambar 7. Sebuah pesawat yang berada di Apron

Fasilitas Pelataran parkir pesawat udara (Apron) adalah


fasilitas sisi udara yang disediakan sebagai tempat bagi
pesawat saat melakukan kegiatan menaikkan dan
menurunkan penumpang, muatan pos dan kargo dari
pesawat, pengisian bahan bakar, parkir dan perawatan
pesawat. Apron merupakan bagian bandar udara yang
melayani terminal sehingga harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteritik terminal trsebut. Beberapa
pertimbangannya antara lain :

1) Menyediakan jarak paling pendek antara landas pacu


dan tempat pesawat berhenti.
2) Memberikan keleluasaan pergerakan pesawat untuk
melakukan manuver sehingga mengurangi tundaan.
3) Memberikan cukup cadangan daerah pengembangan
yang dibutuhkan jika nantinya terjadi peningkatan

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 17


permintaan penerbangan atau perkembangan teknologi
pesawat terbang.
4) Memberikan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan
pengguna secara maksimum.
5) Meminimalkan dampak lingkungan.

Apron juga memiliki beberapa jenis, yaitu :


1. Apron Cargo
Adalah Apron yang berdekatan dengan gedung kargo
utnuk melayani pesawat-pesawat yang khusus
mengangkut kargo dan dialokasikan areal yang cukup
luas untuk mengakomodasi sebanyak mungkin pesawat-
pesawat yang diparkir.

2. Apron Terminal
Adalah Apron yang diperuntukkan bagi manufer
pesawat dan juga parkir pesawat dekat terminal, dan
areal ini merupakan daerah dimana penumpang dapat
naik turun pesawat. Areal ini juga dilengkapi dengan
fasilitas pengisian bahan baker ataupun fasilitas
perawatan kecil.

3. Apron Parkir
Kadang suatu bandara memerlukan Apron parkir yang
agak terpisah, disini pesawat dapat parkir dalam waktu
yang lebih lama, digunakan selama Crew pesawat
beristirahat atau karena diperlukan perbaikan kecil
terhadap pesawat.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 18


4. Apron Hanggar dan Apron Service
Adalah areal didekat hangar perbaikan yang digunakan
untuk perbaikan ringan. Sedangkan Apron hangar
adalah areal tempat dimana pesawat masuk keluar
hangar

5. Isolated Apron
Adalah Apron yang diperuntukkan pesawat-pesawat
yang perlu diamankan, misalnya yang dicurigai
membawa bahan peledak, lokasinya agak diletakkan
jauh dari Apron biasa ataupun dari Bandar udara dan
bangunannya.

Apron Marking.
Disesuaikan SKEP DIRJEN No. SKEP/11/1/2001 tentang
standar marka dan rambu pada daerah pergerakan pesawat
udara di Bandar udara, meliputi:
1. Apron safety line marking
2. Apron lead-in dan lead-out line marking
3. Aircraft stop line marking
4. Apron edge line marking
5. Parking stand number marking
6. Aerobridge safety marking
7. Equipment parking area marking
8. No parking area marking
9. Service road marking

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 19


D. Fasilitas Obstruction Restriction.

Fasilitas ini dioperasikan berdasarkan jenis runway yang


ada yang dibedakan menjadi tiga klasifikasi yaitu non-
instrument, nonprecision approach, dan precision
approach category. Item fasilitas yang diatur standar teknis
opersionalnya meliputi kemiringan dan ketinggian Conical
surface and dimension, ketinggian dan radius inner
horizontal, jarak dari threshold, panjang dan kemiringan
(slope) inner approach, panjang .dari batas dalam runway,
jarak dari threshold yang dibedakan menjadi bagian
pertama, bagian kedua dan bagian horisontal. Ada pula
kemiringan transisi, dan balked landing surface.

Gambar 8. PAPI

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 20


2. LANDSIDE
Keputusan Menteri Perhubungan KM No 47 tahun 2002
menyebutkan bahwa Sisi Darat suatu bandar udara adalah
wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan operasi penerbangan. Bagian dari fasilitas sisi darat
meliputi Terminal Penumpang, Terminal Barang (Kargo),
Bangunan Operasi, Fasilitas Penunjang Bandar Udara. Yang
akan di sajikan di bawah ini :

A. Fasilitas bangunan terminal penumpang

Gambar 8. Terminal 3 Soekarno-hatta international


airport

Fasilitas Bangunan terminal penumpang adalah bangunan


yang disediakan untuk melayani seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh penumpang dari mulai keberangkatan
hingga kedatangan.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 21


Di dalam Terminal penumpang terbagi 3 (tiga) bagian
yang meliputi Keberangkatan , Kedatangan serta Peralatan
penunjang bandar udara udara.

B. Fasilitas bangunan terminal barang (kargo)

Gambar 9. Terminal kargo

Fasilitas Bangunan Terminal Barang (Kargo) adalah


bangunan terminal yang digunakan untuk kegiatan
bongkar muat barang (kargo) udara yang dilayani oleh
bandar udara tersebut. Luasannya dipengaruhi oleh berat
dan volume kargo waktu sibuk yang dilayani oleh bandar
udara tersebut. Fasilitas ini meliputi Gudang, Kantor
Administrasi, Parkir pesawat, Gedung Operasi, Jalan
Masuk dan Tempat parkir kendaraan umum. Fasilitas–
fasilitas tersebut diatas merupakan fasilitas standar yang
dalam penyediaan dan pengoperasiannya disesuaikan
dengan klasifikasi kemampuan bandar udara
bersangkutan.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 22


C. Fasilitas bangunan operasi
Fasilitas ini dibutuhkan untuk mendukung pengopersian
bandar udara baik secara aspek administrasi, personalia,
maupun lalu lintas kebandarudaraaan. Berikut adalah
jenis-jenis fasilitas bangunan operasi:

1. PKP-PK

2. Menara kontrol

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 23


3. Stasiun meteorologi

4. Gedung NDB

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 24


5. Gedung VOR

D. Bangunan Teknik Penunjang


Adalah bangunan yang terdiri dari power house dan stasiun
bahan bakar merupakan fasilitas yang terkait dengan
jaminan kelangsungan operasional bandar udara dari aspek
kelistrikan dan pergerakan pesawat.

Gambar 15. Stasiun bahan bakar pesawat

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 25


Gambar 16. Power house

E. Bangunan administrasi dan umum


Adalah fasilitas yang terdiri Kantor Bandara, Kantor
Keamanan dan Rumah Dinas Bandara serta bangunan
Kantin dan tempat ibadah .

Gambar 17. Kantor bandara

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 26


Gambar 18. Masjid bandar udara ahmad yani-
Semarang

Fasilitas tersebut diatas dibutuhkan untuk mendukung


pengopersian bandar udara baik secara aspek administrasi,
personalia, maupun lalu lintas kebandarudaraaan.

F. Fasilitas penunjang bandar udara


Fasilitas penunjang bandar udara meliputi Jalan dan
Parkir kendaraan pengunjung . Merupakan fasilitas yang
ditujukan untuk mendukung pelayanan terhadap para
pengunjung baik calon penumpang maupun pengunjung
non-penumpang, juga termasuk Jembatan, Darinase, Turap
dan Pagar serta Taman. Fasilitas ini juga memberikan
layanan keterkaitan intermoda sebagai salah satu upaya
integrasi bandar udara dengan sistem moda transportasi
lainnya.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 27


Gambar 19. Fasilitas parkir

Gambar 20. Fasilitas jalan parimeter bandara

Gambar 21. Fasilitas pagar bandara

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 28


PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Jadi dari uraian materi yang telah dipaparkan diatas bias kami tarik
kesimpulan bahwa banyak sekali bangunan yang terdapat di suatu
bandara, bangunan tersebut di golongkan menjadi 2 kelompok besar,
yaitu landside & airside yang keduanya memiliki peran dan tugasnya
masing-masing. Semua fasilitas tersebut membantu, mendukung, serta
memperlancar tugas suatu bandara baik secara langsung maupun tidak
langsung.

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 29


DAFTAR PUSTAKA

SKEP 77-VI-2005. “persyaratan teknis pengoprasian fasilitas bandar udara”.


SKEP 347/XII/1999. “tentang standar rancang bangun dan / atau rekayasa
fasilitas bandar udara”.
KM 47 tahun 2002 . “tentang sertifikasi Operasi Bandar Udara”.
UU. NO. 1 tahun 2009. “tantang penerbangan”
(http://myjobplants.blogspot.com/2017/01/makalah-bandar-udara.html?m=1)
(http://ilmusipilku1.blogspot.com/2015/03/sistem-bandar-udara.html)
(http://bestananda.blogspot.com/2015/05/tipe-konfigurasi-landasan-pacu-
runway.html)

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA | MUHAMMAD RIFQI F. 30

Anda mungkin juga menyukai